Anda di halaman 1dari 22

BAB II

KAJIAN TEORI

1. KELUARGA
A. Pengertian
Padila (2012) dalam Andarmoyo, S (2013) mengemukakan keluarga sebagai dua atau
lebih yang disatukan oleh ikatan kebersamaan dan ikatan emosional serta
mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Sedangkan menurut
Depkes RI (2000) dalam Nadirawati (2018), Keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami-istri dan anaknya, atau ayah dan
anaknya, atau ibu dan anaknya
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap
dalam keadaan saling kebergantungan (Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009
dalam Nadirawati, 2018)
B. Tipe keluarga
Tipe keluarga dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
a) Tipe keluarga tradisional
 Nuclear family atau keluarga inti merupakan keluarga yang terdiri atas
suami,istri dan anak.
 Dyad family merupakan keluarga yang terdiri dari suami istri namun tidak
memiliki anak
 Single parent yaitu keluarga yang memiliki satu orang tua dengan anak yang
terjadi akibat peceraian atau kematian.
 Single adult adalah kondisi dimana dalam rumah tangga hanya terdiri dari satu
orang dewasa yang tidak menikah
 Extended family merupakan keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah
dengan anggota keluarga lainnya
 Middle-aged or erdely couple dimana orang tua tinggal sendiri dirumah
dikarenakan anak-anaknya telah memiliki rumah tangga sendiri.
 Kit-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersamaan dan
menggunakan pelayanan Bersama
3
b) Tipe keluarga modern
 Unmaried parent and child family yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua
dan anak tanpa adanya ikatan pernikahan.
 Cohabitating couple merupakan orang dewasa yang tinggal bersama tanpa
adanya ikatan perkawinan
 Gay and lesbian family merupakan seorang yang memiliki persamaan jenis
kelamin tinggal satu rumah layaknya suami-istri
 Nonmarital Hetesexual Cohabiting family,keluarga yang hidup Bersama
tanpa adanyanya pernikahan dan sering berganti pasangan
 Faster family, keluarga menerima anak yang tidak memiliki
hubungan darah dalam waktu sementara (Widagdo,2016)
C. Fugsi keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (2003) dalam Nadirawati (2018:21) adalah
sebagai berikut :
a. Fungsi afektif dan koping adalah keluarga memberikan kenyamanan emosional
anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas, dan mempertahankan
saat terjadi stress.
b. Fungsi sosialisasi adalah keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan,
nilai, sikap, dan mekanisme koping; memberikan feedback; dan memberikan
petunjuk dalam penyelesaian masalah.
c. Fungsi reproduksi adalah keluarga melahirkan anaknya.
d. Fungsi ekonomi adalah keluarga memberikan finansial untuk anggota
keluarga dan kepentingan di masyarakat.
e. Fungsi pemeliharaan kesehatan adalah keluarga memberikan keamanan dan
kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan
istirahat juga penyembuhan dari sakit.
D. Tugas kesehatan keluarga
Tugas kesehatan keluarga menurut Nadirawati (2018) adalah sebagai berikut :
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga ; Kesehatan merupakan kebutuhan
keluarga yang tidak boleh diabaikan, karena tanpa kesehatan segala sesuatu
tidak akan berarti. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-
perubahan yang dialami oleh anggota keluarganya. Perubahan sekecil apapun

4
yang dialami anggota keluarga, secara tidak langsung akan menjadi perhatian
keluarga atau orang tua. Apabila menyadari adanya perubahan, keluarga perlu
mencatat kapan terjadinya, dan seberapa besar perubahannya.
2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat ; Tugas ini merupakan
upaya utama keluarga untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan
keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara aggota keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan sebuah tindakan. Tindakan kesehatan yang
dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan yang sedang
terjadi dapat dikurangi atau teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dalam
mengambil keputusan, maka keluarga dapat meminta bantuan kepada orang lain
di lingkungan tempat tinggalnya
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit ; Sering kali keluarga
telah mengambil tindakan yang tepat, tetapi jika keluarga masih merasa
mengalami keterbatasan, maka anggota keluarga yang mengalami gannguan
kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang
lebih parah tidak terjadi.
4. Mempertahankan suasana rumah yang sehat ; Rumah merupakan tempat
berteduh, berlindung, dan bersosialisasi bagi anggota keluarga. Sehingga
anggota keluarga akan memiliki waktu lebih banyak berhubungan dengan
lingkungan tempat tinggal. Oleh karema itu, kondisi rumah haruslah dapat
menjadikan lambang ketenangan, keindahan, ketentraman, dan dapat menunjang
derajat kesehatan bagi anggota keluarga.
5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat ; Apabila
mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan dengan kesehatan keluarga
atau anggota keluarga harus dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
disekitarnya. Keluarga dapat berkonsultasi atau meminta bantuan tenaga
keperawatan untuk memecahkan masalah yang di alami anggota keluarganya,
sehingga keluarga dapat bebas dari segala macam penyakit.
6. Tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga menurut Nadirawati (2018) adalah sebagai
berikut :
1) Thap I : Tahap perkembangan keluarga dengan pasangan yang baru menikah
berawal dari perkawinan sepasang anak Adam menandai bermulanya
5
sebuah keluarga baru. Keluarga yang menikah atau prokreasi dan
perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang
intim. Dua orang yang membentuk keluarga perlu mempersiapkan
kehidupan keluarga yang baru karena keduanya membutuhkan
penyesuaian peran dan fungsi dalam kehidupan sehari-hari. Masing-masing
belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan
pasangannya. Misalnya kebiasaan makan, tidur, bangun pagi, dan
sebagainya. Pada tahap ini, keluarga memiliki tugas perkembangan
sebagai sebagai berikut :
1. Membina hubungan intim yang Memuaskan
2. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan
kelompok sosial.
3. Mendiskusikan rencana memiliki anak
2) Tahap II : Keluarga “Child-Bearing” (kelahiran anak pertama) Tahap kedua
dimulai dengan kelahiran anak pertama berlanjut sampai anak pertama
berusia 30 bulan. Kedatangan bayi dalam rumah tangga menciptakan
perubahan-perubahan bagi anggota keluarga dan setiap kumpulan hubungan.
Kehamilan dan kelahiran bayi perlu di persiapkan oleh pasangan suami istri
melalui beberapa tugas perkembangan yang penting. Pada tahap ini,
keluarga memiliki tugas perkembangan sebagai sebagai berikut:
1. Persiapan menjadi orang tua
2. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga : peran,
interaksi, hubungan seksual dan kegiatan
3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan pasangan
3) Tahap III : Keluarga dengan anak prasekolah . Tahap ini dimulai saat
kelahiran anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5
tahun. Pada tahap ini, keluarga tumbuh dengan baik dalam jumlah serta
kompleksitas fungsi dan permasalahannya. Pada tahap ini, keluarga memiliki
tugas perkembangan sebagai sebagai berikut :
1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan
tempat tinggal, privasi, dan rasa aman.
2. Membantu anak bersosialisasi

6
3. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara
kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi.
4. Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam
maupun di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan
sekitar).
5. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
6. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak
4) Tahap IV : Keluarga dengan anak sekolah ; Tahap ini dimulai saat anak
masuk sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase
ini, umumnya keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal
sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing
anak memiliki aktivitas dan minat sendiri. Demikian pula orang tua yang
mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak. Menurut Erikson (1950)
dalam Nadirawati (2018), orang tua berjuang dengan tuntutan ganda, yaitu
berupaya mencari kepuasan dalam mengasuh generasi berikutnya dan
memperhatikan perkembangan mereka sendiri. Pada tahap ini, keluarga
memiliki tugas perkembangan sebagai sebagai berikut :
1. Membantu sosialisasi anak:tetangga, sekolah, dan
lingkungan termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.
2. Mempertahankan keintiman dengan pasangan.
3. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan
kesehatan anggota keluarga
5) Tahap V : keluarga dengan anak remaja : Periode remaja di anggap penting
karena terjadi perubahan fisik yang di ikuti dengan perkembangan mental
yang cepat. Tak jarang, perkembangan mental pada remaja yang
merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa menimbulkan
dampak negatif pada mental anak remaja sehingga di perlukan penyesuaian
mental dan pembentukan sikap, nilai, dan minat baru. Tahap ini di mulai saat
anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir dengan 6-7 tahun kemudian,

7
yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga
ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggungjawab pada tahap-
tahap sebelumnya. Pada tahap ini, keluarga memiliki tugas perkembangan
sebagai sebagai berikut :
1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan
tanggung jawab mengingat remaja yang sudah
bertambah dewasa dan meningkat otonominya.
2. Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga.
3. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan
orang tua, menghindari perdebatan, permusuhan, dan
kecurigaan.
4. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk
tumbuh kembang keluarga
6) Tahap VI : keluarga dengan anak dewasa : Tahap ini dimulai pada saat
terakhir kali meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir kali
meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini bergantung pada jumlah anak dalam
keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama
orang tua. Tujuan utama tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga
untuk tetap berperan melepas anak untuk hidup sendiri. Pada tahap ini,
keluarga memiliki tugas perkembangan sebagai sebagai berikut:
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankkan keintiman pasangan.
3. Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit dan
emasuki masa tua.
4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7) Tahap VII : keluarga usia pertengahan ; Tahap ini dimulai pada saat seorang
anak terakhir kali meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau
salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan fase ini dirasakan
sulit karena masalah lanjut usia. Perpisahan dengan anak, dan perasaan gagal
sebagai orang tua. Pada tahap ini, keluarga memiliki tugas perkembangan
sebagai sebagai berikut :
1. Mempertahankan kesehatan
8
2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
teman sebaya dan anak-anak.
3. Meningkatkan keakraban pasangan
8) Tahap VIII : keluarda usia lanjut : Tahap terakhir perkembangan keluarga ini
dimulai saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan
meninggal sampai keduanya meninggal. Proses lanjut usia dan pensiun
merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena berbagai stresor dan
kehilangan yang harus di alami keluarga. Stresor tersebut adalah
berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan sosial, kehilangan
pekerjaan, serta perasaan menurunnya produktivitas dan fungsi kesehatan.
Dengan memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase ini diharapkan orang
tua mampu beradaptasi menghadapi stresor tersebut. Pada tahap ini, keluarga
memiliki tugas perkembangan sebagai sebagai berikut :
1. Mempetahankan suasana rumah yang menyenangkan
2. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan,
teman, kekuasaan fisik, dan pendapatan.
3. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling
merawat.
4. Mempertahankan hubungan dengan anak dan
masyarakat sosial.
5. Melakukan life review
2. TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA DEWASA
keluarga dengan anak dewasa : Tahap ini dimulai pada saat terakhir kali meninggalkan
rumah dan berakhir pada saat anak terakhir kali meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini
bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga dan
tetap tinggal bersama orang tua. Tujuan utama tahap ini adalah mengorganisasi kembali
keluarga untuk tetap berperan melepas anak untuk hidup sendiri. Pada tahap ini,
keluarga memiliki tugas perkembangan sebagai sebagai berikut:
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankkan keintiman pasangan.
3. Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit
dan emasuki masa tua.
4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
9
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah
tangga

3. PENYAKIT
a. Definisi

Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin
di dalamnya lebih rendah dari normal atau tidak mencukupi kebutuhan tubuh (WHO).
Menurut Kemenkes, 2019 anemia adalah suatu keadaan tubuh dimana kadar
hemoglobin dalam darah kurang dari jumlah normal atau sedang mengalami
penurunan. Anemia merupakan kondisi dimana sel darah merah tidak mencukupi
kebutuhan fisiologis tubuh. Kebutuhan fisiologis berbeda pada setiap orang
dipengaruhi oleh jenis kelamin, tempat tinggal, perilaku merokok, dan tahap
kehamilan. Anemia juga didefinisikan dengan suatu keadaan dimana kadar
hemoglobin dalam darah lebih rendah dari nilai normal untuk kelompok individu
berdasarkan usia dan jenis kelamin (Adriani, 2012). Menurut Maryanti, 2015,
anemia defisiensi zat besi merupakan anemia yang paling sering ditemukan,
diperkirakan sekitar 30 % penduduk dunia menderita anemia dan lebih dari
setengahnya merupakan anemia defisiensi zat besi.
b. Etiologi

Beberapa jenis anemia dapat diakibatkan oleh defisiensi zat besi, infeksi atau
ganguan genetik.Yang paling sering terjadi adalah anemia yang disebabkan oleh
kekurangan asupan zat besi.Kehilangan darah yang cukup banyak, seperti saat
menstruasi, kecelakaan dan donor darah berlebihan jugadapat menghilangkan zat besi
dalam tubuh.Wanita yang mengalami menstruasi setiap bulan berisiko menderita
anemia. Kehilangan darah secara perlahan-lahan di dalam tubuh, seperti ulserasi
polip kolon dan kanker kolon juga dapat menyebabkan anemia.(Briawan,2014).
Menurut Dr. Sandra Fikawati, Ahmad Syafiq, Ph.D, Arinda Veretamala (2017) dalam
bukunya yang berjudul Gizi Anak Dan Remaja penyebab anemia antara lain:
 Meningkatnya Kebutuhan Zat Besi : Peningkatan kebutuhan zat besi pada
massa remaja memuncak pada usia antara14-15 tahun untuk perempuan dan
satu sampai dua tahun kemudian pada laki-laki. Setelah kematangan seksual,
10
terjadi penurunan kebutuhan zat besi, sehingga terdapat peluang untuk
memperbaiki kekurangan zat besi terutama pada remaja laki-laki. Sedangkan
pada remaja perempuan, menstruasi mulai terjadi satu tahun setelah puncak
pertumbuhan dan menyebabkan kebutuhan zat besi akan tetap tinggi
sampai usia reproduktif untuk mengganti kehilangan zat besi yang terjadi saat
menstruasi.Itulah sebabnya kelompok remaja putri lebih rentan mengalami
anemia dibanding remaja putra.
 Kurangnya Asupan Zat Besi : Penyebab lain dari anemia gizi besi adalah
rendahnya asupan dan buruknya bioavailabilitas dari zat besi yang
dikonsumsi, yang berlawanan dengan tingginya kebutuhan zat besi pada masa
remaja.
 Kehamilan pada Usia Remaja : Masih adanya praktik tradisional pernikahan
dini di negara-negara di Asia Tenggara juga berkontribusi terhadap kejadian
anemia gizi besi. Pernikahan dini umunya berhubungan dengan kehamilan
dini, dimana kehamilan  meningkatkan kebutuhan zat besi dan berpengaruh
terhadap semakin parahnya kekurangan zat besi dan anemia gizi besi yang
dialami remaja perempuan.
 Penyakit Infeksi dan Infeksi Parasit : Sering terjadinya penyakit infeksi
dan infeksi parasit di negara berkembang juga dapat meningkatkan
kebutuhan zat besi dan memperbesar peluang terjadinya status gizi negatif dan
anemia gizi besi.
 Status Gizi : Juga ditemukan hubungan antara status gizi dengan kejadian
anemia. Remaja dengan status gizi kurus mempunyai risiko mengalami
anemia 1,5 kali dibandingkan remaja dengan status gizi normal. Hal tersebut
juga di dukung oleh studi yang di lakukan oleh Briawan dan Hardinsyah
(2010) bahwa status gizi normal dan lebih merupakan faktor protektif anemia
c. Pathofisiologi

Berdasarkan patogenesisnya, Anemia digolongkan dalam 3 kelompok yaitu


(Pratiwi 2016) :
 Anemia Karena Kehilangan Darah : Anemia karena kehilangan darah akibat
perdarahan yaitu terlalu banyaknya sel- sel darah merah yang hilang dari
tubuh seseorang akibat dari kecelakaan dimana perdarahan mendadak dan

11
banyak jumlahnya, yang disebut perdarahan eksternal. Perdarahan dapat
pula disebabkan karena racun, obat-obatan atau racun binatang yang
menyebabkan penekanan terhadap pembentukan sel-sel darah merah. Selain
itu ada pula perdarahan kronis yang terjadi sedikit demi sedikit tetapi terus-
menerus. Perdarahan ini disebabkan oleh kanker pada saluran pencernaaan,
peptic, ulser, wasir yang dapat menyebabkan anemia
 Anemia Karena Pengerusakan Sel-Sel Darah Merah : Anemia karena
pengrusakan sel-sel darah merah dapat terjadi karena bibit penyakit atau
parasite yang masuk kedalam tubuh, seperti malaria atau cacing tambang, hal
ini dapat menyebabkan anemia hemolitik. Bila sel-sel darah merah rusak
dalam tubuh, zat besi yang ada di dalam tidak hilang tetapi dapat digunakan
kembali untuk membentuk sel-sel darah merah yang baru dan pemberian zat
besi pada anemia jenis ini kurang bermanfaat. Sedangkan asam folat dirusak
dan tidak dapat digunakan lagi oleh karena itu pemberian asam folat sangat
diperlukan untuk pengobatan anemia hemolitik
 Anemia Karena Gangguan Pada Produksi Sel-sel Darah Merah : Sumsum
tulang mengganti sel darah yang tua dengan sel darah merah yang baru sama
cepatnya dengan banyaknya sel darah merah yang hilang, sehingga jumlah sel
darah merah yang dipertahankan akan selalu cukup banyak di dalam darah,
dan untuk mempertahankannya diperlukan cukup banyak zat gizi. Apabila
tidak tersedia zat gizi dalam jumlah yang cukup akan terjadi gangguan
pembentukan sel darah merah baru. Anemia karena gangguan pada reproduksi
sel-sel darah merah, dapat timbul atau terjadi karena kurangnya zat gizi
penting seperti zat besi, asam folat, asam pantotenat, vitamin B12, protein
kobalt, dan tianin, yang kekurangannya biasa disebut Anemia Gizi. Selain
itu juga kekurangan eritrosit, infiltrasi sum-sum tulang, kelainan endokrin dan
penyakit ginja kronis dan sirosis hati.
d. Tanda dan gejala

(Pratiwi 2016) dalam penelitiannya mengatakan beberapa tanda yang dapat dikenali

dan dirasakan oleh penderita kekurangan hemoglobin dalam darah pada remaja

yaitu:

12
 Lesu, lemah , letih, lelah, lunglai (5L).

 Sering mengeluh pusing

 mata berkunang-kunang, dan konjungtiva pucat.

Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan

menjadi pucat

e. Klasifikasi

Anemia dapat dikelompokkan menjadi kedalam tiga kategori yakni, dikatakan


anemia ringan apabila kadar hemoglobin dalam darah berkisar pada 9-10 gr % ,
anemia sedang apabila kadar hemoglobin dalam darah berkisar pada 7-8 gr %, dan
anemia berat apabila kadar hemoglobin dalam darah kurang dari 7 gr % . Secara
morfologis (menurut ukuran sel darah merah dan hemoglobin yang dikandungnya),
anemia dapat dikelompokkan menjadi :
 Makrositik, ketika ukuran sel darah merah bertambah besar sebagaimana
jumlah hemoglobin di setiap sel yang juga bertambah. Anemia makrositik
dibagi menjadi dua yakni megaloblastik yang dikarenakan kekurangan
vitamin B12, asam folat, dan gangguan sintesis DNA, dan anemia non
megaloblastik yang disebabkan oleh eritropoesis yang dipercepat dan
peningkatan luas permukaan membran.
 Mikrositik, yakni kondisi dimana mengecilnya ukuran sel darah merah yang
disebabkan oleh defisiensi zat besi, gangguan sintesis globin, profirin dan
heme serta gangguan metabolisme besi lainnya.
 Normositik, dimana ukuran sel darah merah tidak berubah, namun terjadi
kehilangan darah yang parah, peningkatan volume plasma darah berlebih,
penyakit hemolitik dan gangguan endokrin, hati dan ginjal.
Berdasarkan penyebabnya anemia dikelompokkan sebagai berikut :
 Anemia defisiensi zat besi : Merupakan salah satu jenis anemia yang
diakibatkan oleh kurangnya zat besi sehingga terjadi penurunan sel darah
merah.

13
 Anemia pada penyakit kronik : Jenis anemia ini adalah anemia terbanyak
kedua setelah anemia defisiensi zat besi dan biasanya terkait dengan penyakit
infeksi
 Anemia pernisius : Biasanya diderita orang usia 50-60 tahun yang
merupakan akibat dari kekurangan vitamin B12. Penyakit ini bisa diturunkan.
 Anemia hemolitik : Adalah anemia yang disebabkan oleh hancurnya sel
darah merah yang lebih cepat dari proses pembentukannya dimana usia sel
darah merah normalnya adalah 120 hari.
 Anemia defisiensi asam folat : Disebabkan oleh kurangnya asupan asam folat.
Selama masa kehamilan, kebutuhan asam folat lebih besar dari biasanya.
 Anemia aplastic : Adalah anemia yang terjadi akibat ketidakmampuan
sumsum tulang dalam membentuk sel darah merah
f. Komplikasi

Penderita anemia yang tidak mendapat perawatan yang baik bisa saja mengalami
beberapa komplikasi seperti kesulitan melakukan aktivitas akibat mudah lelah.
Masalah pada jantung, seperti aritmia dan gagal jantung. Gangguan pada paru
misalnya hipertensi pulmonal. Selain itu anemia juga dapat memicu terjadinya
komplikasi kehamilan, seperti melahirkan premature, atau bayi terlahir dengan berat
badan rendah serta resiko kematian akibat perdarahan saat melahirkan. Penderita
anemia juga rentan mengalami infeksi dan akan terjadi gangguan tumbuh
kembang apabila terjadi pada anak-anak atau bayi (Josephine D, 2020). Anemia
merupakan kormobid (penyakit atau kondisi yang muncul bersamaan pada
seseorang) yang sering ditemukan pada penderita gagal jantung sementara
penyebabnya belum diketahui (Hendrata C, 2010)
g. Penatalaksanaan

Anemia dapat dicegah dengan konsumsi makanan tinggi zat besi, asam folat, vitamin
A, vitamin C dan Zink, dan pemberian tablet tambah darah (Kemenkes RI, 2018).
Sedangkan menurut Amalia A, dan Agustyas, 2016 tatalaksana anemia ada 3
yakni,
1) Pemberian Zat besi oral
2) Pemberian Zat besi intramuscular. Terapi ini dipertimbangkan apabila respon
pemberian zat besi secara oral tidak berjalan baik.
14
3) Tranfusi darah diberikan apabila gejala anemia disertai dengan adanya resiko
gagal jantung yakni ketika kadar Hb 5-8 g/dl. Komponen darah yang diberikan
adalah PRC dengan tetesan lambat
No Jenis kelamin / umur Kadar hemoglobin

1 laki-laki Hb <13 gr/dl

2 Perempuan Hb <12 gr/dl

WHO dalam Asri Asih, 2016

15
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik : Anemia
Sub Pokok Bahasan : Anemia pada keluarga tahap perkembangan anak dewasa
Sasaran                    : keluarga dengan tahap perkembangan anak dewasa
Hari/Tanggal           : kamis, 16, juni 2022
Waktu/Tempat : 08:00- 09:00
Penyaji : Mahasiswa STIKes Maranatha Kupang

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan keluarga memahami tentang Anemia
2. TujuanKhusus
Setelah diberikan penyuluhan, keluarga dapat :
 Menyebutkan apa itu Anemia
 Menyebutkan penyebab Anemia
 Menjelaskan tanda dan gejala Anemia
 Mencegah penyakit Anemia
 Menjelaskan cara menangani Anemia
B. Materi
1. Pengertian Anemia
2. Penyebab Anemia
3. Tanda Dan Gejala Anemi
4. Pencegahan Anemia
5. Pengobatan Anemia

C. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
D. Media
Leafled

16
E. Pelaksanaan
NO Kegiatan penyuluhan Peserta Waktu
1 Pembukaan
1. Salam - Mendengarkan 5 Menit
2. Perkenalan
- Mendengarkan
3. Menjelaskan Maksud Dan
- Memperhatikan
Tujuan

2 Kegiatan penyuluhan
a. Menjelaskan pengertian - Mendengarkan dan 20 Menit
penyakit ANEMIA memperhatikan
b. Menjelaskan penyebab dan - Mendengarkan dan
perjalanan penyakit memperhatikan
ANEMIA - Mendengarkan dan
c. Menjelaskan tentan tanda dan memperhatikan
gejala penyakit ANEMIA -Mendengarkan dan memper
d. Menjelaskan pencegahan hatikan
ANEMIA -Mendengarkan dan
e. Menjelaskan tentang memperhatikn
pengobatab ANEMIA

3 Penutup
1. Melakukan evaluasi - Menjawab Pertanyaan 5 menit
2. Kesimpulan
- Mendengarkan
3. Salam pentup
- Mendengarkan

17
F. Pengorganisasian
Leader : Pritilia M. Akoit
Co. Leader    : Desty s. toulay
Observer       : Ryan C. tanone
Fasilitator     : Yane y. aleut
G. Job Description
1. Leader
o Menyampaikan materi penyuluhan dari Pengertian hingga pengobatan
2. Co. Leader
o Bertanggung jawab atas kelancaran acara
o Membuka dan menutup acara
o Mengatur waktu kegiatan sesuai dengan rencana kegiatan
3. Fasilitator
o Membantu kelancaran acara agar dapat berjalan dengan baik
o Mempertahanan dan meningkatkan motivasi peserta
o Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun
dari dalam kelompok
4. Observer
o Mengobservasi performa leader, CO.Leader, fasilitator dan keantusiasan
peserta
o Mengevaluasi serangkaian acara kegiatan mulai dari awal hingga akhir

18
H. Seting tempat

KETERANGAN
Leader

Co Leader

Peserta

Fasilitator

Observer

19
I. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria Struktur
o Kesiapan materi
o Kesiapan SAP
o Kesiapan media
o Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa
o Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
o Peserta hadir ditempat
o Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di rumah warga
o Pengorganisasian penyelenggaraan dilakukan minimal satu hari sebelumnya
2. Kriteria Proses
o Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan
o Peserta antusias dan aktif terhadap penyuluhan yang disampaikan oleh penyaji
o Peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan
o Suasana penyuluhan tertib dan mematuhi protkes
o Tidak ada peserta yang meninggalkan acara penyuluhan .
o Pervorma dari co. Leader apakah mampu membangun dan memertahankan
suasana penyuluhan
o Performa ledaer apakah mampu menguasai materi penyuluhan
o Performa fasilitator dan observer
o Keantusiasan peserta
3. Kriteria Hasil
o Peserta mengikuti penyuluhan dari awal sampai akhir
o Peserta mampu menjelaskan pengertian dari Anemia
o Peserta mampu menyebutkan penyebab Anemia
o Peserta mampu menyebutkan 2 dari gejala Anemia
o Peserta mampu menyebutkan 2 dari 3 pencegahan Anemia
o Peseta mampu menyebutkan pencegahan Pengobatan Anemia
J. Evaluasi
Pertanyaan :
1. Apa yang dimaksut dengan Anemia
2. Apa penyebab Anemia

20
3. Apa saja tanda dan gejala Anemia
4. Bagaimana pencegahan penyakit Anemia
5. Bagaimana pengobatan Anemia

21
LAMPIRAN MATERI ANEMIA

1. PENGERTIAN ANEMIA
Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb) yang rendah dalam darah.
(WHO,2015).
National Institute of Health(NIH) Amerika 2011 menyatakan bahwa anemia terjadi
ketika tubuh tidak memiliki jumlah sel darah merah yang cukup(Fikawati, Syafiq, &
Veretamala, 2017).
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin di
dalamnya lebih rendah dari normal atau tidak mencukupi kebutuhan tubuh (WHO).
Menurut Kemenkes, 2019 anemia adalah suatu keadaan tubuh dimana kadar
hemoglobin dalam darah kurang dari jumlah normal atau sedang mengalami
penurunan. Hb Normal pada laki-laki adalah : <13gr/dl, sedangkan Hb Normal pada
perempuan adalah <12gr/dl
2. PENYEBAB ANEMIA
Beberapa jenis anemia dapat diakibatkan oleh defisiensi zat besi, infeksi atau ganguan
genetik.Yang paling sering terjadi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan asupan
zat besi.Kehilangan darah yang cukup banyak, seperti saat menstruasi, kecelakaan dan
donor darah berlebihan jugadapat menghilangkan zat besi dalam tubuh.Wanita yang
mengalami menstruasi setiap bulan berisiko menderita anemia. Kehilangan darah secara
perlahan-lahan di dalam tubuh, seperti ulserasi polip kolon dan kanker kolon juga dapat
menyebabkan anemia.(Briawan,2014).
Menurut Dr. Sandra Fikawati, Ahmad Syafiq, Ph.D, Arinda Veretamala (2017) dalam
bukunya yang berjudul Gizi Anak Dan Remaja penyebab anemia antara lain:
 Meningkatnya Kebutuhan Zat Besi : Peningkatan kebutuhan zat besi pada massa
remaja memuncak pada usia antara14-15 tahun untuk perempuan dan satu sampai dua
tahun kemudian pada laki-laki. Setelah kematangan seksual, terjadi penurunan
kebutuhan zat besi, sehingga terdapat peluang untuk memperbaiki kekurangan zat
besi terutama pada remaja laki-laki. Sedangkan pada remaja perempuan, menstruasi
mulai terjadi satu tahun setelah puncak pertumbuhan dan menyebabkan kebutuhan
zat besi akan tetap tinggi sampai usia reproduktif untuk mengganti kehilangan zat
besi yang terjadi saat menstruasi.Itulah sebabnya kelompok remaja putri lebih rentan
mengalami anemia dibanding remaja putra.
22
 Kurangnya Asupan Zat Besi : Penyebab lain dari anemia gizi besi adalah
rendahnya asupan dan buruknya bioavailabilitas dari zat besi yang dikonsumsi,
yang berlawanan dengan tingginya kebutuhan zat besi pada masa remaja.
 Kehamilan pada Usia Remaja : Masih adanya praktik tradisional pernikahan dini di
negara-negara di Asia Tenggara juga berkontribusi terhadap kejadian anemia gizi
besi. Pernikahan dini umunya berhubungan dengan kehamilan dini, dimana
kehamilan  meningkatkan kebutuhan zat besi dan berpengaruh terhadap semakin
parahnya kekurangan zat besi dan anemia gizi besi yang dialami remaja perempuan.
 Penyakit Infeksi dan Infeksi Parasit : Sering terjadinya penyakit infeksi dan
infeksi parasit di negara berkembang juga dapat meningkatkan kebutuhan zat besi
dan memperbesar peluang terjadinya status gizi negatif dan anemia gizi besi.
 Status Gizi : Juga ditemukan hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia.
Remaja dengan status gizi kurus mempunyai risiko mengalami anemia 1,5 kali
dibandingkan remaja dengan status gizi normal. Hal tersebut juga di dukung oleh
studi yang di lakukan oleh Briawan dan Hardinsyah (2010) bahwa status gizi normal
dan lebih merupakan faktor protektif anemia
3. TANDA DAN GEJALA ANEMIA
(Pratiwi 2016) dalam penelitiannya mengatakan beberapa tanda yang dapat dikenali dan

dirasakan oleh penderita kekurangan hemoglobin dalam darah pada remaja yaitu:

 Lesu, lemah , letih, lelah, lunglai (5L).

 Sering mengeluh pusing

 mata berkunang-kunang, dan konjungtiva pucat.

 Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak

tangan menjadi pucat.

4. PENCEGAHAN ANEMIA
Anemia dapat dicegah dengan cara:
 Meningkatkan konsumsi makanan bergizi.
 Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan
hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran
berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe).
23
 Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin c (daun
katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nenas) sangat bermanfaat
untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.
 Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet Tambah Darah
(TTD). Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti:
kecacingan, malaria, dan penyakit TBC
5. PENGOBATAN
Pengobatan anemia tergantung pada penyebabnya:
 Anemia kekurangan zat besi. Bentuk anemia ini diobati dengan suplemen zat besi,
yang mungkin Anda harus minum selama beberapa bulan atau lebih..
 Anemia kekurangan vitamin. Anemia jenis ini diobati dengan suntikan yang
seringkali suntikan vitamin seumur hidup (vitamin B-12).
 Anemia karena kekurangan asam folat diobati dengan suplemen asam folat.
 Anemia Aplastic. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup transfusi darah
untuk meningkatkan kadar sel darah merah
 Anemias hemolitik. Mengelola anemia hemolitik termasuk menghindari obat-
obatan tertentu, mengobati infeksi terkait dan menggunakan obatan yang
menekan sistem kekebalan tubuh, yang dapat menyerang sel- sel darah merah.
Pengobatan singkat dengan steroid, obat penekan kekebalan atau gammaglobulin
yang dapat membantu menekan sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel darah
merah

24

Anda mungkin juga menyukai