Anda di halaman 1dari 15

Mata Kuliah : Keperawatan Bencana

Dosen Pengajar : Ns. Indirwan Hasanuddin S. Kep,. M. Kep

“ BENCANA TSUNAMI “

DI SUSUN OLEH:

DARNA 201701002

FEBRIYANTI 201701004

NURUL FAJRIANI SUBHAN 201901042

PROGRAM STUDI NERS JENJANG SARJANA

INSTITUT TEKNOLOGI & SAINS KESEHATAN MUHAMMADIYAH SIDRAP

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada NabiMuhammad SAW
yang telah membawa kita semua ke jalan kebenaran yangdiridhoi Allah SWT.

Makalah ini disusun agar dapat lebih memahami tentang Konsep


Keperawatan Bencana Tsunami yang akan sangat berguna untuk masyarakat
dan mahasiswa.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak


sekali kekurangannya baik dalam cara penulisan maupun dalam isi. Mudah-
mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penyusun yang membuat
dan umumnya bagi yang membaca makalah ini. Amin.

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .....................................................................................................i
Daftar Isi ..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................2
C. Manfaat ...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................3
A. Mitigasi Bencana Tsunami .....................................................................3
B. Aplikasi Pendidikan Kesehatan Dalam Pencegahan Dan Penanggulangan
Dampak Buruk Bencana Tsunami ............................................................4
C. Pemberdayaan Masyarakat .......................................................................7
D. Pendidikan Dan Kesiapsiagaan ...............................................................8
E. Evidence Based Practice ...........................................................................9
BAB III PENUTUP ............................................................................................11
A. Kesimpulan ..............................................................................................11
B. Saran .........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia, sejarah telah mencatat berbagai macam bencana alam di seluruh
penjuru dunia, tak terkecuali Negara Indonesia (Rimayati & Artikel, 2019).
Sebagai negara yang dikelilingi oleh jalur gunung berapi, Indonesia
menjadi salah satu negara yang memiliki tingkat risiko tinggi terhadap
bencana tsunami. Kejadian tsunami di Aceh pada tahun 2004 yang menelan
126.741 jiwa dan lebih dari 750.000 orang kehilangan mata pencaharian
menunjukkan besarnya kerugian yang ditimbukan oleh bencana ini (BRR
NAD-Nias, 2009). Kejadian bencana di Aceh telah menjadi dasar bagi
perkembangan penanggulangan bencana di Indonesia (Anam & Mutholib,
2018).
Bencana dapat terjadi dimana saja dan kapan saja di seluruh penjuru
dunia. Bencana dapat berdampak kepada individu, keluarga dan komunitas.
Bencana serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan
dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor non-alam maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis (Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana). Ketidaksiapan dalam menghadapi bencana,
terutama di daerah yang bernilai ekonomi tinggi, akan menimbulkan kerugian
yang sangat besar seperti jumlah korban serta kerugian yang besar, seperti di
daerah wisata, dapat membuat wisatawan takut untuk berkunjung kembali,
bahkan isu tsunami pun telah mampu menurunkan arus kunjungan wisatawan
secara drastic.
Dengan adanya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana dan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008
tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), maka tanggung

1
jawab penanggulangan bencana di Indonesia dikelola oleh institusi resmi
BNPB. Kehadiran BNPB membuat perkembangan usaha penanggulangan
bencana di Indonesia menemui titik terang agar dapat lebih terencana dan
terarah (Chang Seng, 2013). Sistem otonomi daerah yang telah dijalankan
sejak reformasi selanjutnya menuntut pembentukan lembaga khusus yang
menangani kebencanaan di daerah, sehingga Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) kemudian berangsur-angsur terbentuk di masing-masing
daerah, sebagai turunan dari BNPB (Anam & Mutholib, 2018).
Dari berbagai permasalahan diatas maka itu dibutuhkan upaya
kesiapsiagaan untuk mengurangi besarnya resiko yang ditimbulkan oleh
bencana tsunami dan diperlukan kerjasama yang intens antara institusi
kebencanaan baik di pusat atau di daerah (Priyowidodo et al., 2013). Adapun
yang perlu disiapkan yaitu Penanganan bencana (disaster management) yang
dinamis, terpadu dan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas langkah-
langkah yang berhubungan dengan serangkaian kegiatan yang meliputi
pencegahan (preventif), mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, evakuasi,
rehabilitasi dan pembangunan kembali (Jokowinarno, n.d.).

B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah mitigasi bencana tsunami ?
2. Apa sajakah aplikasi pendidikan kesehatan dalam pencegahan dan
penanggulangan dampak buruk bencana tsunami ?
3. Bagaimana pemberdayaan masyarakat pada bencana tsunami ?
4. Apa sajakah pendidikan dan kesiapsiagaan bencana tsunami?
5. Jelaskan beberapa evidence based practice (jurnal) terkait dengan
bencana tsunami ?

C. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini yaitu agar kita mengetahui lebih dalam
tentang bencana tsunami serta persiapan untuk menghadapi tsunami baik
dalam tahap waspada, persiapan, saat terjadi, dan setelah tsunami itu terjadi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Mitigasi Bencana Tsunami


Manajemen risiko bencana alam meliputi segala upaya untuk mencegah
bahaya, mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya, dan mengurangi daya
rusak dari bahaya yang tidak dapat dihindarkan. Mitigasi merupakan dasar/
fase awal manajemen situasi darurat bencana alam. Mitigasi dapat di
definisikan sebagai aksi mengurangi/ menghilangkan risiko jangka panjang
bahaya bencana alam beserta akibatnya terhadap manusia dan harta benda
(Karnawati, 2005).
Menurut (Ilyas, 2006) ada Beberapa hal untuk rencana mitigasi
(mitigation plan) pada masa depan dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Perencanaan lokasi (land management) dan pengaturan penempatan
penduduk.
2. Memperkuat bangunan dan infrastruktur serta memperbaiki peraturan
(code) disain yang sesuai.
3. Melakukan usaha preventif dengan merealokasi aktifitas yang tinggi ke
daerah yang lebih aman dengan mengembangkan mikrozonasi.
4. Menggunakan struktur penahan gelombang air laut, antara lain seperti
seawall, sea dikes, breakwaters, dan river gates untuk menahan atau
mengurangi tekanan tsunami.
5. Melindungi dari kerusakan dengan melakukan upaya perbaikan
lingkungan dengan maksud menyerap energi dari gelombang Tsunami
(misalnya dengan melakukan penanaman mangrove sepanjang pantai)
6. Mensosialisasikan dan melakukan training yang intensif bagi penduduk di
daerah area yang rawan Tsunami.
7. Membuat early warning sistem sepanjang daerah pantai/perkotaan yang
rawan Tsunami.

3
B. Aplikasi Pendidikan Kesehatan Dalam Pencegahan Dan Penanggulangan
Dampak Buruk Bencana tsunami
Proses penyadaran dan kemampuan menghadapi ancaman bencana perlu
disosialisasikan pada semua kalangan masyarakat, dari anak hingga lansia. Hal
ini dilakukan untuk mewaspadai terjadinya tsunami. Oleh karena itu
masyarakat harus mengenal tanda-tanda tsunami, diantaranya adalah :
1. Terjadinya gempa atau getaran yang terjadi dibawah laut. Gempa dibawah
laut memicu terjadinya gelombang tsunami, apabila pusat gempa memiliki
kedalaman kurang dari 30 meter dan getarannya melebihi 6,5 Skala
Richter.
2. Surutnya air laut secara tiba-tiba. Air laut yang surut secara tiba-tiba dapat
menjadi tanda yang paling terbaca akan terjadi tsunami. Semakin surut air
laut, semakin besar tsunami akan terjadi. Surutnya air laut ini sebenarnya
karena disebabkan oleh permukaan laut turun secara mendadak sehingga
terdapat kekosongan ruang dan menyebabkan air laut pantai tertarik. Dan
ketika gelombang tsunami telah tercipta yang baru, maka air akan kembali
ke pantai dengan wujud gelombang yang sangat besar.
3. Terdengar suara gemuruh keras. Suara gemuruh keras terjadi di dalam laut
seperti suara kereta pengangkut barang dan suara ledakan di bawah laut.
4. Terdapat tanda-tanda alam yang tidak biasa. Tanda- tanda alam yang tidak
biasa ini seperti gerakan angin yang tidak biasa, perilaku hewan yang
aneh. Beberapa perilaku hewan yang aneh ini contohnya adalah aktifnya
kelelawar di siang hari, kemudian banyak burung- burung terbang
bergerombol (padahal biasanya tidak pernah terlihat), dan juga beberapa
perilaku binatang darat.
Setelah mengenal tanda-tanda terjadi tsunami, maka masyarakat juga
harus mengetahui :
1. Persiapan Menghadapi Tsunami
₋ Mengetahui pusat informasi bencana, seperti Posko Bencana, Palang
Merah Indonesia, Tim SAR. Kenali areal rumah, sekolah, tempat kerja,

4
atau tempat lain yang beresiko. Mengetahui wilayah dataran tinggi dan
dataran rendah yang beresiko terkena Tsunami.
₋ Jika melakukan perjalanan ke wilayah rawan Tsunami, kenali hotel,
motel, dan carilah pusat pengungsian. Adalah penting mengetahui rute
jalan keluar yang ditunjuk setelah peringatan dikeluarkan.
₋ Siapkan kotak Persediaan Pengungsian dalam suatu tempat yang
mudah dibawa (ransel punggung), di dekat pintu.
₋ Siapkan peersediaan makanan dan air minum untuk pengungsian.
₋ Siapkan selalu peralatan P3K lengkap.
₋ Membawa barang secukupnya saja untuk keperluan pengungsian.
₋ Segera mengungsi setelah ada pemberitahuan dari pihak yang
berwenang atas penyebaran informasi tentang tsunami.
₋ Jika hanya ada sedikit waktu sebelum datang tsunami,segera mencari
pintu dan mencari jalan keluar dari rumah atau gedung dengan segera.
₋ Carilah tempat yang tinggi dan aman dari gelombang tsunami,atau
mengikuti rute dan tempat yang suah ditetapkan oleh pihak yang
berwenang.
₋ Utamakan keselamatan terlebih dahulu, jika terjadi kerusakan pada
tempat Anda berada,bila ingin menyelamatkan harta benda carilah
yang mudah dan ringan dibawa.
₋ Pastikan tidak ada anggota keluarga yang tertinggal pada saat pergi ke
tempat evakuasi. Jika bisa ajaklah tetangga dekat Anda untuk pergi
bersama-sama.
₋ Jika tsunami terjadi pada saat Anda sedang menyetir kendaraan, cepat
keluar dan cari tempat yang tinggi dan aman.
2. Upaya Penyelamatan diri saat terjadi Tsunami
₋ Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempabumi, air laut
dekat pantaisurut secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah
lari menuju ke tempat yangtinggi (perbukitan atau bangunan tinggi)
sambil memberitahukan teman-teman yang lain.

5
₋ Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta
mendengar berita daripantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke
pantai. Arahkan perahu ke laut.
₋ Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera
turun ke daerahyang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan
menerjang.
₋ Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan
pertama pada korban. Jika berada di sekitar pantai, terasa ada
guncangan gempabumi, air laut dekat pantaisurut secara tiba-tiba
sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari menuju ke tempat yangtinggi
(perbukitan atau bangunan tinggi) sambil memberitahukan teman-
teman yang lain.
3. Setelah Terjadi Tsunami
₋ Periksa kesediaan makanan. Makanan apapun yang terkena air
mungkin sudah tercemar dan harus dibuang.
₋ Memberikan bantuan kepada korban luka-luka. Berikan bantuan P3K
dan panggil bantuan. Jangan pindahkan orang yang terluka, kecuali
yang luka serius.
₋ Segera membangun tenda pengungsian apabila keadaan untuk
kembali ke rumah tidak memungkinkan.
₋ Pastikan keadaan sudah aman dan tidak terjadi tsunami susulan
sebelum kembali ke rumah.Bila keadaan rumah tidak memungkinkan
untuk ditempati carilah tempat tinggal yang bisa ditempati atau
kembali ke tempat pengungsian.
4. Cara penanggulangan Tsunami
Adapun cara yang dilakukan untuk penanggulangan bencana tsunami
adalah :
₋ Melaksanakan evakuasi secara intensif.
₋ Melaksanakan pengelolaan pengungsi.
₋ Melakukan terus pencarian orang hilang, dan pengumpulan jenazah.

6
₋ Membuka dan hidupkan jalur logistik dan lakukan resuplay serta
pendistribusian logistik yang diperlukan.
₋ Membuka dan memulihkan jaringan komunikasi antar daerah atau
kota.
₋ Melakukan pembersihan kota yang hancur dan penuh puing dan
lumpur bersama masyarakat dan juga relawan.
₋ Menggunakan dana pemerintah untuk penanggulangan bencana dan
gunakan pula dengan tepat sumbangan dana baik dari dalam maupun
luar negeri.
₋ Melibatkan unsur civil society.

C. Pemberdayaan Masyarakat
Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah untuk mewujudkan komitmen
masyarakat dalam menghadapi bencana, terlaksananya kesiapsiagaan dan
kemampuan masyarakat dalam upaya penanggulangan bencana, terwujudnya
kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam melaksanakan upaya
pengurangan risiko bencana serta terwujudnya masyarakat yang sadar dan
akrab bencana.
Adapun tahapan pemberdayaan masyarakat menurut (Widiati et al., n.d.):
1. Melangsungkan pendidikan umum tentang tsunami, dengan
mempertimbangkan bahasa dan budaya lokal.
2. Menjalankan skenario gladi evakuasi tsunami
3. Untuk daerah yang tidak memiliki jaringan komunikasi modern, penduduk
setempat perlu diajarkan untuk mengenali tanda tsunami serta tindakan
yang diperlukan.
4. Pembentukan desa tangguh bencana.
Desa tangguh bencana adalah desa yang memiliki kemampuan mandiri
untuk beradaptasi dan menghadapi ancaman bencana, serta memulihkan
diri dengan segera dari dampak bencana yang merugikan. Tujuan dari pada
Desa tangguh bencana ini adalah melindungi masyarakat di kawasan
rawan bahaya dari dampak-dampak merugikan bencana, meningkatkan
peran serta masyarakat khususnya kelompok rentang dalam pengelolaan

7
sumber daya untuk mengurangi risiko bencana, meningkatkan kapasitas
kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya dan
pemeliharaan kearifan local, meningkatkan kapasitas pemerintah dalam
memberikan dukungan sumber daya dan teknis, serta Meningkatkan
kerjasama antar para pemangku kepentingan (pemerintah daerah, lembaga
usaha, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan
organisasi masyarakat).
5. Aksi penghijauan pantai dengan menanam mangrove untuk menghadang
laju gelombang tinggi dan tsunami sehingga tak menyapu pemukiman

D. Pendidikan dan Kesiapsiagaan


Pemahaman terhadap konsep kesiapsiagaan yang berkembang
dimasyarakat dapat dikatakan cukup beragam. Menurut Carter (1991) dalam
LIPI-UNESCO ISDR (2006), kesiapsiagaan adalah: “ Tindakan-tindakan yang
memungkinkan pemerintahan, organisasi-organisasi, masyarakat, komunitas
dan individu untuk mampu menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan
tepat guna”. Termasuk ke dalam tindakan kesiapsiagaan adalah rencana
penanggulangan bencana, pemeliharaan sumber daya dan pelatihan personil.
Sedangkan dalam Pedoman Pengurangan Resiko Bencana yang dikeluarkan
oleh BNPB,dan mengacu pada Pasal 1 Angka 7 UU Nomor 24 Tahun 2007
Tentang Penanggulangan Bencana, kesiapsiagaan didefinisikan sebagai
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Langkah awal dalam manajemen bencana adalah bagaimana membentuk
dan menyiapkan kesiapsiagaan pada berbagai level, baik itu pemerintahan,
masyarakat, organisasi dan komunitas/individu.
Menurut (Triyono & Andriana, 2017) Terdapat 5 parameter yang
menjadi acuan dalam kerangka kerja kesiapsiagaan menghadapi bencana
tsunami, yaitu:
1. Parameter pertama adalah pengetahuan dan sikap terhadap risiko bencana.
Pengetahuan merupakan faktor utama dan menjadi kunci untuk
kesiapsiagaan. Pengetahuan yang dimiliki dapat mempengaruhi sikap dan

8
kepedulian masyarakat untuk siap dan siaga dalam mengantisipasi
bencana, terutama bagi masyarakatyang tinggal di daerah rentan terhadap
bencana alam.
2. Parameter kedua adalah kebijakan dan panduan yang berkaitan dengan
kesiapsiagaan untuk mengantisipasi bencana alam. Kebijakan merupakan
upaya konkrit untuk melaksanakan kegiatan siaga bencana. Kebijakan-
kebijakan dituangkan dalam berbagai bentuk, tetapi akan lebih bermakna
apabila dicantumkan secara konkrit dalam peraturan-peraturan, seperti SK
(SuratKeputusan) atau Perda (Peraturan Daerah) yang disertai dengan
tugas pokok fungsinya yang jelas. Agar kebijakan dapat
diimplementasikan dengan dengan optimal, maka dibutuhkan panduan-
panduan operasionalnya.
3. Parameter ketiga adalah rencana untuk keadaan darurat bencana. Rencana
ini menjadi bagian yang penting dalam kesiapsiagaan, terutama
berkaitandengan evakuasi, pertolongan dan penyelamatan, agar korban
bencana dapatdiminimalkan.
4. Parameter keempat adalah sistem peringatan bencana tsunami. Sistem ini
meliputi tanda peringatan dan distribusi informasi akan terjadinya
bencana. Dengan peringatan bencana, masyarakat dapat melakukan
tindakan yang tepat untuk mengurangi korban jiwa, harta benda dan
kerusakan lingkungan.
5. Parameter kelima adalah mobilisasi sumber daya. Sumber daya yang
tersedia, baik sumber daya manuasia (SDM), pendanaan dan sarana-
prasarana penting untuk keadaan darurat merupakan potensi yang dapat
mendukung atau sebaliknya menjadi kendala dalam kesiapsiagaan
bencana.

E. Evidence Based Practice (Jurnal)


Menurut (Ibrahim et al., n.d. 2020) untuk meningkatkan pengetahuan,
sikap dan keterampilan masyarakat menghadapi bencana tsunami maka perlu
dilakukan pelatihan dan pendampingan agar masyarakat bisa menyadari
kondisi-kondisi yang berisiko bencana, melakukan langkah-langkah

9
pencegahan, dan penanganan pertama pada korban-korban bencana atau
kecelakaan.
Sedangkan menurut (Lia et al., n.d. 2016) pengetahuan masyarakat
tentang system peringatan dini dengan menggunakan EWS (Early warning
system) di wotu ulo membentuk masyarakat menjadi lebih waspada karena
mereka telah memaknai EWS sebagai tanda peringatan yang penting terhadap
bencana tsunami, masyarakat wotu juga lebih tenang dengan adanya sirine
EWS dapat membantu memberikan keakuratan dalam kemungkinan bencana
tsunami selain tanda-tanda alam yang telah dipahami warga setempat.
Adapun menurut (Santoro et al., 2019) dalam rangka mengurangi bahaya
tsunami Desa Ketapang Raya Kecamatan Keruak Lombok Timur yang
merupakan daerah rawan bencana tsunami, maka perlu dilakukan pelestarian
dan perlindungan hutan mangrove ataupun hutan pantai di daerah pesisir.
Karena karakter pohon mangrove yang khas berfungsi sebagai peredam
gelombang dan badai, pelindung abrasi, penahan lumpur, dan perangkap
sedimen.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bencana dapat terjadi dimana saja dan kapan saja di seluruh penjuru
dunia. Bencana dapat berdampak kepada individu, keluarga dan komunitas.
Bencana serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan
dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor non-alam maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis (Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana). Sehingga dapat ditarik kesimpulan perlu adanya
upaya untuk menghadapi tsunami baik dalam keadaan waspada, persiapan,
saat terjadi tsunami, dan setelah terjadi tsunami.
B. Saran

Untuk mengantisipasi datangnya tsunami saat ini belum bisa


diprediksikan dengan tepat kapan dan dimana akan terjadi. Dibutuhkan upaya
kesiapsiagaan untuk mengurangi besarnya resiko yang ditimbulkan oleh
bencana tsunami dan diperlukan kerjasama yang intens antara institusi
kebencanaan baik di pusat atau di daerah yang melibatkan masyarakat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anam, K., & Mutholib, A. (2018). Kesiapan Institusi Lokal dalam Menghadapi
Bencana Tsunami : Studi Kasus Kelurahan Air Manis dan Kelurahan Purus ,
Kota Padang. 6(April), 15–29. https://doi.org/10.14710/jwl.6.1.15-29.

Ibrahim, K., Emaliyawati, E., & Yani, D. I. (n.d.). Pelatihan dan Simulasi
Penanggulangan Bencana Bagi Masyarakat Media Karya Kesehatan :
Volume 3 No 1 Mei 2020 3(1), 27–38.

Ilyas, T. (2006). Tommy Ilyas Guru Besar Geotechnic Fakultas Teknik


Universitas Indonesia Abstrak Pendahuluan Gempa bumi. 1–23.

Jokowinarno, D. (n.d.). Mitigasi bencana tsunami di wilayah pesisir lampung. 1.

Lia, O., Royati, W., & Handayani, B. L. (n.d.). MENGENAI EARLY WARNING
SYSTEM ( EWS ) TSUNAMI. V.

Priyowidodo, G., Luik, J. E., Studi, P., Komunikasi, I., & Petra, U. K. (2013). No
Title. 13(1), 1–16.

Rimayati, E., & Artikel, I. (2019). Indonesian Journal of Guidance and


Counseling : Theory and Application. 8(1).

Santoro, D., Yamin, M., & Mahrus, M. (2019). Jurnal Pengabdian Magister
Pendidikan IPA Penyuluhan Tentang Mitigasi Bencana Tsunami Berbasis
Hutan Mangrove Di Desa Ketapang Raya Kecamatan Keruak Lombok
Timur. 1982.

Triyono, T., & Andriana, N. (2017). Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi


Gempa Bumi dan Tsunami. January 2014.

Widiati, A., Pengkajian, P., Peningkatan, K., & Saing, D. (n.d.). Aplikasi
manajemen risiko bencana alam dalam penataan ruang kabupaten nabire.
7–15.

12

Anda mungkin juga menyukai