Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PERENCANAAN PENANGGULANGAN BENCANA ALAM


Dosen pengampu :Ns. I MadeAmartha Bratasena,M.Kes

Disusun Oleh Kelompok III


1. Dedi Hendrayadi
2. Baiq Budiawati
3. Siti Ulfa Pajriani
4. Jui Setiawan
5. Kawangib Paaten

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS QAMARUL HUDA
BADARUDDIN (UNIQHBA) BAGU LOMBOK TENGAH
TAHUN 2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i


DAFTAR ISI............................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Rumusan Maslah................................................................ . 3
C. Tujuan ................................................................................. 3
BAB II. PEMBAHASAN ....................................................................... 3
A. Pengertian .......................................................................... 3
B. Jenis-Jenis Bencana Alam................................................... 4
C. Rencana Penanggulangan Bencana..................................... 6
D. Tahapan dalam Penanggulangan Bencana......................... . 8
E. Jenis- Jenis Perencanaan Penanggulangan Bencana......... .. 11
BAB III. PENUTUP................................................................................. 13
A. KESIMPULAN.................................................... ............... 14
B. SARAN .............................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah swt, atas segala limpahan rahmat & kasih
sayang-Nya. Karena atas izin-Nya lah, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang
Perencanaan Penanggulangan Bencana Alam ini dengan baik. Tujuan dalam pembuatan makalah
ini adalah selain untuk memenuhi tugas yang telah diberikan, juga menambah pengetahuan kami
dan rekan-rekan agar lebih mengetahui dan memahami Perencanaan Penanggulangan Bencana
Alam.
Disusunnya makalah ini bertujuan untuk memberi pengetahuan menegani
RencanaPenanggulangan Bencana. Meskipun telah menyelesaikan makalah ini sebaik mungkin,
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami yang telah
membimbing kami dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kami mohon untuk saran dan kritiknya.

Pringgarata, 16 Mei 2023

KELOMPOK III

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Latar Belakang Bencana (disaster) adalah suatu gangguan serius terhadap
keberfungsian suatu komunitas atau masyarakat yang mengakibatkan kerugian manusia,
materi, ekonomi, atau lingkungan yang meluas yang melampaui kemampuan komunitas
atau masyarakat yang terkena dampak untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya
mereka. Bencana dapat dibedakan menjadi dua yaitu bencana oleh faktor alam (natural
disaster) seperti letusan gunungapi, banjir, gempa, tsunami, badai, longsor, dan bencana
oleh faktor non alam ataupun faktor manusia (man-made disaster) seperti konflik sosial
dan kegagalan teknologi [ CITATION Hus17 \l 1057 ].
Kondisi alam Indonesia tidak hanya menyimpan potensi kekayaan yang melimpah
tetapi juga terdapat potensi bencana. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan
mempunyai potensi bencana yang sangat tinggi dan juga sangat bervariasi dari aspek jenis
bencana. Kondisi alam tersebut serta adanya keanekaragaman penduduk dan budaya di
Indonesia menyebabkan timbulnya risiko terjadinya bencana alam, bencana ulah manusia
dan kedaruratan kompleks, meskipun disisi lain juga kaya akan sumber daya alam. Pada
umumnya risiko bencana alam meliputi bencana akibat faktor geologi, bencana akibat
hydrometeorologi, bencana akibat faktor biologi serta kegagalan teknologi [CITATION
Bad08 \l 1057 ].
Berdasarkan hal diatas, bencana kian sering terjadi di Indonesia. Sebagai bentuk
tanggung jawabnya, pemerintah mengeluarkan UU No. 24 tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, maka terjadi berbagai perubahan yang cukup signifikan
terhadap upaya penganggulangan bencana di Indonesia, baik dari tingkat nasional hingga
daerah yang secara umum, peraturan ini telah mampu memberi keamanan bagi masyarakat
dan wilayah Indonesia dengan cara penanggulangan bencana dalam hal karakeristik,
frekuensi dan pemahaman terhadap kerawanan dan risiko bencana.
Penanggulangan bencana (disaster management) adalah upaya yang meliputi:
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana; pencegahan
bencana, mitigasi bencana, kesiap-siagaan, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi.

1
Dalam melaksanakan penanggulangan bencana, diperlukan pula rencana untuk
menanggulangi bencana tersebut. Rencana Penanggulangan Bencana merupakan sebuah
dokumen yang disusun oleh seluruh pemangku kepentingan untuk mengurangi risiko
akibat dampak bencana. Pengembangan rencana penanggulangan bencana merupakan
kegiatan yang dilakukan setelah proses menilai risiko, probabilitas, kerentanan dan
mengembangkan sebuah tindakan untuk rencana darurat.
Secara geologis letak wilayah Indonesia yang dilalui oleh dua jalur pegunungan
muda dunia yaitu Pegunungan Mediterania di sebelah barat dan Pegunungan Sirkum
Pasifik di sebelah timur menyebabkan Indonesia banyak memiliki gunung api yang aktif
dan rawan terjadi bencana. Bencana alam yang sering terjadi di wilayah Indonesia antara
lain : banjir, kemarau panjang, tsunami, gempa bumi, gunung berapi dan tanah longsor.
Masih jelas dalam ingatan kita rentetan kejadian bencana alam yang banyak
menyebabkan terjadinya korban jiwa, seperti tragedi tsunami di Aceh dan Nias, gempa
bumi dahsyat di Tasikmalaya serta Padang, tanah longsor di Cianjur, bahkan banjir di
berbagai daerah yang kerap datang setiap musim hujan.
Banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat
dalam mengantisipasi terjadinya bencana alam. Mulai dari persiapan peralatan untuk
mendeteksi terjadinya bencana seperti misalnya pada bencana tsunami dan gunung
meletus, pembuatan jenis bangunan yang tahan terhadap bencana gempa, pengelolaan tata
kota dan kesadaran warga masyarakat untuk menanggulangi bencana banjir ataupun
pemeliharaan daerah hulu sungai dan pegunungan serta hutan untuk mencegah terjadinya
tanah longsor.
Untuk masalah yang berkaitan dengan keadaan lingkungan, tentu hal ini juga
membutuhkan peran serta aktif dari masyarakat dalam menjaga dan melestarikan
lingkungan yang dapat dimulai dari lingkungan disekitar tempat tinggalnya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian rencana penanggulangan bencana?


2. Apa saja prinsip rencana penanggulangan bencana?
3. Apa saja jenis – jenis rencana?

2
4. Bagaimana proses penyusunan rencana penanggulangan bencana?
5. Apa saja rencana induk penanggulangan bencana?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian bencana
2. Untuk mengetahui prinsip rencana penanggulangan bencana
3. Untuk mengetahui jenis – jenis rencana penanggulangan bencana
4. Untuk mengetahui proses penyusunan rencana penanggulangan bencana
5. Untuk mengetahui rencana induk penanggulangan bencana

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami dan aktivitas manusia,
seperti letusan gunung, gempa bumi dan tanah longsor. Karena ketidakberdayaan manusia,
akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam
bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan
tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan
mereka.
Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: "bencana muncul bila ancaman bahaya
bertemu dengan ketidakberdayaan". Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak
akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi
di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah "alam" juga ditentang karena
peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya
potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang
mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi
mengakhiri peradaban umat manusia.
Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta memiliki
kerentanan / kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan memberi dampak yang
hebat / luas jika manusia yang berada disana memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster
resilience). Konsep ketahanan bencana merupakan evaluasi kemampuan sistem dan
infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan
serius yang hadir. Dengan demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah
penduduk yang besar jika diimbangi dengan ketetahanan terhadap bencana yang cukup.
Dengan terjadinya hal tersebut dapat menarik perhatian kami untuk melakukan penelitian ini,
sekaligus menganalisis sebab bencana dan cara penaggulangan bencana alam yang terjadi di
Indonesia.
Seringkali karena bencana alam datang secara tiba-tiba, kita menjadi panik dan tidak tahu
apa yang harus dilakukan, yang terpikirkan adalah untuk segera lari menyelamatkan diri.
Masalah yang lain-lain seperti rumah dan harta benda tidak akan terpikirkan sama sekali.
Walaupun demikian tidak ada salahnya untuk mempersiapkan diri terhadap kemungkinan

4
terjadinya bencana, dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen penting yang ada didalam
rumah. Hal ini dimaksudkan apabila bencana sudah selesai, maka para korban bencana pun
masih harus tetap melanjutkan hidup dan dokumen tersebut dapat digunakan untuk bekal
melanjutkan hidup.

B. JENIS- JENIS BENCANA ALAM


1. Bencana Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi dipermukaan bumi akibat
pelepasan energi dari bawah permukaan secara tiba-tiba, yang menciptakan gelombang
seismic. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi/lempeng bumi.
Selain itu gempa bumi juga bias disebabkan oleh letusan gunung api.
2. Bencara Banjir Bandang
Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba yang disebabkan oleh
karena tersumbatnya sungai maupun karena pengundulan hutan disepanjang sungai
sehingga merusak rumah-rumah penduduk maupun menimbulkan korban jiwa.

3. Bencana Tanah Longsor


Longsoran merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun
percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya
kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Tanah longsor terjadi karena
ada gangguan kestabilan pada tanah/batuan penyusun lereng.
4. Bencana Tsunami
Tsunami dapat diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang
ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut. Gangguan impulsif tersebut bisa
berupa gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran. Kecepatan tsunami yang
naik ke daratan(run-up) berkurang menjadi sekitar 25-100 Km/jam dan ketinggian air
tsunami yang pernah tercatat terjadi di Indonesia adalah 36 meter yangterjadi pada saat
letusan gunung api Krakatau tahun 1883.
Di Indonesia pada umumnya tsunami terjadi dalam waktu kurang dari 40 menit
setelah terjadinya gempa bumi besar di bawah laut. Adanya tsunami tidak bisa

5
diramalkan dengan tepat kapan terjadinya, akan tetapi kita bisa menerima peringatan
akan terjadinya tsunami sehingga kita masih ada waktu untuk menyelamatkan diri.
5. Bencana Gunung Meletus
Letusan gunung api adalah merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal
dengan istilah "erupsi". Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona
kegempaan aktif, sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng inilah
terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan
material sekitarnya yang merupakan cairan pijar (magma). Magma akan mengintrusi
batuan atau tanah di sekitarnya melalui rekahan- rekahan mendekati permukaan bumi.

C. RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (Disaster Management Plan)


Rencana Penanggulangan Bencana merupakan sebuah dokumen yang disusun oleh seluruh
pemangku kepentingan untuk mengurangi risiko akibat dampak bencana. Pengembangan
rencana penanggulangan bencana merupakan kegiatan yang dilakukan setelah proses menilai
risiko, probabilitas, kerentanan dan mengembangkan sebuah tindakan untuk rencana darurat.
Di Indonesia perencanaan penanggulangan bencana merupakan bagian dari perencanaan
pembangunan.
Setiap rencana yang dihasilkan dalam perencanaan penanggulangan bencana merupakan
program/kegiatan yang terkait dengan pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan yang
dimasukkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) maupun Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) tahunan, dan sebagai salah satu acuan untuk menyusun Rencana Kerja (Renja) Satuan
Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) maupun institusi/lembaga terkait. Pada tahap Prabencana
dalam situasi tidak terjadi bencana, dilakukan penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana
(Disaster Management Plan). Rencana ini merupakan rencana umum dan menyeluruh yang
meliputi seluruh tahapan / bidang kerja kebencanaan.
Beberapa Prinsip Rencana Penangulangan Bencana adalah sebagai berikut :
1. Bersifat Prakiraan umum
2. Cakupan kegiatan luas/ umum meliputi semua tahapan/bidang kerja penanggulangan
bencana

6
3. Dipergunakan untuk semua jenis ancaman bencana (multi-hazard) pada tahapan pra-
bencana, saat tanggap darurat, dan pasca bencana
4. Pelaku yang terlibat dalam rencana ini adalah semua pihak yang terkait
5. Alokasi waktu cukup panjang
6. Sumberdaya yang dibutuhkan masih berada pada tahap inventarisasi
a. Rencana Kontijensi (Contigency Plan)
Pada tahap Prabencana dalam situasi terdapat potensi bencana dilakukan penyusunan
Rencana Kesiapsiagaan untuk menghadapi keadaan darurat yang didasarkan atas skenario
menghadapi bencana tertentu (single hazard) maka disusun satu rencana yang disebut Rencana
Kontinjensi (Contingency Plan). Beberapa Prinsip Rencana Kontijensi adalah sebagai berikut:
- Disusun sebelum kedaruratan/ kejadian bencana
- Sifat rencana terukur
- Cakupan kegiatan spesifik, dititik-beratkan pada kegiatan untuk mengahadapi keadaan
darurat
- Dipergunakan untuk 1 (satu) jenis ancaman (single hazard)
- Pelaku yang terlibat hanya terbatas (sesuai dengan jenis ancaman bencana)
- Rencana ini digunakan untuk keperluan/ jangka waktu tertentu
- Sumberdaya yang dibutuhkan pada tahapan ini bersifat penyiapan

b. Rencana Operasi (Operational Plan)


Pada Saat Tangap Darurat dilakukan Rencana Operasi (Operational Plan) yang merupakan
operasionalisasi/aktivasi dari Rencana Kedaruratan atau Rencana Kontinjensi yang telah
disusun sebelumnya. Beberapa Prinsip Rencana Operasi adalah sebagai berikut:
- Merupakan tindak lanjut atau penjelmaan dari rencana kontijensi setelah melalui kaji
cepat.
- Sifat rencana sangat spesifik .
- Cakupan kegiatan sangat spesifik, dititik-beratkan pada kegiatan tanggap darurat
- Dipergunakan untuk 1 (satu) jenis bencana yang benar-benar telah terjadi
- Pelaku yang terlibat hanya pihak-pihak yang benar-benar menangani kedaruratan

7
- Rencana ini dipergunakan untuk keperluan selama masa darurat (sejak terjadi bencana
hingga pemulihan darurat)
- Sumberdaya yang dibutuhkan ada pada tahap pegnerahan/mobilisasi

c. Rencana Pemulihan (Recovery Plan)


Pada Tahap Pemulihan dilakukan Penyusunan Rencana Pemulihan ( Recovery Plan ) yang
meliputi rencana rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilakukan pada pasca bencana. Beberapa
Prinsip Rencana Pemulihan adalah sebagai berikut:
- Disusun pada tahapan pasca-bencana
- Sifat rencana spesifik sesuai karakteristik kerusakan
- Cakupan kegiatan adalah pemulihan wal (early recovery), rehabilitasi, dan rekonstruksi
- Fokus kegiatan bisa beragam (fisik, sosial, ekonomi, dll)
- Pelaku hanya pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pemulihan awal,
rehabilitasi, dan rekonstruksi
- Rencana ini dipergunakan untuk keperluan jangka menengah/ panjang (tergantung dari
besar dan luasnya dampak bencana yang telah terjadi)
- Sumberdaya yang diperlukan ada pada tahapan aplikasi/pelaksanaan kegiatan
pembangunan jangka menengah/ panjang

D. TAHAPAN DALAM PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA


YAKNI
1. Pra bencana (yang meliputi situasi tidak terjadi bencana dan situasi terdapat potensi
bencana)
2. Saat Tanggap Darurat yang dilakukan dalam situasi terjadi bencana
3. Pascabencana yang dilakukan dalam saat setelah terjadi bencana
Hal tersebut dilakukan agar setiap kegiatan dalam setiap tahapan dapat
berjalandengan terarah karena rencana telah disusun secara spesifik pada setiap
tahapanpenyelenggaraan penanggulangan bencana.

8
Penyusunan rencana penanggulangan bencana dikoordinasikan oleh:
1. BNPB untuk tingkat nasional;
2. BPBD provinsi untuk tingkat provinsi; dan
3. BPBD kabupaten/kota untuk tingkat kabupaten/kota.
Rencana penanggulangan bencana ditetapkan oleh Pemerintah dan
pemerintahdaerah sesuai dengan kewenangan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.
Rencanapenanggulangan bencana ditinjau secara berkala setiap 2 (dua) tahun atau
sewaktu-waktu apabila terjadi bencana.
 Data dan Informasi yang Dibutuhkan
Untuk dapat menyusun Rencana Penanggulangan Bencana, berbagai data
daninformasi dasar harus di kumpulkan. Berikut ini contoh data dan informasi yang
harusdikumpulkan sebelum memulai penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana.
1. Informasi umum tentang Provinsi (keadaan alam, luas daerah, garis pantai, geologi, cuaca,
produksi, pariwisata, dsb.)
2. Daftar Bencana yang pernah terjadi
3. Presentasi atau Dokumen terkait penanganan bencana yang pernah terjadi
4. Daftar Prasarana (Infrastruktur) (Bandara, Pelabuhan, Stasiun Kereta, Jembatan, dsb.).
5. Daftar Sumber Daya (Kenderaan, Peralatan, Barang Bantuan, dsb)
6. Kegiatan terkini yang terkait dengan Penanggulangan Bencana.
7. Struktur Organisasi, tugas & fungsi Instansi-intansi atau badan terkait.
8. Jumlah Anggaran.
9. Hukum dan Peraturan yang terkait dengan Penanggulangan Bencana.
10. Serta data dan informasi lain yang mendukung.
 Perencanaan Penanggulangan Bencana
Proses penyusunan rencana penganggulangan bencana secara garis besaradalah sebagai
berikut:
1. Pengenalan dan Pengkajian Ancaman Bencana
Tahap awal perencanaan dilakukan dengan menguraikan unsur-unsur bahaya/ancaman
risiko bencana berupa ancaman bencana/bahaya (hazard) dihadapi oleh wilayah tersebut.
Dilihat dari potensi bencana yang ada, Indonesia merupakan negara dengan potensi bahaya
yang sangat tinggi dan beragam baik berupa bencana alam, bencana ulah manusia ataupun

9
kedaruratan komplek. Potensi bahaya ini dapat dilihat antara lain pada peta rawan bencana
gempa di Indonesia yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah wilayah dengan zona-zona
gempa yang rawan, peta kerentanan bencana tanah longsor, peta daerah bahaya bencana
letusan gunung api, peta potensi bencana tsunami, peta potensi bencana banjir, dan lain- lain.

2. Pengenalan Kerentanan Tahap kedua


perencanaan dilakukan dengan menguraikan unsur-unsur kerentanan (vulnerability)
dihadapi oleh wilayah tersebut. Kerentanan (vulnerability) adalah keadaan atau sifat/perilaku
manusia atau masyarakat yang menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bahaya atau
ancaman. Kerentanan ini dapat berupa:
a. Kerentanan Fisik
b. Kerentanan Ekonomi
c. Kerentanan Sosial
d. Kerentanan Lingkungan

3. Analisis Kemungkinan Dampak Bencana


Dengan menggunakan perhitungan analisis risiko dapat ditentukan tingkat besaran risiko
yang dihadapi oleh daerah yang bersangkutan dengan memperhitungkan probabilitas dan
dampak untuk setiap ancaman.
a. Semua bahaya/ancaman tersebut diinventarisasi dan diperkirakan kemungkinan terjadinya
(probabilitasnya) dengan rincian :
- 5 Pasti (hampir dipastikan 80 - 99%).
- 4 Kemungkinan besar (60 – 80% terjadi tahun depan, atau sekali dalam 10 tahun
mendatang)
- 3 Kemungkinan terjadi (40-60% terjadi tahun depan, atau sekali dalam 100 tahun)
- 2 Kemungkinan Kecil (20 – 40% dalam 100 tahun)
- 1 Kemungkian sangat kecil (hingga 20%)

b. Jika probabilitas di atas dilengkapi dengan perkiraan dampaknya apabila bencana itu
memang terjadi dengan pertimbangan faktor dampak antara lain:
- Jumlah korban;

10
- Kerugian harta benda;
- Kerusakan prasarana dan sarana;
- Cakupan luas wilayah yang terkena bencana; dan
- Dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan,

c. Jika dampak inipun diberi bobot sebagai berikut:


- 5 Sangat Parah (80% - 99% wilayah hancur dan lumpuh total)
- 4 Parah (60 – 80% wilayah hancur)
- 3 Sedang (40 - 60 % wilayah terkena berusak)
- 2 Ringan (20 – 40% wilayah yang rusak
- 1 Sangat Ringan (kurang dari 20% wilayah rusak)

Berdasarkan analisis probabilitas dan dampak maka masing-masingancaman akan dapat


digambarkan besaran kemungkinan akibatnya sebagaiberikut: Berdasarkan matriks diatas kita
dapat memprioritaskan jenis ancaman bahaya yang perlu ditangani.
Ancaman dinilai tingkat bahayanya dengan skala (3-1)
- Bahaya/ancaman tinggi nilai 3 (merah)
- Bahaya/ancaman sedang nilai 2
- Bahaya/ancaman rendah nilai 1

d. Pilihan Tindakan Pengurangan Risiko Bencana


Pilihan tindakan yang dimaksud di sini adalah berbagai upaya penanggulangan
yang akan dilakukan berdasarkan perkiraan ancaman bahaya yang akan terjadi dan
kemungkinan dampak yang ditimbulkan. Pilihan tindakan tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
- Pencegahan dan Mitigasi
- Kesiapsiagaan
- Tanggap Darurat
- Pemulihan.

11
Penentuan Mekanisme Penanggulangan Dampak Bencana Mekanisme penanggulangan
bencana yang akan dianut dalam hal ini adalah mengacu pada UU No 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana dan Peraturan Pemerintah No 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Mekanisme penanggulangan bencana tersebut
dibagi ke dalam tiga tahapan yaitu :
1. Pada pra bencana maka fungsi BPBD bersifat koordinasi dan pelaksana,
2. Pada saat Darurat bersifat koordinasi, komando dan pelaksana
3. Pada pasca bencana bersifat koordinasi dan pelaksana.f. Alokasi Tugas dan Peran Institusi
serta Sumber Daya yang Tersedia Dalam melaksanakan penanggulangan becana akan
memerlukan koordinasi lintas sektor, seperti misalnya
- Sektor Pemerintahan, mengendalikan kegiatan pembinaan pembangunan daerah.
- Sektor Kesehatan, merencanakan pelayanan kesehatan dan medik termasuk obat-
obatan dan para medis
- Sektor Sosial, merencanakan kebutuhan pangan, sandang, dan kebutuhan dasar
lainnya untuk para pengungsi
- Sektor Pekerjaan Umum, merencanakan tata ruang daerah, penyiapan lokasi dan jalur
evakuasi, dan kebutuhan pemulihan sarana dan prasarana.
- Sektor Perhubungan, melakukan deteksi dini dan informasi cuaca/meteorologi dan
merencanakan kebutuhan transportasi dan komunikasi, serta sektor-sektor lainnya.
- Kemudian dibutuhkan juga peran dari masyarakat, pihak swasta, lembaga non
pemerintah, perguruan tinggi dan lembaga penelitian, media, serta lembaga
internasional

E. JENIS- JENIS PERENCANAAN DALAM PENANGGULANGAN BENCANA


Rencana Induk Penanggulangan Bencana Tahun 2020 – 2044 Tahun 2020, Presiden
membentuk kebijakan baru mengenai rencana indukpenanggulangan bencana tahun 2020—
2044. Dengan dibentuknya kebijakan ini diharapkan Indonesia lebih siap untuk menghadapi
peningkatan risiko di masa depan,meningkatkan ketangguhkan pemerintah, pemerintah daerah
dan masyarakat dalammenghadapi bencana serta mengurangi risiko bencana dalam jangka
panjang.

12
Pemerintah Indonesia diingatkan mengenai bencana wabah penyakit(communicable
disease) dan penyakit akibat bahan-bahan kimia berbahaya yang manapemerintahan wajib
untuk meningkatkan strategi pengurangan risiko bencana,mitigasi dan pencegahan, respon
cepat dan tepat di masa darurat, dan strategipemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi terhadap
bencana non-alam.
Oleh karena itu, berikut beberapa kebijakan rencana induk penanggulanganbencana yang
dibentuk, yaitu:
1. Penguatan peraturan perundang-undangan penanggulangan bencana yang efektif dan
efisien.
2. Peningkatan sinergi antar kementerian/lembaga dan pemangku kepentingan dalam
penanggulangan bencana.
3. Penguatan investasi pengelolaan risiko bencana sesuai dengan proyeksi peningkatan risiko
bencana dengan memperhatikan tata ruang dan penataan kawasan.
4. Penguatan tata kelola penanggulangan bencana yang semakin profesional, transparan, dan
akuntabel.
5. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas penanganan kedaruratan bencana yang cepat dan
andal.
6. Percepatan pemulihan pascabencana pada daerah dan masyarakat terdampak bencana
untuk membangun kehidupan yang lebih baik.

Diharapkan dengan adanya kebijakan mengenai rencana induk penanggulangan bencana,


Indonesia bisa lebih sigap, cepat dan tepat dalam menghadapi bencana yangada, sehingga risiko-
risiko bencana dapat ditekan.

13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Rencana Penanggulangan Bencana merupakan sebuah dokumen yang disusun oleh seluruh
pemangku kepentingan untuk mengurangi risiko akibat dampak bencana. Pengembangan rencana
penanggulangan bencana merupakan kegiatan yang dilakukan setelah proses menilai risiko,
probabilitas, kerentanan dan mengembangkan sebuah tindakan untuk rencana darurat.Perencanaan
penanggulangan bencana dilakukan pada setiap tahapan dalam penyelenggaran penanggulangan
bencana yaitu pra bencana, darurat dan pascabencana.
Penyusunan rencana penanggulangan bencana dikoordinasikan oleh BNPB untuk tingkat
nasional, BPBD provinsi untuk tingkat provinsi dan BPBD kabupaten/kota untuk tingkat
kabupaten/kota. Sebelum memulai penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana ada beberapa
data dan informasi yang harus dikumpulkan yaitu informasi umum tentang provinsi (keadaan alam,
luas daerah, garis pantai, geologi, cuaca, produksi, pariwisata, dsb.), daftar bencana yang pernah
terjadi, presentasi atau dokumen terkait penanganan bencana yang pernah terjadi, daftar prasarana
(bandara, pelabuhan, stasiun Kereta, sembatan, dsb.), daftar sumber daya (kendaraan, peralatan,
barang bantuan, dsb), kegiatan terkini yang terkait dengan penanggulangan bencana, struktur
organisasi, tugas & fungsi instansi-intansi atau badan terkait jumlah anggaran, hukum dan
peraturan yang terkait dengan penanggulangan bencana serta data dan informasi lain yang
mendukung.
Proses penyusunan rencana penganggulangan bencana secara garis besar yaitu pengenalan dan
pengkajian ancaman bencana, pengenalan kerentanan (kerentanan fisik, kerentanan ekonomi,
kerentanan sosial dan kerentanan lingkungan), analisis kemungkinan dampak bencana, pilihan
tindakan pengurangan risiko bencana (pencegahan dan mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat
dan pemulihan), penentuan mekanisme penanggulangan dampak bencana dan alokasi tugas dan
peran institusi serta sumber daya yang tersedia (sektor pemerintahan, sektor kesehatan, sektor
sosial, sektor pekerjaan umum, sektor perhubungan, peran dari masyarakat, pihak swasta, lembaga
non pemerintah, perguruan tinggi dan lembaga penelitian, media, serta lembaga internasional)

14
B. SARAN
BNPB untuk tingkat nasional, BPBD provinsi untuk tingkat provinsi dan BPBD
kabupaten/kota untuk tingkat kabupaten/kota harus membuat Standar Operasional Prosedur (SOP)
pada setiap tahapan manajemen bencana, dan juga segera untuk dapat menyelesaikan dokumen
rencana kontijensi agar pelaksanaan manajemen bencana penanggulangan bencana menjadi lebih
terprosedur dengan baik dan juga menghasilkan manajemen bencana yang baik sehingga dapat
menekan kerugian dan kerusakan yang terjadi akibat bencana. Memaksimalkan sosialisasi yang
diberikan kepada masyarakat, agar masyarakat khususnya yang berada di wilayah rawan bencana
agar dapat lebih sadar lagi akan pentingnya penanggulangan bencana. Sosialisasi bisa diadakan
lebih banyak lagi, dan juga bisa melalui transfer knowledge kepada relawan-relawan bencana yang
ada pada kelompok Kelurahan Siaga Bencana dan Kelurahan Tangguh Bencana.

15
DAFTAR PUSTAKA

Adiyoso, W. 2018. Manajemen Bencana, Pengantar dan Isu-isu Strategis. Jakarta: Bumi Aksara
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2020 Tentang Rencana Induk
Penanggulangan Bencana Tahun 2020-2044
BNPB, B. N. (2008). Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana. Peraturan
Kepala Badan Penanggulan Bencana No. 4, 1.
Coppola, D. P. (2015). Introduction to International Disaster Management. Amsterdam:
Butterworth-Heinemann.
Husein, A., & Onasis, A. (2017). Manajemen Bencana. Jakarta: Kementerian Kesehatan Repulik
Indonesia.
Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
Perka BNPB No. 4 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan
Bencana Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana Daerah Tingkat
Kab/Kota- BNPB dan JICA
Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

16

Anda mungkin juga menyukai