Anda di halaman 1dari 12

ISU LINGKUNGAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas:

Mata Kuliah: Ilmu Lingkungan Dan Mitigasi Bencana

Dosen Pengampu: Joleha, S.T., M.M.

Disusun Oleh:

Septiani Ivanka (2206111546)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS RIAU

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Mitigasi Bencana sebagai tugas individu
mata kuliah Ilmu Lingkungan dan Mitigasi Bencana. Makalah ini akan membahas “Mitigasi
Bencana” yang disusun untuk mengetahui menganalisis tentang mitigasi bencana.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah membimbing penulis hingga dapat menyelesaikan makalah ini dan
penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak- pihak yang telah membantu dan mendukung
penulis dalam menyelesaikan makalah ini .

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih minim dan masih jauh dari
kesempurnaan . Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan masukan yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah penulis untuk di masa yang akan datang .Semoga
makalah ini bisa memberikan suatu manfaat bagi penulis dan Pembaca semuanya Aamiin.

Pekanbaru, 04 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ii

BAB I ....................................................................................................................................1

PENDAHULUAN ...............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................................2

BAB II ..................................................................................................................................3

PEMBAHASAN ..................................................................................................................3

2.1 Pengertian Mitigasi Bencana .....................................................................................3

2.2 Ruang Lingkup Mitigasi Bencana .............................................................................4

2.3 Tujuan Mitigasi Bencana ...........................................................................................5

2.4 Bentuk dan Contoh Mitigasi Bencana ......................................................................6

BAB III .................................................................................................................................8

PENUTUP ............................................................................................................................8

3.1 Kesimpulan ...............................................................................................................8

3.2 Saran .........................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana (UU No.24 Tahun 2007). Bencana alam seperti gempa bumi,
tsunami, banjir, longsor, letusan gunung api dan lain-lain. Wilayah Indonesia, merupakan
Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik dunia yaitu: lempeng
Hindia-Australia di sebelah selatan, lempeng Eurasia di sebelah barat dan lempeng Pasifik di
sebelah timur (BNPB).

Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat kerawanan bencana alam tinggi,
seperti letusan gunungapi, gempabumi, tsunami, banjir, tanah longsor, dan lain sebagainya.
Tercatat setidaknya 257 kejadian bencana terjadi di Indonesia dari keseluruhan 2.866
kejadian bencana alam di Asia selama periode tersebut. Data menunjukkan bahwa Indonesia
merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih
dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat. Gempa bumi yang disebabkan oleh
interaksi lempeng tektonik dapat menimbulkan gelombang pasang apabila terjadi di
samudera. Selama kurun waktu 1600 – 2000, tercatat 105 kejadian tsunami yang 90 persen
diantaranya disebabkan oleh gempa tektonik, 9 persen 1 2 oleh letusan gunung api, dan 1
persen oleh tanah longsor.

Perencana dan perancang kota memiliki peran yang strategis dalam rangka
mengkawal proses pengembangan kota yang mampu mengantisipasi dampak gempa bumi.
Pemerintah melalui regulasi-regulasi penataan ruang seharusnya segera dilakukan
“penyesuaian” atau revisi yang cukup signifikan. Pada level UU Penataan Ruang (UU 26
tahun 2007) walaupun sudah tercover hal yang berkaitan dengan upaya mitigasi bencana,
tetapi perlu kiranya dilakukan review lebih konprehensif. Pada tataran teknis,Baik RTRW
maupun produk perencanaan yang lebih detail lainnya (RTBL) pada kawasan2 kota yang
telah ada dan berada pada posisi yang “rawan” bencana harus secara serius direview dan

1
secara tegas di lakukan revisi, penertiban dan kontrol terhadap perencanaan mitigasinya
(mitigation plan).

Penanganan mitigasi bencana di berbagai daerah di Indonesia masih belum efektif


dalam pelaksanaannya sehingga banyak korban yang terkena dampak akibat bencana yang
telah terjadi, mulai dari kurangnya pemahaman masyarakat sekitar terhadap karakteristik
bahaya, kurangnya informasi atau peringatan dini yang menyebabkan kurangnya persiapan
ketika berhadapan dengan bencana, masih rendahnya pemahaman dan engetahuan
masyarakat, terutama orang tua dan anak-anak dan pejabat pemerintah setempat dalam
menyikapi kondisi alam yang rawan bencana, ketidaktahuan masyarakat khususnya orang tua
dan anak terhadap upaya apa yang harus dilakukan jika bencana terjadi, dan lain sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Apa itu mitigasi bencana?


2. Apa saja ruang lingkup mitigasi bencana?
3. Bagaimana tujuan mitigasi bencana?
4. Bagaimana bentuk mitigasi bencana?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk sebagai berikut:

1. Mengetahui dan memahami pengertian dari mitigasi bencana.


2. Mengetahui dan memahami ruang lingkup mitigasi bencana.
3. Mengetahui dan memahami tujuan mitigasi bencana.
4. Mengetahui dan memahami bentuk mitigasi bencana.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Mitigasi Bencana

Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana).

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan


mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Letak geografis Indonesia yang terletak pada pertemuan tiga lempeng aktif, yaitu
Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik mengakibatkan kondisi negara Indonesia memiliki
tingkat kerawanan tinggi terhadap bencana geologis dan hidroklimatologis. Berdasarkan data
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Tahun 2018, kejadian bencana yang
terjadi di Indonesia mengalami 3.397 kejadian, dengan 3.874 korban jiwa meninggal dan
hilang.

Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir dari Tahun 2009-2018, dampak terjadinya
bencana sangat bervariasi, mulai dari kerusakan, kerugian, hingga menimbulkan korban jiwa.
Kondisi tersebut memperlihatkan masih lemahnya kesiapsiagaan terhadap bencana yang
terjadi di Indonesia. Menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis. Provinsi Jawa Tengah mengalami peristiwa bencana sebanyak 585 kejadian
dengan indeks risiko terjadi bencana terbesar di Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa

3
wilayah-wilayah yang berada di Provinsi Jawa Tengah memiliki potensi yang besar terhadap
terjadinya bencana.

Bencana berdasarkan sumbernya dibagi menjadi tiga, yaitu:

 Bencana alam, adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa/serangkaian peristiwa


oleh alam
 Bencana nonalam, adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa/serangkaian peristiwa
nonalam
 Bencana sosial, adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa/serangkaian peristiwa
oleh manusia

Bencana alam juga dapat dikelompokkan sebagai berikut:

 Bencana alam meteorologi (hidrometeorologi). Berhubungan dengan iklim. Umumnya


tidak terjadi pada suatu tempat yang khusus
 Bencana alam geologi. Adalah bencana alam yang terjadi di permukaan bumi seperti
gempa bumi, tsunami, dan longsor

2.2 Ruang Lingkup Mitigasi Bencana

Ruang lingkup mitigasi bencana Tercantum dalam UU 24/2007 pada Pasal 47 yaitu
mitigasi dilakukan untuk mengurangi risiko bencana bagi masyarakat yang berada pada
kawasan rawan bencana. Kegiatan mitigasi dilakukan melalui: pelaksanaan penataan ruang:
pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata bangunan: dan penyelenggaraan
pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan baik secara konvensional maupun modern.

Mitigasi bencana dalam uu 26/2007:

Menimbang bahwa secara geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia berada


pada kawasan rawan bencana sehingga diperlukan penataan ruang yang berbasis mitigasi
bencana sebagai upaya meningkatkan keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan
penghidupan. Kawasan rawan bencana termasuk dalam kawasan lindung seperti tercantum
dalam penjelasan Pasal 5 ayat 2. yang termasuk kawasan rawan bencana alam antara lain

4
kawasan rawan letusan gunung berapi, kawasan rawan gempa bumi, kawasanrawan tanah
longsor, kawasan rawan gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir.

Upaya mitigasi bencana dalam perspektif penataan ruang dapat dilakukan dengan
melakukan proses antisipasi bukan hanya terhadap prediksi “penciptaan” lingkungan yang
nyaman, tetapi juga mampu mengantisipasi potensi-potensi bencana dan strategi upaya
mitigasinya. Secara konseptual upaya mitigasi bencana melalui perencanaan dan
perancangan kota akan mencakup 4 aspek (Respati, 2008), yakni;

1) Rancangan Tata Kota; Pemanfaatan ruang kota dengan memperhatikan aspek-aspek


perlindungan terhadap bencana Alam; Pengembangan Kota secara horizontal dan
vertikal (high rise bulding dan undergroundspace).
2) Desain Arsitektur; Memperhatikan prinsip-prinsip kekuatan struktur; menghindarkan
diskontinuitas vertical, desain elemen-elemen non struktural.
3) Regulasi Bidang Perencanaan & Perancangan Kota Dan/Atau Bangunan;
“Kecukupan” substansi regulasi baik secara makro maupun mikro (bangunan), Ketaat
asas-an pelaku pembangunan terhadap peraturan bangunan (building codes);
4) Penyiapan Sosial Masyarakat; Kesadaran masyarakat (kesiapan sosial) tentang aspek
sosial bencana, (sistem peringatan, antisipasi & respon saat kejadian bencana, serta
penanganan pasca bencana) dll.

2.3 Tujuan Mitigasi Bencana

Tujuan mitigasi bencana yaitu sebagai berikut:

1. Mengurangi dampak yang ditimbulkan, khususnya bagi penduduk


2. Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan
3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi serta mengurangi
dampak/resiko bencana, sehingga masyarakat dapat hidup dan bekerja dengan aman

Beberapa kegiatan mitigasi bencana di antaranya:

 pengenalan dan pemantauan risiko bencana;


 perencanaan partisipatif penanggulangan bencana;

5
 pengembangan budaya sadar bencana;
 penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan bencana;
 identifikasi dan pengenalan terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana;
 pemantauan terhadap pengelolaan sumber daya alam;
 pemantauan terhadap penggunaan teknologi tinggi;
 pengawasan terhadap pelaksanaan tata ruang dan pengelolaan lingkungan hidup.

2.4 Bentuk dan Contoh Mitigasi Bencana


Salah satu contoh mitigasi bencana di Indonesia adalah pada Provinsi Aceh.
Keunikan kawasan pesisir ini juga diikuti dengan potensi bencana alam, seperti dahsyatnya
tsunami yang melanda wilayah pesisir pada tanggal 24 Desember 2004 telah menghancurkan
wilayah pesisir Ulee Lheue dan daerah lainnya. Tsunami juga telah mengubah lanskap
kawasan, struktur lingkungan (tata ruang), dan struktur kawasan kota Banda Aceh, seperti
pemukiman padat menjadi hamparan kosong. Upaya mitigasi adalah diperlukan untuk
mengurangi resiko bencana tsunami yang mampu mendukung multi sektor seperti konsep
tata ruang pemanfaatan dengan asimilasi multi fungsi (penyangga, pemukiman, areal
pertanian/budidaya, dan ekowisata).

Risiko bencana, jika dilihat dari tata ruang dan lingkungan fisik, dapat dikurangi
melalui lahan menggunakan perencanaan, perencanaan lokasi, dan desain bangunan.
Momentum untuk penataan kembali kawasan adalah suatu yang berharga kesempatan untuk
perencanaan sehingga dapat meminimalkan korban dan kerusakan akibat bencana itu sendiri.

Bangladesh diidentifikasi sebagai negara yang paling rawan topan di dunia, yang
mengalami lebih dari 36 siklon sejak itu 1970 mengakibatkan lebih dari 450.000 kematian
dan ekonomi yang sangat besar kerugian (DDM 2009). Topan yang parah melanda negara itu
rata-rata setiap 3 tahun (DDM 2009; Dasgupta et al.2010). Selain itu, frekuensi bencana alam
telah meningkat secara signifikan selama beberapa dekade terakhir terutama di Pantai
Bangladesh yang diduga sebagai dampak iklim mengubah.

Oleh karena itu, mitigasi bencana akibat angin topan menjadi perhatian utama di
negara ini. Namun, Masyarakat Bulan Sabit Merah Bangladesh (BDRCS) dan Kementerian
Penanggulangan Bencana dan Bantuan (MoDMR) bersama-sama mengoperasikan program

6
kesiapsiagaan Siklon yang dirancang dengan baik (CPP) di kabupaten pesisir negara. KPK
punya 55.260 relawan berdedikasi tersebar di 3684 unit 350 serikat pekerja dari 13 distrik
pesisir di Bangladesh.

Adapun peran masyarakat pada saat bencana antara lain:

(1) Memberikan informasi kejadian bencana ke BPBD atau iInstansi terkait,


(2) Melakukan evakuasi mandiri,
(3) Melakukan kaji cepat dampak bencana, dan
(4) Berpartisipasi dalam respon tanggap darurat sesuai bidang keahliannya.

Sementara itu peran masyarakat pada saat pascabencana adalah:

(1) Berpartisipasi dalam pembuatan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi, dan
(2) Berpartisipasi dalam upaya pemulihan dan pembangunan sarana dan prasarana
umum.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mengingat Indonesia memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap bencana dan


kondisi kesiapsiagaan masih tergolong rendah, maka upaya untuk meningkatkan pengetahuan
kebencanaan harus diberikan sejak dini. Sesuai dengan Undangundang Nomor 24 Tahun
2007 tentang Penanggulangan Bencana, anak-anak dikelompokkan dalam kategori rentan.
Prioritas pengurangan risiko bencana perlu diimplementasikan ke dalam sektor pendidikan
dengan tujuan untuk mewujudkan generasi tangguh bencana. Peningkatan pemahaman
mengenai kebencanaan dapat dilakukan melalui kegiatan sosialisasi yang dapat mengedukasi
dengan tujuan dapat mengurangi risiko terjadi bencana di suatu wilayah.

3.2 Saran

Dengan Selesainya makalah ini, maka penulis mengharap kepada pembaca sekiranya
menemukan kesalahan pada makalah ini. Sebab penulis bukanlah orang yang sempurna yang
tidak lepas dari sifat kekeliruan, sehingga penulis juga bisa melalukan kesalahan . Saran dan
kritik dari pembaca yang sifatnya membangun semangat bagi sipenulis maka akan selalu
ditunggu oleh penulis. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, mohon maaf
atas segala kesalahan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Hossain, N., & Kumar, S. (2018). Vulnerability Factors and Effectiveness of Disaster Mitigation
Measures in the Bangladesh Coast. Earth Systems and Environment, 2(1), 55–65.
https://doi.org/10.1007/s41748-018-0034-1

Meutia, Z. D. (2022). Natural Landscape Planning as Tsunami Disaster Mitigation : A Case in


Uleu Lheue , Banda Aceh , Indonesia. 2021, 1–14.

Sabir, A. (n.d.). ISSN ISSN. 58–80.

Chikoto, G. L., Sadiq, A., & Fordyce, E. (2013). Disaster mitigation.


https://doi.org/10.1177/0899764012452042

Pahleviannur, M. R. (2019). SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN SISWA.


29(1), 49–55.

Wikantiyoso, R., Utara, S., & Barat, S. (2010). Mitigasi Bencana Di Perkotaan ; Adaptasi Atau
Antisipasi Perencanaan Dan Perancangan Kota ? ( Potensi Kearifan Lokal Dalam
Perencanaan Dan Perancangan Kota Untuk Upaya Mitigasi Bencana ). 18–29.

Studi, P., Wilayah, P., Teknik, F., Pakuan, U., Pakuan, J., Pakuan, U., & Pakuan, J. (2016).
KECAMATAN SALAWU KABUPATEN TASIKMALAYA ( Disaster Mitigation on
Traditional Community Against Climate Change in Kampong Naga Subdistrict Salawu
Tasikmalaya District ) Prodi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup , Program
Pascasarjana , Penulis korespondensi . Tel : 0251-811007 . Email :
indartikade@gmail.com . 23(1), 129–135.

Anda mungkin juga menyukai