Anda di halaman 1dari 19

PERSIAPAN MITIGASI BENCANA

Disusun oleh

1. Aminah
2. Nora sinurat
3. Rina Hastuti
4. Siti zaharah
5. Winda agnesia

Dosen pembimbing Yusnaini Siagin S.Kep, Ns M Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANGTUAH
TANJUNG PINANG
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan Rahmat dan KaruniaNya sehingga kelompok dapat menyelesaikan penyusunan
makalah dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
mahasiswa mampu menjelaskan PERSIAPAN DAN MITIGASI BENCANA “ Kami juga
mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada dosen ibu Yusnaini Siagin S.Kep, Ns M
Kep Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca, sehingga kami dapat memeperbaiki bentuk maupun isi makalah sehingga kedepannya
lenih baik lagi. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang masih
kurang. Oleh Karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan -
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini..

Kute siantan, 9 mei 2023

Penulis

DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar belakang
Bab II Pembahasan
A. Pengertian dari mitigasi bencana
B. Jenis jenis mitigasi
C. Tujuan dan metode mitigasi
D. Bahaya bahay dan pengaruh mitigasi bencana
E. Kebijakan dan strategi dalam mitigasi bencana
F. Manajemen mitigasi bencana
G. Kegiatan mitigasi bencana
H. Langkah langkah yang harus dilakukan bila terjadi suatu bencana
Daftar pustaka

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Penelitian Indonesia merupakan negara yang kaya sumber daya alam, namun

posisi geografis Indonesia telah menempatkannya sebagai salah satu wilayah yang rawan

terhadap bahaya alam maupun bencana alam. Bencana alam adalah bencana yang

diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara

lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan

tanah longsor (BNPB, 2018). Indonesia yang juga terletak di daerah iklim tropis

menyebabkannya memiliki dua musim, yaitu kemarau dan hujan. Dampak dari letak

tersebut, Indonesia menempati urutan ketiga di dunia sebagai negara yang paling rawan

dan sering mengalami bencana banjir, setelah India dan China. Curah hujan yang tinggi

menyebabkan ketersediaan air untuk menunjang kebutuhan penduduk sehari-hari sangat

melimpah (dampak positif). Namun dengan adanya air yang melimpah dapat

menyebabkan luapan pada sungai-sungai dan pada akhirnya menyebabkan banjir

(dampak negatif).
Pengelolaan bencana di Indonesia diatur pada Undang-Undang Republik
Indonesia No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Berlakunya undang-
undang tersebut diharapkan menejemen terhadap penanggulangan bencana menjadi lebih
baik dan optimal. Penanggulangan bencana sangat diperlukan untuk mengurangi dampak
yang ditimbulkan. Upaya penanggulangan adalah bagian yang tak terpisahkan dari
pembangunan nasional pada suatu negara. Upaya tersebut meliputi serangkaian tahapan,
yaitu; upaya penanggulangan bencana sebelum terjadinya bencana atau yang dikenal
dengan pra-bencana, upaya yang dapat dilakukan yaitu, mitigasi dan kesiapsiagaan.
Sedangkan upaya yang dilakukan ketika bencana terjadi ataupun setelah terjadinya
bencana yang disebut pasca bencana. Upaya yang dapat dilakukan saat bencana terjadi
adalah tanggap darurat/respon dan ketika pascabencana adalah rehabilitasi dan
reskonstruksi. Pemerintah menjadi elemen dan stakeholder utama yang memiliki kuasa
dan memiliki tanggung jawab terhadap penyelenggaraan penanggulangan bencana
(Samad, 2018). Penanggulangan bencana merupakan tanggung jawab bersama antara
masyarakat, pemerintah dan lembaga lainnya, karenanya seluruh proses persiapan dan
penanganan hingga pemulihannya juga harus dilakukan bersama. Dalam hal ini yang
terpenting adalah kesiapan masyarakat, karena pihak pertama yang akan menghadapi
atau terkena dampaknya adalah masyarakat itu sendiri. Berkenaan dengan upaya
mengurangi dampak bencana banjir yang dapat dilakukan adalah dengan persiapan
menghadapi bencana mulai dari peringatan dini untuk meningkatkan kewaspadaan
masyarakat sampai pada persiapan pengelolaan 3 pengungsi jika bencana telah terjadi
sehingga korban jiwa dan harta benda dapat dicegah dan dikurangi. Salah satu solusi
terhadap permasalahan ancaman bencana alam banjir yang dapat merugikan secara
materi dan immateri dapat melalui kegiatan sosialisasi dan simulasi kesiapsiagaan
bencana alam banjir (Aini & Pristiwandono, 2017) Partisipasi masyarakat dalam
pembangunan merupakan salah satu elemen penting dan mutlak diperlukan dalam rangka
pembangunan terlebih jika dikatakan dengan paradigma pembangunan yang kini telah
menempatkan masyarakat sebagai sentral dalam pembangunan yang tidak hanya
memandang masyarakat sebagai objek yang akan dibangun tetapi sebagai subjek dari
pembangunan itu sendiri. Begitu pula pada penanggulangan bencana yang bukan hanya
sekedar tugas pemerintah, namun peran masyarakat juga sangat penting. Akan tetapi
pada pelaksanaanya partisipasi masyarakat masih sangat kurang dan lebih banyak
bergantung pada pemerintah serta lembaga penanggulangan bencana lainnya.
Kesiapsiagaan masyarakat dalam penanggulangan bencana memiliki peran yang cukup
penting, karena akan berpengaruh pada tindakan masyarakat ketika bencana terjadi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mitigasi Bencana


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mitigasi adalah kata benda yang
memiliki dua makna tergantung konteks penggunaannya. Makna pertama, mitigasi adalah upaya
menjadikan berkurang kekasaran atau atau kesuburannya (tentang tanah dan sebagainya).
Sedangkan makna kedua, mitigasi adalah tindakan mengurangi dampak bencana.

Mitigasi adalah kata yang memiliki padanan kata dalam bahasa Inggris, mitigation.
Definisi mitigation bahasa Inggris, mitigasi adalah tindakan mengurangi keparahan, keseriusan,
atau rasa sakit dari sesuatu.

Menurut Cambridge Dictionary, mitigasi adalah tindakan mengurangi seberapa


berbahaya, tidak menyenangkan, atau buruknya sesuatu. Sementara itu menurut Merriam-
Webster, mitigasi adalah tindakan mengurangi sesuatu atau keadaan yang dikurangi: proses atau
hasil membuat sesuatu yang kurang parah, berbahaya, menyakitkan, keras, atau merusak.

Mitigasi Bencana merupakan upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko dan dampak
yang diakibatkan oleh bencana terhadap masyarakat di kawasan rawan bencana, baik itu bencana
alam, bencana ulah manusia maupun gabungan dari keduanya dalam suatu negara atau
masyarakat.

Dari sejumlah definisi tersebut ada kesamaan komponen makna, yakni mengurangi
sesuatu yang terkait dengan risiko, dampak, buruk, atau hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan
kata lain, bisa dikatakan bahwa mitigasi adalah serangkaian upaya yang dilakukan untuk
mengurangi risiko, dampak buruk atau hal lain yang tidak diinginkan, akibat dari suatu peristiwa,
yang umumnya adalah bencana.

B. Jenis jenis mitigasi

Mitigasi bencana dibagi menjadi dua jenis yaitu mitigasi struktural dan mitigasi non-struktural.
Masing-masing jenis mitigasi bencana mempunyai karakteristik dan bentuknya yang akan kita
ulas pada pembahasan di bawah ini.

1. Mitigasi structural

Usaha dalam mengurangi bencana dengan membangun berbagai sarana dan prasarana
fisik menggunakan teknologi. Salah satu contohnya dengan membangun waduk guna
mencegah bencana banjir, membuat alat pendeteksi aktivitas gunung berapi, bangunan
yang tahan gempa, menciptakan early warning  system untuk mendeteksi gelombang
tsunami.  Mitigasi bencana struktural adalah sebuah upaya untuk mengurangi kerentanan
bencana dengan rekayasa teknis bangunan tahan bencana

Bangunan tahan bencana adalah bangunan yang telah memenuhi berbagai standar yang
ditentukan, sehingga bangunan tersebut mampu bertahan atau mengalami kerusakan yang
tidak cukup membahayakan apabila terjadi bencana. Sedangkan, rekayasa teknis adalah
prosedur perancangan struktur bangunan yang telah memperhitungkan berbagai macam
karakteristik aksi dari bencana.

2. Mitigasi Non-Struktural

Mitigasi bencana non-struktural adalah jenis mitigasi yang dilakukan selain dengan
pembangunan prasarana fisik. Bentuk mitigasi ini bisa dilakukan melalui pembentukan
peraturan oleh pemerintah dan lain sebagainya.  Upaya mitigasi bencana non-struktural
biasanya dilakukan di daerah-daerah yang rawan bencana dan sekitarnya. Tujuan dari
mitigasi ini agar masyarakat tetap mampu berkegiatan dan beraktivitas tanpa adanya rasa
takut yang berlebihan, sehingga mereka merasa aman dan nyaman.  Pihak
Pihak pemerintah melalui Badan Standardisasi Nasional (BSN) menerapkan mitigasi
struktural dengan mengeluarkan kebijakan Standar Nasional Indonesia (SNI) bangunan
tahan gempa. Kebijakan tersebut terdapat dalam SNI 1726:2019 mengenai tata cara
perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dan non gedung. 
Terlebih lagi, struktur bangunan harus memenuhi persyaratan minimum menyangkut
beban, tingkat bahaya, kriteria terkait, dan sarana kerja yang diperkirakan untuk
bangunan gedung, struktur lain, dan komponen non struktural yang memenuhi
persyaratan peraturan bangunan. 

C. Metode dan Tujuan Mitigasi


Tujuan dari strategi mitigasi adalah untuk mengurangi kerugian-kerugian pada
saat terjadinya bahaya pada masa mendatang. Tujuan utama adalah untuk mengurangi
risiko kematian dan cedera terhadap penduduk. Tujuan-tujuan sekunder mencakup
pengurangan kerusakan dan kerugian-kerugian ekonomi yang ditimbulkan
terhadap infrastruktur sektor publik dan mengurangi kerugian-kerugian ekonomi yang
ditimbulkan terhadap infrastruktur sektor publik dan mengurangi kerugian-kerugian
sektor swasta sejauh hal-hal itu mungkin mempengaruhii masyarakat secara keseluruhan.
Tujuan-tujuan ini mungkin mencakup dorongan bagi orang-orang untuk melindungi diri
mereka sejauh mungkin.
Tujuan utama (ultimate goal) dari Mitigasi Bencana adalah sebagai berikut:
a. Mengurangi risiko/dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya bagi penduduk,
seperti korban jiwa (kematian), kerugian ekonomi (economy costs) dan kerusakan sumber
daya alam.
b. Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan.
c. Meningkatkan pengetahuan masyarakat (public awareness) dalam menghadapi serta
mengurangi dampak/risiko bencana, sehingga masyarakat dapat hidup dan bekerja
dengan aman.

Pertimbangan dalam Menyusun Program Mitigasi (khususnya di Indonesia):

a. Mitigasi bencana harus diintegrasikan dengan proses pembangunan


b. Fokus bukan hanya dalam mitigasi bencana tapi juga pendidikan, pangan, tenaga kerja,
perumahan dan kebutuhan dasar lainnya.
c. Sinkron terhadap kondisi sosial, budaya serta ekonomi setempat
d. Dalam sektor informal, ditekankan bagaimana meningkatkan kapasitas masyarakat untuk
membuat keputusan, menolong diri sendiri dan membangun sendiri.
e. Menggunakan sumber daya dan daya lokal (sesuai prinsip desentralisasi)
f. Mempelajari pengembangan konstruksi rumah yang aman bagi golongan masyarakat
kurang mampu, dan pilihan subsidi biaya tambahan membangun rumah.
g. Mempelajari teknik merombak (pola dan struktur) pemukiman.
h. Mempelajari tata guna lahan untuk melindungi masyarakat yang tinggal di daerah yang
rentan bencana dan kerugian, baik secara sosial, ekonomi, maupun implikasi politik.
i. Mudah dimengerti dan diikuti oleh masyarakat.
D. Bahaya bahaya dan pengaruh pengaruh mitigasi bencana

Bagian paling kritis dari Pelaksanaan mitigasi adalah pemahaman penuh akan
sifat bencana. Dalam setiap negara dan dalam setiap daerah, tipe bahaya-bahaya yang
dihadapi berbeda-beda. Beberapa negara rentan terhadap banjir, yang lain mempunyai
sejarah-sejarah tentang kerusakan badai tropis, dan yang lain dikenal sebagai daerah
gempa bumi. Kebanyakan negara rentan terhadap beberapa kombinasi dari berbagai
bahaya dan semua menghadapi kemungkinan bencana-bencana teknologi sebagai akibat
kemajuan pembangunan industri. Pengaruh dari bahaya-bahaya yang mungkin muncl dan
kerusakan yang mungkin diakibatkan tergatung pada apa yang ada di daerah itu.
Pemahaman dari bahaya-bahaya alam dan proses-proses yang menyebabkan
bahaya-bahaya itu adalah tanggung jawab dari para ahli seismologi, vulkanologi,
klimatologi, hidrologi dan para ilmuwan lainnya. Pengaruh dari bahaya alam terhadap
bangunan-bangunan dan lingkungan buatan manusia merupakan bahan kajian dari para
insinyur dan para ahli risiko. Kematian dan luka yang disebabkan oleh bencana-bencana
dan konsekuensi-konsekuensi dari kerusakan sehubungan dengan gangguan masyarakat
dan dampak-dampaknya terhadap ekonomi menjadi bidang penelitian bagi para praktisi
medis, ekonomi dan ilmu social, ilmu pengetahuan masih relative muda, contohnya,
sebagian besar catatan dari gempa yang menimbulkan kerusakan dengan menggunakan
instrumen-instrumen pembaca gerakan kuat diperoleh kurang lebih tiga puluh delapan
tahun yang lalu, dan hanya semenjak adanya foto satelit badai-badai ropis sudah bisa
secara rutin melacak.

Pemahaman bahaya-bahaya mencakup tentang:

a. Bagaimana bahaya itu muncul


b. Kemungkinan terjadi dan besarnya
c. Mekanisme fisik kerusakan
d. Elemen-elemen dan aktivitas-aktivitas yang paling rentan terhadap pengaruh-
pengaruhnya.
e. Konsekuensti-konsekuensi kerusakan

E. Kebijakan dan Strategi Mitigasi Bencana


1. Kebijakan
Berbagai kebijakan yang perlu ditempuh dalam mitigasi bencana antara lain:
1. Dalam setiap upaya mitigasi bencana perlu membangun persepsi yang sama bagi
semua pihak baik jajaran aparat pemerintah maupun segenap unsur masyarakat yang
ketentuan langkahnya diatur dalam pedoman umum, petunjuk pelaksanaan dan
prosedur tetap yang dikeluarkan oleh instansi yang bersangkutan sesuai dengan
bidang tugas unit masing-masing.
2. Pelaksanaan mitigasi bencana dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinir yang
melibatkan seluruh potensi pemerintah dan masyarakat.
3. Upaya preventif harus diutamakan agar kerusakan dan korban jiwa dapat
diminimalkan.
4. Penggalangan kekuatan melalui kerjasama dengan semua pihak, melalui
pemberdayaan masyarakat serta kampanye.
2.Strategi Mitigasi bencana

Untuk melaksanakan kebijakan dikembangkan beberapa strategi sebagai berikut:

1) Pemetaan.

Langkah pertama dalam strategi mitigasi ialah melakukan pemetaan daerah rawan
bencana. Pada saat ini berbagai sektor telah mengembangkan peta rawan bencana. Peta
rawan bencana tersebut sangat berguna bagi pengambil keputusan terutama dalam
antisipasi kejadian bencana alam. Meskipun demikian sampai saat ini penggunaan peta
ini belum dioptimalkan. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, diantaranya adalah:

a. Belum seluruh wilayah di Indonesia telah dipetakan


b. Peta yang dihasilkan belum tersosialisasi dengan baik
c. .Peta bencana belum terintegrasi
d. Peta bencana yang dibuat memakai peta dasar yang berbeda beda sehingga menyulitkan
dalam proses integrasinya.
2) Pemantauan.
Dengan mengetahui tingkat kerawanan secara dini, maka dapat dilakukan antisipasi
jika sewaktu-waktu terjadi bencana, sehingga akan dengan mudah melakukan
penyelamatan. Pemantauan di daerah vital dan strategis secara jasa dan ekonomi
dilakukan di beberapa kawasan rawan bencana.

3 Penyebaran informasi

Penyebaran informasi dilakukan antara lain dengan cara: memberikan poster dan leaflet kepada
Pemerintah Kabupaten/Kota dan Provinsi seluruh Indonesia yang rawan bencana, tentang tata
cara mengenali, mencegah dan penanganan bencana. Memberikan informasi ke media cetak dan
elektronik tentang kebencanaan adalah salah satu cara penyebaran informasi dengan tujuan
meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana geologi di suatu kawasan tertentu. Koordinasi
pemerintah daerah dalam hal penyebaran informasi diperlukan mengingat Indonesia sangat luas.

4) Sosialisasi dan Penyuluhan

Sosialisasi dan penyuluhan tentang segala aspek kebencanaan kepada SATKOR-LAK PB,
SATLAK PB, dan masyarakat bertujuan meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan menghadapi
bencana jika sewaktu-waktu terjadi. Hal penting yang perlu diketahui masyarakat dan
Pemerintah Daerah ialah mengenai hidup harmonis dengan alam di daerah bencana, apa yang
perlu ditakukan dan dihindarkan di daerah rawan bencana, dan mengetahui cara menyelamatkan
diri jika terjadi bencana.

5) Pelatihan/Pendidikan

Pelatihan difokuskan kepada tata cara pengungsian dan penyelamatan jika terjadi bencana.
Tujuan latihan lebih ditekankan pada alur informasi dari petugas lapangan, pejabat teknis,
SATKORLAK PB, SATLAK PB dan masyarakat sampai ke tingkat pengungsian dan
penyelamatan korban bencana. Dengan pelatihan ini terbentuk kesiagaan tinggi menghadapi
bencana akan terbentuk.

6) Peringatan Dini

Peringatan dini dimaksudkan untuk memberitahukan tingkat kegiatan hasil pengamatan secara
kontinu di suatu daerah rawan dengan tujuan agar persiapan secara dini dapat dilakukan guna
mengantisipasi jika sewaktu—waktu terjadi bencana. Peringatan dini tersebut disosialisasikan
kepada masyarakat melalui pemerintah daerah dengan tujuan memberikan kesadaran masyarakat
dalam menghindarkan diri dari bencana. Peringatan dini dan hasil pemantauan daerah rawan
bencana berupa saran teknis dapat berupa antana lain pengalihan jalur jalan (sementara atau
seterusnya), pengungsian dan atau relokasi, dan saran penanganan lainnya.

F. Manajemen Mitigasi Bencana

a) Penguatan institusi penanganan bencana.

b) Meningatkan kemampuan tanggap darurat.

c) Meningkatkan kepedulian dan kesiapan masyarakat pada masalah-masalah yang berhubungan


dengan risiko bencana.

d) Meningkatkan keamanan terhadap bencana pada sistem infrastruktur dan utilitas.

e) Meningkatkan keamanan tehadap bencana pada bangunan strategis dan penting.

f) Meningkatkan keamanan terhadap bencana daerah perumahan dan fasilitas umum.

g) Meningkatkan keamanan terhadap bencana pada bangunan industri.

h) Meningkatkan keamanan terhadap bencana pada bangunan sekolah dan anak-anak sekolah.

i) Memperhatikan keamanan terhadap bencana dan kaidah-kaidah bangunan tahan gempa dan
tsunami serta banjir dalam proses pembuatan konstruksi baru.

j) Meningkatkan pengetahuan para ahli mengenai fenomena bencana, kerentanan terhadap


bencana dan teknik-teknik mitigasi.

k) Memasukkan prosedur kajian risiko bencana kedalam perencanaan tata ruang/ tata guna lahan.

l) Meningkatkan kemampuan pemulihan masyarakat dalam jangka panjang setelah terjadi


bencana

Bagian paling kritis dari Pelaksanaan mitigasi adalah pemahaman penuh akan sifat bencana.
Dalam setiap negara dan dalam setiap daerah, tipe bahaya-bahaya yang dihadapi berbeda-beda.
Beberapa negara rentan terhadap banjir, yang lain mempunyai sejarah-sejarah tentang kerusakan
badai tropis, dan yang lain dikenal sebagai daerah gempa bumi. Kebanyakan negara rentan
terhadap beberapa kombinasi dari berbagai bahaya dan semua menghadapi kemungkinan
bencana-bencana teknologi sebagai akibat kemajuan pembangunan industri. Pengaruh dari
bahaya-bahaya yang mungkin muncl dan kerusakan yang mungkin diakibatkan tergatung pada
apa yang ada di daerah itu.
Pemahaman bahaya-bahaya mencakup tentang:

a) Bagaimana bahaya itu muncul

b) Kemungkinan terjadi dan besarnya

c) Mekanisme fisik kerusakan

d) Elemen-elemen dan aktivitas-aktivitas yang paling rentan terhadap pengaruh-pengaruhnya.

e) Konsekuensi-konsekuensi kerusakan

G. Kegiatan mitigasi

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor non
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana dapat berupa
kebakaran, tsunami, gempa bumi, letusan gunung api, banjir, longsor, badai tropis, dan lainnya.
Oleh karena itu peran mitigasi bencana sangat diperlukan agar dapat mengurangi dampak dari
bencana yang terjadi. Adapun beberapa Kegiatan mitigasi bencana di antaranya:

1. pengenalan dan pemantauan risiko bencana;

2. perencanaan partisipatif penanggulangan bencana;

3. pengembangan budaya sadar bencana;

4. penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan bencana;

5. identifikasi dan pengenalan terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana;

6. pemantauan terhadap pengelolaan sumber daya alam;

7. pemantauan terhadap penggunaan teknologi tinggi;

8. pengawasan terhadap pelaksanaan tata ruang dan pengelolaan lingkungan hidup

9. kegiatan mitigasi bencana lainnya. Robot sebagai perangkat bantu manusia, dapat
dikembangkan untuk turut melakukan mitigasi bencana. Robot mitigasi bencana bekerja untuk
mengurangi risiko terjadinya bencana.

Contoh robot mitigasi bencana diantaranya:


a. robot pencegah kebakaran b. robot pendeteksi tsunami c. robot patroli/pemantau rumah atau
gedung d. robot pemantau gunung api e. robot penghijauan e. robot pembersih sungai f. robot
assistant untuk penyuluhan bencana g. robot mitigasi bencana lainnya

Berdasarkan siklus waktunya, kegiatan penanganan bencana dapat dibagi 4 kategori:

1. kegiatan sebelum bencana terjadi (mitigasi)

2. kegiatan saat bencana terjadi (perlindungan dan evakuasi)

3. kegiatan tepat setelah bencana terjadi (pencarian dan penyelamatan)

4. kegiatan pasca bencana (pemulihan/penyembuhan dan perbaikan/rehabilitasi) Bila dilihat dari


defisini, mitigasi berarti kegiatan yang dilakukan sebelum bencana terjadi, untuk mencegah atau
mengurangi dampak risiko bencana.

H. Langkah-langkah yang dilakukan dalam Mitigasi Bencana.

a) Bencana Banjir

Secara lebih rinci upaya pengurangan bencana banjir antara lain:

1) Pengawasan penggunaan lahan dan perencanaan lokasi untuk menempatkan fasilitas vital
yang rentan terhadap banjir pada daerah yang aman.

2) Penyesuaian desain bangunan di daerah banjir harus tahan terhadap banjir dan dibuat
bertingkat.

3) Pembangunan infrastruktur harus kedap air.

4) Pembangunan tembok penahan dan tanggul disepanjang sungai, tembok laut sepanjang pantai
yang rawan badai atau tsunami akan sangat membantu untuk mengurangi bencana banjir.

5) Pembersihan sedimen.

6) Pembangunan pembuatan saluran drainase.

7) Peningkatan kewaspadaan di daerah dataran banjir.

8) Desain bangunan rumah tahan banjir (material tahan air, fondasi kuat)

9) Meningkatkan kewaspadaan terhadap penggundulan hutan.


10) Pelatihan tentang kewaspadaan banjir seperti cara penyimpanan/pergudangan perbekalan,
tempat istirahat/ tidur di tempat yang aman (daerah yang tinggi).

b) Bencana Tanah Longsor

Secara lebih rinci upaya pengurangan bencana tanah longsor antara lain:

1) Pembangunan permukiman dan fasilitas utama lainnya menghindari daerah rawan


bencana.
2) relokasi.
3) Menyarankan pembangunan pondasi tiang pancang untuk menghindari
bahaya liquefaction
4) Menyarankan pembangunan pondasi yang menyatu, untuk menghindari penurunan yang
tidak seragam (differential settlement).
5) Menyarankan pembangunan utilitas yang ada di dalam tanah harus bersifat fleksibel.
6) Mengurangi tingkat keterjalan lereng.

c) Bencana Gunung Berapi

Secara lebih rinci upaya pengurangan bencana Gunung Api antara lain:

1) Perencanaan lokasi pemanfaatan lahan untuk aktivitas penting harus jauh atau di luar dari
kawasan rawan bencana.
2) Hindari tempat-tempat yang memiliki kecenderungan untuk dialiri lava dan atau lahan
3) Perkenalkan struktur bangunan tahan api.
4) Penerapan desain bangunan yang tahan terhadap tambahan beban akibat abu gunung api
5) Membuat barak pengungsian yang permanen, terutama di sekitar gunung api yang sering
meletus, misalnya G.Merapi (DIY, Jateng), G. Semeru (Jatim), G. Karangetang (Sulawesi
Utara) dsb.
6) Mensosialisasikan kepada masyarakat yang bermukim di sekitar gunung api harus
mengetahui posisi tempat tinggalnya pada Peta kawasan Rawan Bencana Gunung api
(penyuluhan).
7) Mensosialisasikan kepada masyarakat yang bermukim di sekitar gunung api hendaknya
paham cara menghindar dan tindakan yang harus dilakukan ketika terjadi letusan gunung
api (penyuluhan)
8) Mensosialisasikan kepada masyarakat agar paham arti dari peringatan dini yang
diberikan oleh aparat/Pengamat Gunung api (penyuluhan).
9) Mensosialisasikan kepada masyarakat agar bersedia melakukan koordinasi dengan
aparat/Pengamat Gunung api.

d) Bencana Gempa Bumi

Secara lebih rinci upaya pengurangan bencana Gempa Bumi antara lain:

1) Memastikan bangunan harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa.


2) Memastikan perkuatan bangunan dengan mengikuti standard kualitas bangunan.
3) Pembangunan fasilitas umum dengan standard kualitas yang tinggi.
4) Memastikan kekuatan bangunan-bangunan vital yang telah ada.
5) Rencanakan penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan hunian
di daerah rawan bencana.

e) Bencana Tsunami

Secara lebih rinci upaya pengurangan bencananya antara lain:

1) Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan tenhadap bahaya tsunami.


2) Pendidikan kepada masyarakat tentang karakteristik dan pengenalan bahaya tsunami.
3) Pembangunan tsunami Early Warning System.
4) Pembangunan tembok penahan tsunami pada garis pantai yang berisiko.
5) Penanaman mangrove serta tanaman lainnya sepanjang garis pantai meredam gaya air
tsunami.
6) Pembangunan tempat-tempat evakuasi yang aman di sekitar daerah pemukiman. Tempat/
bangunan ini harus cukup tinggi dan mudah diakses untuk menghidari ketinggian
tsunami.

f) Bencana Kebakaran

Secara lebih rinci upaya pengurangan bencananya antara lain:

1) Pembuatan dan sosialisasi kebijakan Pencegahan dan Penanganan Kebakaran.


2) Peningkatan penegakan hukum.
3) Pembentukan pasukan pemadaman kebakaran khususnya untuk penanganan
kebakaran secara dini.
4) Pembuatan waduk-waduk kecil, Bak penampungan air dan Hydran untuk
pemadaman api.
5) Melakukan pengawasan pembakaran lahan untuk pembukaan lahan secara ketat.
6) Melakukan penanaman kembali daerah yang telah terbakar dengan tanaman yang
heterogen.
7) Meningkatkan partisipasi aktif dalam pemadaman awal kebakaran di daerahnya.

g) Bencana Kekeringan

Secara lebih rinci upaya pengurangan bencananya antara lain:

1) Perlu melakukan pengelolaan air secara bijaksana, yaitu dengan mengganti


penggunaan air tanah dengan penggunaan air permukaan dengan cara pembuatan
waduk, pembuatan saluran distribusi yang efisien.
2) Konservasi tanah dan pengurangan tingkat erosi dengan pembuatan check dam,
reboisasi.
3) Pengalihan bahan bakar kayu bakar menjadi bahan bakar minyak untuk
menghindari penebangan hutan/tanaman.
4) Pendidikan dan pelatihan.
5) Meningkatkan/memperbaiki daerah yang tandus dengan melaksanakan
pengelolaan Iahan, pengelolaan hutan, waduk peresapan dan irigasi.

h) Bencana Angin Siklon Tropis

Secara lebih rinci upaya pengurangan bencananya antara lain:

1) Memastikan struktur bangunan yang memenuhi syarat teknis untuk mampu


bertahan terhadap gaya angin.
2) Penerapan aturan standar bangunan yang memperhitungkan beban angin
khususnya di daerah yang rawan angin topan.
3) Penempatan lokasi pembangunan fasilitas yang penting pada daerah yang
terlindung dari serangan angin topan.
4) Penghijauan di bagian atas arah angin untuk meredam gaya angina
i) Bencana Wabah Penyakit

Secara lebih rinci upaya pengurangan bencananya antara lain:

1) Menyiapkan masyarakat secara luas termasuk aparat pemerintah khususnya di


jajaran kesehatan dan lintas sektor terkait untuk memahami risiko bila wabah
terjadi serta bagaimana cara-cara menghadapinya bila suatu wabah terjadi
melalui kegiatan sosialisasi yang berkesinambungan.
2) Menyiapkan produk hukum yang memadai untuk mendukung upaya-upaya
pencegahan, respon cepat serta penanganan bila wabah terjadi.
3) Menyiapkan infrastruktur untuk upaya penanganan seperti sumberdaya manusia
yang profesional, sarana pelayanan kesehatan, sarana komunikasi, transportasi,
logistik serta pembiayaan operasional.
4) Upaya penguatan surveilans epidemiologi untuk identifikasi faktor risiko dan
menentukan strategi intervensi dan penanganan maupun respon dini di semua
jajaran.

j) Bencana Konflik

Secara lebih rinci upaya pengurangan bencana akibat konflik antara lain:

1) Mendorong peran serta seluruh lapisan masyarakat dalam rangka memelihara


stabilitas ketentraman dan ketertiban
2) Mendukung kelangsungan demokratisasi politik dengan keberagaman aspirasi
politik, serta di tanamkan moral dan etika budaya politik berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945
3) Mengembangkan supremasi hukum dengan menegakkan hukum secara konsisten,
berkeadilan dan kejujuran.
4) Meningkatkan pemahaman dan penyadaran serta meningkatnya perlindungan
penghormatan, dan penegakkan HAM.
5) Meningkatkan kinerja aparatur negara dalam rangka mewujudkan aparatur negara
yang berfungsi melayani masyarakat, profesional, berdayaguna, produktif, transparan,
bebas dari KKN.

Daftar pustaka

https://lindungihutan.com/blog/penjelasan-lengkap-mitigasi-bencana/

https://bpbd.karanganyarkab.go.id/?p=603

https://repo.undiksha.ac.id/434/3/1414031022

Anda mungkin juga menyukai