Anda di halaman 1dari 4

TOR

Oleh :

Nama : Tirsa A.L Kasse

Nim : 1102719

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA
KUPANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Status gizi merupakan keadaan kesehatan anak ditentukan oleh tingkat kebutuhan fisik
akan energy dan zat gizi lain dari makanan yang diperoleh dari pangan dan makanan yang
dampak fisiknya diukur secara antropometrik. Status gizi merupakan hasil akhir dari
keseimbangan antara makanan yang masuk kedalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan
tubuh (nutrient output) akan zat gizi tersebut (Ningsih et al., 2016).
Menurut data World Health Organization Children Malnutrition (WHO) tahun 2018,
jumlah penderita gizi kurus (wasting) didunia mencapai 49 juta anak. Di Indonesia, data
Riset Kesehatan Dasar menunjukan bahwa secara nasional prevalensi balita kurus sebesar
12,1% pada tahun 2013 dan 10,2 % ditahun 2018 (Riskesdas, 2018). Pemerintah Daerah
Provinsi NTT membuat kebijakan gizi yang tercantum dalam Dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2018-2023 dengan focus
sasarannya adalah menurunkan masalah gizi kurus ditahun 2020 dengan target 13,1% dan
ditahun 2023 dengan target 9% sebagai landasan pembangunan gizi di Provinsi NTT
(RPJMD, 2018).
Berdasarkan data dinas kesehatan provinsi NTT tahun 2019 salah satu wilayah
dengan prevalensi tertinggi adalah kabupaten kupang dengan proporsi sebesar
Masalah gizi pada balita di Indonesia masih cukup tinggi. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan 3.9% dan 13.8% balita mengalami masalah gizi buruk
dan gizi kurang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu provinsi di
Indonesia yang angka masalah gizi melebihi angka nasional. Berdasarkan indikator BB/U,
sebanyak 7.3% dan 22.2% balita mengalami gizi buruk dan gizi kurang.
Kabupaten di Provinsi NTT yang turut menyumbang masalah gizi pada balita adalah
Kabupaten Kupang, yaitu 6.12% balita mengalami masalah gizi buruk, sedangkan 30.21% balita
mengalami gizi kurang (Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan, 2018).
Malnutrisi (gizi salah) disebabkan oleh asupan gizi yang salah atau tidak sesuai dengan
kebutuhan dan dapat menimbulkan masalah kesehatan, dalam bentuk asupan gizi yang
berlebih atau kurang sehingga menyebabkan tidak seimbangnya antara kebutuhan dengan
asupan. Masalah gizi di Indonesia didominasi oleh 4 masalah gizi, yaitu kurang energi
protein (KEP), masalah anemia besi, masalah gangguan akibat kekurangan yodium
(GAKY), masalah kekurangan vitamin A (KVA) serta masalah obesitas terutama di kota-
kota besar.
Banyak faktor yang mempengaruhi status gizi balita, salah satunya yaitu pengetahuan
gizi ibu. Pengetahuan gizi mempengaruhi sikap dan perilaku ibu memilih jenis
pangan/makanan yang tersedia dan dikonsumsi anak. Tingkat pengetahuan ibu yang baik
tentang gizi akan berpengaruh terhadap status gizi anaknya. Ibu yang memiliki pengetahuan
baik tentang gizi akan mengakibatkan ibu tersebut menyediakan makanan yang sehat dan
bergizi bagi anaknya. Demikian juga, jika pengetahuan ibu tentang gizi rendah maka ibu
akan menyediakan makanan yang apa adanya dan asal enak saja, tanpa memperhitungkan
apakah makanan tersebut baik untuk pertumbuhan dan perkembangan anaknya sehingga
dapat menyebabkan terjadinya masalah gizi baik gizi kurang maupun gizi lebih.
Tingkat pengetahuan orang tua tentang gizi sangat mempengaruhi terhadap perilaku dan
sikap dalam memilih makanan untuk anaknya. Dalam keadaan gizi yang baik akan
menentukan tingginya angka presentase stastus gizi secara nasional serta ketidaktahuannya
tentang makanan yang mempunyai gizi baik akan menyebabkan pemilihan makanan yang
salah dan rendahnya gizi yang terkandung didalam makanan tersebut dan akan menyebabkan
status gizi anak tersebut menjadi buruk dan kurang (Maulana, 2012).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya struktur, fungsi, dan kemampuan
(skill) manusia yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, sebagai hasil dari proses
pematangan (Sulistyawati, 2014). Anak memiliki beberapa ciri serta tugas perkembangan
yang meliputi keterampilan motorik kasar, motorik halus, bahasa, dan sosial. Anak sekolah
memiliki ciri ingin bermain, melakukan latihan kelompok, melakukan penjelajahan,
bertanya, menirukan, dan menciptakan sesuatu. Menurut (Ranuh, 2015) juga menyebutkan
bahwa perkembangan anak meliputi perkembangan fisik, kognitif, emosi, bahasa, motorik
(kasar dan halus), personal, sosial, dan adaptasi.
Dalam proses tumbuh kembang anak memiliki beberapa faktor, salah satu faktor tersebut
adalah faktor nutrisi atau gizi. Apabila faktor tersebut tidak terpenuhi maka proses tumbuh
kembang anak dapat terhambat. Gizi mempunyai peranan penting bagi tubuh, karena dapat
menunjang kelangsungan proses tumbuh kembang anak. Selama masa tumbuh kembang,
anak membutuhkan gizi yang baik seperti protein.
Gambarkan hasil pengamatan disertai data tentang jumlah anak dan status gisi
dilingkungan Puskemas Tarus.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Status Gizi Dengan Perkembangan
Anak Balita Di Puskemas Tarus ”

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan penelitian
tentang “ Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Status Gisi Dengan
Perkembangan Balita Puskesmas Tarus “
1.3. Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian Ini Bertujuan Untuk Mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua
Tentang Status Gizi Dengan Perkembangan Balita Di Puskesmas Tarus
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Status Gizi Dengan
Perkembangan Balita Di Puskesmas Tarus
1.3.2.2 Mengidentifikasi Status Gisi Balita Puskesmas Tarus
1.3.2.3 Menganalisa Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Status Gizi
Dengan Perkembangan balita Di Puskesmas Tarus

Anda mungkin juga menyukai