Anda di halaman 1dari 20

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PADA KELUARGA DEWASA

Disusun Oleh :

1. Ninik Lestari. (18012333)


2. Novi Kurniasari. (18012334)
3. Nur Afni Alawiyah. (18012335)
4. Nur Rohmah. (18012336)
5. Nurlaksmi. (18012337)
6. Hesti Feronika. (18012339)
7. Ria Fitri Rohmah. (18012340)
8. Rina Kurnia Putri (18012341)
9. Sarafiah. (18012342)
10. Selly Renata Putri. (18012343)

D III KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AN NUUR PURWODADI
TA 2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT atas hidayah dan taufik-Nya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabiullah Muhammad SAW, para sahabat, dan keluarga beliau.
Makalah ini merupakan hasil diskusi mengenai “Konsep asuhan keperawatn keluarga
Pada Tahap Dewasa” pada mata kuliah ‘Blok Keperawatan Keluarga’. Kami menggunakan
bahasa yang sederhana yang memudahkan kita untuk memahaminya. Makalah ini juga berguna
untuk menambah dan memperluas wawasan, serta menunjang pemahaman dan melatih
keterampilan mahasiswa.
Terima kasih kami haturkan pada semua pihak yang telah memberikan konstribusi
dalam penyelesaian makalah ini. Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat
kekurangan. Karena itu, penyusun memohon kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga Allah selalu melimpahkan petunjuk dan bimbingan-Nya
kepada kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan
dengan individu manusia. Keadaan yang harus disadari adalah setiap individu merupakan
bagian dari keluarga dan dikeluarga juga semua dapat diekspresikan. Asuhan
keperawatan keluarga yaitu suatu rangkaian kegitatan yang diberi via praktek
keperawatan pada keluarga.
Asuhan keperawatan keluarga digunakan untuk membantu menyelesaikan
masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Agar
pelayanan kesehatan yang diberikan dapat diterima oleh keluarga, maka perawat harus
mengerti, memahami tipe dan struktur keluarga, tahu tingkat pencapaian keluarga dalam
melakukan fungsinya dan perlu paham setiap tahap perkembangan keluarga dan tugas
perkembangannya.
Status sehat atau sakit dalam keluarga saling mempengaruhi satu sama lain. Suatu
penyakit dalam keluarga mempengaruhi seluruh keluarga dan sebaliknya mempengaruhi
jalanya suatu penyakit dan status kesehatan anggota keluarga. Keluarga cenderung dalam
pembuatan keputusan dan proses terapeutik pada setiap tahap sehat dan sakit pada para
anggota keluarga. Keluarga merupakan para anggota sebuah keluarga baiasanya hidup
bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka
tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah tangga mereka.
Pada keluarga dewasa merupakan tahap dimana semua anak akan pergi atau
keluar meninggalkan rumah atau orang tuanya. Didalam kehidupan keluarga dewasa
dimana orang tuanya akan merasa banyak kehilangan karena perginya anak-anak dari
rumah. Pada keluarga ini juga terdapat berbagai masalah yang dialami oleh keluarga itu
sendiri. Dan perawat sangat berperan penting dalam memenuhi kebutuhan yang berkaitan
dengan kesehatan kepada keluarga.
Dari data yang sudah kami sajikan tentang keluarga pada dewasa pertengahan,
maka disini kelompok tertarik untuk membahas lebih spesifik tentang konsep dan asuhan
keperawatan keluarga pada dewasa pertengahan , agar dapat memenuhi kebutuhan akan
informasi yang mengenai kesejahteraan hidup dan khususnya kesehatan, yang nantinya
akan kami bahas secara rinci dan mendalam pada bab selanjutnya.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian Keluarga?
2. Apa saja karakteristik keluarga Dewasa?
3. Bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga Dewasa?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian keluarga
2. Untuk mengetahui karakteristik keluarga
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada keluarga dewasa
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan dari beberapa komponen
yang saling berinteraksi satu dengan lainnya (Logan’s, 2004). Keluarga adalah
sebagaimana sebuah kesatuan yang komplek dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri
dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai sebagaimana individu ( Illis,
2004 ). Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih masing-
masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, dan
nenek. (Raisner, 2009). Duvall (1986, dalam Ali, 2009 ), menguraikan bahwa keluarga
adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan
untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional, serta sosial dari setiap anggota keluraga.
Istilah keluarga akan menghadirkan gambaran adanya individu dewasa dan anak
yang hidup bersama secara harmonis dan memuaskan. Keluarga bukan sekedar gabungan
dan jumlah dari beberapa individual. Keluarga memiliki keragaman seperti anggota
individunya dan klien memiliki nilai – nilai tersendiri mengenai keluarganya yang harus
dihormati. Keluarga sebagai suatu kelompok hubungan yang indentifikasi klien sebagai
keluarga atau jaringan individu yang mempengaruhi kehidupan masing – masing tanpa
melihat adanya hubungan biologis atau pun hukum (Perry, 2009, hal 202).
Menurut (Friedman, 1998), membuat defenisi yang berorientasi pada tradisi dan
digunakan sebagai referensi secara luas :
1. Keluarga terdiri dari orang – orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan
ikatan adopsi.
2. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama – sama dalam satu rumah, atau
jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut
sebagai rumah mereka.
3. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran – peran
sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu, anak laki – laki dan anak perempuan,
saudara dan saudari.
4. Keluarga sama – sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang diambil dari
masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.
B. Karakteristik Keluarga Dewasa
Menurut Hurlock (1991: 247-252), ciri-ciri umum perkembangan fase usia dewasa awal
sebagai berikut:
1. Masa pengaturan, usia dewasa awal merupakan saat ketika seseorang mulai menerima
tanggungjawab sebagai orang dewasa.
2. Usia reproduktif, usia dewasa awal merupakan masa yang paling produktif untuk
memiliki keturunan, dengan memiliki anak, mereka akan memiliki peran baru sebagai
orang tua.
3. Masa bermasalah, pada usia dewasa awal akan muncul masalah-masalah baru yang
berbeda dengan masalah sebelumnya, diantaranya masalah pernikahan.
4. Masa ketegangan emosional, usia dewasa awal merupakan masa yang memiliki
peluang terjadinya ketegangan emosional, karena pada masa itu seseorang berada
pada wilayah baru dengan harapan-harapan baru, dan kondisi lingkungan serta
permasalahan baru.
5. Masa keterasingan sosial, ketika pendidikan berakhir seseorang akan memasuki dunia
kerja dan kehidupan keluarga. Seiring dengan itu, hubungan dengan kelompok teman
sebaya semakin renggang.
6. Masa komitmen, pada usia dewasa awal seseorang akan menentukan pola hidup baru,
dengan memikul tanggungjawab baru dan memuat komitmen-komitmen baru dalam
kehidupan.
7. Masa ketergantungan, meskipun telah mencapai status dewasa dan kemandirian,
ternyata masih banyak orang dewasa awal yang tergantung pada pihak lain.
8. Masa perubahan nilai, jika orang dewasa awal ingin diterima oleh anggota kelompok
orang dewasa.
9. Masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru.
10. Masa kreatif, masa dewasa awal merupakan puncak kreativitas.

C. Tahap Perkembangan Dewasa


Menurut Fiedman (1998) Merupakan tahap perkembangan keluarga yang ke
VI.Permulaan tahap kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama meninggalkan
rumah dan berakhir dengan “rumah kosong” atau ketika anak terakhir meninggalkan
rumah.Tahap ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung beberapa banyak anak ada
didalam rumah atau beberapa banyak anak yang belum menikah dan masih tinggal
dirumah. Akan tetapi ,trend yang meluas dikalangan dewasa muda yang umumnya
menunda perkawinan, hidup terpisah dan mandiri dalam tatanan hidup mereka sendiri.
Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak perpisahan dari dan oleh anak-anak
untuk kehidupan dewasa yang mandiri.Orangtua, karena mereka membicarakan anak
mereka yang pergi, melepaskan 20 tahun peran sebagai orang tua dan kembali pada
pasangan perkawinan mereka yang asli.Tugas-tugas perkembangan menjadi penting
ketika keluarga tersebut berubah dari sebuah rumah tangga yang dengan anak-anak
kesebuah rumah tangga yang hanya terdiri dari sepasang suami dan istri. Tujuan utama
keluarga adalah pengorganisasian keluarga menjadi sebuah unit yang tetap berjalan
sementara melepaskan anak-anak yang dewasa kedalam kehidupan mereka sendiri
(Duvall,1977). Selama tahap ini pasangan tersebut mengambil peran sebagai kakek dan
nenek, perubahan lainnya dalam peran maupun citra diri mereka.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TAHAP DEWASA

A. PENGKAJIAN
Ketika mengkaji dewasa awal dan tengah, perawat harus mempertimbangkan
perbandingan tugas perkembangan mereka dan juga membedakan tahap serta
konsekuensi perkembangan baik psikologi dan biologis.
1. Perkembangan Psikologis
Dewasa muda telah melengkapi pertumbuhan fisiknya pada usia 20 tahun.
Pengecualian pada hal ini adalah wanita hamil dan menyusui. Perubahan fisik,
kognitif dan psikososial serta masalah kesehatan pada wanita hamil dan keluarga usia
subur sangat luas.
Dewasa awal biasanya lebih aktif, mengalami penyakit berat tidak sesering kelompok
usia yang lebih tua. Cenderung mengakibatkan gejala fisik dan sering menunda dalam
mencari perawatan kesehatan. Karakteristik dewasa muda mulai berubah mendekati
usia baya. Temuan pengkajian umumnya dalam batas normal, kecuali klien
mempunyai penyakit.
Namun demikian klien pada tahap perkembangan ini dapat mengambil manfaat dari
pengkajian gaya hidup pribadi. Pengkajian gaya hidup dapat membantu perawat dan
klien mengidentifikasi kebiasaan yang meningkatkan resiko penyakit jantung,
maligna, paru, ginjal atau penyakit kronik lainnya.
Pengkajian gaya hidup pribadi dewasa awal meliputi pengkajian kepuasan hidup
secara umum, yaitu:
a) Hobi dan Minat
b) Kebiasaan meliputi : diet, tidur, olah raga, perilaku seksual dan penggunaan
kafein, alcohol dan obat terlarang
c) Kondisi rumah meliputi : rumah, kondisi ekonomi, jenis asuransi kesehatan dan
hewan peliharaan
d) Lingkungan pekerjaan meliputi : jenis pekerjaan, pemajanan terhadap fisik dan
mental.
2. Perkembangan Kognitif
Kebiasaan berpikir rasional meningkat secara tetap pada masa dewasa awal dan
tengah. Pengalaman pendidikan formal dan informal, pengalaman hidup secara umum
dan kesempatan pekerjaan secara dramatis meningkatkan konsep individu,
pemecahan masalah dan keterampilan motorik.
Mengidentifikasi area pekerjaan yang diinginkan adalah tugas utama dewasa awal.
Ketika seseorang mengetahui persiapan pendidikannya, keahlian, bakat dan
karakteristik kepribadian. Pilihan pekerjaan menjadi lebih muda dan biasanya meraka
akan lebih luas dengan pilihannya. Akan tetapi, banyak dewasa awal kekurangan
sumber dan system pendukung untuk memfasilitasi pendidikan lebih lanjut atau
pengembangan keahlian yang diperluhkan untuk berbagai posisi pekerjaan.
Akibatnya, beberapa dewasa awal mempunyai pilihan pekerjaan yang terbatas
3. Perkembangan Psikososial
Kesehatan emosional dewasa awal berhubungan dengan kemampuan individu
mengarahkan dan memecahkan tugas pribadi dan social. Dewasa awal kadang
terjebak antara keinginan untuk memperpanjang masa remaja yang tidak ada
tanggung jawab dan memikul tanggung jawab dewasa. Namun pola tertentu atau
kecenderungan relatif dapat diperkirakan. Antara usia 23-28 tahun, arang dewasa
memperbaiki perpepsi diri dan kemampuan berhubungan. Dari usia 29-34 tahun
orang dewasa mengarahkan kelebihan energinyaterhadap pencapaian dan penguasaan
dunia sekitarnya. Usia 35-43 tahun adalah waktu ujian yang besar dari tujuan hidup
dan hubungan. Perubahan telah dibuat dalam kehidupan pribadi, sosial dan pekerjaan.
Seringkali stress dalam ujian ini mengakibatkan  “krisi usia baya” ketika pasangan
dalam pernikahan, gaya hidup dan pekerjaan dapat berubah.
Selama masa dewasa awal, seseorang biasanya lebih perhatian pada pengejaran
pekerjaan dan sosial. Selam periode ini individu mencoba untuk membuktikan status
sosialekonominya. Mobilitas yang lebih tinggi didapat melalui pilihan karier. Akan
tetapi adanya kecenderungan saat ini terhadap pengecilan perusahaan menyebabkan
posisi yang tinggi lebih sedikit. Kemudian banyak dewasa awal menghadapi
peningkatkann stress karena persaingan yang lebih besar di tempat kerja untuk
mencapai dan mempertahankan status kelas-menengah. Konseling karier dan
kepribadian dapat membantu individu mengidentifikasi pilihan karier dan
menentukan tujuan yang realistik.
Faktor etnik dan jender mempunyai dampak sosiologis dan psikologis dalam
kehidupan dewasa dan faktor tersebut dapat merupakan tantangan yang jelas bagi
asuhan keperawatan. Dewasa awal harus membuat keputusan mengenain kerier,
pernikahan dan menjadi orang tua. Meskipun setiap orang membuat keputusan
tersebut berdasarkan faktor individu, perawat harus memahami prinsip umum yang
tercangkup dalam aspek pengembangan psikososial dewasa awal.
4. Stress Pekerjaan
Stres pekerjaan dapat terjadi setiap hari atau dari waktu ke waktu. Kebanyakan
dewasa awal dapat mengatasi krisis dari hari ke hari. Stres situasi pekerjaan
situasional dapat terjadi ketika atasan baru memasuki tempat pekerjaan, tenggat
waktu hampir dekat, atau seorang pekerja diberi tanggung jawab baru atau besar.
Kecenderungan terbaru pada dunia bisnis saat ini dan faktor risiko stres pekerjaan
menurun, yang memicu peningkatan tanggung jawab pegawai dengan posisinya lebih
sedikit dalam struktur perusahaan. Stres pekerjaan juga terjadi jika seseorang tidak
puas pada pekerjaan atau tanggung jawabnya. Karena setiap individu menerima
pekerjaan yang berbeda, maka tiap stresor bervariasi pada setiap klien. Pengkajian
perawat pada dewasa awal harus meliputi deskripsi pekerjaan yang biasa dilakukan
dan pekerjaan saat ini jika berbeda. Pengkajian pekerjaan juga meliputi kondisi dan
jam kerja, durasi bekerja, perubahan pada kebiasaan tidur atau makan, dan tanda
peningkatan iritabilitas dan kegugupan.
5. Stress Keluarga
Setiap keluarga mempunyai berbagai peranan dan pekerjaan yang dapat diprediksi
untuk anggota keluarganya. Peran ini memungkinkan keluarga berfungsi dan menjadi
bagian efektif dalam masyarakat. Salah satu peran penting adalah kepala keluarga.
Bagi kebanyakan keluarga, salah satu orang tua adalah pemimpin keluarga atau kedua
orang tua berperan coleader. Dalam keluarga orang tua tunggal, orang tua atau
adakalanya seorang anggota keluarga besar menjadi kepala keluarga. Ketika
perubahan akibat dari penyakit, krisis keadaan dapat terjadi. Perawat harus mengkaji
faktor lingkungan dan keluarga termasuk sistem pendukung, penguasaan mekanisme
yang biasa digunakan oleh anggota keluarga.

B. ANALISA DATA
Setelah dilakukan pengumpulan data melaalui kegiatan wawancara dan pemeriksaan
fisik, kemudian dilakukan analisa data. Analisa data dilakukan dengan memilih data-data
yang ada, sehingga dapat dirumuskan menjadi suatu diagnosa keperawatan. Ada tiga
norma yang harus diperhatikan oleh perawat :
1. Keadaan kesehatan yang normal dari tiap anggota keluarga
2. Keadaan kesehatan dan sanitasi lingkungan
3. Karakteristik keluarga
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan keperawatan yang
muncul. Selanjutnya dengan masalah tersebut perawat dapat menyusun rencana asuhan
keperawatan yang selanjutnya dapat dilakukan intervensi. Masalah-masalah yang
dirumuskan terkadang tidak mungkin dapat diatasi sekaligus. Oleh karena itu dibutuhkan
suatu prioritas masalah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan prioritas
masalah masalah adalah sebagai berikut :
1. Penyelesaian masalah tidak dapat diatasi dalam keluarga
2. Masalah yang dapat mengancam kehidupan individu maupun keluarga
3. Respon dan perhatian keluarga terhadap asuhan keperawatan keluarga
4. Keterlibatan keluarga dalam problem solving
5. Sumber daya keluarga dalam penyelesaian masalah
6. Pengetahuan dan kebudayaan keluarga

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada keluarga dewasa adalah :
1. Ketidakefektifan koping
2. Gangguan proses kluarga
D. SCORING
Setelah data dianalalisis kemungkinan perawat menemukan lebih dari satu masalah.
Mengingat keterbatasan kondisi dan sumber daya yang dimiliki oleh keluarga maupun
perawat, maka masalah-masalah tersebut tidak dapat ditangani sekaligus. Oleh karena itu,
perawat kesehatan masyarakat dapat menyusun prioritas masalah kesehatan keluarga.
Menurut Bailon dan Maglaya (1978), prioritas masalah kesehatan keluarga dengan
menggunakan proses scoring sebagai berikut.

No. Kriteria Skor Bobot

1 Sifat Masalah 1

a. Tidak/kurang sehat 3
b. Ancaman kesehatan
2
c. Krisis atau keadaan sejahtera
1

2 Kemungkinan Masalah dapat diubah 2

a. Dengan mudah 2
b. Hanya sebagian
1
c. Tidak dapat
0

3 Potensial Masalah untuk dicegah 1

a. Tinggi 3
b. Cukup
2
c. Rendah
1

4 Menonjolnya Masaah 1

a. Masalah berat, harus segera 2


ditangani
b. Ada masalah, tetapi tidak perlu
segera ditangani 1
c. Masalah tidak dirasakan

0
Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan dengan cara berikut ini

1. Tentukan skor untuk setiap criteria yang telah dibuat


2. Selanjutnya skor dibagi dengan angka tertinggi yang dikalikan dengan bobot

Skor
x Bobot
Angka Tertinggi

3. Jumlahkanlah skor untuk semua criteria, skor tertinggi adalah 5, sama dengan seluruh
bobot

Empat criteria yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas masalah

1. Sifat masalah

Sifat masalah kesehatan dapat dikelompokkan ke dalam tidak atau kurang sehat
diberikan bobot yang lebih tinggi karena masalah tersebut memerlukan tindakan yang
segera dan biasanya masalahnya dirasakan atau disadari oleh keluarga. Krisis atau
keadaan sejahtera diberikan bobot paling sedikit atau rendah karena factor
kebudayaan biasanya dapat memberikan dukungan bagi keluarga untuk mengatasi
masalahnya dengan baik.

2. Kemungkinan masalah dapat diubah

Adalah kemungkinan berhasilnya mengurangi atau mencegah masalah jika ada


tindakan (intervensi). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan skor
kemungkinan masalah dapat diperbaiki adalah :
a) Pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani
masalah
b) Sumber-sumber yang ada pada keluarga, baik dalam bentuk fisik, keuangan,
tenaga
c) Sumber-sumber dari keperawatan, misalnya dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan, dan waktu
d) Sumber-sumberdari masyarakat, misalnya dalam bentuk fasilitas kesehatan,
organisasi masyarakat, dan dukungan social masyarakat

3. Potensi masalah bila dicegah

Menyangkut sifat dan beratnya masalah yang akan timbul dapat dikurangi atau
dicegah. Factor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan skor criteria
potensial masalah bisa dicegah adalah sebagai berikut
a) Kepelikan dari masalah
Berkaitan dengan beratnya penyakit atau masalah, prognosis penyakit atau
kemungkinanmengubah masalah. Umumnya makin berat masalah tersebut makin
sedikit kemungkinan mengubah atau mencegah sehingga makin kecil potensi
masalah yang akan timbul
b) Lamanya masalah
Hal ini berkaitan dengan jangka waktu terjadinya masalah tersebut. Biasanya
lamanya masalah mempunyai dukungan langsung dengan potensi masalah bila
dicegah
c) Adanya kelompok risiko tinggi atau kelompok yang peka atau rawan
d) Adanya kelompok tersebut pada keluarga akan menambah potensi masalah bila
dicegah.

4. Menonjolnya masalah

Merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah mengenai beratnya masalah
serta mendesaknya masalah untuk diatasi. Hal yang perlu diperhatikan dalam
memberikan skor pada criteria ini, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana
keluarga tersebut melihat masalah. Dalam hal ini, jika keluarga menyadari masalah
dan merasa perlu untuk menangani segera, maka harus diberi skor yang tertinggi.

E. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnose 1
a. Ketidakefektifan koping (00069)
Domain :9
Kelas :2
b. NOC : koping (1302)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ketidakefektifan
koping dapat teratasi
Kriteria Hasil :
1. Dapat mengidentifikasi pola koping yang efektif
2. Dapat menunjukkan fleksibilitas peran
3. Melibatkan anggota keluarga dalam membuat keputusan
4. Menunjukkan stategi dalam memanagemen masalah
5. Menggunakan dukungan social yang tersedia
c. NIC : Peningkatan Koping
1. kenali dampak situasi kehidupan pasien terhadap peran dan hubungan
2. evaluasi kemampuan pasien dalam mengambil keputusan
3. gali bersama pasien metode yang digunakan pada masa sebelumnya dalam
menghadapi masalah hidup
2. Diagnosa 2
a. Gangguan proses keluarga (00063)
Domain : 7
Kelas :2

b. NOC : Family coping (2600)


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan proses
keluarga dapat teratasi deangan
Kriteria Hasil :
2. Mampu menghadapi masalah keluarga
3. Mampu memanajemen masalah keluarga
4. Mengekspresikan perasaan dan emosi dianttara anggota keluarga
5. Mampu menggunakan strategi untuk memanajemen masalah keluarga

c. NIC : Pomosi integritas keluarga


1. Tentukan pemahaman tentang kondisi keluarga
2. tentukan perasaan keluarga tentang situasi mereka
3. identifikasi tipikal keluarga dalam penyelesaian konflik
4. anjurkan keluarga untuk menambah skill koping yang efektif untuk mereka
gunakan

3. Diagosa 3
a. Ketidakfektifan pemeliharan kesehatan (00099)
Domain :1
Kelas :2
b. NOC : Promosi Kesehatan (1823)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ketidakefektifan
pemeliharaan keehatan dapat teratasi engan kriteria hasil :
1. Mampu mengetahui apa saja prilaku kesehatan
2. Mampu memperlihatkan gaya hidup yang sehat
3. mampu mengetahui tujuan dari promosi kesehatan
c. NIC :
1. Kaji pengetahuan tentang pencegahan primer
a) Diet yang sehat ( misalnya, “empat dasar”, rendah lemak dan garam, tinggi
karbohidrat kompleks, asupan vitamin, mineral yang mencukupi, air 2-3 liter
sehari)
b) Kontrol berat badan
c) Hindari penyalahguanaan zat (misalnya alcohol, obat-obatan, tembakau)
d) Hindari penyakit hubungan seksual
e)Hygiene gigi/mulut (misalnya setiap hari, dokter gigi)
f) Imunisasi
g) Pola olahraga teratur
h) Penatalaksanaan stress
i) Bimbingan gaya hidup (misalnya seks aman, keluarga berencana, ketermpilan
menjadi orangtua, perencana keuangan)
2. Tentukan pengetahuan yang diperluakn untuk mengatasi kondisi penyakit
3. Kaji apakah sumber daya yang dibutuhkan dirtumah tersedia (pemberi asuhan,
keuangan, peralatan)
4. Diagnosa 4

a. Konflik pengambilan keputusan (00083)


Domain : 10
Kelas :3

b. NOC : Pengambilan keputtusan


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan konflik pengambilan
keputusan dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1. Mengungkapakan perasaan disstres saat mengupayakan suatu keputusan
2. Berfokus pada diri sendiri tanda-tanda fisik disstres atau keteganagan
(peningkatan frekuensi jantung dan ketegangan otot, gelisah)saat keputusan
menjadi focus perhatian
3. Mempertanyakan nilai-nilai atau keyakinan pribadi saat mengusahakan suatu
pengambilan keputusan
c. NIC : Konseling
1. Jalin hubungan saling percaya dan berarti yang meningkatkan saling
pengertian dan perhatian
2. Fasilitasi proses pengambilan keputusan yang logis
3. Bantu individu mengenlai apa masalahnya dan dengan jelas mengidentifikasi
keputusan yang harus dibuat
4. Bantu individu untuk menghadapi ketakutan
5. Beri dorongan pada individu untuk membuata keputusan
6. Beri dorongan pada orang terdekat untuk terlibat dalam keseluruhan proses
pengambilan keputusan
7. Dengan aktif yakinkan individu bahwa keputusan sepenuhnya ditangannya
dan menjadi haknya untuk melakukan itu
8. Libatkan seluruh anggota keluarga dalam proses pengambilan keputusan
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Keluarga akan mengalami perubahan dan pertumbuhan sepanjang waktu. Setiap


tahap perkembangan memiliki tantangan, kebutuhan, dan sumber masing-masing
termasuk tugas yang perlu diselesaikan sebelum keluarga dapat meningkat ke tahap
berikutnya dengan sukses. Dengan asuhan keperawatan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan telah membantu keluarga dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan
dengan lancar sesuai dengan tahap perkembangan keluarga dewasa awal (melepas anak
sebagai dewasa) sehingga dapat menciptakan dan mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota keluarga.

B. SARAN
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat
mengetahui dan memahami proses asuhan keperawatan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, W. I., & Chayatin, N. (2011). Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan Teori.
Jakarta: Salemba Medika.
Sudiharto.(2007).AsuhanKeperawatanKeluargadenganPendekatanKeperawatanTranskultural.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai