Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KONSEP MITIGASI BENCANA

DISUSUN OLEH :

AIP HAKIKI 214201446149


NENG HERNI 214201446164

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NASIONAL

2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan YME yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, maka pada hari ini makalah yang berjudul “Konsep
Mitigasi Bencana” dapat diselesaikaan. Secara garis besar,makalh ini berisi
tentang hal-hal yang berhubungan dengan konsep mitigasi bencana. Secara garis
besar lingkup makalah ini terdiri atas 3 bab, yaitu: Bab 1 mengenai Fenomena
bencana dan mitigasi bencana. Bab 2 yang menjelaskan pembahasan mengenai
konsep mitigasi bencana. Bab 3 yang menjelaskan kesimpulan dan saran dari
keseluruhan makalah.

Penulis sangat mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
mendukung penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, saran dari berbagai pihak
sangat diharapkan demi kemajuan selanjutnya.

Jakarta, 20 Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB 1: PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................3
BAB 2: PEMBAHASAN.........................................................................................4
2.1 Pengertian Mitigasi Bencana....................................................................4
2.2 Tujuan dan Metode Mitigasi Bencana......................................................5
2.3 Jenis – jenis dan Kebijakan Mitigasi Bencana.........................................6
2.4 Langkah – langkah yang dilakukan Saat Bencana...................................8
BAB 3: PENUTUP................................................................................................17
3.1Kesimpulan..............................................................................................17
3.2 Saran.......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi timbulnya


risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan dalam menghadapi adanya ancaman bahaya atau
bencana (UU No. 24 tahun 2007). Bencana alam banyak macamnya,
contohnya seperti gempa bumi, tsunami, banjir, longsor, gunung meletus, dan
lain – lain. Di beberapa wilayah Indonesia sendiri, merupakan sebuah wilayah
atau negara dengan julukan negara kepualauan yang terletak pada pertemuan
3 lempeng tektonik yang ada di dunia; lempeng Hindia – Australia di sebelah
selatan, lempeng Eurasia di sebelah barat, dan lempeng pasifik di sebelah
timur (BNPB, 2017).

Dengan demikian, Indonesia menjadi negara yang memiliki tingkat


kerawanan bencana alam yang cukup tinggi, seperti terjadinya letusan gunung
berapi, gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, dan lain sebagainya.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana, (2017) telah tercatat
sebanyak 257 kejadian bencana telah terjadi di Indonesia dari jumlah
keseluruhan sebanyak 2.866 kejadian bencana alam di Asia selama periode
tersebut. Berdasarkan data yang ada, menunjukkan bahwa Indonesia menjadi
salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia,
dengan tingkat risiko lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika
Serikat. Kejadian gempa bumi yang disebabkan oleh adanya interaksi dari
lempeng tektonik dapat menimbulkan gelombang pasang apabila terjadi di
Samudera. Selama kurun waktu 1600 – 2000, telah tercatat sebanyak 105
kejadian tsunami yang mana sebesar 90% diantaranya disebabkan oleh gempa
tektonik, dan 9% oleh letusan gunung berapi, serta 1% sisanya oleh tanah
longsor (Pusat Mitigasi Bencana, 2018).

1
2

Dengan banyaknya kejadian bencana yang telah terjadi di Indonesia, maka


dibutuhkannya pendidikan terhadap penanganan bencana alam. Pendidikan
terhadap bencana alam yang diperlukan karena masih banyak masyarakat
yang belum mengetahui bagaimana menyikapi gejala alam dan fenomena
alam ketika sebelum dan terjadi bencana. Dan masih banyak juga yang belum
memahami apa yang harus dilakukan saat bencana yang terjadi mengancam
jiwa (Agung, 2017). Oleh karena itu, pengadaan pendidikan kebencanaan
sangat perlu diberikan kepada masyarakat, bahkan harus sudah diberikan
sejak dini agar masyarakat bisa menjadi individu yang siap dan tangguh
dalam menghadapi musibah bencana yang terjadi.

Upaya – upaya dalam mewujudkan Negara Indonesia yang aman dan tangguh
terhadap bencana sudah memiliki landasan hukumnya tersendiri yaitu melalui
diberlakukannya Undang – undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana. Undang – undang tersebut telah merujuk kepada
hukum – hukum dan standar internasional sebagai salah satu dasar
pertimbangannya. Dengan adanya keterkaitan tersebut, maka hal tersebut
dipandang penting untuk menyediakan suatu acuan yang komprehensif
tentang hukum dan standar internasional yang berlaku dalam situasi
kedaruratan bencana (Asdak, 2014). Pendidikan mengenai mitigasi bencana
amat sangat penting dilakukan terutama untuk mengurangi jumlah korban
jiwa. Dengan keterkaitannya dengan implementasi pendidikan mitigasi
bencanadi sekolah, maka dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan
menyisipkan materi mitigasi bencana pada mata pelajaran tertentu dan
melalui kegiatan yang sengaja diadakan di lingkungan masyarakat tersebut
(Agung, 2017). Mitigasi bencana dapat diajarkan kepada masyarakat dengan
cara pemaparan teori atau dengan simulasi yang diberikan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini


adalah sebagai berikut:
3

1. Apa pengertian dari mitigasi bencana?


2. Apa tujuan dan metode mitigasi bencana?
3. Apa jenis – jenis mitigasi bencana?
4. Apa bahaya dan pengaruh mitigasi bencana?
5. Bagaimana manajemen mitigasi bencana?
6. Apa langkah – langkah yang harus dilakukan bila terjadi suatu
bencana?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengertian, jenis – jenis, dan tujuan mitigasi bencana.


2. Mengetahui pengaruh – pengaruh, strategi, dan manajemen mitigasi
bencana.
3. Mengetahui mitigasi bencana alam seperti banjir, tanah longsor,
gempa bumi, gunung meletus, tsunami, dan lain sebagainya.
4. Memahami tentang bagaimana tindakan yang dilakukan apabila
terjadi bencana.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mitigasi Bencana

Mitigasi merupakan sebuah upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi


terjadinya risiko bencana. Hal – hal yang berkaitan dengan mitigasi bencana
diatur dalam UU Nomor 24 Tahun 2007. Menurut Undang – undang tersebut,
mitigasi bencana adalah suatu rangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik dalam melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Mitigasi adalah
upaya yang memiliki sejumlah tujuan yakni untuk mengenali risiko,
penyadaran akan risiko bencana, perencanaan penanggulangan, dan
sebagainya (Caburn, Spence, & Pomonis, 2017). Bisa dikatakan, mitigasi
bencana adalah suatu upaya dimulai dari pencegahan sebelum suatu bencana
terjadi sampai dengan penanganan usai suatu bencana terjadi.

Namun, untuk lebih mengetahui lebih dalam lagi mengenai mitigasi, penting
untuk mengetahui sejumlah pengertian lainnya. Menurut KBBI, mitigasi
adalah suatu kata benda yang memiliki dua makna yang bergantung pada
konteks penggunaannya. Makna pertama, mitigasi adalah sebuah upaya
dalam menjadikan berkurangnya kekasaran atau kesuburannya (tentang tanah
dan sebagainya). Sedangkan makna kedua, mitigasi adalah tindakan
mengurangi dampak terjadinya bencana.

Mitigasi sendiri, merupakan sebuah kata yang memiliki padanan kata dalam
bahasa Inggris, yaitu mitigation. Definisi dari mitigation sendiri adalah
sebuah tindakan dalam mengurangi keparahan, keseriusan, atau rasa sakit dari
sesuatu. Menurut Cambridge Dictionary, mitigasi adalah sebuah tindakan
mengurangi seberapa berbahaya, tidak menyenangkan, atau buruknya
sesuatu. Menurut Lavigne, et.al, (2016) mitigasi adalah sebuah tindakan
mengurangi sesuatu atau keadaan yang dikurangi: proses atau hasil membuat
sesuatu yang kurang parah, berbahaya, menyakitkan, keras, atau merusak

4
5

2.2 Tujuan dan Metode Mitigasi Bencana

Menurut Maharani, Sholawatul, Hadmoko, & Danang, (2017) berikut


merupakan tujuan dari diberlakukannya mitigasi bencana, yaitu:

a. Meminimalisir adanya korban jiwa akibat bencana.


b. Meminimalisir kerugian yang diakibatkan oleh bencana.
c. Meminimalisir kerusakan pada sumber daya alam (SDA).
d. Sebagai pedoman pemerintah dalam merencanakan pembangunan di
masa depan.
e. Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai risiko dan dampak
dari adanya bencana.
f. Membuat masyarakat merasa lebih nyaman dan juga aman.

Untuk mewujudkan mitigasi bencana yang baik,maka diperlukan pendidikan


mengenai metode atau langkah – langkah dalam melakukan mitigasi bencana.
Menurut Paimin, Sukresno, & Pramono, (2019) metode atau langkah –
langkah mitigasi bencana adalah sebagai berikut:

a. Mitigasi merupakansebuah langkahyang memiliki tahap awal


penanggulangan bencana alam untuk mengurangi dan memperkecil
dampak bencana. Mitigasi merupakan sebuah langkah yang juga
dilakukan sebelum bencana terjadi. Contoh kegiatannya adalah seperti
membuat peta wilayah rawan bencana, pembuatan bangunan tahan
gempa, penanaman pohon bakau, penghijauanhutan, serta
memberikan penyuluhan dan meningkatkan kesadaran masyarakat
yang tinggal di wilayah rawan bencana.
b. Melakukan perencanaan, dibuat berdasarkan bencana yang sudah
pernah terjadi dan bencana lainnya yang mungkin akan terjadi.
Tujuannya adalah untuk meminimalkan korban jiwa dan kerusakan
sarana – sarana pelayanan umum yang meliputi upaya mengurangi
tingkat risiko, pengelolaan sumber – sumber daya masyarakat, serta
pelatihan warga di wilayah – wilayah rawan becana.
6

c. Respon, yang merupakan suatu upaya meminimalkan bahaya yang


diakibatkan oleh bencana. Pada tahap ini, berlangsung sesaat setelah
terjadinya bencana. Rencana penanggulangan bencana dilaksanakan
dengan fokus pada upaya pertolongan korban bencana dan antisipasi
kerusakan yang terjadi akibat bencana.
d. Pemulihan, langkah ini merupakan langkah yang perlu diambil setelah
bencana terjadi untuk mengembalikan kondisi masyarakat seperti
semula. Pada tahap ini, fokusnya diarahkan pada penyediaan tempat
tinggal sementara bagi korban serta membangun kembali sarana dan
prasarana yang rusak. Selain itu, juga perlu dilakukan evaluasi
terhadap langkah penanggulangan bencana yang dilakukan.

Berdasarkan siklus waktunya, maka kegiatan penanganan bencana dapat


dibagi menjadi 4 kategori:

a. Kegiatan sebelum bencana terjadi.


b. Kegiatan saat bencana terjadi.
c. Kegiatan tepat setelah bencana terjadi.
d. Kegiatan pasca bencana yang meliputi pemulihan, penyembuhan,
perbaikan, dan rehabilitasi.

2.3 Jenis – jenis dan Kebijakan Mitigasi Bencana

Secara garis besar, terdapat dua jenis mitigasi bencana, yaitu:

a. Mitigasi Struktural
Pada dasarnya kebijakan penanggulangan bencana merupakan suatu
kebijakan yang diambil berdasarkan prinsip –prinsip dasar
penanggulangan bencana. Prinsip- prinsip tersebut harus berpedoman
pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan
selaras dnegan prinsip penanggulangan bencana provinsi dan Nasional
yang mengupayakan prinsip cepat dan tepat, prioritas, koordinasi dan
keterpaduan, transparansi dan akuntabilitas, kemitraan dan
pemberdayaan (Agung, 2017).
7

Aktivitas penyelenggaraan Penanggulangan Bencana semua


tertuangdalam dokumen Rencana Penanggulangan Bencana (RPB),
yang merupakan dokumen induk penyelenggaraan penanggulangan
bencana yang melingkupi seluruh fase penanggulangan bencana.
Dokumen RPB dapat dikategorikan sebagai “master plan” atau
rencana induk penyelenggaraan penanggulangan bencana untuk
periode 5 tahun. Sebagai rencana daerah, RPB harus merangkum
perspektif penyelenggaraan penanggulangan bencana dari seluruh
intansi Pemerintahan Daerah yang terlibat (Asdak, 2014).
Salah satu tujuan mitigasi bencana adalah untuk Pengurangan Risiko
Bencana (Disaster Risk Reduction). Pengurangan risiko bencana
adalah segala tindakan yang dilakukan untuk mengurangi kerentanaan
dan meningkatkan kapasitas terhadap jenis bahaya tertentu atau
mengurangi potensi jenis bahaya tertentu (Lavigne, et.al, 2016).
Upaya dalam mengurangi adanya tingkat kerusakan yang parah akibat
terjadinya bencana itu sendiri dapat dilakukan kegiatan seperti
dibangunnya waduk untuk mencegah terjadinya banjir ataupun
membuat bangunan yang didesain untuk meminimalisisr terjadinya
kerusakan parah akibat gempa.
b. Mitigasi Non-Struktural
Pada jenis ini berbeda dengan jenis mitigasi struktural, mitigasi non-
struktural ini tidak mengacu pada pembangungan dengan pendekatan
teknologi modern. Jenis mitigasi ini dilakukan melalui peraturan
pemerintah dengan tujuan untuk meminimalisir kerusakan akibat
bencana. Contoh kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan
pemerintah yang telah membuat UU No. 24 Tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana.
Upaya lainnya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
 memberikan pendidikan tentang bencana alam
 jika terdapat korban bencana, tempatkan korban pada suatu
tempatyang aman. Hal tersebut merupakan suatu hal yang
diperlukan dan sesuai dengan deklarasi Hyogo yang ditetapkan
8

pada Konferensi Dunia tentang Pengurangan Bencana, di


Kobe, Jepang. Dalam konferensi tersebut menyatakan bahwa
“negara – negara mempunyai tanggung jawab utama untuk
melindungi orang – orang dan harta benda yang berada dalam
wilayah kewenangan dan dari ancaman dengan memberikan
prioritas yang tinggi kepada pengurangan risiko bencana alam
dalam kebijakan nasional, sesuai dengan kemampuan mereka
dan sumber daya yang tersedia kepada mereka”
 membentuk tim penanggulangan bencana.
 Memberikan penyuluhan – penyuluhan.
 Merelokasi korban secara bertahap.

2.4 Langkah – langkah yang dilakukan Saat Bencana

Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk


mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan
ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana. Menurut
Pribadi, et.al, (2018), Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta
melalui langkah tepat guna dan berdaya guna, yaitu sebagai berikut:

a. Banjir
Mencegah dan mengatasi banjir perlu diketahui oleh masyarakat kota
yang selalu bermasalah dengan bencana banjir, yaitu dengan:
 Membuat saluran air.
 Membuang sampah pada tempatnya.
 Membersihkan saluran air.
 Membuat bendungan.
 Menanam pohon.
 Melestarikan hutan.
 Membuat lubang biopori.
 Membuat sumur.
 Mengeruk sungai.
9

 Membuat paving toner.


b. Tsunami
Bencana alam tsunami bisa menimbulkan korban lebih banyak
dibandingkan gempa, hal ini dikarenakan tsunami terjadi setelah
adanya gempa sehingga korban dan kerugian harga benda dapat
berlipat ganda. Berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi
jatuhnya korban akibat bencana tsunami adalah sebagai berikut:
 Perlindungan garis pantai, dengan cara:
- Penetapan peraturan tentang pembangunan wilayah pantai.
- Membangun tembok- tembok penahan dan pemecah air
laut.
- Melestarikan hutan mangrove, menanamnya di pesisir
dengan baik, dan tidak menebang sembarangan, atau tidak
mengubah lahan mangrove menjadi tambak.
- Tidak mencemari sungai dengan limbah karena akan
merusak laut.
 Sistem peringatan dini
Sistem ini perlu dibangun untuk mendeteksi, menentukan
lokasi, dan besaran potensi tsunami yang muncul sebagai
akibat gempa bumi atau getaran- getaran lainnya. Sistem ini
selanjutnya memberikan informasi dan peringatan kepada
pihak – pihak yang terkait dan kemudian kepada penanggung
jawab di tingkat lapangan atau masyarakat yang mungkin
terkena bencana.
 Pendidikan dan pembelajaran
Mempelajari dan memahami tsunami, baik penyebab, tanda –
tanda, maupun sifat tsunami, dapat dilakukan dengan
penyuluhan terhadap warga melalui pertemuan RT, mencari,
memperoleh, dan berbagi informasi dan berbagai sumber,
termasuk kisah korban tsunami, buku, media, elektronik, dan
lain – lain.
 Kemitraan
10

Menjalin kemitraan dengan pihak – pihak dalam dan luar


negeri yang dapat memberikan bantuan jika terjadi bencana
tsunami.
 Pemetaan kawasan rawan dan tempat evakuasi
Memetakan daerah yang paling rawan serta daerah yang layak
untuk menjadi tempat evakuasi dan rute penyelamatan jika
terjadi bencana.
 Penyiapan posko bencana
Posko (pos komando) harus selalu ada dan siap, teruama di
daerah yang rawan bencana tsunami. Tim satgas dan tim
kesehatan harus selalu siap di posko yang telah disediakan.
Dalam posko harus disiapkan peralatan yang dibutuhkan
dalam kondisi darurat.
 Satgas penanganan bencana
Satgas terdiri atas unsur – unsur perangkat desa/kelurahan,
tentara, polisi, dan relawan dari masyarakat yang
berpengalaman dalam menangani bencana.
c. Gempa Bumi
Tindakan pencegahan jika gempa bumi mengguncang secara tiba –
tiba, berikut terdapat 10 petunjuk yang dapat dilakukan dimanapun,
yaitu:
 Di dalam rumah
Getaran akan terasa beberapa saat. Selama jangka waktu itu,
seseorang harus mengupayakan keselamatan diri dan keluarga.
Masuklah ke bawah meja untuk melindungi tubuh dari jatuhan
benda –benda. Jika tidak memiliki meja, lindungi kepala
dengan bantal. Jika sedang menyalakan kompor maka matikan
segera untuk mencegah terjadinya kebakaran.
 Di sekolah
Berlindunglah di bawahmeja, lindungi kepala dengan tas atau
buku, jangan panik, jika gempa mereda keluarlah berurutan
11

mulai dari jarak yang terjauh ke pintu, carilah tempat lapang,


jangan berdiri dekat gedung, tiang dan pohon.
 Di luar rumah
Lindungi kepala dan hindari benda – benda berbahaya. Di
daerah perkantoran atau kawasan industri, bahaya bisa muncul
dari jatuhnya kaca – kaca dan papan – papan reklame.
Lindungi kepala dengan menggunakan tangan, tas, atau
apapun yang dibawa.
 Di pusat perbelanjaan
Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan.
Ikuti semua petunjuk dari pegawai atau security.
 Di dalam lift
Jangan menggunakan lift saat terjadi gempa bumi atau
kebakaran. Jika merasakan getaran gempa saat berada di dalam
lift, maka tekanlah semua tombol. Ketika lift berhenti,
keluarlah, lihat keamanannya dan mengungsilah. Jika terjebak
dalam lift, hubungi manajer gedung dengan menggunakan
interphone jika tersedia.
 Di kereta api
Berpeganganlah dengan erat pada tiang sehingga tidak terjatuh
seandainya kereta dihentikan secara mendadak. Bersikap
tenanglah mengikuti penjelasan dari petugas kereta. Salah
mengerti terhadap informasi petugas kereta atau stasiun akan
mengakibatkan kepanikan.
 Di dalam mobil
Saat terjadi gempa bumi besar, maka akan terasa seakan –
akan roda mobil gundul. Seseorang akan kehilangan kontrol
terhadap mobil dan susah mengendalikannya. Jauhi
persimpangan, pinggirkan mobil di kiri jalan dan berhentilah.
Ikuti instruksi dari radio mobil. Jika harus mengungsi maka
keluarlah dari mobil, biarkan mobil tak terkunci.
 Di gunung atau pantai
12

Ada kemungkinan longsor terjadi dari atas gunung.


Menjauhlah langsung ke tempat aman. Pada pesisir pantai,
bahayanya datang dari tsunami. Jika merasakan getaran dan
tanda – tanda tsunami tampak, cepat mengungsi ke dataran
tinggi.
 Beri pertolongan
Jika sudah dapat diramalkan bahwa banyak orang akan cedera
saat kejadian gempa bumi. Karena jumlah petugas kesehatan
dari rumah – rumah sakit akan mengalami kesulitan datang ke
tempat kejadian maka bersiaplah memberikan pertolongan
pertama kepada orang – orang disekitar.
 Dengarkan informasi
Saat gempa terjadi, masyarakat akan terpukul kejiwaannya.
Untuk mencegah terjadinya kepanikan, penting sekali setiap
orang bersikap tenang dan bertindaklah sesuai dengan
informasi yang benar dari pihak berwenang, polisi, atau
petugas lainnya. Jangan bertindak karena informasi orang yang
tidak jelas.
d. Gunung Meletus
Indonesia terletak pada rangkaian pegunungan muda sehingga
terdapat banyak gunung berapi yang masih aktif. Gunung berapi tidak
hanya mendatangkan bencana, namun juga bisa mendatangkan banyak
manfaa bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Misalnya, abu
vulkanik bisa menyuburkan tanah pertanian serta material letusan
sebagai bahan bangunan, seperti pasir, kerikil, dan batu. Gunung
berapi bisa menjadi sahabat jika mampu memanfaatkan dengan
bijaksana serta mengenalnya dengan baik. Agar gunung meletus tidak
menimbulkan banyak korban maka perlu dilakukan usaha – usaha
pengenalan dan penanggulangan bencana. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
13

 Tindakan yang harus dilakukan oleh pihak


berwenang/pemerintah sebelum terjadinya letusan adalah
sebagai berikut:
- Pemantauan dan pengamatan kegiatan pada gunung api
yang sedang aktif.
- Pembuatan dan penyediaan peta kawasan rawan bencana
letusan gunung api, peta zona risiko bahaya gunung api,
serta peta pendukung lainnya, seperti peta geologi gunung
api.
- Membuat langkah – langkah prosedur tetap
penanggulangan bencana letusan gunung api.
- Melakukan bimbingan dan penyebarluasan informasi
gunung api kepada masyarakat.
- Penyelidikan dan enelitian geologi, geofisika, dan
geokimia di gunung api.
- Peningkatan sumber daya manusia dan pendukungnya,
seperti peningkatan sarana dan prasarana.
 Saat terjadinya letusan
- Membentuk tim gerak cepat.
- Meningkatkan pemantauan dan pengamatan yang
didukung dengan penambaan peralatan yang lebih
memadai.
- Meningkatkan pelaporan tingkat kegiatan menurut alur dan
frekuensi pelaporan sesuai dengan kebutuhan.
- Memberikan rekomendasi kepada pemerintah setempat
sesuai prosedur.
 Setelah terjadinya letusan
- Menginventarisasi data, yang mencakup sebaran dan
volume hasil letusan.
- Mengidentifikasi daerah yang terkena dan terancam
bahaya.
- Memberikan sarana penanggulangan bahaya.
14

- Memperbaiki fasilitas pemantauan yang rusak


- Menurunkan status tingkat kegiatan.
- Melanjutkan pemantauan rutin, meskipun keadaan sudah
menurun.
- Memberikan sarana penataan kawasan jangka pendek dan
jangka panjang.
- Membangun kemabli bangunan, sarana, dan fasilitas
lainnya yang terkena bencana.
e. Tanah Longsor
Berikut merupakan cara atau upaya yang bisa dilakukan dengan
berbagai cara mencegah tanah longsor:
 Jangan membuat kolam atau sawah di atas lereng
 Tidak mendirikan drumah di bawah tebing
 Jangan menebang pohon di sekitar lereng
 Jangan memotong tebing secara tegak lurus
 Tidak mendirikan bangunan di sekitar sungai
 Membuat terasering
 Lakukan upaya preventif
 Memberikan penyuluhan kepada masyarakat
 Harus ada intervensi dari pemerintah
f. Kekeringan
Mengatasi kondisi kekeringan seperti saat ini sangat
direkomendasikan penggunaan suatu teknologi penyediaan air dengan
pembuatan embung. Embung adalah sebuah kolam besar seperti
waduk yang diharapkan dapat terus mengeluarkan air di musim
kemarau. Dalam proses pembuatannya maka perlu memilih tempat
sumber air yang dapat terus mengeluarkan air di musim kemarau.
Tujuan dari pembuatan embung ini adalah sebagai berikut:
 Menyediakan air untuk pengairan tanaman di musim kemarau.
 Meningkatkan produktivitas lahan, intensitas tanam, dan
pendapatan petani di lahan tadah hujan.
15

 Mengaktifkan tenaga kerja pada musim kemarau sehingga


mengurangi urbanisasi dari desa ke kota.
 Mencegah luapan air di musim hujan, menekan risiko banjir.
 Memperbesar atau pengisian kembali air tanah.

Pembuatan embung tidak terikat oleh luas pemilikan lahan. Petani


yang berlahan sempit atau luas, dapat membuat embung sesuai dengan
kebutuhannya.

Pembuatan embung sendiri dapatt dibangun secara bertahap, yaitu


sebagai berikut:

 Pada awalnya dibuat dengan ukuran kecil atau diperbesar pada


masa berikutnya.
 Memperdalam embung yang ada.
 Membuat embung yang serupa di tempat lain. Kebutuhan
tenaga kerja dan modal dalam pembuatan embung dapat dicicil
atau dijadwalkan.
 Dapat dibuat dengan alat mekanik seperti backhoe dan
buldozer atau dengan alat sederhana secara bergotong royong.
g. Kebakaran dan kabut asap
Pencegahan hutan dari kebakaran merupakan hal yang sangat penting
yang harus dipelajari dan diketahui oleh masyarakat dan petugas yang
tinggal di wilayah sekitar hutan. Terkadang, hal kecil yang dianggap
sepele menjadi penyebab terjadinya kebakaran hutan yang
menghabiskan biaya besar dan menyebabkan kerusakan ekosistem
yang fatal. Sehingga sangat penting bagi siapapun memiliki
pengetahuan tentang hal – hal yang akan menyebabkan hutan
kebakaran. Berikut hal – hal yang dapat dilakuukan:
 Memberi peringatan kepada warga sekitar hutan untuk tidak
membakar rumput atau puing – puing.
 Memeriksa peraturan setempat tentang perizinan dan
pembatasan larangan pembakaran.
16

 Melakukan aktivitas pembakaran minimal dengan jarak yang


telah ditentukan.
 Memastikan api tersebut mati setelah melakukan pembakaran
terhadap rumput dan puing – puing sebelum masyarakat
meninggalkan tempat pembakaran.
 Jangan melakukan aktivitas pembakaran ketika cuaca
berangin.
 Meyiapkan peralatan pemadam kebakaran seperti sebuah pipa
air yang terhubung dengan air atau setidaknya tersedia 5 galon
air dan sebuah sekop.
 Jangan merokok ketika melakukan kerjaan atau kegiatan yang
dilakukan di hutan.
 Mobil, truk, dan mesin harus memiliki sistem tempat
pembuangan uap ketika beroperasi di dekat hutan.
 Menghubungi departemen perhutanan setempat atau penjaga
hutan setempat ketika tampak tanda –tanda kebakaran.
 Warga dan petugas kehutanan harus saling bekerja sama untuk
menjaga hutan di sekitar tempat kediaman mereka.
h. Abrasi
Terdapat beberapa usaha atau upaya yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya abrasi, yaitu diantaranya:
 Penanaman kembali hutan bakau.
 Pelarangan penggalian pasir pantai.
 Pembuatan pemecah gelombang.
 Pelestarian terumbu karang.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bencana alam merupakan sebuah faktor yang bisa mengakibatkan rusaknya


lingkungan hidup. Bencana alam apabila dilihat dari penyebabnya, dapat
dibedakan sedikitnya menjadi 3 jenis yaitu secara geologis, klimatologis,dan
ekstra – terestial. Berikut merupakan macam – macam bencana alam yang
terjadi di Indonesia, diantaranya: tsunami, banjir, kebakaran, longsor, gunung
berapi, kekeringan, dan abrasi. Pencegahan bencana merupakan serangkaian
kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko
bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan
pihak yang terancam bencana. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta
melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Mitigasi bencana adalah
serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik dan penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana. Adapun tahapan – tahapan yang dilakukan dalam
pencegahan dan mitigasi antara lain:

 Menerbitkan peta wilayah rawan bencana


 Memasang rambu – rambu peringatan bahaya dan larangan di wilayah
rawan bencana.
 Mengembangkan sumber daya manusia satuan pelaksana.
 Mengadakan penyuluhan untuk meningkatkan kewaspadaan
masyarakat.
 Membuat bangunan yang berguna untuk mengurangi dampak bencana.
 Membentuk pos – pos siaga bencana.
 Mengadakan pelatihan penanggulangan bencana kepada masyarakat.
 Mengevakuasi masyarakat ke tempat yang lebih aman.

17
18

3.2 Saran

Melakukan brainstorming atau diskusi yang lebih mendalam dengan dipandu


oleh narasumber atau fasilitator secara perserorangan kepada peserta yang
menerima penyuluhan atau pendidikan mengenai pengalaman dan
pengetahuannya pada materi terkait mitigasi bencana yang akan diaplikasikan
dulingkungan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Agung, S. (2017). Analisis Tingkat Kerusakan Penggunaan Lahan Akibat Banjir

Lahara Pasca Erupsi Gunung Merapi Tahun 2010. Skripsi: Fakultas


Geografi UMS.

Anonim. (2007). Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang

Penanggulangan Bencana. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun


2007 No. 66: Jakarta.

Asdak, C. (2014). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah

Mada University Press: Yogyakarta.

BAKORNAS PBP. (2007). Arahan Kebijakan Mitigasi Bencana Perkotaan di

Indonesia. Jakarta: Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana.

Coburn, W. A., Spence, J.R.S., & Pomonis, A. (2015). Program Pelatihan

Manajemen Bencana. UNDP Modul Mitigasi Bencana, Edisi Ke-2.

Lavigne, G.,Thouret, J., Claude, J., Voight, B., Suwa, H., & Sumaryono, A.

(2016).Lahars at Merapi Volcano, Central Java: An Overview. Journalof


Volcanology and Geothermal Research. 100(04), 423 – 456.

Maharani, A., Sholawatul, J., Hadmoko., & Danang, S. (2017). Pola Adaptasi

Penduduk dan Arahan Mitigasi Pada Daerah Banjir Lahar Hujan di


Bantaran Sungai. Jurnal Bumi Indoneisa Vol. 1 No. 3, Yogyakarta: Fak.
Geografi UGM.

Paimin,S., Sukresno, M.,& Pramono, I. B. (2019). Teknik Mitigasi Banjir dan

Tanah Longsor. Balikpapan: Tropenbos Internasional Indonesia Programe.

Pribadi, K., et.al. (2018). Buku Pendidikan Siaga Bencana. Bandung: Institut

Teknologi Bandung.

19

Anda mungkin juga menyukai