Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN REMAJA

Disusun Oleh:

1. Hipolito Da Cruz Soares (1711014)


2. Lily Indrayani (1711015)
3. Rima Delavia Krisnita (1711026)
4. Sinta Anna Insyia (1711023)

S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PATRIA HUSADA BLITAR

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................2
1.3 Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar Keperawatan Keluarga....................................................................4
2.2 Konsep Dasar Keperawatan Keluarga dengan Tahap Perkembangan Anak
Usia Remaja............................................................................................................7
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian.............................................................................................................15
3.2 Kasus Semu...........................................................................................................17
3.3 Analisa Data..........................................................................................................27
3.4 Skoring...................................................................................................................28
3.5 Intervensi...............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini ..
Harapan kami dari pembuatan makalah ini adalah sebagai sarana
pembahasan dan pemahaman dalam mata kuliah Keperawatan Keluarga, materi
yang kami bahas mengenai Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Remaja.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca .
Makalah kami masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Blitar, 28 November ,2020

Penyusun

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Keluarga merupakan suatu kumpulan yang memiliki hubungan


darah, ikatan perkawinan,dan adopsi serta tinggal dalam satu rumah tangga,
saling berinteraksi satu sama lain dan saling ketergantungan. Dalam keluarga
biasanya terdiri dari orang tua yaitu ayah dan ibunya, serta anak-anaknya, dan
masing-masing individu memiliki perannya masing-masing.

Tantangan utama bagi keluarga dengan anak remaja meliputi


perubahan perkembangan yang dialami oleh remaja dalam batasan perubahan
kognitif, pembentukan identitas, dan pembentukan biologis, serta konflik-
konflik dan krisis yang didasarkan perkembangan.  Ada tiga aspek proses
perkembangan remaja yang menyita banyak perhatian, yakni  emasipasi
(otonomi yang meningkat), budaya orang muda (perkembangan hubungan
teman sebaya), kesenjangan antara generasi (perbedaan nilai-nilai dan norma-
norma antara orang tua dan remaja).

Banyak masalah yang sering timbul pada keluarga dengan tahap


perkembangan anak remaja karena pada tahap ini, anak berusaha mencari
identitas diri, sehingga mereka sering membantah orang tuanya, karena mulai
mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-nilai sendiri yang berbeda
dengan orang tuanya. Orang yang dianggap penting pada usia ini adalah
teman sebaya, mereka berusaha untuk mengikuti pendapat dan gaya teman-
temannya karena dianggap memiliki kesamaan dengan dirinya, sehingga pada
usia ini sering terlibat dalam geng-geng. Masalah lain yang sering
mengganggu anak remaja adalah masalah yang berkaitan dengan organ
reproduksi (seksual). Mereka memiliki dorongan untuk pemuasan seksual.
Oleh karena itu, para remaja mencari kepuasan dalam bentuk khayalan,
membaca buku atau menonton film porno.

1
Peran perawat dalam asuhan keperawatan keluarga dengan tahap
anak usia remaja adalah membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah
kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan
fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga, sehingga keluarga dapat
melakukan program asuhan kesehatan secara mandiri, dan masalah yang
timbul bisa teratasi.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa pengertian keluarga?
2. Apa saja tipe keluarga?
3. Apa saja fungsi keluarga?
4. Apa pengertian keluarga dalam tahap perkembangan anak usia
remaja?
5. Apa peran, tanggung jawab, dan masalah orang tua dalam tahap
perkembangan anak usia remaja?
6. Apa tugas perkembangan keluarga dengan tahap perkembangan
anak usia remaja ?
7. Apa masalah-masalah yang terjadi dengan tahap perkembangan
anak usia remaja ?
8. Apa peran perawat dengan tahap perkembangan anak usia remaja ?
9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada keluarga dengan tahap
perkembangan anak usia remaja?
10. Bagaimana contoh kasus semu pada keperawatan keluarga dengan
tahap perkembangan anak usia remaja ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian keluarga?
2. Untuk mengetahui saja tipe keluarga?
3. Untuk mengetahui saja fungsi keluarga?
4. Untuk mengetahui keluarga dalam tahap perkembangan anak usia
remaja ?

2
5. Untuk mengetahui peran, tanggung jawab, dan masalah orang tua
dalam tahap perkembangan anak usia remaja?
6. Untuk mengetahui tugas perkembangan keluarga dengan tahap
perkembangan anak usia remaja ?
7. Untuk mengetahui masalah-masalah yang terjadi dengan tahap
perkembangan anak usia remaja ?
8. Untuk mengetahui peran perawat dengan tahap perkembangan
anak usia remaja ?
9. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada keluarga dengan
tahap perkembangan anak usia remaja?
10. Untuk mengetahui contoh kasus semu pada keperawatan keluarga
dengan tahap perkembangan anak usia remaja ?

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Keperawatan Keluarga


2.1.1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
ikatan perkawinan, adaptasi, dan kelahiran yang bertujuan untuk
menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, dan emosional serta
sosial individu-individu yang ada didalamnya dilihat dari interaksi
yang reguler dan ditandai dengan adanya ketergantungan dan
hubungan untuk mencapai tujuan umum ( Duval 1972, dalam Ali
1999, hal. 4 ).
Keluarga adalah dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu
tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan
( Departemen Kesehatan RI 1988, dalam Ali 1999, hal. 5 ).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung
karena hubungan darah perkawinan dan adopsi dalam satu rumah
tangga berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam peran dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya ( Bailon dan
Magloya 1989, dalam Ali 1999, hal. 5 ).
2.1.2. Tipe Keluarga
Menurut Friedman (1986, dalam Ali, 1999, hal.8 )  terdapat delapan
tipe keluarga :
1. Nuclear family
Suatu keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak
yang masih menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu
rumah terpisah dari sanak keluarga lainnya.

4
2.  Extended family (keluarga besar)
Yakni satu keluarga yang terdiri dari satu atau dua
keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan saling
menunjang satu sama lainnya.
3.  Single parent family
Yakni satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala
keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih
bergantung padanya.
4. Nuclear dyatd
Yakni keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri
tanpa anak, tinggal dalam satu rumah yang sama.
5. Reconti tuened atau blended family
Yakni suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan
pasangan yang masing-masing pernah menikah dan masing-
masing  membawa anak hasil perkawinan terdahulu.
6. Three generation family
Yakni keluarga yang terdiri dari tiga generasi yaitu
kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah.
7. Single adult living alone
Yaitu bentuk keluarga yang hanya terdiri dari seorang
dewasa yang hidup dalam rumahnya.
8. Midle age atau ederly couple
Yakni keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri
usia pertengahan.
Marilyn M. Friedmen (1998, dalam Ali, 1999, hal.9 )
Tipe keluarga :
1. Keluarga inti (konjugal)
Adalah keluarga yang menikah sebagai orang tua, atau
pemberi nafkah. Keluarga inti terdiri dari suami, istri, dan anak
(anak kandung, anak adopsi).

5
2. Keluarga orientasi (keluarga asal)
Adalah unit keluarga yang didalamnya seseorang
dilahirkan.
3. Keluarga besar
Adalah keluarga inti dan orang-orang yang
berhubungan (oleh darah), yang paling lazim terjadi anggota
keluarga, orientasi yaitu salah satu teman keluarga inti, sanak
keluarga, kakak, nenek, tante, paman dan sepupu

2.1.3. Fungsi Keluarga


Friedman (dalam Ali, 1999, hal.14) mengemukakan ada 5
fungsi keluarga yaitu:
1. Fungsi afektif
Yaitu yang berhubungan dengan fungsi internal
keluarga yang merupakan dasar kekuatan keluarga. Fungsi
afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Anggota keluarga mengembangkan gambaran dirinya yang
positif, peranan yang dimiliki dengan baik  dan penuh rasa kasih
sayang.
2. Fungsi sosialisasi
Yaitu proses perkembangan dan perubahan yang
dimulai individu yang menghasilkan interaksi sosial dan
melaksanakan perannya dalam lingkungan sosial.Keluarga
merupakan tempat individu melaksanakan sosialisasi dimana
anggota keluarga belajar disiplin, norma budaya, perilaku,
melalui interaksi dalam keluarga selanjutnya individu maupun
berperan didalam masyarakat.
3. Fungsi reproduksi
Yaitu fungsi untuk meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia.

6
4. Fungsi ekonomi
Yaitu fungsi memenuhi kebutuhan keluarga, seperti
makanan, pakaian, perumahan, dan lain-lain.
5. Fungsi perawatan keluarga
Yaitu keluarga menyediakan makanan, pakaian,
pelindungan, dan asuhan kesehatan/keperawatan.Kemampuan
keluarga melakukan asuhan keperawatan atau pemeliharaan
kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga dan individu.

2.2 Konsep Keperawatan Keluarga Dengan Tahap Perkembangan Anak


Usia Remaja
2.2.1 Pengertian
Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima
dari siklus kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung
selama 6 hingga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika
anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak
masih tinggal dirumah hingga berumur 19 atau 20 tahun ( Friedman,
1998, hal. 124).
Dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir
saat anak berusia 19-20 tahun. Keluarga dengan anak remaja berada
dalam posisi dilematis, mengingat anak sudah mulai menurun
perhatiannya terhadap orang tua dibandingkan dengan teman
sebayanya. Pada tahapan ini seringkali ditemukan perbedaan
pendapat antara orang tua dan anak remaja, apabila hal ini tidak
diselesaikan akan berdampak pada hubungan selanjutnya.
( diadaptasi dari Duval, dalam Setiawati & Dermawan, 2008, hal.
20).
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun
dan biasanya berakhir sampai pada usia 19 sampai 20 tahun, pada
saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga
adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta

7
kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih
dewasa ( Mubarak, 2009, hal. 89 ).
Berlangsung di usia 13-19 tahun (selama 6-7 tahun).
Metamorfosis: pergeseran yang luar biasa pada pola-pola hubungan
antar generasi, pergeseran dimulai dengan kematangan fisik remaja,
sejalan dengan peran orangtua memasuki pertengahan hidup (Preto,
1988, dalam perawatindonesia.org, 2010).
2.2.2 Peran, Tanggung Jawab, dan Masalah Orang Tua dalam tahap
perkembangan anak usia remaja
Tidak perlu dikatakan bahwa orang tua mengasuh remaja
merupakan tugas paling sulit saat ini.  Namun demikian, orang tua
perlu tetap tegar menghadapi ujian batas-batas yang tidak masuk
akal tersebut, yang telah terbentuk dalam keluarga ketika keluarga
mengalami proses  ”melepaskan”. Duvall (1977) juga
mengidentifikasi tugas-tugas perkembangan yang penting karena
masa ini yang menyelaraskan kebebasan dengan bertanggung jawab
ketika remaja menjadi matang dan mengatur diri mereka sendiri.
Friedman (1957) juga mendefinisikan bahwa tugas orang
tua selama tahap ini adalah belajar menerima penolakan tanpa
meninggalkan anak ( Friedman, 1988, hal. 125 )
Ketika orang tua menerima remaja apa adanya, dengan
segala kelemahan dan kelebihan mereka, dan ketika mereka
menerima sejumlah peran mereka pada tahap perkembangan ini
tanpa konflik atau sensitivitas yang tidak pantas, mereka membentuk
pola untuk semacam menerima diri yang sama. Hubungan antara
orang tua dan remaja seharusnya lebih mulus bila orang tua merasa
produktif, puas, dan dapat mengendalikan kehidupan mereka sendiri
( Kidwell et al, 1983) dan orang tua/keluarga berfungsi secara
fleksibel (Preto, 1988, dalam Friedman, 1988, hal. 125 ).
Schultz (1972) dan lain-lain telah mengungkapkan
pandangan mereka bahwa kompleksitas kehidupan mereka yang

8
meningkat telah membuat peran orang tua tidak jelas. Orang tua
merasa berkompetensi dengan berbagai kekuatan sosial dan institusi
mulai dari otoritas sekolah dan konselor hingga keluarga berencana
dan seks pra nikah dan pilihan kumpul kebo. Faktor-faktor lain
menambah pengaruh mereka yang semakin berkurang tersebut.
Karena adanya spesialisasi jabatan profesi, orang tua tidak lagi bisa
membantu anak-anak mereka dengan rencana-rencana
untuk  bekerja. Mobilitas penduduk dan kurangnya hubungan orang
dewasa yang kontinu bagi remaja dan orang tua, selain
ketidakmampuan banyak orang tua untuk mendiskusikan masalah-
maslah pribadi, seks, dan masalah-masalah yang berkaitan dengan
obat-obatan secara terbuka dan tidak menghakimi bersama anak-
anak mereka memberikan kontribusi pada masalah-masalah orang
tua-remaja ( Friedman, 1988, hal. 125 ).
2.2.3 Tugas Perkembangan Keluarga dalam tahap perkembangan anak
usia remaja
Tugas perkembangan yang pertama dan utama adalah
menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
matur dan semakin mandiri. Orang tua harus mengubah hubungan
mereka dengan remaja putri atau putranya secara progresif dari
hubungan dependen yang dibentuk sebelumnya kearah suatu
hubungan yang makin mandiri. Pergeseran yang terjadi dalam
hubungan anak dan orang tua ini salah satu hubungan khas yang
penuh dengan konflik-konflik sepanjang jalan ( Friedman, 1998, hal.
126).
Agar keluarga dapat beradaptasi dengan sukses selama
tahap ini, semua anggota keluarga, khususnya orang tua, harus
membuat “perubahan sistem” utama yaitu, membentuk peran-peran
dan norma-norma baru dan “membiarkan” remaja. Kidwell dan
kawan-kawan (1983) meringkas perubahan yang diperlukan
ini  “secara paradoks sistem keluarga yang dapat membiarkan

9
anggotanya adalah sistem yang akan bertahan dan menghasil sistem
itu sendiri secara efektif pada generasi-generasi berikutnya”
( Friedman, 1998, hal. 126).
Orang tua yang dalam upaya memenuhi kebutuhan-
kebutuhan mereka sendiri, tidak membiarkan anak-anaknya,
seringkali menemukan “revolusi”. Oleh remaja bila perpisahan
berlangsung kemudian. Orang tua dapat juga mempercayai anak agar
mandiri secara prematur, dengan menyampaikan kebutuhan-
kebutuhan ketergantungannya. Dalam hal ini remaja ini dapat gagal
mencapai kemandirian (Wright an Leahey, 1984, dalam Friedman,
1998, hal. 126).
Menyangkut tiga tahap terakhir, hubungan perkawinan juga
merupakan pusat perhatian. Tugas perkembangan keluarga yang
kedua bagi pasangan suami istri adalah memfokuskan kembali
hubungan perkawinan (Willson, 1988). Banyak sekali pasangan
suami istri yang telah begitu terikat dengan berbagai tanggung jawab
sebagai orang tua sehingga perkawinan tidak lagi memainkan suatu
peran utama dalam kehidupan mereka. suami biasanya
menghabiskan banyak waktu diluar rumah, karena bekerja dan
melanjutkan karirnya, sementara itu, istrinya juga bekerja sementara
mencoba meneruskan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga dan
tanggung jawab sebagai orang tua. Dalam situasi seperti ini, hanya
tersisa sedikit waktu dan energy untuk hubungan perkawinan
( Friedman, 1998, hal. 126).
Akan tetapi disisi lain, karena anak-anak lebih bertanggung
jawab terhadap mereka sendiri, pasangan suami istri meninggalkan
rumah untuk meniti karir mereka atau dapat menciptakan
kesenangan-kesenangan perkawinan setelah anaknya telah
meninggalkan rumah (postparental). Mereka dapat mulai
membangun pondasi untuk tahap siklus kehidupan keluarga
berikutnya ( Friedman, 1998, hal. 126).

10
Tugas perkembangan keluarga yang ketiga yang mendesak
adalah untuk para anggota  keluarga, khususnya orang tua dan
remaja, untuk berkomunikasi secara terbuka. Karena adanya
kesenjangan antara generasi, komunikasi terbuka seringkali hanya
merupakan suatu cita-cita, bukan suatu realita. Orang tua yang
berasal dari keluarga dengan berbagai masalah terbukti seringkali
menolak dan memisahkan diri dari anak mereka paling tua, sehingga
mengurangi saluran-saluran komunikasi terbuka yang mungkin telah
ada sebelumnya ( Friedman, 1998, hal. 126).
Mempertahankan etika dan standar keluarga merupakan
tugas-tugas perkembangan keluarga lainnya (Duvall dan Miller,
1985). Meskipun aturan-aturan dalam keluarga belum diubah, etika
dan standar moral keluarga belum tetap dipertahankan oleh orang
tua. Remaja sangat sensitive terhadap ketidakcocokan antara apa
dikatakan dengan apa yang dipraktekkan. Namun demikian, orang
tua dan anak-anak dapat belajar dari satu sama lain dalam
masyarakat yang majemuk dan berubah dengan cepat saat ini.
Transformasi nilai dari kaum muda juga mentransformasikan
keluarga. Adopsi gaya hidup yang lebih bebas dan sederhana
melambangkan transformasi nilai yang mempengaruhi setiap tahap
kehidupan keluarga (Yankelowich, 1975, dalam Friedman, 1998,
hal. 126).
2.2.4 Masalah-Masalah yang Terjadi Pada Keluarga dengan Tahap
Perkembangan Anak Usia Remaja
Ketidakmatangan dalam hubungan keluarga seperti yang
ditunjukkan oleh adanya pertengkaran dengan anggota-anggota
keluarga,terus menerus mengritik atau buat komentar-komentar yang
merendahkan tentang penampilan atau perilaku anggota keluarga,
sering terjadi selama tahun-tahun awal masa remaja. Pada saat ini
hubungan keluarga biasanya berada pada titik rendah.

11
Hubungan keluarga yang buruk merupakan bahaya
psikologis pada setiap usia, terlebih selama masa remaja karena pada
saat ini anak laki-laki dan perempuan sangat tidak percaya pada diri
sendiri dan bergantung pada keluarga untuk memperoleh rasa aman.
Yang lebih penting lagi, mereka memerlukan bimbingan atau
bantuan dalam menguasai tugas perkembangan masa remaja. Kalau
hubungan-hubungan keluarga ditandai dengan pertentangan,
perasaan-perasaan tidak aman berlangsung lama, dan remaja kurang
memiliki kesempatan untuk mengembangkan pola perilaku yang
tenang dan lebih matang. Remaja yang hubungan keluarganya
kurang baik juga dapat mengembangkan hubungan yang buruk
dengan orang-orang diluar rumah. Meskipun semua hubungan, baik
dalam masa dewasa atau dalam masa kanak-kanak, kadang-kadang
tegang namun orang ang selalu mengalami kesulitan dalam bergaul
dengan orang lain dianggap tidak matang dan kurang
menyenangkan. Hal ini menghambat penyesuaian sosial yang baik.
Masa remaja dikenal banyak orang sebagai masa yang
indah dan penuh romantika, padahal sebenarnya masa ini merupakan
masa yang penuh dengan kesukaran. Bukan hanya bagi dirinya tetapi
bagi keluarga dan lingkungan sosial. Masa ini akan membuat remaja
mengalami kebingungan disatu pihak masih anak-anak, tetapi dilain
pihak harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi ini
membuat mereka dalam kondisi konflik, sehingga akan terlihat
bertingkah laku aneh, canggung dan kalau tidak dikontrol dengan
baik dapat menyebabkan kenakalan. Dalam usahanya mencari
identitas diri, mereka sering membantah orang tuanya, karena
memulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-nilai
sendiri yang berbeda dengan orang tuanya.
Pendapat orang tua tidak lagi dapat dijadikan pegangan,
meskipun sebenarnya mereka juga belum memiliki dasar pegangan
yang kuat. Orang yang dianggap penting dalam masa ini adalah

12
teman sebaya. Mereka berusaha untuk mengikitu pendapat dan gaya
teman-temannya karena dianggap memiliki kesamaan dengan
dirinya. Karenanya sering kali remaja terlibat dalam geng-geng,
dengan menjadi anggota geng mereka akan saling memberi dan
mendapat dukungan mental. Beberapa kasus terakhir seperti geng-
geng motor yang terlibat kegiatan merupakan bentuk dari
kecenderungan tersebut. Mereka akan berani melakukan tindakan-
tindakan kejahatan ketika dilakukan dalam kelompok dan tidak akan
berani melakukannya secara individual. Masalah lain yang sering
mengganggu anak remaja adalah masalah yang berkaitan dengan
organ reproduksi (seksual). Satu sisi mereka sudah mencapai
kematangan seksual, yang menyebabkan mereka memiliki dorongan
untuk pemuasan tetapi disisi lain kebudayaan dan norma sosial
melarang pemuasan kebutuhan seksual diluar pernikahan. Padahal
untuk menikah banyak persyaratan yang harus dipenuhi, bukan
hanya kemampuan dalam melakukan hubungan seksual, tetapi
diperlukan ekonomi, kematangan psikologi, dan sebagainya.syarat-
syarat ini sangat berat dan mungkin belum dicapai pada usia remaja.
Oleh karena itu, para remaja mencari kepuasan dalam bentuk
khayalan, membaca buku atau menonton film porno. Meskipun
tingkah laku ini sebenarnya tetap melanggar norma masyarakat,
tetapi mereka melakukannya dengan sembunyi-sembunyi.
Untuk menghadapi situasi ini orang tua harus lebih
bijaksana dalam menyikapi, cara yang tepat dilakukan adalah dengan
mengurangi control secara bertahap terhadap anaknya, sehingga
mereka dapat tumbuh menjadi diri sendiri secara bertahap sampai
akhirnya dewasa.
2.2.5 Peran Perawat dalam tahap perkembangan anak usia remaja
Peran perawat pada tahap ini adalah mengarahkan keluarga
pada peningkatan dan pencegahan penyakit. Penyuluhan tentang
penyakit kardiovaskuler pada usia lanjut, penyuluhan tentang obat-

13
obatan terlarang, minuman keras, seks, pencegahan kecelakaan pada
remaja, serta membantu terciptanya komunikasi yang lebih efektif
antara orang tua dengan anak remajanya ( Mubarak, 2009, hal. 90 ).
Peran perawat dalam peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit pada tahap keluarga dengan anak remaja
menurut Stanhope (1998, Hal. 52):
a. Guru tentang faktor-faktor kesehatan
b. Guru dalam isu-isu pemecahan masalah mengenai alkohol dan
merokok, diet dan gerak badan
c. Fasilitator keterampilan interpersonal dengan anak belasan
tahun bersama orang tua
d. Penolong langsung, konsultan atau pihak yang merujuk ke
sumber-sumber kesehatan mental
e. Konsultan keluarga berencana
f. Pihak yang merujuk ke bagian penyakit yang ditularkan melalui
seksual
g. Peserta dalam organisasi masyarakat untuk pengendalian
penyakit.

14
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Data umum/ identitas keluarga
a. Nama kepala keluarga
b. Komposisi anggota keluarga
c. Alamat
d. Agama
e. Suku
f. Bahasa sehari- hari
g. Jarak pelayanan kesehatan terdekat
h. Alat transportasi
2. Kondisi kesehatan semua anggota keluarga
a. Nama
b. Hubungan dengan keluarga
c. Umur
d. Jenis kelamin
e. Pendidikan terakhir
f. Pekerjaan saat ini
g. Status gizi
h. TTV
i. Status imunisasi dasar
j. Penggunaan alat bantu
k. Status kesehatan anggota keluarga saat ini (keadaan umum,
riwayat penyakit/alergi)
3. Data pengkajian individu yang mengalami masalah kesehatan
a. Nama individu yang sakit
b. Diagnosis medis
c. Keadaan umum
d. B1-B6

15
e. istirahat dan tidur
f. Status mental
g. Komunikasi dan budaya
h. Kebersihan diri
i. Perawatan diri sehari- hari
j. Data penunjang
4. Data kesehatan lingkungan
a. Ventilasi
b. Penerangan
c. Kondisi lantai
d. Tempat pembuangan sampah
5. Struktur keluarga
a. Struktur peran
b. Nilai
c. Komunikasi
d. Kekuatan
6. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga
b. Tugas perkembangan keluarga
7. Fungsi keluarga (aspek instrumental dan ekspresif)
a. Kemampuan mengenali masalah kesehatan
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan keperawatan yang
tepat
c. Merawat anggota keluarga yang sakit
d. Memelihara lingkungan rumah yang sehat
e. Menggunakan fasilitas kesehatan

16
3.2 Analisa Data
Analisa data bertujuan untuk mengetahui masalah kesehatan yang
dialami oleh keluarga. Dalam menganalisis data dapat menggunakan
Typologi masalah dalam family healt care.
Permasalahan dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. Ancaman kesehatan adalah : keadaan yang dapat memungkinkan
terjadinya penyakit,kecelakaan atau kegagalan dalam mencapai potensi
kesehatan.
b. Kurang atau tidak sehat adalah : kegagalan dalam memantapkan
kesehatan.
c. Krisis adalah : saat- saat keadaan menuntut terlampau banyak dari
indivdu atau keluarga dalam hal penyesuaian maupun sumber daya
mereka.

3.3 Skoring dan Prioritas Masalah


Didalam menentukan prioritas masalah kesehatan keluarga
menggunakan sistim scoring berdasarkan tipologi masalah dengan
pedoman sebagai berikut :

Rasio
No Kriteria Skala Bobot Skoring nal

1 Sifat Masalah 1
- Aktual 3
- Resiko 2
- Potensial/
weliness 1

2 Kemungkinan 2
Masalah dapat
diubah
- Mudah 2

17
- Sebagian 1
- Tidak dapat
0

3 Potensial masalah 1
untuk dicegah
- Tinggi 3
- Cukup 2
- Rendah
1

Menonjolnya
4 Masalah 1
- Segera 2

- Tidak perlu 1
segera

- Tidak dirasakan 0

Total

Skoring :

1. Tentukan skor untuk tiap criteria.


2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot.
3. Jumlahkanlah skor untuk semua criteria ,skor tertinggi 5 sama
dengan seluruh bobot.

18
KASUS SEMU

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KELUARGA
Hari, tanggal : Sabtu, 28 November 2019 Jam : 11:00 WIB

1. DATA UMUM
a. Nama Kepala Keluarga : Tn. H
b. Umur KK : 50 Tahun
c. Alamat dan telepon : Jl. Raya Talun-Blitar
d. Pekerjaan KK : Satpam
e. Pendidikan KK : SMA
f. Agama KK : Islam
g. Suku bangsa KK : Jawa
h. Komposisi keluarga :
No Nama Jenis Hub. dg Umur Pendidikan Agama Pekerjaan
Kelamin KK
1 Tn.H L Suami 50 Th SMA Islam Satpam
2 Ny.J P Istri 45 Th SMA Islam IRT
3 An.W L Anak 19 Th SMA Islam Mahasiswa

4. An.M P Anak 15 Th SMP Islam Pelajar

i. Genogram

19
Keterangan : : Laki-Laki : Perempuan : Menikah

j. Tipe Keluarga
Keluarga Tn. H memiliki tipe keluarga inti, karena keluarga Tn.H
terdiri dari ayah, ibu dan anak yang tinggal dalam satu rumah. Tidak ada
masalah dalam keluarga Tn.H.
k. Suku Bangsa

Jawa

l. Agama
Anggota keluarga Tn.H beragama islam. Tn.H dan Ny.J selalu
mengajarkan anakya untuk selalu dekat dengan Allah S.W.T,
mengingatkan anak-anaknya sholat 5 waktu, sering mengusahakan untuk
sholat berjamaah, setiap malam jumat seluruh anggota keluarga membaca
yasin bersama.
m. Status sosial ekonomi keluarga
Dalam keluarga Tn.H adalah seorang kepala keluarga yang bekerja
sebagai Satpam dengan Gaji setiap bulannya Rp. 2.000.000. Sedangkan
Istrinya Ny.J hanya seorang ibu rumah tangga. Semua kebutuhan keluarga
mengandalkan pekerjaan Tn.H tersebut.
n. Aktivitas rekreasi keluarga
Kegiatan yang dilakukan keluarga untuk rekreasi adalah menonton TV,
makan Bersama. Kadang-kadang berkumpul dengan sanak saudara saat
ada acara keluarga dan lebaran.
An.W mengatakan jika merasa bosan dan stress dia sering keluar
malam untuk sekedar nongkrong bersama temannya. An.W juga
mengatakan bahwa dia pernah keluar malam dan pulang jam 3 subuh.
Namun, sekarang dia mengatakan bahwa dia hanya keluar pada malam
minggu dan pulang jam 12 malam. An.W mengatakan bahwa dia sangat
menyukai otomotif sehingga terkadang dia menghibur diri dengan

20
memodifikasi motornya atau bahkan menonton dan ikut berpartisipasi
dalam balapan motor.

2. RIWAYAT TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tn.H memiliki 2 orang anak, laki-laki dan perempuan. Saat ini
anak pertama keluarga Tn.H (An.W) berumur 19 tahun, belum berkeluarga
dan masih kuliah. Anak ke-2 Tn.H (An.M) berumur 15 tahun, masih
sekolah SMA.

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Tahap perkembangan keluarga Tn.H masih belum terpenuhi karena
Tn.H harus membiayai 2 orang anaknya. Anak pertama dan kedua Tn.H
masih dalam tahap perkembangan keluarga dengan anak remaja, yang saat
ini anak pertama (An.W) kuliah semester 2, anak kedua (An.M) sekolah
kelas 1 SMA.

c. Riwayat kesehatan keluarga inti


Tn.H sering mengeluh pusing dan lemas, ketika diperiksa keadaan
Tn.H dan didapatkan tekanan darah Tn.H yaitu 80/70 mmHg. Tn.H tidak
pernah memeriksakan dirinya ke dokter, dia menganggap penyakit
tersebut akan sembuh sendiri. Biasanya jika TD Tn.H turun, dia meminum
susu cair.
Ny.J beranggapan bahwa sakit Tn.H hanya biasa dan tidak terlalu
serius. An.M menderita gastritis, An.M mengatakan bila dia merasa sakit,
An.M mengkonsumsi obat penurun asam lambung. Namun, bila penyakit
dirasa cukup serius, An.M pergi ke Puskesmas atau dokter.

d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya


Orang tua dari Tn.H tidak memiliki riwayat penyakit serius. Ayah
dari Tn.H sudah lama meninggal pada saat menunaikan ibadah haji. Serta

21
ibu dari Tn.H saat ini masih ada dan tidak memiliki riwayat penyakit
serius.

LINGKUNGAN

a. Karakteristik rumah
1) Denah rumah

2.) Keadaan lingkungan dalam rumah


Tempat tinggal Tn.H memiliki luas 114,75 m, Tipe rumah 45,
milik sendiri. Rumah Tn.H memiliki kamar/ ruangan sebanyak 10
ruangan, Ventilasi/ penerangan cukup, dengan pemanfaatan ruangan : 1
ruang tamu, 4 kamar tidur, 1 R.serbaguna, 1 R keluarga, 1 dapur, 2
kamar mandi. Rumah Tn.H memiliki 1 Septik tenk, jarak pembuangan
(Septik tenk) dengan sumber mata air ±10m. Keluarga Tn.H
menggunakan sumber air minum dari PDAM. tersedia tempat sampah,
untuk limbah rumah tangga ada di depan rumah dan biasanya di bakar 3
hari sekali. Lingkungan rumah Tn.H cukup bersih.
3.) Keadaan lingkungan di luar rumah
a). Pemanfaatan halaman
Rumah Tn. H memiliki halaman, yang dimanfaatkan untuk menanam
beberapa jenis tumbuh-tumbuhan kecil.
b). Sumber air minum

22
Sumber air minum didapatkan dari PDAM. Air yang digunakan bersih,
tidak berasa, tidak berwarna dan tidak berbau.
c). Pembuangan air kotor
Pembuangan air limbah/air kotor hasil dari limbah rumah tangga Tn.H
dibuang di Septic Tank yang berada dibelakang rumah.
d). Pembuangan sampah
Di depan rumah klien terdapat tempat sampah untuk limbah rumah tangga
dan akan dibakar setia 3 hari sekali.
e). Jamban
Keluarga Tn.H menggunakan jamban leher angsa dengan jarak septic tank
-/+10 m dari sumnber air.
f). Sumber pencemaran
Tidak ada sumber pencemaran yang dekat dengan rumah keluarga Tn.H
g). Sanitasi rumah
Sanitasi baik
b. Karakteristik tetangga dan komunitas
Keluarga Tn.H tinggal di daerah perumahan, tetangga yang ada di sekitar
rumah semuanya ramah dan saling tolong-menolong satu sama lain. Warga
sekitar khususnya ibu – ibu memiliki kebiasaan mengadakan pengajian rutin
setiap hari jumat. Pengajian diadakan di masjid dekat rumah. Warga di sekitar
juga sering mengadakan kerja bakti membersihkan lingkungan setiap 1 bulan
sekali. Apalagi jika sudah memasuki musim penghujan.

c. Mobilitas geografi keluarga


Keluarga Tn.H sudah menempati rumah itu sejak 23 Desember 2006
sampai sekarang. Tn.H lahir dan besar di Blitar, sedangkan Ny.J lahir di
Malang. Setelah menikah, Tn.H dan Ny.J memutuskan untuk menetap di
Blitar. Kebanyakan saudara dari Ny.J berjauhan dan jarang berkunjung
kerumah. Tn.H memiliki saudara yang dekat (masih 1 daerah).

d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

23
Biasanya Ny.J ikut arisan RT sebulan sekali sekali, dan arisan kelurahan
sebulan sekali sedangkan Tn.H selalu ikut serta bila ada acara kerja bakti RT
maupun RW dan mengikuti kegiatan Yasinan.

e. Sistem pendukung keluarga


Semua anggota keluarga dalam kondisi sehat. Antara anggota keluarga
saling menyayangi dan membantu satu sama lain. Keluarga Tn.H memiliki
fasilitas : Televisi, MCK, Ttempat tidur yang nyaman, sumber air bersih,
motor sebagai sarana transportasi.

3. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola komunikasi
Keluarga Tn.H dalam kesehariannya baik berkomunikasi langsung/ tidak
langsung menggunakan bahasa Jawa / bahsa sehari-hari. Dalam keadaan
emosi keluarga Tn.H menggunakan kalimat yang positif. Ny.J selalu berusaha
membangun komunikasi yang baik dengan anak-anaknya terutama An.W,
karena dia rentan dengan perilaku menyimpang jika dilihat dari teman-
temannya.

b. Struktur kekuatan atau kekuasaan keluarga


Didalam keluarga ini pengambil keputusan dilakukan oleh Tn.H sebagai
kepala keluarga, tetapi dalam mengambil keputusan Tn.H selalu
bermusyawarah dengan istrinya terlebih dahulu.
c. Struktur peran (formal dan informal)
Struktur peran dalam keluarga ini sudah tepat, Tn.H sebagai kepala
keluarga dan mencari nafkah, Ny.J sebagai istri dan mengurus rumah
tangga serta mengurus anak-anaknya.
d. Nilai dan norma
Tn.H menganut agama Islam dan norma yang berlaku di masyarakat dan
adat istiadat orang Palembang. Keluarga Tn.H sangat mematuhi peraturan
yang ada di rumah, seperti anak perempuannya tidak boleh keluar setelah

24
magrib tanpa di dampingi keluarga laki-laki. Tn.H dan Ny.J juga
mengajarkan pentingnya bersikap/ sopan santun dengan orang lain.
Apabila ada keluarga yang sakit, keluarga mempercayai bahwa ini adalah
cobaan yang Allah berikan agar keluarga dapat lebih kuat. Keluarga selalu
berusaha dan bertawakal saat menghadapi musibah apapun.

4. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afeksi
Keluarga Tn.H dan Ny.J selalu menyayangi dan perhatian kepada anak-
anaknya, Ny.J dan Tn.H juga selalu mendukung dan mengarahkan segala sesuatu
yang dilakukan oleh anak-anaknya selama dalam batas kewajaran dan tidak
melanggar norma dan etika sopan santun.

b. Fungsi sosial
1). Cara pola asuh pada anak
Anak lebih dekat dengan oleh Ny.J karena Tn.H harus bekerja setiap pagi
hingga sore hari menjadi Satpam di sebuah gudang.
2). Siapa yang menjadi pelaku sosialisasi anak–anak
Ayah dan ibu saling bekerja sama dalam pelaku sosial anaknya akan tetapi
anaknya lebih dekat dengan Ny.J
3). Nilai anak–anak dalam keluarga
Anak sebagai karunia dari Tuhan yang harus dirawat dan dididik dengan
baik untuk menjadikannya seseorang yang nantinya bisa membanggakan
dan berguna untuk orangtua serta orang lain.
4). Keyakinan budaya yang mempengaruhi pola asuh
Keyakinan dan pola asuh yang diterapkan adalah sesuai dengan ajaran
agama Islam, dimana anak harus menjaga dirinya sebaik mungkin serta
diperkuat dengan budaya jawa yang harus berperilaku sopan, santun dan
saling menghargai satu sama lain.
5). Pengaruh kelas sosial dalam pengasuhan
Karena ayah dan ibu mampu bersosialisasi dengan baik di lingkungan
pekerjaan ataupun rumah, maka dari itu keduanya memiliki wawasan luas

25
dalam pola asuh anak serta mengetahui bagaimana cara untuk mengasuh
anak dengan baik.
6). Estimasi resiko masalah pengasuhan
Saat ini tidak ada risiko dalam masalah pengasuhan anak.
7). Kelayakan lingkungan rumah untuk bermain bagi anak
Lingkungan rumah cukup layak digunakan.
c. Fungsi perawatan kesehatan
1). Keadaan kesehatan
Anak keluarga Tn.H menderita Gastritis. Sedangkan Tn.H mengetahui
jika tekanan darahnya selalu rendah. Tn.H langsung beristirahat jika merasa
kepalanya pusing
2). Kebersihan perorangan
Pasien dan keluarga mandi 2x sehari dan menggosok gigi 2x sehari.
3). Penyakit yang sering diderita
Tidak ada penyakit lain selain Gastritis pada anaknya.
4). Penyakit keturunan
Tidak ada penyakit keturunan dari masing- masing anggota keluarga.
5). Penyakit kronis atau menular
Tidak ada penyakit kronis ataupun menular pada anggota keluarga.
6). Kecacatan
Tidak ada kecacatan yang diderita anggota keluarga.
7). Pola makan
Tn.H dan Ny.J makan sebanyak 3x sehari dengan porsi yang cukup.
8). Pola istirahat
Pola istirahat Ny.J dan Tn.H cukup dengan tidur kurang lebih 8 jam per
hari
9). Ketergantungan obat atau bahan
Tidak ada anggota keluarga yang ketergantungan obat atau bahan kimia
lainnya.
10). Mencari pelayanan kesehatan

26
Keluarga Tn.H mengatakan jika sakit lebih memilih membeli obat-obatan
di warung karena menganggap bahwa jika pergi ke puskesmas ataupun RS
prosesnya sangat rumit dan lama.

d. Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi keluarga Tn.H baik.
5. STRESS DAN KOPING KELUARGA
a. Stressor jangka pendek dan jangka panjang
Stressor jangka pendek keluarga Tn.H takut kondisi tekanan darahnya
yang sering rendah dapat mempengaruhi pekerjannya. Ny.J dan Tn.H juga
khawatir dengan pergaulan An.W yang sering begadang dan keluar malam.
Tn.H dan Ny.J juga mulai khawatir dengan anaknya yang masih SMA yaitu
An.M yang mulai beranjak menuju remaja. Tn.H dan Ny.J takut anaknya salah
dalam bergaul dan terjerumus ke pergaulan yang negatif.

Stressor jangka panjang keluarga Tn.H dan Ny.J memikirkan biaya untuk
melanjutkan sekolah bagi anak-anaknya.
b. Kemampuan berespon terhadap stressor
Stress jangka panjang Tn.H berusaha untuk mencukupi kebutuhan sekolah
anak-anaknya dengan bekerja keras.
Untuk stress jangka pendek, Tn.H berusaha untuk tidak stress dan
beristirahat agar tekanan darahnya tetap stabil. Sedangkan Ny.J selalu
mengontrol keadaan An.W walaupun sedang di luar rumah untuk
mengingatkannya makan dan pulang cepat. Ny.J sering memberikan
pengertian dan wejangan kepada An.W bahwa mana yang baik untuk
dilakukan mana yang harus ditinggalkan. Ny.J juga sering mengontrol An.W
dari teman-teman yang dikenalnya. Tn.H dan Ny.J juga memantau kedua
anaknya serta teman-teman mereka. Ny.J juga selalu mengontrol anak-
anaknya lewat telpon jika sedang berada diluar. Tn.H dan Ny.J juga
membangun hubungan yang harmonis dirumah agar anak-anaknya tetap betah
walau berada dirumah.

27
c. Strategi koping yang digunakan
Strategi koping yang digunakan Tn.H dan Ny.J baik, Bila ada
permasalahan, Tn. H dan Ny.J berusaha untuk selalu menyelesaikannya
dengan bermusyawarah dan tetap tenang dalam berfikir. Namun, keputusan
tertinggi tetap berada di tangan Tn.H sebagai kepala rumah tangga.

d. Strategi adaptasi disfungsional


Keluarga tidak pernah menggunakan kekerasan, perlakuan kejam kepada
anak ataupun istrinya ataupun memberikan ancaman-ancaman dalam
menyelesaikan masalah.

6. PEMERIKSAAN FISIK
Hari/ Tgl :........................................
TB BB LLA N R Keterangan
No Nama TD Mm/Hg S ºC
Cm Kg Cm x/’ x/’ keluhan
1 Tn.H 169cm 62kg 80/70Mm/Hg 82 14 36,5 -
2 Ny.J 161cm 58kg 110/70Mm/Hg 80 16 36,3 -
3 An.W 165cm 60kg 120Mm/Hg 78 12 36,1 -
4 An.M 150cm 45kg 115Mm/Hg 70 15 36 -

7. HARAPAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN KESEHATAN


KELUARGA
a. Persepsi terhadap masalah
Jika salah satu anggota keluarga ada yang sakit di keluarga Tn.H
seringkali hanya membelikan obat di warung terdekat. Karena jika ke
puskesmas ataupun RS sangat lama prosesnya.
b. Harapan terhadap masalah
Keluarga Tn.H berharap anaknya tidak terjerumus kedalam pergaulan
yang salah dan semua anggota keluarga diberikan kesehatan.

28
Blitar 28 November 2019
Perawat yang mengkaji,

……………………………

ANALISA DATA

NO DATA MASALAH
1. DS : Manajemen Kesehatan
- Tn. H sering mengeluh pusing dan lemas Keluarga Tidak Efektif
- Tn. H tidak pernah memerikskan dirinya ke
dokter dan menganggap penyakitnya akan
sembuh dengan sendirinya
- Ny. J beranggapan sakit Tn.H hanya biasa
dan tidak terlalu serius

DO :
TD : 80/70 mmHg
2. DS : Ketidakmampuan koping
- Ny. J dan Tn.H khawatir dengan pergaulan keluarga
An.W yang sering begadang dan sering keluar
malam
- Ny. J dan Tn. H juga khawatir dengan An.M
yang menuju remaja
- Tn.H dan Ny.J berusaha tidak stress
memikirkan biaya sekolah anaknya
- Ny.J dan Tn.H memberikan pengertian dan
wejangan kepada anak-anaknya

29
SKORING

Diagnosa 1 :
Manajemen Kesehatan Tidak Efektif

No. Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran


1. Sifat masalah 3/3 1 1 Aktual
2. Kemungkinan 2/2 2 2 Mudah
masalah dapat
diubah
3. Potensial masalah 2/3 1 2/3 Cukup
untuk dicegah
4. Menonjolnya 2/2 1 2 Segera
masalah
Jumlah 52/3

Diagnosa 2 :
Ketidakmampuan Koping Keluarga

No. Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran


1. Sifat masalah 3/3 1 1 Aktual
2. Kemungkinan 1/2 2 1 Sebagian
masalah dapat
diubah
3. Potensial masalah 2/3 1 2/3 Cukup
untuk dicegah
4. Menonjolnya 2/2 1 2 Segera
masalah
42/3

INTERVENSI

30
N SDKI SLKI SIKI
o
1. Manajemen Setelah dilakukan Dukungan koping keluarga
kesehatan asuhan keperawtan 1. Observasi
keluarga tidak selama 1x24 jam  Identifikasi respon
efektif maka manajemen emosional terhadap
kesehatan keluarga kondisi saat ini
meningkat, ditandai  Identifikasi
dengan : kesesuaian antar
 Kemampuan harapan
menjelaskan pasien,keluarga dan
masalah tenaga kesehatan
kesehatan 2. Terapeutik
yang dialami  Dengarkan masalah,
meningkat perasaan, dan
 Aktivitas pertanyaan keluarga
keluarga  Fasilitasi
mengatasi pengambilan
masalah keputusan dalam
kesehatan merencanakan
tepat perawatan jangka
meningkat panjang, jika perlu
 Tindakan  Fasilitasi
untuk pemenuhan
mengurangi kebutuhan dasar
factor resiko keluarga
meningkat (mis.tempat tinggal,
makan, pakaian)
3. Edukasi
 Informasikan

31
fasilitas keperawatn
kesehatan yang
tersedia
4. Kolaborasi
rujuk untuk terapi keluarga, jika
perlu
2 Ketidakmampu Setelah dilakukan Promosi koping
an koping asuhan keperawtan Observasi :
keluarga selama 1x24 jam  Identifikasi
maka fungsi keluarga kemampuan yang
membaik, ditandai dimiliki
dengan :  Identifikasi
 Anggota pemahaman proses
keluarga salin penyakit
mendukung Terapeutik :
meningkat  Diskusikan perubahan
 Anggota peran yang dialami
keluarga  Fasilitasi dalam
menjelankan memperoleh informasi yang
peran yang dibutuhkan
diharapkan  Motivasi untuk menetukan
meningkat harapan yang realistis

Edukasi :
 Anjurkan penggunaan
sumber spriritual,jika perlu
 Anjurkan keluarga terlibat
 Anjurkan membuat tujuan
yang lebih spesifik

32

Anda mungkin juga menyukai