Dosen Pengampu :
Muh. Jasmin S.Kep,.Ns,.M.Kep
OLEH :
KELOMPOK 4
FIFIN SAFITRI T.
HISMAWATI
NUR ISRAWATI
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang maha Esa
karena berkat rahmat dan hidayah-NYA lah kami dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Masyarakat Maritim Pada
Pengelohan Dapur Umum Penampungan” kami sangat menyadari masih
banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini. untuk itu kami sangat
berharap kritik dan saran agar makalah ini menjadi lebih baik.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat maritim, yang terdiri dari dua buah kata yang memiliki
makna tersendiri. Maritim yang merupakan segala aktivitas pelayaran
danperniagaan/perdagangan yang berhubungan dengan kelautan atau disebut
pelayaranniaga. Sedangkan masyarakat adalah sekumpulan manusia yang
secara relatif mandiri,cukup lama hidup bersama, mendiami suatu wilayah
tertentu, memiliki kebudayaan yangsama, dan melakukan sebagian besar
kegiatannya di dalam kelompok tersebut ( Hortonet. Al,1991).
Dapur umum untuk penanggulangan bencana alam yang ada saat ini
biasanya dari tenda peleton, rumah/posko yang dijadikan dapur atau mobil
lapangan. Pentingnya pengelolaan dapur umum diarea bencana saat ini
sebagai salah satu tempat/wadah proses penyelenggaraan makanan untuk
korban bencana. Tempat penyelenggara dapur umum harus berdasarkan
1
keadaan tempat yang aman, terjangkau, terpenuhi dalam waktu tertentu, dan
memenuhu syarat hygiene.
B. Tujuan
1. Dapat mengetahui konsep asuhan keperawatan pada masyarakat maritime
pada pengelolaan dapur umum penampungan
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada masyarakat maritime pada
pengelolaan dapur umum penampungan?
D. Manfaat
1. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada masyarakat
maritim pada pengeloan dapur umum penampungan
2. Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan pada masyarakat
maritim pada pengeloan dapur umum penampungan
3. Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada masyarakat
maritim pada pengeloan dapur umum penampungan
2
BAB II
KONSEP BENCANA
A. Konsep Bencana
1. Pengertian
Menurut Undang-undang nomor 24 tahun 2007 pasal 1, Bencana
adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggukehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik olehfaktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia
sehinggamengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan,kerugian harta benda dan dampak psikologis (Paramesti,
2011).
Bencana merupakan suatu peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik olehfaktor alam danatau faktor nonalam maupun faktor manusia
sehinggamengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan,kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana tidak
terjadibegitu saja, namun ada faktor kesalahan dan kelalaian manusia
dalammengantisipasi alam dan kemungkinan bencana yang dapat
menimpanya (Nartyas, 2013).
Sehingga disimpulkan bencana alam merupakan peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
3
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,kerugian harta
benda dan dampak psikologis. Pada umumnya resiko bencana alam
meliputi bencana akibat faktor geologi, bencana akiba thydrometeorologi,
bencana akibat faktor biologi dan kegagal anteknologi.
2. Klasifikasi Bencana
Menurut Undang-undang No.24 Tahun 2007, bencana adalah
peristiwa ataurangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam atau faktornon alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dandampak psikologis. Jenis-jenis bencana menurut
Undang-undang Nomor 24Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana,
yaitu:
a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain beru
pagempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin
topan,dan tanah longsor.
b. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau rangkaian peristiwa non alam antara lain berupa gagal
teknologi,gagal modernisasi. dan wabah penyakit.
c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh manusia yang meliputi
konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat.
d. Kegagalan Teknologi adalah semua kejadian bencana yang
diakibatkan oleh kesalahan desain, pengoprasian, kelalaian dan
kesengajaan,manusia dalam penggunaan teknologi dan atau insdustri
yang menyebabkan pencemaran
4
pencemaran, kerusakan bangunan, korban jiwa, dan kerusakan
lainnya. Lima jenis bencana alam yang di akibatkan oleh peristiwa
atau serangkaianperistiwa yang disebabkan oleh alam antara lain :
1) Banjir
2) Longsor
3) Kebakaran
4) Gempa Bumi
5) Letusan Gunung Api (Kristanti, 2013).
3. Manajemen Bencana
Manajemen bencana menurut (University British Columbia) ialah
proses pembentukan atau penetapan tujuan bersama dan nilai bersama
(common value) untuk mendorong pihak-pihak yang terlibat (partisipan)
untukmenyusun rencana dan menghadapi baik bencana potensial maupun
akual.Adapun tujuan manajemen bencana secara umum adalah sebagai
berikut:
5
4. Penanggulangan Bencana Di Bidang Kesehatan
Dengan melihat faktor resiko yang terjadi akibat bencana, maka
penanggulangan bencana sektor kesehatan bisa dibagi menjadi aspek
medis dan aspek kesehatan masyarakat. Pengendalian penyakit dan
penyehatan lingkungan merupakan salah satu bagian dari aspek kesehatan
masyarakat. Pelaksanaannya tentu harus melakukan koordinasi dan
kolaborasi dengan sektor dan program terkait.Berikut ini merupakan
ruang lingkup bidang pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan,
terutama pada saattanggap darurat dan pasca bencana:
a. Sanitasi darurat
Kegiatannya adalah penyediaan serta pengawasan air bersih dan
jamban, kualitas tempat pengungsian, serta pengaturan limbah
sesuai standar.Kekurangan jumlah maupun kualitas sanitasi ini
akan meningkatkan resiko penularan penyakit.
b. Pengendalian vector
Bila tempat pengungsian dikategorikan tidak ramah, maka
kemungkinan terdapat nyamuk dan vektor lain disekitar
pengungsi. Ini termasuk adanya timbunan sampah dan genangan
air yang memungkinkan terjadinya perindukan vektor.Maka
kegiatan pengendalian vektor terbatas sangat diperlukan, baik
dalam bentuk spraying atau fogging, larvasiding, maupun
manipulasi lingkungan.
c. Pengendalian penyakit
Bila laporan pos-pos kesehatan diketahui terdapat peningkatan
kasus penyakit, terutama yang berpotensi KLB, maka dilakukan
pengendalian melalui intensifikasi penatalaksanaan kasus serta
penanggulangan factor risikonya.Penyakit yang memerlukan
perhatian adalah diare dan ISPA.
d. Imunisasi terbatas
Pengungsi pada umumnya rentan terhadap penyakit, terutama
orang tua,ibu hamil, bayi, dan balita.
e. Surveilans epidemiologi
6
7
Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh informasi epidemiologi
penyakit potensi KLB dan faktor risiko.Atas informasi inilah maka
dapat ditentukan pengendalian penyakit, pengendalian vektor, dan
pemberian imunisasi. Informasi epidemiologi yang harus diperoleh
melalui kegiatan surveilans epidemiologi adalah: reaksi sosial,
penyakit menular, perpindahan penduduk, pengaruh cuaca,
makanan dan gizi, persediaan air dan sanitasi, kesehatan jiwa,
kerusakan infrastruktur kesehatan.
8
2) Don’t promise
3) Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan
4) Kordinasi dan menciptakan kepemimpinan
5) Untuk jangka panjang. Bersama-sama pihak yang terkait dapat
mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizing
c. Peran perawat dalam fase post impact
1) Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik dan
psikologi korban.
2) Stress psikologi yang terjadi dapat terus berkembang hingga
terjadi posttraumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan
sindrom dengan 3 kriteria utama:
a) Gejala trauma pasti dapat dikenali
b) Individu tersebut mengalami gejala ulang terutamanya
melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa – peristiwa
yang memacunya
c) Individu akan menunjukan gangguan fisik. Selain itu,
individu dengan PTSD dapat mengalami penurunan
konsentrasi, perasaan bersalah dan gangguan memori.
9
B. Tentang Dapur Umum
1. Pengertian
Dapur adalah suatu ruangan atau tempat khusus yang memiliki
perlengkapan dan peralatan untuk mengolah makanan hingga siap untuk
disajikan. (Iskandar, Mahdi, 2010)
Dapur Umu (DU) adalah lapangan yang disediakan oleh Palang
Merah Indonesia (PMI) untuk menyediakan atau menyiapkan makanan
dan dapat didistribusikan atau dibagikan kepada korban bencana dalam
waktu cepat dan tepat.
Dapur Umum didirikan apabila terjadi bencana yang dapat
mengakibatkan penderitaan manusia, mengganggu aktivitas,
menimbulkan kerusakan harta benda , alam beserta lingkungannya dan
menghambat roda pembangunan.
10
1) Seorang Ketua Regu
2) Seorang Wakil Ketua Regu
3) Seorang penanggung jawab Tata Usaha
4) Seorang Penanggung Jawab Perlengkapan dan Peralatan
5) Seorang Penanggung Jawab Memasak
6) Seorang Penanggung jawab distribusi
7) Beberapa orang tenaga yang membantu terdiri dari unsur masyarakat
didaerah bencana dan sekitarnya.
11
5. Pelaksanaan Dapur Umum
a. Lokasi Dapur Umum
Dalam menentukan lokasi Dapur Umum agar memperhatikan
hal sebagai berikut :
1) Letak dapur umum dekat dengan posko atau penampungan supaya
mudah dicapai atau dikunjungi oleh korban.
2) Higienis lingkungan cukup memadai.
3) Aman dari bencana.
4) Dekat dengan transportasi umum.
5) Dekat dengan sumber air.
b. Pendistribusian Dapur Umum
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pendistribusian makanan Dapur Umum kepada
korban bencana antara lain :
1) Distribusi dilakukan dengan menggunakan kartu distribusi.
2) Lokasi atau tempat pendistribusian yang aman dan mudah di capai
oleh korban.
3) Waktu pendistribusian yang konsisten dan tepat waktu, misalnya
dilakukan 2 kali sehari, makan pagi/siang dilaksanakan jam 10.00-
12.00 Wib, makan sore/malam jam 16.00-1700 WIB.
4) Pengambilan jatah seyogyanya diambil oleh Kepala Keluarga atau
perwakilan sesuai dengan kartu distribusi yang sah.
5) Pembagian makanan bisa menggunakan daun, piring, kertas atau
sesuai dengan pertimbangan aman, cepat, praktis dan sehat
12
c. Lama Penyelenggara
1) Penyelenggara dapur umum PMI dilaksanakan pada situasi jika
tidak memungkinkan diberikan bantuan bahan mentah
2) Sampai dengan hari ke 3 adalah untuk memberikan bantuan
makanan kepada seluruh korban bencana yang dilaporkan.
3) Untuk hari ke 4 sampai dengan hari ke 7 pemberian bantuan
makanan sudah dapat dimulai dengan selektif, bantuan
makannanya diberikan kepada korban yang benar-benar
membutuhkan
4) Apabila setelah 7 hari ternyata korban bencana belum dapat
menjalankan fungsi sosialnya seperti semula dan masih
memerlukan bantuan, pemberian bantuan berikutnya diusahakan
dalam bentuk mentah yang sesuai dengan prinsip bantuan PMI
5) Bantuan dari PMI diberikan dalam bentuk tahap darurat paling
lama berlangsung selama 14 hari, jika situasi dan kondisi masih
dalam keadaan darurat dan disertai dukungan sarana dana yang
memadai, atas permintaan dan sesuai kemampuan PMI, pemberian
bantuan dapat melampaui masa 14 hari tersebut.
13
14
7. Pentingnya Ketahanan Pangan Dalam Masa Bencana
1) Ketahanan Pangan :
Tercapai ketika semua orang dalam masa apapun mempunyai
akses fisik dan ekonomis terhadap pangan yang cukup, aman, dan
bergizi untuk dapat hidup sehat
2) Penghidupan :
Terdiri dari kemampuan, harta benda, dan aktivitas yang
diperlukan untuk sarana kehidupan yang terkait dengan pertahanan
hidup dan kesejahteraan di masa mendatang
3) Kekurangan Gizi :
Mencakup satu cakupan berbagai kondisi termasuk kekurangan
gizi akut, kekurangan gizi kronis, dan kekurangan vitamin dan
mineral.
15
Macam Bahan Pangan Umur simpan (hari) pada 21,11 0C
Daging segar, Ikan segar, Unggas 1–2
Daging dan ikan kering/asin/asap 360 atau lebih
Buah-buahan segar 1–7
Buah-buahan kering 360 atau lebih
Sayuran daun 1–2
Umbi-umbian 1–7
Biji-bijian kering 360 atau lebih
Tabel 2.1 Umur Simpan Beberapa Bahan Pangan
16
3. Jenis Kerusakan Pangan
a) Kerusakan Mikrobiologis
Penyebab kerusakan mikrobiologi disebabkan oleh bermacam- macam mikroba
seperti kapang, khamir, dan bakteri. Kerusakan mikrobiologi merupakan bentuk
kerusakan yang banyak merugikan hasil pertanian dan berbahaya terhadap kesehatan
manusia, karena racun yang diproduksinya terkonsumsi oleh manusia. Kerusakan
mikrobiologis dapat terjadi pada bahan lain, bahan baku, produk setengah jadi atau
produk jadi.
b) Kerusakan Mekanis
Kerusakan mekanis disebabkan adanya benturan-benturan mekanis. Kerusakan
ini terjadi pada benturan antar bahan saat dipanen dengan alat, selama pengangkutan
tertindih atau tertekan, serta terjatuh sehingga mengalami cacat berupa memar,
tersobek atau terpotong.
c) Kerusakan Fisik
Kerusakan ini disebabkan karena perlakuan-perlakuan fisik misalnya terjadinya
case hardening karena penyimpanan dalam gudang basah menyebabkan bahan seperti
tepung kering dapat menyerap air sehingga terjadi pengerasan atau membatu.
d) Kerusakan Biologis dan Fisiologis
Kerusakan biologis yaitu kerusakan yang disebabkan karena kerusakan fisiologis,
serangga, dan binatang pengerat (rodentia). Kerusakan biologis meliputi kerusakan
yang disebabkan oleh reaksi- reaksi metabolisme dalam bahan atau enzim-enzim yang
terdapat didalam bahan itu sendiri secara alami sehingga terjadi autolisis dan berakhir
dengan kerusakan serta pembusukan. Misalnya daging akan
17
membusuk oleh proses autolisis, karena daging mudah rusak dan
busuk bila disimpan pada suhu kamar.
e) Kerusakan fisiologis adalah kerusakan yang diakibatkan oleh serangga, binatang
pengerat, burung, dan hewan-hewan lain. Kerusakan fisiologis umumnya terjadi akibat
reaksi enzimatik pada sayur, buah, daging, ayam, dan pangan. Laju kerusakan biologis
dipengaruhi oleh kadar air, suhu penyimpanan, oksigen, cemaran mikroorganisme
awal, dan kandungan gizi pangan terutama protein dan lemak.
f) Kerusakan Kimia
Kerusakan kimia dapat terjadi karena beberapa hal diantaranya
coating atau enamel, yaitu terjadinya noda hitam FeS pada makanan
kaleng karena terjadinya reaksi lapisan dalam kaleng dengan H–S–
yang diproduksi oleh makanan tersebut. Perubahan pH menyebabkan
suatu jenis pigmen mengalami perubahan warna, demikian pula
protein akan mengalami denaturasi dan penggumpalan. Reaksi
browning dapat terjadi secara enzimatis maupun non-enzimatis.
Browning non-enzimatis merupakan kerusakan kimia yang mana
dapat menimbulkan warna coklat yang tidak diinginkan.
18
4. Faktor Utama Kerusakan Pangan
Enzim merupakan senyawa protein yang berfungsi sebagai katalis
biologis yang dapat mengendalikan berbagai reaksi biokimia yang
terdapat di dalam jaringan hidup. Enzim dapat berasal secara alami di
dalam bahan
pangan atau dapat pula berasal dari mikroba yang mencemari bahan
pangan yang bersangkutan. Enzim yang dikeluarkan oleh mikroba dapat
menimbulkan perubahan bau, warna, dan tekstur pada bahan pangan.
Enzim yang terdapat secara alami di dalam bahan pangan misalnya
enzim polifenol oksidase pada buah salak, apel atau ubi kayu. Enzim
polifenol oksidase merupakan salah satu jenis enzim yang merusak bahan
pangan karena warna coklat yang ditimbulkannya, contohnya
menimbulkan warna coklat jika buah atau ubi dipotong. Enzim dapat pula
menyebabkan penyimpangan citarasa makanan seperti enzim lipoksidase
yang menimbulkan bau langu pada kedelai. Enzim juga dapat
menyebabkan pelunakan pada buah, misalnya enzim pektinase yang
umum terdapat pada buah-buahan. Karena merupakan salah satu faktor
yang dapat menimbulkan kerusakan pada bahan pangan, maka enzim
perlu diinaktifkan jika bahan pangan yang bersangkutan akan diawetkan.
19
Pada Umumnya binatang perengat merupakan salah satu jenis
hama yang sering menyerang tanaman padi dan biji-bijian, baik yang
belum dipanen maupun yang sudah dipanen dan disimpan di dalam
lumbung- lumbung. Bahaya tikus bukan hanya karena binatang ini dapat
menghabiskan hasil panen kita, tetapi juga kotorannya termasuk air
kencing dan bulu yang terlepas dari kulitnya merupakan media yang
sesuai bagi pertumbuhan mikroba.
20
7. Cara Mencegah Kerusakan Pangan
a) Pencegahan kerusakan mikrobiologis
Dapat ditempuh dengan jalan :
1) Mencegah terjadinya kontaminasi dengan menjalankan Cara
Produksi Pangan yang Baik (CPPB)
2) Mencegah pertumbuhan mikroba dengan kontrol suhu, kadar air,
ph, kontrol oksigen dan penggunaan BTP pengawet
3) Eliminasi mikroba dengan sterilisasi uap panas, filtrasi mikroba,
iradiasi.
4) Lima kunci keamanan pangan dari WHO (terlampir)
21
d. Tinjaun Umum Tentang Keracunan Makanan Basi
a. Pengertian
Keracunan makanan adalah timbulnya gejala klinis penyakit atau
gangguan kesehatan lainnya akibat mengkonsumsi makanan (DEPKES
RI, 1999). Makanan yang menjadi penyebab keracunan. Umumnya telah
tercemar oleh unsur-unsur fisika, mikroba, atau kimia dalam dosis yang
membahayakan. Gejala yang terjadi biasanya gastrointestinal dan terjadi
sesudah makan makanan tertentu yang secara epidemiologi dapat
dibuktikan bahwa makanan tersebut sebagai sumber penyebab penyakit.
22
3) Sumber dari binatang dan serangga, seperti: binatang piaraan,
binatang pengerat, misalnya: Leptospora, Salmonella, Vibrio,
cacing, lalat, kecoa, dll.
4) Sumber dari udara, misal: Staphylococcus, Streptococcus, virus,
pencemaran udara.
5) Sumber dari permukaan benda atau alat, misal: Salmonella.
6) Sumber dari makanan, misal: singkong, jamur, ikan, dll.
7) Sumber dari air, misalnya: Vibrio cholerae, Salmonella.
23
Manifestasi dari gejala klinik yang ditimbulkan dapat
bervariasi dari yang sangat ringan sampai reaksi yang sangat berat,
sehingga berakibat pada kematian. Walaupun suatu makanan yang
pada awalnya mengandung sejumlah kecil mikro organisme patogen
mungkin akan menyebabkan kesakitan atau keracunan bila situasi dan
kondisinya sedemikian rupa sehingga dapat membantu pertumbuhan
mikro organisme, misalnya temperatur yang sesuai dengan
perkembangan bakteri atau waktu yang cukup tersedia untuk
terbentuknya toksin.
24
Sedangkan antara gejala-gejala yang timbul akibat termakannya
racun (zat kimia) yang dihasilkan lebih dulu oleh pertumbuhan
mikroorganise (Staphylococus aureus) dalam makanan dapat
mengakibatkan pegaruh pada manusia dengan timbulnya gejala-gejala
yang dapat terlihat antara 2-4 jam dan sering ditandai muntah-muntah
ringan, berak-berak serta pusing.
e. Patogenis
25
f. Pengananan Awal Keracunan
Penanganan awal keracunan makanan harus segera dilakukan
apabila diketahui atau ditemukan beberapa orang atau banyak orang
diindikasikan mendapatkan gejala-gejala setelah makan jenis makanan
tertentu.
Gejala itu bisa terjadi di suatu keluarga, sekelompok orang, di
sekolahan, di pesta, di kantin, di pabrik dan lain-lain, baik secara
bersamaan maupun tidak. Gejala yang dirasakan misalnya secara
mendadak timbul rasa pusing, mual, kesadaran menurun, muntah, kejang
perut/usus, seringkali disertai kejang otot dan tanda-tanda lainnya yang
khas, tergantung jenis racun penyebabnya.
b. Pengertian Makanan
Makanan adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh
manusia. Makanan tidak hanya dituntut cukup dari segi zat gizi dan
memenuhi kebutuhan manusia, tetapi juga harus aman ketika dikonsumsi
27
(Handayani & Werdiningsih, 2010). Menurut pandangan islam makanan
yang baik dikonsumsi adalah makanan yang yang bersih, makanan yang
tidak memudharatkan kesehatan, makanan yang segar, makanan yang
berhasiat, makanan yang tidak beresiko tinggi dan halalan tayyiban
(Mohamad, Man, dkk. 2015).
Makanan yang halalan tayyiban telah dijelaskan di Qur’an surah
Al-Maidah ayat 4 yang artinya “mereka bertanya kepadamu (Muhammad)
apakah yang dihalalkan bagi mereka? Katakanlah yang dihalalkan bagimu
(adalah makanan) yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh
binatang pemburu yang telah kamu latih untuk berburu, yang kamu latih
menurut apa yang diajarkan oleh Allah kepadamu. Maka makanlah apa
yang ada ditangkapnnya untukmu, dan sebutlah nama Allah (waktu
melepasnya) dan bertaqwalah kepada Allah, sungguh Allah maha cepat
perhitungannya”.
28
d. Pengertian Bakteri
Bakteri berasal dari bahasa Latin bacterium; jamak: bacteria
adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel.
Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran
sangat kecil (mikroskopik).
Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan
tersebar luas dibandingkan makhluk hidup lainnya. Bakteri memiliki
ratusan ribu spesies yang hidup di gurun pasir, salju atau es, hingga lautan
(Maryati, 2007). Bakteri yang keberadaanya banyak sekali ini,
memungkinkan untuk menjadi salah satu penyebab penyakit pada manusia
(Radji, 2011). Bakteri yang menyebabkan penyakit keracunan makanan
pada manusia adalah bakteri patogen (Darmadi, 2008). Bakteri patogen
yang menyebabkan penyakit ineksi pada manusia contohnya adalah
Staphylococcus aureus.
e. s
f. Patogenisitas Bakteri Staphylococcus Aureus
Bakteri S. aureus adalah salah satu bakteri patogen pada manusia.
S. aureus menyebabkan penyakit seperti keracunan makanan yang berat
atau infeksi kulit yang kecil, sampai infeksi yang tidak bisa disembuhkan
(Herdiana, 2015). S. aureus dapat menimbulkan penyakit melalui
pembentukan berbagai zat ekstraseluler. Zat yang berperan sebagai faktor
virulensi dapat berupa protein, termasuk enzim dan toksin (Jawetz et
al.,
29
2008). Infeksi oleh S. aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang
disertai abses. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus
adalah bisul, jerawat, impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat
diantaranya pneumonia, mastitis, plebitis, meningitis, infeksi saluran
kemih, osteomielitis, dan endokarditis S. aureus juga merupakan
penyebab utama infeksi nosokomial, keracunan makanan, dan sindroma
syok toksik (Kusuma, 2009).
Jumlah toksin yang dapat menyebabkan keracunan adalah 1,0
μg/gr makanan. Gejala keracunan ditandai oleh rasa mual, muntah-
muntah, dan diare yang hebat tanpa disertai demam (Jawetz et al.,
2008).
S. aureus dapat menyebabkan penyakit melalui kemampuannya menyebar
luas dalam jaringan dan melalui pembentukan berbagai zat ekstraseluler.
Zat yang berperan sebagai faktor virulensi berupa toksin leukosidin, dan
enterotoksin. Leukosidin adalah toksin apat mematikan sel darah putih
pada beberapa hewan. Toksin ini perannya dalam patogenesis pada
manusia tidak jelas, karena Staphylococcus patogen tidak dapat
mematikan sel-sel darah putih manusia dan dapat difagositosis.
Enterotoksin adalah enzim yang tahan panas dan tahan terhadap suasana
basa di dalam usus. Enzim ini merupakan penyebab utama dalam
keracunan makanan, terutama pada makanan yang mengandung
karbohidrat dan protein (Jawetz et al., 2008).
30
BAB III
31
yang sangat keras serta teriakan istri dan warga sekitar. Klien juga
mengatakan merasa sedih karena memikirkan status rumah dan kematian
orang-orang terdekat. Klien merasa cemas dan takut jika ada gempa
susulan dan klien juga kesulitan untuk memenuhi makanannya karena
belum menerima bantuan dari pemerintah. Sehingga klien nampak
merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan.
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Nama pasien : Tn.D
b. Tempat/Tanggal lahir : Aondonuhu, 14 Juli 1977
c. Jenis kelamin : laki-laki
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SMP
f. Pekerjaan : Guru
g. Status perkawinan : Menikah
h. Suku/Bangsa : Tolaki/Indonesia
i. Alamat : Andonohu
j. Diagnosis medis : Kehilangan
k. Informasi Diterima : Observasi
2. Penanggung jawab/keluarga
a. Nama : Ny.R
b. Umur : 52 Thn
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Buruh pabrik
e. Alamat : Andonohu
f. Hubungan dengan pasien : Istri
g. Status perkawinan : Menikah
h. Telp : 0822 333XXXXX
32
B. Riwayat kesehatan
1. Riwayat Keluhan Utama : Klien nampak putus asa dan kesulitan
mengekspresikan perasaan akibat kejadian yang dialami
2. Riwayat Penyakit Keluarga : Dalam keluarga tidak ada yang mengalami
penyakit hipertensi, diabetes mellitus, stroke dll.
3. Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita:
Dislokasi/Artritis
Diabetes Melitus Gangguan Tyroid
Penyakit Autoimun Hernia
Hepatitis A/B/C/D/E
33
Keterangan :
: Wanita (meniggal)
: Wanita (Hidup)
: Laki-Laki (Meniggal)
: Laki-Laki (Hidup)
: Pasien
: Serumah dengan pasien
1. PEMERIKSAAN FISIK
1. Penglihatn:
b. Inspeksi
1) Ketajaman visual : 6/6
2) Kelopak mata : normal
PERUBAHAN
34
9) Diplopia : -
10) Potopobia : -
c. Palpasi
1) TIO :-
2) Pemerikasaan Opthalmoscopy : -
2. Pendengaran :
1) Kebiasaan perawatan/membersihkan telinga : seminggu 3x
2) Kemampuan pendengaran :
Normal Inspeksi dan palpasi :
1) Tanda-tanda infeksi : Tidak ada tanda-tanda infeksi dalam pemeriksaan
2) Otalgia : Tidak ada
3) Tinnitus : Tidak ada
4) Vertigo :+
5) Memakai alat bantu : -Tidak ada
3. Penciuman :
1) Fungsi penciuman : baik
2) Gangguan yang sering dialami : hidung tersumbat
karena pilek Inspeksi dan palpasi :
1) Polip :-
2) Pendarahan: -
3) Peradangan: -
4) Sinus :-
4. Pengecapan
1) Keadaan lidah : baik
2) Fungsi mengecap : normal
3) Warna Lidah : merah muda
4) Lesi :-
5) Nodul lidah :-
5. Taktil (peraba)
1) Kemerahan : tidak ada
2) Bengkak : tidak ada
3) Sensasi : tidak ada
4) Nyeri : tidak ada
Catatan:
35
1. Inspeksi
a. Bentuk dada : Normal
b. Frekuensi pernapasan : 22x/mnt (Normal)
c. Irama : Vesikuler normal (+), wheezing (-), ronkhi (-)
d. Pengembangan dada : Teratur
RESPIRASI e. Kesimetrisan : Simetris
f. Retraksi : Tidak ada
g. Batuk : tidak ada Sputum, warna : -
2. Palpasi
a. Nyeri tekan : Tidak ada
b. Massa : Tidak ada
c. Ekspansi dada : Simetris
d. Taktil fremitus : Baik
e. Deviasi trachea : Tidak ada
3. Perkusi.
36
Batas-batas paru
a. : Sisi dada kiri :dari atas ke bawah ditemukan
sonor/resonan-tympani : ICS 7/8 (paru-lambung), sisi dada kanan : ICS 4/5
(paru-hati), dinding posterior : - Supraskapularis (-4 jari dipundak) batas
atas paru, setinggi vertebratorakal 10 garis skapula batas bawah paru
b. Vocal resonansi : baik
4. Auskultasi.
a. Bunyi napas : Normal
b. Bunyi napas tambahan : Tidak ada
Catatan : -
1. Inspeksi
a. Ictus cordis : Tidak nampak
b. Distensi Vena jugularis : Tidak ada
c. Capillary refill time (CRT) : <2 detik
d. edema Tungkai : Tidak ada
e. Sianosis : Tidak ada
f. Clubbing Finger : Tidak ada
g. Saturasi Oksigenasi : 98%
KARDIOVASKULAR
2. Palpasi
a. Denyut apeks : Tidak teraba
b. Pitting edema : Tidak ada
c. Nyeri tekan : Tidak ada
d. Akral Dingin : Tidak ada, akral teraba hangat
e. Denyut arteri karotis : Teraba kuat
3. Perkusi
a. Ukuran jantung :
b. Suara perkusi : Terdengar redup
4. Auskultasi
a. S1 : Penutup katub mitral dan trikuspidalis = LUB
b. S2 : Penutup katub Aorta dan Pulmonal = DUB
c. Bunyi Jantung abnormal : Tidak ada
d. Irama jantung : Normal
e. Denyut jantung : 81X/mnt (Normal)
Catatan : -
37
1. Inspeksi
a. Kebiasaan perawatan gigi : sikat gigi 3x sehari
b. Kebersihan gigi : baik
c. Pemakaian gigi palsu: Tidak ada
d. Pendarahan/Lesi : Tidak ada
e. Produksi saliva : Normal
f. Posisi ovula :-
g. Masalah menelan : Tidak ada
h. Fungsi mengunyah : Baik
i. Terpasang NGT : Tidak ada
j. Perubahan tonsil : Tidak ada
GASTROINTESTINAL
Catatan :
1. Inspeksi
a. Pembesaran ginjal : Tidak ada
PERKEMIHAN
38
aCattan :
39
1. Payudara
Inspeksi dan Palpasi
a. Keadaan putting susu : Normal
b. Perubahan bentuk : Tidak ada
c. Massa : Tidak ada
d. Nyeri : Tidak ada
REPRODUKSI
2. Genitali
a
Inspeksi :
a. Keadaan organ kelamin luar : Normal
b. Laki-laki :
1) Sircum : Normal
2) Scrotum : Normal
Catatan :
1. Inspeksi
a. Pembesaran Nodus limfe : Tidak ada
b. Ptekie : Tidak ada
HEMATOLOGI
2. Palpasi
a. Massa pada nodus limfe : Tidak ada
b. Pembersaran limpa : Tidak ada
IMUN &
Catatan :
1. Tingkat Kesadaran : E4 V5 M6
2. Status mental
a. Atensi : Baik
b. Orientasi (orang, tempat, waktu) : Baik
c. Daya ingat : Baik
d. Perhatian : Baik
e. Fungsi bahasa : Normal
f. Respon emosional : Normal
3. Sistem Motorik
NEUROLOGI
a. Keseimbangan : Normal
b. Sikap tubuh (berdiri, duduk, berbaring, bergerak, berjalan) : Normal
c. Gerakan abnormal (tremor, kejang) : Tidak ada
d. Koordinasi gerak : Normal
4. Tes fungsi sensorik
a. Sensasi (nyeri, suhu, tekan) : Normal
b. Fibrasi : Normal
c. Rasa interoseptif : Normal
5. Refleks Patologis
a. Babinsky : Normal
6. Refleks fisiologis :
a. Biseps : Normal
b. Triseps : Normal
c. Patella : Normal
40
Skala Presentase Kekuatan Karakteristik
0 0 Paralisis sempurna
1. Inspeksi
a. Deformitas : Tidak ada
b. Postur : Tidak ada
c. ROM : Tidak ada
d. Ukuran otot (Hypertropy/Atropy) : Normal
2. Palpasi
a. Edema : Tidak ada
b. Krepitasi : Tidak ada
c. Nyeri tekan : Tidak ada
d. Perubahan suhu : Tidak ada
DERAJAT KEKUATAN OTOT
MUSKULOSKLETAL
41
1. Inspeksi
a. Edema : Tidak ada
INTEGUMEN
b. Diaforesis : Tidak
c. Kelembaban Kulit : Sedan
d. Warna kulit : Sawo matang
e. Drainase : Tidak ada
f. Balutan : Tidak ada
g. Ulkus/Luka : Tidak ada
h. Kelainan Rambut (Alopesia) : Tidak ada
i. Kelainan Kuku : Tidak ada
2.Palpasi
a. Suhu : 36,50C
b. Turgor : Sedang
c. Nyeri tekan : Tidak ada
Gambaran area luka dan jelaskan karakteristik luka (Gambarkan lukanya) :
-
Catatan :
42
1. POLA KEGIATAN SEHARI-HARI (ADL)
1. Nutrisi
a. Kebiasaan
1) Pola makan : Makan nasi
2) Frekuensi makan : 3x sehari
3) Porsi makan : 1 piring
4) Nafsu makan : Baik
5) Makanan yang disukai : Makan berkuah
6) Makanan Pantangan : Ikan Asin dan Terong
7) Banyaknya minum dalam sehari : Sekitar 2 liter/hari
8) Jenis minuman yang disukai dan yang tidak disukai : minuman
yang disukai kopi dan tidak ada minuman yang tidak disukai
9) Berat badan : 65kg
10) Tinggi Badan : 167cm
b. Perubahan selama sakit
1) Pola makan : Makan roti
2) Frekuensi makan : Cukup
3) Porsi makan : Sedang
4) Nafsu makan : Sedang
5) Makanan yang disukai : Makanan yang lunak
6) Makanan Pantangan : Ikan Asin dan terong
7) Banyaknya minum dalam sehari : Sekitar 2 liter/hari
8) Jenis minuman yang disukai dan yang tidak disukai : minuman
yang disukai kopi dan tidak ada minuman yang tidak disukai
9) Berat badan : 65kg
10) Tinggi Badan : 167 cm
43
2. Eliminasi
a. Buang Air Besar (B.A.B)
1) Kebiasaan : Mandiri
Frekuensi dalam sehari : 1x/hari, Warna : kuning, Bau : Khas,
Jumlah/hari : 1x/hari
2) Perubahan selama sakit : Tidak ada
b. Buang Air Kecil (B.A.K)
1)Kebiasaan : Mandiri
Frekuensi dalam sehari : 8x/hari, Warna : Kuning Konsistensi :
Biasa, tidak pekat
2)Perubahan yang terjadi selama sakit : Tidak ada
3. Olah raga dan Aktivitas
a. Kegiatan olah raga yang disukai : Jalan pagi
b. Apakah olah raga dilaksanakan secara teratur : Tidak
4. Istirahat dan Tidur
a. Tidur malam jam : 21.00 bangun jam : 05.00
b. Tidur siang jam : 14.00 bangun jam : 16.00
c. Apakah mudah terbangun : Tidak
d. Apa yang dapat menolong untuk tidur nyaman : Mendengarkan
bacaan ayat kursi Al-Qur’an ditv atau di handphone
5. Personal Hygiene (Kebersihan Perorangan)
a. Kebiasaan mandi/hari : 2x gosok gigi/hari : 3x
b. Kebersihan rambut : Keramas / 2 hari
c. Mengganti Pakaian : 2 x/Hari
B. POLA INTERAKSI SOSIAL
a. Siapa orang yang penting/terdekat : Orang tua dan suadara
b. Jika mempunyai masalah, apakah dibicarakan dengan orang yang
dipercayai/terdekat : Ya
c. Bagaimana anda mengatasi suatu masalah dalam
keluarga : dengan berdiskusi
d. Bagaimana interaksi dalam keluarga : Baik
C. KESEHATAN SOSIAL
a. Keadaan rumah dan lingkungan : Baik
b. Status rumah : Milik Sendiri
c. Cukup / Tidak : Cukup
d. Bising / Tidak : Tidak
44
2. Klasifikasi Data
Diagnosa Medis :
N : 81 x/menit
P : 22 x/menit
S : 36,5 ˚C
2. Klien merasa cemas dan takut 2. Merenungkan perasaan bersalah
Perasaan
4. Klien tampak sedih memikirkan 4. Adanya perubahan dalam
status rumah dan kematian orang- kebiasaan makan, pola tidur, dan
45
3. Analisa Data
Nama inisial pasien : Tn. D
Diagnosa Medis :
Kehilangan Umur : 44 Tahun
- Pengukuran TTV :
Keadaan Umum :
Compos Mentis
TD : 130/80 mmHg
N : 81 x/menit
P : 22 x/menit
S : 36,5 ˚C
- Merenungkan perasaan
bersalah secara
berlebihan
- Merasa putus asa
46
- Klien kesulitan lingkungan yang
mengekspresikan sangat dikenal
perasaan Kehilangan
- Klien tampak sedih objek eksternal
memikirkan status rumah Kehilangan
dan kematian orang- seseorang yang
orang terdekat dicintai
Data Objektif :
- Pengukurann TTV :
Keadaan Umum :
Compos Mentis
TD : 130/80 mmHg
N : 81 x/menit
P : 22 x/menit
S : 36,5 ˚C
- Merasa putus asa
- Adanya perubahan dalam
kebiasaan makan, pola
tidur, dan tingkat
aktivitas
47
4. Diagnosa Keperawatan
manusia). (D.0095)
5. Intervensi Keperawatan
51
6. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
No DX Implementasi Evaluasi
keperawatan
1. Koping komunitas tidak efektif b.d Manajemen Lingkungan Komuitas (I.14515) S: Klien mengatakan dapat mengatsi situasi yang
paparan bencana (alami atau 1. Melakukan skrining resiko gangguan terjadi bencana alam ( Gempa)
perbuatan manusia) dan riwayat kesehatan lingkungan O: TTV:
bencana (mis : alam, perbuatan 2. Mengidentifikasi faktor resiko kesehatan TD : 120X80 mmHg
manusia). (D.0095) yang di ketahui N : 70x/m
3. Melibatkan partisipasi masyarakat dalam RR : 20x/m
memelihara keamanan lingkungan S : 36ºC
4. Mempromosikan kebijakan pemerintah A: Masalah klien sebagian terarasi
untuk mengurangi resiko penyakit. P: Intervensi Dihentikan
5. Memberikan pendidikan kesehatan
untuk kelompok resiko
6. Menginformasikan layanan kesehatan ke
individu, keluarga, kelompok berisiko
dan masyarakat
7. Berkolaborasi dalam tim multidisiplin
untuk mengidentifikasi ancaman
keamanan di masyarakat
8. Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain
dalam program kesehatan komunitas
untuk menghadapi resiko yang
diketahui.
9. Mengkolaborasi dalam pengembangan
program aksi masyarakat
10. Berkolaborasi dengan kelompok
masyarakat dalam menjalankan
peraturan pemerintah
222. Berduka b.d kehilangan (mis. tingkat berduka membaik (L.09094) S: 1. Klien tidak kesulitan mengekspresikan perasaan
Objek, Kepemikiran, pekerjaan, 1. Mengidentifikasi kehilangan yang dihadapi 2. Klien sudah tidak nampak sedih
status, rumah, bagian tubuh) dan 2. Mrngidentifikasi proses berduka yang di O: TTV:
kematian orang terdekat (D.0081) alami TD : 120X80 mmHg
3. Mengidentifikasi sifat keterikatan pada N : 70x/m
benda yang hilang atau orang yang RR : 20x/m
meninggal S : 36ºC
4. Mengidentifikasi reaksi awal terhadap A: Masalah klien sebagian terarasi
kehilangan P: P: Intervensi Dihentikan
5. Mentunjukan sikap menerima dan empati
6. Memotivasi agar mau mengungkapkan
perasaan kehilangan
7. Memotivasi untuk menguatkan dukungan
keluarga atau orang terdekat
8. Memfasilitasi melakukan kebiasaan sesuai
dengan budaya agam dan norma sosial
9. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga
bahwa sikap mengingkari, marah, tawar-
menawar, sepresi, dan menerima adalah
wajar dalam menghadapi kehilangan.
10. Menganjurkan mengidentifikasi ketakutan
terbesar pada kehilangan.
11. Menganjurkan mengekspresikan perasaan
tentang kehilangan
12. Mengajarkan melewati proses berduka
secara bertahap
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bencana merupakan suatu peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana tidak terjadibegitu
saja, namun ada faktor kesalahan dan kelalaian manusia dalam
mengantisipasi alam dan kemungkinan bencana yang dapat menimpanya
(Nartyas, 2013).
2. Dapur umum adalah dapur umun lapangan yang disediakan oleh palang
merah Indonesia Untuk menyediakan dan menyiapkan makanan dan dapat
didistribusikan kepada korban bencana dalam waktu cepat dan tepat
Penyelenggaraan dapur umum dilakukan apabila tidak memungkinkan
bantuan mentah untuk korban bencana. Pembagian tim pengelola (regu,
kelompok, sektor).
3. Kerusakan pangan dapat diartikan sebagai penyimpangan yang melewati
batas yang dapat diterima secara normal oleh panca indera atau parameter
lain yang biasa digunakan oleh manusia. Beberapa bahan pangan
dianggap telah rusak apabila mengalami kerusakan fisik dan kimiawi.
4. Keracunan makanan adalah suatu penyakit yang terjadi setelah menyantap
makanan yang mengandung racun, berasal dari bahan beracun yang
terbentuk akibat pembusukan makanan dan bakteri (Arisman, 2009).
55
B. Saran
Mahasiswa/i harus mampu memahami defenisi, etiologi, manifestasi
klinis, patofisiologi bencana, dapur umum dan keracunan makan, agar dalam
menjalankan proses keperawatan dapat membuat intervensi dan menjalankan
implementasi dengan tepat sehingga mencapai evaluasi dan tingkat
kesembuhan yang maksimal pada klien. Selain itu Mahasiswa/i juga dapat
memperbanyak ilmu dengan mengunjungi seminar dan membaca dari
berbagai sumber.
56
DAFTAR PUSTAKA
57