Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.

J DENGAN IBU MENDERITA


HIPERTENSI DI LINGKUNGAN V KELURAHAN KOLONO

OLEH

NUR ISRAWATI (S.0019.P.017)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES KARYA KESEHATAN

KENDARI
I. LAPORAN PENDAHULUAN
A. TEORI KONSEP KELUARGA
1. Pengertian Keluarga
Beberapa definisi keluarga,antara lain sebagai berikut :
a. Keluarga merupakan orang yang mempunyai hubungan resmi, seperti
ikatan darah, adopsi, perkawinan, atau perwalian, hubungan sosial
(hidup bersama) dan adanya hubungan psikologis (ikatan emosional)
(Siti Nur Kholifah, 2016) (ZAMNI 2018)
b. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di
suatu tempat di bawah satu atap dan saling ketergantungan (departemet
kesehatan RI dalam siti,N,K,2016) (ZAMNI 2018)
c. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(DepKes RI, 1998) dalam Ns. Komang Ayu Henny Achjar (2010)
(YUANA 2020)
d. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(DepKes RI, 1998) dalam Ns. Komang Ayu Henny Achjar (2010)
(YUANA 2020)

2. Karakteristik Keluarga
Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan, atau adopsi.
a. Anggota keluarga hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.
b. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial : suami, istri, anak, kakak, adik.
c. Mempunyai tujuan yaitu menciptakan dan mempertahankan budaya
dan meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota
(Salvari Gusti, 2013) dalam (YUANA 2020)
3. Tipe keluarga

Dalam (ZAMNI 2018) dan (YUANA 2020)Berbagai tipe keluarga


sebagai berikut :

a. Tipe keluarga tradisional, terdiri atas beberapa tipe yaitu:


1) The Nuclear Family ( keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri
atas suami, istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak
angkat.
2) The dyad family ( keluarga dyad), suatu rumah tangga yang terdiri
dari atas suami dan istri tanpa anak.
3) Single parent, yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua
dengan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan
oleh perceraian atau kematian.
4) Single adult,yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu orang
dewasa. Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang tidak
menikah atau tidak mempunyai suami.
5) Extended family, keluarga yang terdiri atas keluaga inti ditambah
keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, dan sebagainya.Tipe
keluarga ini banyak dianut oleh keluarga indonesia terutama di
daerah pedesaan.
6) Middle-aged or elderly couple, orang tua yang tinggal sendiri di
rumah (baik suami/istri atau keduanya), karena anak-anaknya
sudah membangun karir sendiri atau sudah menikah.
7) Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau
saling berdekatan dan menggunakan barang –barang pelayanan,
seperti dapur dan kamar mandi yang sama
b. Tipe keluarga yang kedua adalah tipe kelurga nontradisional, tipe
keluarga ini tidak lazim ada di indonesia, terdiri atas beberapa tipe
sebagai berikut:
1) Unmarried parent and child family, yaitu keluarga yang terdiri atas
orang tua dan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) Cohabitating couple. Orang dewasa yang hidup bersama di luar
ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
3) Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan jenis
kelamin tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami
istri.
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang
hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
5) Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/ saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga yang aslinya.

4. Fungsi keluarga
Menurut friedman dalam (Anizarwan 2018) dan (ZAMNI 2018) fungsi
keluarga ada lima antara lain :
a. Fungsi afektif Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang
pemenuhankebutuhan psikososial anggota keluarga.Melalui
pemenuhan
b. fungsi ini, maka keluarga akan dapat mencapai tujuan psikososial yang
utama, membentuk sifat kemanusiaan dalam diri anggota
keluarga,stabilitas kepribadian dan tingkah laku, kemampuan menjalin
secara lebih akrab, dan harga diri.
c. Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial Sosialisasi dimulai saat lahir
dan hanya diakhiri dengan kematian.Sosialisasi merupakan suatu
proses yang berlangsung seumur hidup, karena individu secara
kontinyu mengubah perilaku mereka sebagai respon terhadap situasi
yang terpola secara sosial yang mereka alami. Sosialisasi merupakan
proses perkembangan atau perubahan yangdialami oleh seorang
individu sebagai hasil dari interaksi sosial dan pembelajaran peran-
peran sosial.
d. Fungsi reproduksi Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan
dan menambahsumber daya manusia.
e. Fungsi ekonomi Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secaraekonomi dan tempat untuk mengembangkan
kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
f. Fungsi perawatan kesehatan Menyediakan kebutuhan fisik dan
perawatan kesehatan.Perawatan kesehatan dan praktik-praktik
sehat(yang mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara
individual) merupakan bagian yang paling relevan dari fungsi
perawatan kesehatan.
1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
2) Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi
keluarga.
3) Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan
4) Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau menciptakan
suasana rumah yang sehat
5) Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas.

5. Tahap dan tugas perkembangan keluarga


Dalam (YUANA 2020) (ZAMNI 2018) (Anizarwan 2018) Terdapat
delapan tahap perkembangan keluarga yang perlu di ketahui yaitu :
a. Tahap Keluarga Pemula atau Pasangan Baru
Tugas perkembangan keluarga pemula antara lain membina hubungan
yang harmonis dan kepuasan bersama dengan membangun perkawinan
yang saling memuaskan, membina hubungan dengan orang lain dengan
menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis,
merencanakan kehamilan dan mempersiapkan diri menjadi orang tua.
b. Tahap keluarga sedang mengasuh anak
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini yaitu membentuk
keluarga muda sebagai suatu unit, mempertahankan hubungan
perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan
keluarga besar denganmenambahkan peran orang tua kakek dan nenek
dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-
masing pasangan.
c. Tahap keluargadengan anak usia pra sekolah
Tugas perkembangannya adalah memenuhi kebutuhan anggota
keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru
sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya,
mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar
keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan
kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi
kebutuhan bermain anak.
d. Tahap keluarga dengan anak usia sekolah
Tugas perkembangannya adalah mensosialisasikan anak termasuk
meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan
hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan
kesehatan fisik anggota keluarga, membiasakan belajar teratur,
memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah.
e. Tahap keluarga dengan anak remaja
Tugas perkembangan pada tahap ini yaitu menyeimbangkan kebebasan
dan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri,
memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara
terbuka antara orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian,
memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab,
mempertahankan komunikasi dua arah.
f. Tahap keluarga yang melepas anak usia dewasa muda
Tugas perkembangannnya adalah memperluas siklus keluarga dengan
memasukkan anggota keluarga baru yang didapat melalui perkawinan
anak-anak, melanjutkan untuk memperbaharui hubungan perkawinan,
membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun
istri, membantu anak mandiri, mempertahankan komunikasi,
memperluas hubungan keluarga antara orang tua dengan menantu,
menata kembali peran dan fungsi setelah ditinggalkan anak.
g. Tahap orang tua usia petengahan
Tugas perkembangannya adalah menyediakan lingkungan yang
meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan yang
memuaskan dan penuh arti para orang tua dan lansia, memperkokoh
hubungan perkawinan, menjaga keintiman, merencanakan kegiatan
yang akan datang, memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan,
tetap menjaga komunikasi dengan anak-anak.
h. Tahap keluarga dalam masa pensiun dan lansia
Tahap perkembangan keluarga ini adalah yaitu mempertahankan
pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap
pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan perkawinan,
menyeuaikan diri terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan
ikatan keluarga antar generasi, meneruskan untuk memahami
eksistensi mereka, saling memberi perhatian yang menyenangkan antar
pasangan, merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua seperti
berolahraga, berkebun, mengasuh cucu.

B. PENGERTIAN HIPERTENSI
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
cukup istirahat/tenang (Kemenkes.RI, 2014).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan
angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian/mortalitas (Trianto, 2014).

C. ETIOLOGI
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan
tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa factor yang memengaruhi
terjadinya hipertensi: (Aspiani, 2016)
1. Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau
transport Na.
2. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
3. Stress karena lingkungan
4. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan :
1. Hipertensi primer (esensial) Hipertensi primer adalah hipertensi yang
belumdiketahuipenyebabnya. Diderita oleh seitar 95% orang. Oleh
karenaitu,penelitian dan pengobatan lebih ditunjukan bagi penderita
esensial.
Hipertensi primer disebabkan oleh faktor berikut ini.
a) Faktor keturunan Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi
jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
b) Ciri perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi
timbulnya hipertensi adalah umur (jika umur bertambah maka
tekanan darah meningkat), jenis kelamn (pria lebih tinggi dari
perempuan), dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).
c) Kebiasaan hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan
timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (lebih dari
30g), kegemukan atau makan berlebih,stress, merokok, minum
alcohol,minum obat-obatan (efedrin, prednisone, epinefrin).
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah
satu contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang
terjadi akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat
congenital atau akibat aterosklerosis stenosis arteri renalis menurunkan
aliran darah keginjal sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal,
perangsangan pelepasan renin, dan pembentukan angiotensin II.
Angiotensin II secara langsung meningkatkan tekanan darah tekanan
darah, dan secara tidak langsung meningkatkan sintesisan dosteron dan
reabsorpsi natrium. Apabila dapat dilakukan perbaikan pada stenosis,
atau apabila ginjal yang terkena di angkat, tekanan darah akan kembali
ke normal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain ferokromositoma,
yaitu tumor penghasil epinefrin di kelenjar adrenal, yang menyebabkan
peningkatan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup, dan
penyakit cushing, yang menyebabkan peningkatan volume sekuncup
akibat retensi garam dan peningkatan CTR karena hipersensitivitas
system saraf simpati saldosteronisme primer (peningkatan aldosteron
tanpa diketahui penyebabnya) dan hipertensi yang berkaitan dengan
kontrasepsi oral juga dianggap sebagai kontrasepsi sekunder (Aspiani,
2016).

D. PATOFISIOLOGI/PATHWAY
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan
air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.
Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural
dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta
dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan
penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi
palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh
cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang
diteruskan ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan
darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi
pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya
perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi
pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga
dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium.
Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan
peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-
organ seperti jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 ).
Pathway
E. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak
nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun

Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :


1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.
2. Sakit kepala
3. Pusing / migraine
4. Rasa berat ditengkuk
5. Penyempitan pembuluh darah
6. Sukar tidur
7. Lemah dan lelah
8. Nokturia
9. Azotemia
10. Sulit bernafas saat beraktivitas

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
b. Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena parenkim
ginjal dengan gagal ginjal akut.
c. Darah perifer lengkap
d. Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)
2. EKG
a. Hipertrofi ventrikel kiri
b. Iskemia atau infark miocard
c. Peninggian gelombang P
d. Gangguan konduksi
3. Foto rontgen
a. Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.
b. Pembendungan, lebar paru
c. Hipertrofi parenkim ginjal
d. Hipertrofi vascular ginjal (Aspiani,2016)

G. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan
informasi secara terus-menerus tentang keluarga yang dibina. Pengkajian
merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga yang
terdiri dari beberapa tahap meliputi (Komang Ayu, 2010) dalam (YUANA
2020) :
1. Data Umum :
a. Identitas Kepala keluarga
b. Komposisi anggota keluarga
c. Genogram
d. Tipe keluarga
e. Suku bangsa
f. Agama
g. Status sosial ekonomi keluarga
h. Aktifitasrekreasikeluarga
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga :
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
c. Riwayat keluarga inti
d. Riwayat keluarga sebelumnya
3. Lingkungan :
a. Karakteristik rumah
b. Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal
c. Mobilitas geografis keluarga
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e. Sistem pendukung keluarga
4. Struktur Keluarga :
a. Pola komunikasi keluarga
b. Struktur kekuatan keluarga
c. Struktur Peran
d. Nilai dan Norma Keluarga
5. Fungsi Keluarga :
a. Fungsi Afektif
b. Fungsi Sosialisasi
c. Fungsi Perawatan kesehatan
6. Stress / Penyebab masalah dan koping yang dilakukan keluarga:
a. Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek
b. Respon keluarga terhadap stress
c. Strategi koping yang digunakan
d. Strategi adaptasi yang disfungsional
7. Pemeriksaan fisik (Head to toe) : Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua
anggota kelurga tisak berbeda jauh dengan pemeriksaan fisik pada klien di
klinik atau rumah sakit yang meliputi pemeriksaan head to toe.
8. Harapan Keluarga :
a. Terhadap masalah kesehatan keluarga
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang responindividu,
keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan
yang aktual dan potensial (Allen, 1998) dalam Salvari Gusti (2013) dan
(YUANA 2020) Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data
yang didapatkan pada pengkajian, komponen diagnosa keperawatan meliputi :
1. Problem atau masalah
2. Etiologi atau penyebab masalah
3. Tanda Sign dan Gejala (symptom)
I. INTERVENSI
Intervensi / Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulantindakan
yang ditentukan perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah
kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi dari masalah keperawatan
yang sering muncul (Salvari Gusti, 2013) Perencanaan keperawatan keluarga
mencakup tujuan umum dantujuan khusus yang didasarkan pada masalah yang
dilengkapi dengan kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab.
Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada kriteria
dan standar. Langkah-langkah dalam rencana keperawatan keluarga adalah :
1. Menentukan sasaran atau goal
2. Menentukan tujuan atau objektif
3. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang dilakukan
4. Menentukan kriteria dan standar kriteria Standar.
II. PENGKAJIAN TAHAP 1

Anda mungkin juga menyukai