Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA NY.D.L


DENGAN ASTRITIS GOUT

OLEH :
NAMA : JENI M.OEMATAN
NIM : PO.530321118939
KELAS : TK 3 PPN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN 2021
I. KONSEP DASAR KELUARGA
A. Pengertian keluarga
Keluarga merupakan orang yang mempunyai hubungan resmi, seperti
ikatan darah, adopsi, perkawinan atau perwalian, hubungan sosial (hidup
bersama) dan adanya hubungan psikologi (ikatan emosional) (Hanson
2001, dalam Doane & Varcoe, 2005, dalam Widagdo, 2016).
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan
budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta
sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan, 1986 dalam Friedman,
1998 dalam Widagdo, 2016).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dan saling ketergantungan (Departemen
Kesehatan RI,1988 dalam Widagdo, 2016).
Menurut Sudiharto (2012), keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga
adalah unit terkecil yang berupa dua atau lebih individu yang terdiri dari
kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu
atap yang tergabung karena adanya ikatan berupa hubungan darah,
perkawinan atau adopsi untuk saling berbagi pengalaman dan melakukan
pendekatan emosional serta mengidentifikasikan diri sebagai bagian dari
anggota keluarga yang selalu berinteraksi satu sama lain.
B. Tipe keluarga
Berbagai tipe keluarga yang perlu Anda ketahui adalah sebagai
berikut (Widagdo, 2016).
1. Tipe keluarga tradisional, terdiri atas beberapa tipe di bawah ini.
a. The Nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri atas
suami, istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak angkat.
b. The dyad family (keluarga dyad), suatu rumah tangga yang terdiri
atas suami dan istri tanpa anak. Hal yang perlu Anda ketahui,
keluarga ini mungkin belum mempunyai anak atau tidak
mempunyai anak, jadi ketika nanti Anda melakukan pengkajian
data dan ditemukan tipe keluarga ini perlu Anda klarifikasi lagi
datanya.
c. Single parent, yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua dengan
anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian.
d. Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu orang
dewasa. Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang tidak
menikah atau tidak mempunyai suami.
e. Extended family, keluarga yang terdiri atas keluarga inti ditambah
keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan sebagainya.
Tipe keluarga ini banyak dianut oleh keluarga Indonesia terutama di
daerah pedesaan.
f. Middle-aged or elderly couple, orang tua yang tinggal sendiri di
rumah (baik suami/istri atau keduanya), karena anak-anaknya sudah
membangun karir sendiri atau sudah menikah.
g. Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau
saling berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan,
seperti dapur dan kamar mandi yang sama.
2. Tipe keluarga yang kedua adalah tipe keluarga nontradisional, tipe
keluarga ini tidak lazim ada di Indonesia, terdiri atas beberapa tipe
sebagai berikut.
a. Unmarried parent and child family, yaitu keluarga yang terdiri atas
orang tua dan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama di luar
ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
c. Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan jenis
kelamin tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami
istri.
d. The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang
hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
e. Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga yang aslinya.
C. Fungsi keluarga
Menurut Friedman fungsi keluarga ada lima antara lain berikut ini
(Widagdo, 2016).
1. Fungsi afektif
Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan
psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini, maka
keluarga akan dapat mencapai tujuan psikososial yang utama,
membentuk sifat kemanusiaan dalam diri anggota keluarga,stabilisasi
kepribadian dan tingkah laku, kemampuan menjalin secara lebih akrab,
dan harga diri.
2. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan kematian.
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup,
karena individu secara kontinyu mengubah perilaku mereka sebagai
respon terhadap situasi yang terpola secara sosial yang mereka alami.
Sosialisasi merupakan proses perkembangan atau perubahan yang
dialami oleh seorang individu sebagai hasil dari interaksi sosial dan
pembelajaran peran-peran sosial.
3. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.
4. Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Perawatan
kesehatan dan praktik-praktik sehat (yang memengaruhi status
kesehatan anggota keluarga secara individual) merupakan bagian yang
paling relevan dari fungsi perawatan kesehatan.
a. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-
perubahan yang dialami anggota keluarga.Keluarga perlu
mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang
meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab yang
mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.
b. Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi keluarga.
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai
masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji
keadaan keluarga tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam
membuat keputusan.
c. Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan.
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,
keluarga harus mengetahui keadaan penyakitnya; sifat dan
perkembangan perawatan yang dibutuhkan; keberadaan fasilitas
yang dibutuhkan untuk perawatan; sumber-sumber yang ada dalam
keluarga (keuangan atau financial, fasilitas fisik, psikososial) dan
bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau menciptakan
suasana rumah yang sehat.
Keluarga mampu memodifikasi lingkungan atau menciptakan
suasana rumah yang sehat dan keluarga mengetahui sumber dan
manfaat pemeliharaan lingkungan serta bagaimana upaya
pencegahan terhadap penyakit.
e. Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas kesehatan.
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga
harus mengetahui keuntungan dan keberadaan fasilitas kesehatan
yang dapat terjangkau oleh keluarga.
D. Tahap perkembangan keluarga
Terdapat delapan tahap perkembangan keluarga (Widagdo, 2016).
1. Keluarga baru menikah atau pemula
Tugas perkembangannya adalah:
a. membangun perkawinan yang saling memuaskan;
b. membina hubungan persaudaraan, teman, dan kelompok sosial;
c. mendiskusikan rencana memiliki anak.
2. Tahap perkembangan keluarga yang kedua adalah keluarga dengan
anak baru lahir.
Tugas perkembangannya adalah:
a. membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
mengintegrasikan bayi yang baru lahir ke dalam keluarga;
b. rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan
kebutuhan anggota keluarga;
c. mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan;
d. memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peranperan orang tua dan kakek nenek.
3. Keluarga dengan anak usia pra sekolah
Tugas perkembangannya adalah:
a. memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti rumah, ruang
bermain, privasi, dan keamanan;
b. mensosialisasikan anak;
c. mengintegrasikan anak yang baru, sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak yang lain;
d. mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan di luar
keluarga.
4. Keluarga dengan anak usia sekolah
Tugas perkembangannya adalah:
a. mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan hubungan dengan teman sebaya yang sehat;
b. mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan;
c. memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
5. Keluarga dengan anak remaja
Tugas perkembangannya adalah:
a. menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri;
b. memfokuskan kembali hubungan perkawinan;
c. berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.
6. Keluarga melepas anak usia dewasa muda
Tugas perkembangannya adalah:
a. memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga
baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak;
b. melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan;
c. membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau
istri.
7. Keluarga dengan usia pertengahan
Tugas perkembangannya adalah:
a. menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan;
b. mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan
para orang tua lansia dan anak-anak;
c. memperkokoh hubungan perkawinan.
8. Keluarga dengan usia lanjut
Tugas perkembangannya adalah:
a. mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan;
b. menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun;
c. mempertahankan hubungan perkawinan;
d. menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan;
e. mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi;
f. meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan
hidup).
II. KONSEP TEORI ARTRITIS GOUT
A. Definisi
Penyakit Asam Urat atau dalam dunia medis disebut penyakit
Pirai/penyakit (Arthritis Gout) adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh
tingginya asam urat didalam darah. Kadar asam urat yang tinggi di dalam
darah melebihi batas normal menyebabkan penumpukan asam urat di
dalam persendian dan organ tubuh lainnya. Penumpukan asam urat inilah
yang membuat sendi sakit, nyeri, dan meradang. Pada kasus yang parah,
penderita penyakit ini tidak bisa berjalan, persendian terasa sangat sakit
jika bergerak, mengalami kerusakan pada sendi, dan cacat (Sutanto, 2013).
Menurut American College of Rheumatology (2012), gout adalah
suatu penyakit dan potensi ketidakmampuan akibat radang sendi yang
sudah dikenal sejak lama, gejalanya biasanya terdiri dari episodik berat dari
nyeri inflamasi satu sendi. Gout adalah bentuk inflamasi artritis kronis,
bengkak dan nyeri yang paling sering di sendi besar jempol kaki. Namun,
gout tidak terbatas pada jempol kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain
termasuk kaki, pergelangan kaki, lutut, lengan, pergelangan tangan, siku
dan kadang di jaringan lunak dan tendon. Biasanya hanya mempengaruhi
satu sendi pada satu waktu, tapi bisa menjadi semakin parah dan dari waktu
ke waktu dapat mempengaruhi beberapa sendi. Gout merupakan istilah
yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik yang ditandai oleh
meningkatnya konsentrasi asam urat (hiperurisemia). Penyakit asam urat
atau gout merupakan penyakit akibat penimbunan kristal monosodium urat
di dalam tubuh sehingga menyebabkan nyeri sendi disebut Gout artritis.
Gout arthritis adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena
deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi (tofi). Gout juga
merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik
yang ditandai dengan meningkatnya konsentrasi asam urat (hiperurisemia)
(Misnadiarly, 2007).
Jadi, Gout athritis merupakan penyakit radang sendi yang diakibatkan
oleh kelainan pada metabolisme dengan gejala adanya peningkatan
konsentrasi asam urat dalam darah.
B. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya arthritis gout diklasifikasikan menjadi 2,
yaitu:
1. Gout primer
Gout primer adalah penyakit radang sendi akibat peningkatan kadar
asam urat darah yang lebih sering disebut dengan arthritis gout. Gout
primer disebabkan oleh faktor genetic dan faktor lingkungan. Faktor
genetic dapat menyebabkan gangguan pada penyimpanan glikogen atau
defiensi enzim pencernaan. Hal ini dapat menyebabkan tubuh lebih
banyak menghasilkan senyawa laktat yang berkompetisi dengan asam
urat untuk dibuang di ginjal.
2. Gout sekunder
Gout sekunder adalah penyakit radang sendi yang disebabkan oleh
meningkatknya produksi asam urat yang berasal dari nutrisi, yakni
disebabkan karena mengonsumsi makanan dengan kadar purin yang
tinggi. Produksi asam urat juga bisa meningkat karena penyakit darah,
seperti sumsum tulang dan polisitemia. Penyebab lain dari gout
sekunder juga bisa dari faktor kegemukan, penyakit kulit, kadar
trigliserida yang tinggi. Untuk penderita diabetes yang tidak terkontrol
baik, biasanya terdapat kadar benda-benda hasil pembuangan
metabolime lemak yang tinggi. Hal ini juga akan menyebabkan
produksi adam urat ikut meningkat.
C. Faktor Risiko
1. Suku bangsa/ras
Suku bangsa yang paling tinggi prevalensi nya pada suku maori di
Australia. Prevalensi suku Maori terserang penyakit asam urat tinggi
sekali sedangkan Indonesia prevalensi yang paling tinggi pada
penduduk pantai.
2. Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol menyebabkan serangan gout karena alkohol
meningkatkan produksi asam urat. Kadar laktat darah meningkat
sebagai akibat produk sampingan dari metabolisme normal alkohol.
Asam laktat menghambatekskresi asam urat oleh ginjal sehingga
terjadi peningkatan kadarnya dalam serum.
3. Konsumsi ikan laut
Ikan laut merupakan makanan yang memiliki kadar purin yang tinggi.
Konsumsi ikan laut yang tinggi mengakibatkan asam urat.
4. Penyakit
Penyakit-penyakit yang sering berhubungan dengan hiperurisemia.
Mis. Obesitas, diabetes melitus, penyakit ginjal, hipertensi,
dislipidemia, dsb. Adipositas tinggi dan berat badan merupakan faktor
resiko yang kuat untuk gout pada laki-laki, sedangkan penurunan berat
badan adalah faktor pelindung.
5. Obat-obatan
Beberapa obat-obat yang turut mempengaruhi terjadinya
hiperurisemia. Mis. Diuretik, antihipertensi, aspirin, dsb. Obat-obatan
juga mungkin untuk memperparah keadaan. Diuretik sering digunakan
untuk menurunkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, tetapi
hal tersebut juga dapat menurunkan kemampuan ginjal untuk
membuang asam urat. Hal ini pada gilirannya, dapat meningkatkan
kadar asam urat dalam darah dan menyebabkan serangan gout. Gout
yang disebabkan oleh pemakaian diuretik dapat "disembuhkan" dengan
menyesuaikan dosis. Serangan Gout juga bisa dipicu oleh kondisi
seperti cedera dan infeksi.hal tersebut dapat menjadi potensi memicu
asam urat. Hipertensi dan penggunaan diuretik juga merupakan faktor
risiko penting independen untuk gout. Aspirin memiliki 2 mekanisme
kerja pada asam urat, yaitu: dosis rendah menghambat ekskresi asam
urat dan meningkatkan kadar asam urat, sedangkan dosis tinggi (>
3000 mg / hari) adalah uricosurik.
6. Jenis kelamin
Pria memiliki resiko lebih besar terkena nyeri sendi dibandingkan
perempuan pada semua kelompok umur, meskipun rasio jenis kelamin
laki-laki dan perempuan sama pada usia lanjut. Dalam Kesehatan dan
Gizi Ujian Nasional Survey III, perbandingan laki-laki dengan
perempuan secara keseluruhan berkisar antara 7:1 dan 9:1. Dalam
populasi managed care di Amerika Serikat, rasio jenis kelamin pasien
laki-laki dan perempuan dengan gout adalah 4:1 pada mereka yang
lebih muda dari 65 tahun, dan 3:1 pada mereka lima puluhpersen lebih
dari 65 tahun. Pada pasien perempuan yang lebih tua dari 60 tahun
dengan keluhan sendi datang ke dokter didiagnosa sebagai gout, dan
proporsi dapat melebihi 50% pada mereka yang lebih tua dari 80
tahun.
7. Diet tinggi purin
Hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa HDL yang merupakan
bagian dari kolesterol, trigliserida dan LDL disebabkan oleh asupan
makanan dengan purin tinggi.
D. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, kadar asam urat di dalam darah pada pria
dewasa kurang dari 7 mg/dl, dan pada wanita kurang dari 6 mg/dl. Apabila
konsentrasi asam urat dalam serum lebih besar dari 7 mg/dl dapat
menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat. Serangan gout
tampaknya berhubungan dengan peningkatan atau penurunan secara
mendadak kadar asam urat dalam serum. Jika kristal asam urat mengendap
dalam sendi, akan terjadi respon inflamasi dan diteruskan dengan terjadinya
serangan gout. Dengan adanya serangan yang berulang – ulang,
penumpukan kristal monosodium urat yang dinamakan thopi akan
mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga.
Akibat penumpukan Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dengan disertai penyakit
ginjal kronis.
Penurunan asam urat serum dapat mencetuskan pelepasan kristal
monosodium urat dari depositnya dalam tofi (crystals shedding). Pada
beberapa pasien gout atau dengan hiperurisemia asimptomatik kristal urat
ditemukan pada sendi metatarsofalangeal dan patella yang sebelumnya
tidak pernah mendapat serangan akut. Dengan demikian, gout ataupun
pseudogout dapat timbul pada keadaan asimptomatik. Pada penelitian
penulis didapat 21% pasien gout dengan asam urat normal. Terdapat
peranan temperatur, pH, dan kelarutan urat untuk timbul serangan gout.
Menurunnya kelarutan sodium urat pada temperatur lebih rendah pada
sendi perifer seperti kaki dan tangan, dapat menjelaskan mengapa kristal
monosodium urat diendapkan pada kedua tempat tersebut. Predileksi untuk
pengendapan Kristal monosodium urat pada metatarsofalangeal-1 (MTP-1)
berhubungan juga dengan trauma ringan yang berulang-ulang pada daerah
tersebut.
E. Manifestasi klinis
Secara alamiah setiap orang memiliki asam urat, namun tidak boleh
melebihi kadar normal. Kadar asam urat pada setiap orang memang
berbeda untuk kadar asam urat normal pada pria berkisar antar 3,5 – 7
mg/dl, dan pada wanita 2,6 – 6 mg/dl.
Berikut tanda dan gejala asam urat menurut Dwi Sunar (2013):
1. Sendi terasa nyeri, ngilu, linu, kesemutan, bahkan membengkak dan
berwarna kemerahan (meradang).
2. Biasanya, prsendian terasa nyeri saat pagi hari(baru bangun tidur) atau
malam hari.
3. Rasa nyeri pada sendi terjadi berulang- ulang.
4. Yang biasa diserang biasanya sendi jari kaki, jari tangan, lutut, tumit,
pergelangan tangan dan siku.
5. Pada kasus parah, persendian terasa sangat sakit saat bengkak, bahkan
penderita sampai tidak bisa jalan. Tulang di sekitar sendi juga bisa
keropos atau mengalami pengapuran tulang.
F. Komplikasi
Menurut Rotschild (2013), komplikasi dari gout arthritis meliputi
severe degenerative arthritis, infeksi sekunder, batu ginjal dan fraktur pada
sendi. Sitokin, kemokin, protease, dan oksidan yang berperan dalam proses
inflamasi akut juga berperan pada proses inflamasi kronis sehingga
menyebabkan sinovitis kronis, dekstruksi kartilago, dan erosi tulang.
Kristal monosodium urat dapat mengaktifkan kondrosit untuk
mengeluarkan Interleukin-1, merangsang sintesis nitric oxide dan matriks
metaloproteinase yang nantinya menyebabkan dekstruksi kartilago. Kristal
monosodium urat mengaktivasi osteoblas sehingga mengeluarkan sitokin
dan menurunkan fungsi anabolik yang nantinya berkontribusi terhadap
kerusakan juxta artikular tulang. gout arthritis telah lama diasosiasikan
dengan peningkatan resiko terjadinya batu ginjal. Penderita dengan gout
arthritis membentuk batu ginjal karena urin memilki pH rendah yang
mendukung terjadinya asam urat yang tidak terlarut (Liebman et al, 2007).
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Seseorang dikatakan menderita asam urat ialah apabila pemeriksaan
laboratorium menunjukkan kadar asam urat dalam darah diatas 7
mg/dL untuk pria dan lebih dari 6 mg/dL untuk wanita. Bukti adanya
kristal urat dari cairan sinovial atau dari topus melalui mikroskop
polarisasi sudah membuktikan, bagaimanapun juga pembentukan topus
hanya setengah dari semua pasien dengan gout. Pemeriksaan gula
darah dilakukan untuk mendeteksi ada dan tidaknya penyakit diabetes
mellitus. Ureum dan kreatinin diperiksa untuk mengetahui normal dan
tidaknya fungsi ginjal. Sementara itu pemeriksaan profil lemak darah
dijadikan penanda ada dan tidaknya gejala aterosklerosis.
2. Pemeriksaan cairan sendi
Pemeriksaan cairan sendi dilakukan di bawah mikroskop. Tujuannya
ialah untuk melihat kristal urat atau monosodium urate (kristal MSU)
dalam cairan sendi. Untuk melihat perbedaan jenis artritis yang terjadi
perlu dilakukan kultur cairan sendi. Dengan mengeluarkan cairan sendi
yang meradang maka pasien akan merasakan nyeri sendi yang
berkurang. Dengan memasukkan obat ke dalam sendi, selain menyedot
cairan sendi tentunya, maka pasien akan lebih cepat sembuh. Mengenai
metode penyedotan cairan sendi ini, ketria mengatakan bahwa titik
dimana jarum akan ditusukkan harus dipastikan terlebih dahulu oleh
seorang dokter. Tempat penyedotan harus disterilkan terlebih dahulu,
lalu jarum tersebut disuntikkan dan cairan disedot dengan spuite.Pada
umunya, sehabis penyedotan dilakukan, dimasukkan obat anti-radang
ke dalam sendi.
3. Rontgent
Pemeriksaan ini baiknya dilakukan pada awal setiap kali pemeriksaan
sendi. Dan jauh lebih efektif jika pemeriksaan roentgen ini dilakukan
pada penyakit sendi yang sudah berlangsung kronis. Pemeriksaan
roentgen perlu dilakukan untuk melihat kelainan baik pada sendi
maupun pada tulang dan jaringan di sekitar sendi.
H. Penatalaksanaan
Secara umum, penanganan gout artritis adalah memberikan edukasi,
pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatan dilakukan
secara dini agar tidak terjadi kerusakan sendi ataupun komplikasi lain.
Pengobatan gout arthritis akut bertujuan menghilangkan keluhan nyeri
sendi danperadangan.
1. Penatalaksanaan farmakologi
a. NSAID (Non steroisdal anti inflammatory drugs)
Obat ini bekerja sebagai penghilang rasa sakit dalam dosis yang
rendah dan menghilangkan peradangan dalam dosis yang tinggi.
Pemakaian NSAID memerlukan kewaspadaan pada pasien yang
mengalami penyakit lambung, gagal jantung, hipertensi, asma,
gagal ginjal, sirosis hati dan bagi orang yang sudah lanjut usia.
b. Allupurinol
Obat ini berfungsi untuk menghentikan produksi asam urat dalam
tubuh sebelum terjadi metabolisme. Efek samping apabila
digunakan secara berlebihan akan mengakibatkan terjadinya
kerusakan pada organ hati.
c. Probenesid dan Sulfinpirazone
Obat ini membantu menurunkan kadar asam urat dengan cara
membuang asam urat melalui urin.
d. Obat pirai
Obat pirai terdiri dari dua macam yaitu obat yang menghentikan
inflamasi akut dan obat yang berguna untuk mempengaruhi kadar
asam urat.
e. Kolkisin
Kolkisin terbukti efektif digunakan untuk menangani akut gout
artritis, kolkisin dapat memberikan efek meredakan nyeri dalam
waktu 48 jam untuk sebagian pasien. Kolkisin akan menghambat
polimerisasi mikrotubul dengan mengikat mikrotubul subunit
mikroprotein dan mencegah agregasinya. Kolkisin juga
menghalangi pembentukan kristal, mengurangi mobilitas dan adhesi
leukosit polimorfonuklear dan menghambat fosoforilasi tirosin dan
generasi leukotriene B4. Dosis efektif kolkisin pada pasien dengan
akut gout artritis sama dengan penyebab gejala pada saluran
gastrointestinal, sehingga pemberian obat ini diberikan secara oral
dengan dosis inisiasi 1 mg dan diikuti dengan dosis 0,5 mg setiap
dua jam sampai rasa tidak nyaman pada perut atau diare membaik
atau dengan dosis maksimal yang diberikan perharinya adalah 6 mg
– 8 mg. sebagian besar pasien akan merasakan nyerinya berkurang
dalam 18 jam dan diare dalam 24 jam. Peradangan nyeri sendi
berkurang secara bertahap dari 75 % - 80 % dalam waktu 48 jam.
Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati, ataupun pada
pasien usia tua, pemberian kolkisin pada dosis ini dikatakan aman
meskipun akan menimbulkan sedikit ketidaknyamanan pada pasien
f. Corticosteroid
Sebagai obat anti inflaamasi.Kortikosteroid sering digunakan untuk
menghilangkan gejala gout akut dan akan mengontrol serangan.
2. Penatalaksanaan non farmakologi
a. Kompres hangat
Berguna untuk melancarkan sirkulasi darah, menurunkan rasa nyeri
b. Kompres jahe
Jahe (zingiber officinale rosc) termasuk dalam daftar prioritas WHO
sebagai tanaman obat yang paling banyak digunakan didunia,
rimpangnya yang mengandung zingiberol dan kurkuminoid terbukti
berkhasiat mengurangi peradangan dan nyeri sendi.
c. Air rebusan daun salam
Berkhasiat sebagai Diuretika, Analgesik, dan anti radang yang
efektif. Berguna sebagai penurun rasa nyeri dan juga penurun kadar
asam urat
d. Diet dibagi para penderita gangguan asam urat mempunyai syarat-
syarat sebagai berikut:
1) Pembatasan purin. Apabila telah terjadi pembengkakan sendi,
maka penderita gangguan asam urat harus melakukan diet bebas
purin.
2) Kalori sesuai dengan kebutuhan. Jumlah asupan kalori harus
benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada
tinggi dan berat badan.
3) Tinggi karbohidrat. Karbohidrat kompleks seperti nasi,
singkong, roti, dan ubi sangat baik dikonsumsi oleh penderita
asam urat karena akan meningkatkan pengeluaran asam urat
melalui urine.
4) Rendah protein. Protein terutama yang berasal dari hewan dapat
meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Sumber makanan
yang mengandung protein hewani dalam jumlah yang tinggi
misalnya daging kambing, ayam, ikan, hati, keju,udang, telur.
5) Rendah lemak. Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat
melalui urine. Makanan yang digoreng, bersantan, serta
margarine dan mentega sebaiknya dihindari.
6) Tinggi Cairan. Konsumsi cairan yang yang banyak dapat
membantu membuang asam urat melalui urin. Oleh karena itu,
disarankan untuk menghabiskan minum minimal sebanyak 2,5
liter atau 10 gelas satu hari.
7) Tanpa alkohol. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar
asam urat mereka yang mengkonsumsi alkohol lebih tinggi,
dibandingkan mereka yang tidak mengkonsumsi alkohol . Hal
ini dikarenakan alkohol akan meningkatkan asam laktat. Asam
laktat ini akan menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh.
e. Menurut teori Andarmoyo (2013) manajemen non farmakologi gout
arthritis yaitu diantaranya dengan mengajarkan teknik distraksi,
relaksasi, bimbingan antisipasi, dan terapi kompres hangat.
Kompres hangat merupakan tindakan keperawatan dengan
memberikan kompres hangat yang digunakan untuk memenuhi rasa
nyaman dan mengurangi rasa nyeri tindakan ini digunakan untuk
klien yang mengalami nyeri (Hidayat, 2012).
III. KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN
ARTRITIS GOUT
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan proses pengumpulan data.
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta
kebutuhan-kebutuhan keperawatan, dan kesehatan klien.Proses
pengakajian keluarga dapat dilakukan beberapa metode seperti
wawancara, observasi rumah keluarga dan fasilitasnya, konsultasi,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang (Widagdo, 2016).
1. Data pengenalan keluarga
Data yang perlu dikumpulkan adalah nama kepala keluarga, alamat
lengkap, komposisi keluarga, tipe keluarga, latar belakang budaya,
identitas agama, status kelas sosial, dan rekreasi keluarga. Data ini
merupakan data dasar untuk mengkaji data selanjutnya.
2. Data perkembangan dan sejarah keluarga
Pengkajian kedua yang dapat Anda lakukan adalah mengkaji tahap
perkembangan dan sejarah keluarga. Data yang perlu Anda kaji pada
komponen pengkajian ini, yaitu tahap perkembangan keluarga saat
ini, diisi berdasarkan umur anak pertama dan tahap perkembangan
yang belum terpenuhi, riwayat keluarga inti (data yang dimaksud
adalah data kesehatan seluruh anggota keluarga inti yang terdiri atas
ayah, ibu, dan anak), riwayat keluarga sebelumnya dari kedua orang
tua termasuk riwayat kesehatan.
3. Data lingkungan
Data yang perlu dikaji adalah karakteristik rumah, karakteristik
tetangga dan komunitas. Data Komunitas terdiri atas tipe penduduk,
apakah termasuk penduduk pedesaan atau perkotaan, tipe hunian
rumah, apakah sebagian besar tetangga, sanitasi jalan, dan
pengangkutan sampah. Karakteristik demografi tetangga dan
komunitas meliputi kelas sosial, etnis, pekerjaan, dan bahasa sehari-
hari. Data selanjutnya pada komponen ini, adalah mobilitas geografis
keluarga. Data yang perlu dikaji adalah berapa lama keluarga tinggal
di tempat tersebut, adakah riwayat pindah rumah, dari mana
pindahnya. Kemudian ditanyakan juga perkumpulan keluarga dan
interaksi dengan masyarakat, penggunaan pelayanan di komunitas,
dan keikutsertaan keluarga di komunitas. Data berikutnya adalah
sistem pendukung keluarga. Data yang perlu dikaji adalah siapa yang
memberikan bantuan, dukungan, dan konseling di keluarga.
4. Data struktur keluarga
Data yang keempat yang perlu dikaji adalah data struktur keluarga,
antara lain pola komunikasi, meliputi penggunaan komunikasi
antaranggota keluarga, bagaimana anggota keluarga menjadi
pendengar, jelas dalam menyampaikan pendapat, dan perasaannya
selama berkomunikasi dan berinteraksi.Data berikutnya yang dikaji
adalah struktur kekuatan keluarga, yang terdiri atas data siapa yang
membuat keputusan dalam keluarga, seberapa penting keputusan
yang diambil. Selanjutnya, adalah data struktur peran, meliputi data
peran formal dan peran informal dalam keluarga yang meliputi peran
dan posisi setiap anggota keluarga, tidak ada konflik dalam peran,
bagaimana perasaan dalam menjalankan perannya, apakah peran
dapat berlaku fleksibel. Data selanjutnya adalah nilai-nilai keluarga,
yaitu nilai kebudayaan yang dianut keluarga, nilai inti keluarga
seperti siapa yang berperan dalam mencari nafkah, kemajuan dan
penguasaan lingkungan, orientasi masa depan, kegemaran keluarga,
keluarga sebagai pelindung dan kesehatan bagi keluarga, apakah ada
kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dan nilai subsistem keluarga,
bagaimana pentingnya nilai-nilai keluarga secara sadar atau tidak,
apakah ada konflik nilai yang menonjol dalam keluarga itu sendiri,
bagaimana nilainilai memengaruhi kesehatan keluarga.
5. Data fungsi keluarga
Komponen data kelima yang dikumpulkan adalah fungsi keluarga.
Ada lima fungsi keluarga yang perlu Anda pahami antara lain
berikut ini.
a. Fungsi afektif. Pada fungsi ini dilakukan pengkajian pada pola
kebutuhan keluarga dan responnya. Apakah anggota keluarga
merasakan kebutuhan individu lain dalam keluarga, apakah
anggota keluarga memberikan perhatian satu sama lain,
bagaimana mereka saling mendukung satu sama lainnya.
b. Fungsi sosialisasi. Data yang dikumpulkan adalah bagaimana
keluarga menanamkan disiplin, penghargaan dan hukuman bagi
anggota keluarga, bagaimana keluarga melatih otonomi dan
ketergantungan, memberi dan menerima cinta, serta latihan
perilaku yang sesuai usia.
c. Fungsi perawatan kesehatan. Data yang dikaji terdiri atas
keyakinan dan nilai perilaku keluarga untuk kesehatan,
Bagaimana keluarga menanamkan nilai kesehatan terhadap
anggota keluarga, konsistensi keluarga dalam melaksanakan nilai
kesehatan keluarga. Pengkajian data pada fungsi perawatan
kesehatan difokuskan pada data tugas keluarga di bidang
kesehatan. Tugas kesehatan keluarga menurut Friedman (1988)
ada 5 (Lima), yaitu:
1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
Data yang dikaji adalah apakah keluarga mengetahui masalah
kesehatan yang sedang diderita anggota keluarga, apakah
keluarga mengerti tentang arti dari tanda dan gejala arthritis
gout. Bagaimana persepsi keluarga terhadap arthritis gout,
bagaimana persepsi keluarga terhadap upaya yang dilakukan
untuk menjaga kesehatan.
2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat. Data
yang dikaji adalah bagaimana kemampuan keluarga
mengambil keputusan apabila ada anggota keluarga yang sakit,
apakah diberikan tindakan sendiri di rumah atau dibawa ke
fasilitas pelayanan kesehatan. Siapa yang mengambil
keputusan untuk melakukan suatu tindakan apabila anggota
keluarga sakit, bagaimana proses pengambilan keputusan
dalam keluarga apabila ada anggota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan.
3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
Data yang dikaji adalah bagaimana keluarga mampu
melakukan perawatan untuk anggota keluarganya yang
mengalami arthritis gout. Apakah keluarga mengetahui
sumber-sumber makanan bergizi yang dapat diberikan dan
tidak dapat diberikan kepada penderita arthritis gout, apakah
diet keluarga yang mengalami arthritis goutsudah memadai,
bagaimana sikap keluarga terhadap makanan dan jadual
makan. Apakah jumlah jam tidur anggota keluarga sesuai
dengan perkembangan, apakah ada jadual tidur tertentu yang
harus diikuti oleh anggota keluarga, fasilitas tidur anggota
keluarga. Bagaimana kebiasaan olah raga anggota keluarga,
persepsi keluarga terhadap kebiasaan olah raga, bagaimana
latihan anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
Apakah ada kebiasaan keluarga mengkonsumsi kopi, alkohol,
dan minuman dengan pemanis buatan, bagaimana kebiasaan
minum obat pada anggota keluarga yang mempunyai masalah
arthritis gout, apakah keluarga secara teratur menggunakan
obat-obatan tanpa resep. Apakah yang dilakukan keluarga
untuk memperbaiki status kesehatannya, apa yang dilakukan
keluarga untuk mencegah terjadinya arthritis gout, apa yang
dilakukan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan
arthritis gout, apakah ada keyakinan, sikap dan nilai-nilai dari
keluarga dalam hubungannya dengan perawatan di rumah.
4) Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang sehat.
Data yang dikaji adalah bagaimana keluarga mengatur dan
memelihara lingkungan fisik dan psikologis bagi anggota
keluarganya. Lingkungan fisik, bagaimana keluarga mengatur
perabot rumah tangga, menjaga kebersihannya, mengatur
ventilasi dan pencahayaan rumah. Lingkungan psikologis,
bagaimana keluarga menjaga keharmonisan hubungan
antaranggota keluarga, bagaimana keluarga memenuhi privasi
masing-masing anggota keluarga.
5) Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan. Data yang dikaji adalah apakah keluarga sudah
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang mudah
dijangkau dari tempat tinggalnya, misalnya Posyandu,
Puskesmas Pembantu, Puskesmas, dan Rumah Sakit terdekat
dengan rumahnya. Sumber pembiayaan yang digunakan oleh
keluarga, bagaimana keluarga membayar pelayanan yang
diterima, apakah keluarga masuk asuransi kesehatan, apakah
keluarga mendapat pelayanan kesehatan gratis. Alat
transportasi apa yang digunakan untuk mencapai pelayanan
kesehatan, masalah apa saja yang ditemukan jika keluarga
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan umum.
d. Fungsi ekonomi merupakan fungsi keempat yang perlu dikaji.
Data yang diperlukan meliputi bagaimana keluarga berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi yang terdiri
atas data jenis pekerjaan, jumlah penghasilan keluarga, jumlah
pengeluaran, bagaimana keluarga mampu mencukupi semua
kebutuhan anggota keluarga, bagaimana pengaturan keuangan
dalam keluarga.
e. Fungsi keluarga terakhir yang dikaji adalah fungsi reproduksi,
data yang dikumpulkan adalah berapa jumlah anak, apakah
mengikuti program keluarga berencana atau tidak, apakah
mempunyai masalah pada fungsi reproduksi.
6. Data koping keluarga
Komponen data terakhir adalah data koping keluarga. Data yang
perlu dilakukan pengkajian adalah stresor keluarga, meliputi data
tentang stresor yang dialami keluarga berkaitan dengan ekonomi dan
sosialnya, apakah keluarga dapat memastikan lama dan kekuatan
stresor yang dialami, apakah keluarga dapat mengatasi stresor dan
ketegangan sehari-hari. Apakah keluarga mampu bertindak
berdasarkan penilaian yang objektif dan realistis terhadap situasi
yang menyebabkan stres. Bagaimana keluarga bereaksi terhadap
situasi yang penuh dengan stres, strategi koping bagaimana yang
diambil oleh keluarga, apakah anggota keluarga mempunyai koping
yang berbeda-beda. Koping internal dan eksternal yang diajarkan,
apakah anggota keluarga berbeda dalam cara-cara koping, strategi
koping internal keluarga, kelompok kepercayaan keluarga,
penggunaan humor, self evaluasi, penggunaan ungkapan,
pengontrolan masalah pada keluarga, pemecahan masalah secara
bersama, fleksibilitas peran dalam keluarga. Strategi koping
eksternal: mencari informasi, memelihara hubungan dengan
masyarakat, dan mencari dukungan sosial.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan keluarga yang dikembangkan adalah
diagnosis tunggal yang hampir serupa dengan diagnosis keperawatan
klinik.(Sudiharto, 2012). Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan
berdasarkan data yang didapatkan pada pengkajian, yang terdiri dari
masalah keperawatan yang akan berhubungan dengan etiologi yang
berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga.
Diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada keluarga dengan
penderita arthritis gout yaitu:manajemen kesehatan keluarga tidak
efektif dan perilaku kesehatan cenderung berisiko (SDKI, 2016),
diagnosa keperawatan yang sering muncul pada individu dalam
keluarga dengan arthritis goutyaitu seperti; nyeri, hambatan mobilitas
fisik, gangguan citra diri, defisiensi pengetahuan, dan ansietas (SDKI,
2016).
Setelah dilakukan analisa data maka harus dilakukan perhitungan
skala prioritas masalah, untuk menentukan masalah yang menjadi
prioritas utama dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga dengan
cara menentukan skala prioritas.
Ada 4 kriteria yang harus dinilai dalam perhitungan prioritas
masalah, yaitu : Sifat masalah, kemungkinan masalah dapat diubah,
potensial masalah untuk dicegah, dan menonjolnya masalah.
Pada perhitungan sifat masalah dapat diberikan dapat dinilai
dengan tidak/kurang sehat (skore 3), ancaman kesehatan (skore 2), dan
keadaan sejahtera (skore 1).Bobot dalam sifat masalah adalah 1.
Pada perhitungan kemungkinan masalah dapat diubah dapat dnilai
dengan mudah (skore 2), sebagian (skore 1), dan tidak dapat (skore
0).bobot dalam sifat masalah adalah 2.
Pada perhitungan potensial masalah untuk dicegah dapat dinilai
tinggi (skore3), cukup (sore 2), dan rendah (skore 1).Bobot dalam
potnsial masalah untuk dicegah adalah 1.
Pada perhitungan menonjolnya masalah dapat dinilai masalah
berat, harus segera ditangani (skore 2), ada masalah tapi tidak perlu
ditangani (skore 1), dan masalah tidak dirasakan (skore 0).Bobot dalam
manonjolnya masalah adalah 1.(Widyanto, 2014)
Skoring :

a. Tentukan skor untuk setiap kriteria


b. Skor dibagi dengan angka tertingi dan dikalikkan dengan bobot.
Skor X Bobot
Angka Tertingi
Jumlahkan skor untuk semua kriteria :
Jumlahkan skor untuk semua kriteria.Tentukan skor, nilai
tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa keperawatan keluarga.
C. Intervensi keperawatan
Perencanaan keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan
yang direncanakan oleh perawat untuk membantu keluarga dalam
mengatasi masalah keperawatan dengan melibatkan anggota keluarga
(Widagdo, 2016).
Diagnosa 1: Defisit Pengetahuan b.d Kurang terpapar informasi

SLKI SIKI
KODE DIAGNOSA
KODE HASIL KODE INTERVENSI
D.0111 Defisit L: TUK 1 I.12383 Observasi
Pengetahuan 12111 Setelah dilakukan 1.Identifikasi kesiapan
b.d Kurang tindakan keperawatan, dan kemampuan
terpapar keluarga mampu menerima informasi
informasi
Mengenal Masalah 2.Identifikasi faktor –
Yang Dialami faktor yang dapat
Anggota Keluarga meningkatkan dan
Luaran:Tingkat menurunkan motivasi
pengetahuan perilaku hidup bersih
keluarga dan sehat
meningkat dengan kri Terapeutik
teria hasil: 1.Sediahkan materi dan
1. Perilaku sesuai media pendidikan
anjuran 5 kesehatan
2. Verbalisasi minat 2. jadwalkan pendidikan
dalam belajar kesehatan sesuai anjuran
meningkat 5 3. Berikan kesempatan
Pengetahuan untuk bertanya
sesuai dengan Edukasi
pengetahuan 1.Jelaskan faktor resiko
meningkat 5 yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
Ajarkan cara untuk
dapat meningkatkan
perilaku hidup sehat

Diagnosa Keperawatan II: Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak


Efektif

SLKI SIKI
Kode Luaran/Tujuan Kode Intervensi
L.12111 TUK 1 I.12444 Edukasi proses
Setelah dilakukan tindakan penyakit
keperawatan keluarga mampu 1. Identifikasi kesiapan
mengenal masalah kesehatan dan kemampuan
Luaran: Tingkat menerima informasi
Pengetahuan 2. Sediakan materi dan
Tingkat pengetahuan media pendidikan
membaik dengan kriteria kesehatan
hasil: 3. Jadwalkan pendidikan
1. Perilaku sesuai anjuran kesehatan sesuai
meningkat kesepakatan
2. Kemampuan menjelaskan 4. Berikan kesempatan
pengetahuan tentang untuk bertanya
asam urat meningkat 5. Jelaskan penyebab dan
3. Pertanyaan tentang faktor risiko penyakit
masalah yang dihadapi 6. Jelaskan proses
menurun patofisiologi
4. Menjalani pemeriksaan munculnya penyakit
yang tidak tepat menurun 7. Jelaskan tanda dan
gejala yang
ditimbulkan oleh
penyakit
8. Jelaskan kemungkinan
terjadinya komplikasi
9. Ajarkan cara
meredakan atau
mengatasi gejala yang
dirasakan
10. Anjurkan melapor jika
merasakan tanda dan
gejala memberat atau
tidak biasa

TUK 2 Dukungan pengambilan


Setelah dilakukan tindakan keputusan
keperawatan keluarga mampu 1. Identifikasi persepsi
mengambil keputusan mengenai masalah dan
L.13123 I.09265
mengenai tindakan kesehatan informasi yang memicu
Luaran: Proses keluarga konflik
Proses keluarga meningkat 2. Diskusikan kelebihan
dengan kriteria hasil: dan kekurangan dari
1. Adaptasi keluarga terhadap setiap solusi
situasi meningkat 3. Motiviasi
2. Kemampuan keluaga mengungkapkan tujuan
berkomunikasi secara perawatan yang
terbuka dianatr anggota diharapkan
keluarga meningkat 4. Fasilitasi pengambilan
3. Kemampuan keluarga keputusan secara
mencari bantuan secara kolaboratif
tepat meningkat 5. Fasilitasi hubungan
antara pasien, keluarga,
dan tenaga kesehatan
lainnya
6. Berikan informasi yang
diminta pasien
Dukungan keluarga
merencanakan perawatan
TUK 3 Observasi
Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kebutuhan
keperawatan, keluarga dan harapan keluarga
mampu merawat anggota I.13477 tentang kesehatan
2. Identifikasi tindakan
keluarga yang mengalami
yang dapat dilakukan
masalah kesehatan (Artrhitis keluarga
gout) Terapeutik
Luaran: Peran Pemberi 3. Gunakan sarana dan
L.13121 Asuhan fasilitas yang ada dalam
Peran keluarga sebagai keluarga
pemberi asuhan meningkat Edukasi
4. Informasikan fasilitas
dengan kriteria hasil:
kesehatan yang ada di
1. Kemampuan keluarga lingkungan keluarga
merawat anggota keluarga 5. Anjurkan menggunakan
yang sakit meningkat fasilitas kesehatan yang
2. Kemampuan keluarga ada
menyelesaikan tugas 6. Ajarkan cara perawatan
perawatan meningkat yang bisa dilakukan
keluarga
L.12105 Luaran: Manajemen
Kesehatan Keluarga
Manajemen kesehatan
keluarga meningkat dengan
kriteria hasil:
3. Aktivitas keluarga
mengatasi masalah
kesehatan tepat
4. Tindakan untuk
mengurangi faktor risiko
meningkat
5. Verbalisasi kesulitan
menjalankan perawatan
yang ditetapkan menurun
Edukasi keselamatan
TUK 4 lingkungan
Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kesiapan
keperawatan, keluarga dan kemampuan
mampu memodifikasi menerima informasi
lingkungan rumah yang sehat I.12384 2. Identifikasi bahaya
Luaran: Keamanan keamanan lingkungan
3. Sediakan materi dan
L.14126 lingkungan rumah media pendidikan
Kemanan lingkungan rumah kesehatan
meningkat dengan kriteria 4. Jadwalkan pendidikan
hasil: kesehatan sesuai
1. Pemeliharaan rumah kesepakatan
meningkat 5. Berikan kesempatan
2. Pencahayaan meningkat bertanya
3. Kebersian hunian 6. Anjurkan
meningkat menghilangkan bahaya
lingkungan
4. Kemudahan akses kamar
Edukasi keselamatan
mandi meningkat rumah
5. Pemeliharaan peralatan 1. Informasikan
rumah meningkat penerangan yang
cukup di dalam dan
luar rumah
2. Anjurkan memastikan
I.12385 lantai tidak licin
3. Anjurkan memastikan
keset dan karpet lantai
rapi dan lantai bebas
barang berserakan
TUK 5 Edukasi perilaku upaya
Setelah dilakukan tindakan kesehatan
keperawatan, keluarga 1. Identifikasi kesiapan
dan kemampuan
mampu menggunakan
menerima informasi
fasilitas pelayanan kesehatan 2. Sediakan materi dan
Luaran: Status kesehatan media pendidikan
keluarga I.12435 kesehatan
Status kesehatan keluarga 3. Jadwalkan pendidikan
L.12108 meningkat dengan kriteria kesehatan sesuai
hasil: kesepakatan
4. Berikan kesempatan
1. akses fasilitas kesehatan
bertanya
meningkat 5. Jelaskan penanganan
2. sumber perawatan masalah kesehatan
kesehatan meningkat 6. Informasikan sumber
yang tepat yang
tersedia di masyarakat
7. Anjurkan
menggunakan fasilitas
kesehatan
8. Ajarkan program
kesehatan dalam
kehidupan sehari-hari
9. Ajarkan pencarian dan
penggunaan sistem
fasilitas pelayanan
kesehatan
Diagnosa Keperawatan III: Perilaku Kesehatan Cenderung
Berisiko

SLKI SIKI
Kode Luaran/Tujuan Kode Intervensi
TUK 1 I.12444 Edukasi proses
Setelah dilakukan tindakan penyakit
keperawatan keluarga mampu 1. Identifikasi kesiapan
mengenal masalah kesehatan dan kemampuan
L.14128 Luaran: Kontrol risiko menerima informasi
Kemampuan mengontol 2. Sediakan materi dan
perilaku berisiko meningkat media pendidikan
dengan kriteria hasil: kesehatan
1. Kemampuan mencari 3. Jadwalkan pendidikan
informasi tentang faktor kesehatan sesuai
risiko meningkat kesepakatan
2. Kemampuan 4. Berikan kesempatan
mengidentifikasi faktor untuk bertanya
risiko meningkat 5. Jelaskan penyebab dan
3. Kemampuan mengubah faktor risiko penyakit
perilaku meningkat 6. Jelaskan proses
4. Kemampuan menghindari patofisiologi
faktor risiko meningkat munculnya penyakit
7. Jelaskan tanda dan
gejala yang
ditimbulkan oleh
penyakit
8. Jelaskan kemungkinan
terjadinya komplikasi
9. Ajarkan cara
meredakan atau
mengatasi gejala yang
dirasakan
10. Anjurkan melapor jika
merasakan tanda dan
gejala memberat atau
tidak biasa
Dukungan pengambilan
L.13123 TUK 2 I.09265 keputusan
Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi persepsi
keperawatan keluarga mampu mengenai masalah dan
mengambil keputusan informasi yang memicu
mengenai tindakan kesehatan konflik
Luaran: Proses keluarga 2. Diskusikan kelebihan
Proses keluarga meningkat dan kekurangan dari
dengan kriteria hasil: setiap solusi
1. Adaptasi keluarga 3. Motiviasi
terhadap situasi meningkat mengungkapkan tujuan
2. Kemampuan keluaga perawatan yang
berkomunikasi secara diharapkan
terbuka dianatr anggota 4. Fasilitasi pengambilan
keluarga meningkat keputusan secara
3. Kemampuan keluarga kolaboratif
mencari bantuan secara 5. Fasilitasi hubungan
tepat meningkat antara pasien, keluarga,
dan tenaga kesehatan
lainnya
6. Berikan informasi yang
diminta pasien

Edukasi diet
TUK 3 1. Identifikasi kemampuan
Setelah dilakukan tindakan pasien dan keluarga
keperawatan, keluarga I.12369 menerima informasi
mampu merawat anggota 2. Identifikasi tingkat
pengetahuan saat ini
keluarga yang mengalami
3. Identifikasi pola makan
masalah kesehatan (Artrhitis saat ini dan masa lalu
gout) 4. Identifikasi persepsi
Luaran: Perilaku kesehatan pasien dan keluarga
Kemampuan untuk mengubah tentang diet yang
L.12107 perilaku/gaya hidup untuk diprogramkan
memperbaiki status kesehatan 5. Identifikasi
keterbatasan financial
meningkat dengan kriteria
untuk menyediakan
hasil: makanan
1. Kemampuan melakukan 6. Persiapkan materi,
L.12110
tindakan pencegahan media, dan alat peraga
masalah kesehatan 7. Jadwalkan waktu yang
2. Kemampuan peningkatan tepat untuk memberian
kesehatan meningkat pendidikan kesehatan
8. Berikan kesempatan
Luaran: Tingkat kepatuhan
pasien dan keluarga
Tingkat kepatuhan meningkat bertanya
dengan kriteria hasil: 9. Jelaskan tujuan
1. Verbalisasi mengikuti kepatuhan diet terhadap
anjuran meningkat kesehatan
2. Verbalisasi kemauan 10.Informasikan makanan
mematuhi program yang diperbolehkan dan
dilarang
perawatan meningkat
3. Perilaku mengikuti
program perawatan
meningkat
4. Perilaku menjalankan
anjuran meningkat Edukasi keselamatan
TUK 4 lingkungan
1. Identifikasi kesiapan dan
Setelah dilakukan tindakan
kemampuan menerima
keperawatan, keluarga
mampu memodifikasi informasi
lingkungan rumah yang sehat I.12384 2. Identifikasi bahaya
L.14126 Luaran: Keamanan keamanan lingkungan
3. Sediakan materi dan
lingkungan rumah
media pendidikan
Kemanan lingkungan rumah kesehatan
meningkat dengan kriteria 4. Jadwalkan pendidikan
hasil: kesehatan sesuai
1. Pemeliharaan rumah kesepakatan
meningkat 5. Berikan kesempatan
2. Pencahayaan meningkat bertanya
6. Anjurkan menghilangkan
3. Kebersian hunian
bahaya lingkungan
meningkat Edukasi keselamatan
4. Kemudahan akses kamar rumah
mandi meningkat 1. Informasikan penerangan
5. Pemeliharaan peralatan yang cukup di dalam dan
rumah meningkat luar rumah
2. Anjurkan memastikan
I.12385 lantai tidak licin
3. Anjurkan memastikan
keset dan karpet lantai
rapi dan lantai bebas
barang berserakan
TUK 5 Edukasi perilaku upaya
Setelah dilakukan tindakan kesehatan
keperawatan, keluarga 1. Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
mampu menggunakan
informasi
fasilitas pelayanan kesehatan 2. Sediakan materi dan
Luaran: Status kesehatan I.12435 media pendidikan
keluarga kesehatan
Status kesehatan keluarga 3. Jadwalkan pendidikan
meningkat dengan kriteria kesehatan sesuai
hasil: kesepakatan
L.12108 4. Berikan kesempatan
1. akses fasilitas kesehatan
bertanya
meningkat 5. Jelaskan penanganan
2. sumber perawatan masalah kesehatan
kesehatan meningkat 6. Informasikan sumber
yang tepat yang tersedia
di masyarakat
7. Anjurkan menggunakan
fasilitas kesehatan
8. Ajarkan program
kesehatan dalam
kehidupan sehari-hari
9. Ajarkan pencarian dan
penggunaan sistem
fasilitas pelayanan
kesehatan
D. Implementasi
Tindakan perawat adalah upaya perawat untuk membantu
kepentingan klien, keluarga, dan komunitas dengan tujuan untuk
meningkatkan kondisi fisik, emosional, psikososial, serta budaya dan
lingkungan, tempat mereka mencari bantuan. Tindakan keperawatan
adalah implementasi/pelaksanaan dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah
direncanakan adalah dengan menerapkan teknik komunikasi terapeutik.
Dalam melaksanakan tindakan perlu melibatkan seluruh anggota
keluarga dan selama tindakan, perawat perlu memantau respon verbal
dan nonverbal pihak keluarga. Tindakan keperawatan keluarga
mencakup hal-hal sebagai berikut (Widagdo, 2016).
1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara:
a. memberikan informasi;
b. memberikan kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat, dengan cara:
a. mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan;
b. mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga;
c. mengidentifikasi tentang konsekuensi tipe tindakan.
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga
yang sakit, dengan cara:
a. mendemonstrasikan cara perawatan;
b. menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah;
c. mengawasi keluarga melakukan perawatan.
4. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat, yaitu dengan cara:
a. menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga;
b. melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada dengan cara:
a. mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan
keluarga;
b. membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan keluarga merupakan tahap kelima atau tahap
terakhir dari proses keperawatan. Tahap evaluasi ini akan menilai
keberhasilan dari tindakan yang telah dilaksanakan. Indikator evaluasi
keperawatan adalah kriteria hasil yang telah ditulis pada tujuan ketika
perawat menyusun perencanaan tindakan keperawatan. Evaluasi
dikatakan berhasil apabila tujuan tercapai (Widagdo, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah.


Jakarta :EGC

Hadibroto,dkk. 2009.Asam Urat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Hidayat, R. 2012. Gout Dan Hiperurisemia. Departemen Ilmu Penyakit Dalam.


Jakarta : Graha Imu

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai