Disusun oleh
1. Aminah
2. Nora sinurat
3. Rina Hastuti
4. Siti zaharah
5. Winda agnesia
Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan Rahmat dan KaruniaNya sehingga kelompok dapat menyelesaikan penyusunan
makalah dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
mahasiswa mampu menjelaskan PERSIAPAN DAN MITIGASI BENCANA “ Kami juga
mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada dosen ibu Yusnaini Siagin S.Kep, Ns M
Kep Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca, sehingga kami dapat memeperbaiki bentuk maupun isi makalah sehingga kedepannya
lenih baik lagi. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang masih
kurang. Oleh Karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan -
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini..
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar belakang
Bab II Pembahasan
A. Pengertian dari mitigasi bencana
B. Jenis jenis mitigasi
C. Tujuan dan metode mitigasi
D. Bahaya bahay dan pengaruh mitigasi bencana
E. Kebijakan dan strategi dalam mitigasi bencana
F. Manajemen mitigasi bencana
G. Kegiatan mitigasi bencana
H. Langkah langkah yang harus dilakukan bila terjadi suatu bencana
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penelitian Indonesia merupakan negara yang kaya sumber daya alam, namun
posisi geografis Indonesia telah menempatkannya sebagai salah satu wilayah yang rawan
terhadap bahaya alam maupun bencana alam. Bencana alam adalah bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara
lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan
tanah longsor (BNPB, 2018). Indonesia yang juga terletak di daerah iklim tropis
menyebabkannya memiliki dua musim, yaitu kemarau dan hujan. Dampak dari letak
tersebut, Indonesia menempati urutan ketiga di dunia sebagai negara yang paling rawan
dan sering mengalami bencana banjir, setelah India dan China. Curah hujan yang tinggi
melimpah (dampak positif). Namun dengan adanya air yang melimpah dapat
(dampak negatif).
Pengelolaan bencana di Indonesia diatur pada Undang-Undang Republik
Indonesia No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Berlakunya undang-
undang tersebut diharapkan menejemen terhadap penanggulangan bencana menjadi lebih
baik dan optimal. Penanggulangan bencana sangat diperlukan untuk mengurangi dampak
yang ditimbulkan. Upaya penanggulangan adalah bagian yang tak terpisahkan dari
pembangunan nasional pada suatu negara. Upaya tersebut meliputi serangkaian tahapan,
yaitu; upaya penanggulangan bencana sebelum terjadinya bencana atau yang dikenal
dengan pra-bencana, upaya yang dapat dilakukan yaitu, mitigasi dan kesiapsiagaan.
Sedangkan upaya yang dilakukan ketika bencana terjadi ataupun setelah terjadinya
bencana yang disebut pasca bencana. Upaya yang dapat dilakukan saat bencana terjadi
adalah tanggap darurat/respon dan ketika pascabencana adalah rehabilitasi dan
reskonstruksi. Pemerintah menjadi elemen dan stakeholder utama yang memiliki kuasa
dan memiliki tanggung jawab terhadap penyelenggaraan penanggulangan bencana
(Samad, 2018). Penanggulangan bencana merupakan tanggung jawab bersama antara
masyarakat, pemerintah dan lembaga lainnya, karenanya seluruh proses persiapan dan
penanganan hingga pemulihannya juga harus dilakukan bersama. Dalam hal ini yang
terpenting adalah kesiapan masyarakat, karena pihak pertama yang akan menghadapi
atau terkena dampaknya adalah masyarakat itu sendiri. Berkenaan dengan upaya
mengurangi dampak bencana banjir yang dapat dilakukan adalah dengan persiapan
menghadapi bencana mulai dari peringatan dini untuk meningkatkan kewaspadaan
masyarakat sampai pada persiapan pengelolaan 3 pengungsi jika bencana telah terjadi
sehingga korban jiwa dan harta benda dapat dicegah dan dikurangi. Salah satu solusi
terhadap permasalahan ancaman bencana alam banjir yang dapat merugikan secara
materi dan immateri dapat melalui kegiatan sosialisasi dan simulasi kesiapsiagaan
bencana alam banjir (Aini & Pristiwandono, 2017) Partisipasi masyarakat dalam
pembangunan merupakan salah satu elemen penting dan mutlak diperlukan dalam rangka
pembangunan terlebih jika dikatakan dengan paradigma pembangunan yang kini telah
menempatkan masyarakat sebagai sentral dalam pembangunan yang tidak hanya
memandang masyarakat sebagai objek yang akan dibangun tetapi sebagai subjek dari
pembangunan itu sendiri. Begitu pula pada penanggulangan bencana yang bukan hanya
sekedar tugas pemerintah, namun peran masyarakat juga sangat penting. Akan tetapi
pada pelaksanaanya partisipasi masyarakat masih sangat kurang dan lebih banyak
bergantung pada pemerintah serta lembaga penanggulangan bencana lainnya.
Kesiapsiagaan masyarakat dalam penanggulangan bencana memiliki peran yang cukup
penting, karena akan berpengaruh pada tindakan masyarakat ketika bencana terjadi.
BAB II
PEMBAHASAN
Mitigasi adalah kata yang memiliki padanan kata dalam bahasa Inggris, mitigation.
Definisi mitigation bahasa Inggris, mitigasi adalah tindakan mengurangi keparahan, keseriusan,
atau rasa sakit dari sesuatu.
Mitigasi Bencana merupakan upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko dan dampak
yang diakibatkan oleh bencana terhadap masyarakat di kawasan rawan bencana, baik itu bencana
alam, bencana ulah manusia maupun gabungan dari keduanya dalam suatu negara atau
masyarakat.
Dari sejumlah definisi tersebut ada kesamaan komponen makna, yakni mengurangi
sesuatu yang terkait dengan risiko, dampak, buruk, atau hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan
kata lain, bisa dikatakan bahwa mitigasi adalah serangkaian upaya yang dilakukan untuk
mengurangi risiko, dampak buruk atau hal lain yang tidak diinginkan, akibat dari suatu peristiwa,
yang umumnya adalah bencana.
Mitigasi bencana dibagi menjadi dua jenis yaitu mitigasi struktural dan mitigasi non-struktural.
Masing-masing jenis mitigasi bencana mempunyai karakteristik dan bentuknya yang akan kita
ulas pada pembahasan di bawah ini.
1. Mitigasi structural
Usaha dalam mengurangi bencana dengan membangun berbagai sarana dan prasarana
fisik menggunakan teknologi. Salah satu contohnya dengan membangun waduk guna
mencegah bencana banjir, membuat alat pendeteksi aktivitas gunung berapi, bangunan
yang tahan gempa, menciptakan early warning system untuk mendeteksi gelombang
tsunami. Mitigasi bencana struktural adalah sebuah upaya untuk mengurangi kerentanan
bencana dengan rekayasa teknis bangunan tahan bencana
Bangunan tahan bencana adalah bangunan yang telah memenuhi berbagai standar yang
ditentukan, sehingga bangunan tersebut mampu bertahan atau mengalami kerusakan yang
tidak cukup membahayakan apabila terjadi bencana. Sedangkan, rekayasa teknis adalah
prosedur perancangan struktur bangunan yang telah memperhitungkan berbagai macam
karakteristik aksi dari bencana.
2. Mitigasi Non-Struktural
Mitigasi bencana non-struktural adalah jenis mitigasi yang dilakukan selain dengan
pembangunan prasarana fisik. Bentuk mitigasi ini bisa dilakukan melalui pembentukan
peraturan oleh pemerintah dan lain sebagainya. Upaya mitigasi bencana non-struktural
biasanya dilakukan di daerah-daerah yang rawan bencana dan sekitarnya. Tujuan dari
mitigasi ini agar masyarakat tetap mampu berkegiatan dan beraktivitas tanpa adanya rasa
takut yang berlebihan, sehingga mereka merasa aman dan nyaman. Pihak
Pihak pemerintah melalui Badan Standardisasi Nasional (BSN) menerapkan mitigasi
struktural dengan mengeluarkan kebijakan Standar Nasional Indonesia (SNI) bangunan
tahan gempa. Kebijakan tersebut terdapat dalam SNI 1726:2019 mengenai tata cara
perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dan non gedung.
Terlebih lagi, struktur bangunan harus memenuhi persyaratan minimum menyangkut
beban, tingkat bahaya, kriteria terkait, dan sarana kerja yang diperkirakan untuk
bangunan gedung, struktur lain, dan komponen non struktural yang memenuhi
persyaratan peraturan bangunan.
Bagian paling kritis dari Pelaksanaan mitigasi adalah pemahaman penuh akan
sifat bencana. Dalam setiap negara dan dalam setiap daerah, tipe bahaya-bahaya yang
dihadapi berbeda-beda. Beberapa negara rentan terhadap banjir, yang lain mempunyai
sejarah-sejarah tentang kerusakan badai tropis, dan yang lain dikenal sebagai daerah
gempa bumi. Kebanyakan negara rentan terhadap beberapa kombinasi dari berbagai
bahaya dan semua menghadapi kemungkinan bencana-bencana teknologi sebagai akibat
kemajuan pembangunan industri. Pengaruh dari bahaya-bahaya yang mungkin muncl dan
kerusakan yang mungkin diakibatkan tergatung pada apa yang ada di daerah itu.
Pemahaman dari bahaya-bahaya alam dan proses-proses yang menyebabkan
bahaya-bahaya itu adalah tanggung jawab dari para ahli seismologi, vulkanologi,
klimatologi, hidrologi dan para ilmuwan lainnya. Pengaruh dari bahaya alam terhadap
bangunan-bangunan dan lingkungan buatan manusia merupakan bahan kajian dari para
insinyur dan para ahli risiko. Kematian dan luka yang disebabkan oleh bencana-bencana
dan konsekuensi-konsekuensi dari kerusakan sehubungan dengan gangguan masyarakat
dan dampak-dampaknya terhadap ekonomi menjadi bidang penelitian bagi para praktisi
medis, ekonomi dan ilmu social, ilmu pengetahuan masih relative muda, contohnya,
sebagian besar catatan dari gempa yang menimbulkan kerusakan dengan menggunakan
instrumen-instrumen pembaca gerakan kuat diperoleh kurang lebih tiga puluh delapan
tahun yang lalu, dan hanya semenjak adanya foto satelit badai-badai ropis sudah bisa
secara rutin melacak.
1) Pemetaan.
Langkah pertama dalam strategi mitigasi ialah melakukan pemetaan daerah rawan
bencana. Pada saat ini berbagai sektor telah mengembangkan peta rawan bencana. Peta
rawan bencana tersebut sangat berguna bagi pengambil keputusan terutama dalam
antisipasi kejadian bencana alam. Meskipun demikian sampai saat ini penggunaan peta
ini belum dioptimalkan. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, diantaranya adalah:
3 Penyebaran informasi
Penyebaran informasi dilakukan antara lain dengan cara: memberikan poster dan leaflet kepada
Pemerintah Kabupaten/Kota dan Provinsi seluruh Indonesia yang rawan bencana, tentang tata
cara mengenali, mencegah dan penanganan bencana. Memberikan informasi ke media cetak dan
elektronik tentang kebencanaan adalah salah satu cara penyebaran informasi dengan tujuan
meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana geologi di suatu kawasan tertentu. Koordinasi
pemerintah daerah dalam hal penyebaran informasi diperlukan mengingat Indonesia sangat luas.
Sosialisasi dan penyuluhan tentang segala aspek kebencanaan kepada SATKOR-LAK PB,
SATLAK PB, dan masyarakat bertujuan meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan menghadapi
bencana jika sewaktu-waktu terjadi. Hal penting yang perlu diketahui masyarakat dan
Pemerintah Daerah ialah mengenai hidup harmonis dengan alam di daerah bencana, apa yang
perlu ditakukan dan dihindarkan di daerah rawan bencana, dan mengetahui cara menyelamatkan
diri jika terjadi bencana.
5) Pelatihan/Pendidikan
Pelatihan difokuskan kepada tata cara pengungsian dan penyelamatan jika terjadi bencana.
Tujuan latihan lebih ditekankan pada alur informasi dari petugas lapangan, pejabat teknis,
SATKORLAK PB, SATLAK PB dan masyarakat sampai ke tingkat pengungsian dan
penyelamatan korban bencana. Dengan pelatihan ini terbentuk kesiagaan tinggi menghadapi
bencana akan terbentuk.
6) Peringatan Dini
Peringatan dini dimaksudkan untuk memberitahukan tingkat kegiatan hasil pengamatan secara
kontinu di suatu daerah rawan dengan tujuan agar persiapan secara dini dapat dilakukan guna
mengantisipasi jika sewaktu—waktu terjadi bencana. Peringatan dini tersebut disosialisasikan
kepada masyarakat melalui pemerintah daerah dengan tujuan memberikan kesadaran masyarakat
dalam menghindarkan diri dari bencana. Peringatan dini dan hasil pemantauan daerah rawan
bencana berupa saran teknis dapat berupa antana lain pengalihan jalur jalan (sementara atau
seterusnya), pengungsian dan atau relokasi, dan saran penanganan lainnya.
h) Meningkatkan keamanan terhadap bencana pada bangunan sekolah dan anak-anak sekolah.
i) Memperhatikan keamanan terhadap bencana dan kaidah-kaidah bangunan tahan gempa dan
tsunami serta banjir dalam proses pembuatan konstruksi baru.
k) Memasukkan prosedur kajian risiko bencana kedalam perencanaan tata ruang/ tata guna lahan.
Bagian paling kritis dari Pelaksanaan mitigasi adalah pemahaman penuh akan sifat bencana.
Dalam setiap negara dan dalam setiap daerah, tipe bahaya-bahaya yang dihadapi berbeda-beda.
Beberapa negara rentan terhadap banjir, yang lain mempunyai sejarah-sejarah tentang kerusakan
badai tropis, dan yang lain dikenal sebagai daerah gempa bumi. Kebanyakan negara rentan
terhadap beberapa kombinasi dari berbagai bahaya dan semua menghadapi kemungkinan
bencana-bencana teknologi sebagai akibat kemajuan pembangunan industri. Pengaruh dari
bahaya-bahaya yang mungkin muncl dan kerusakan yang mungkin diakibatkan tergatung pada
apa yang ada di daerah itu.
Pemahaman bahaya-bahaya mencakup tentang:
e) Konsekuensi-konsekuensi kerusakan
G. Kegiatan mitigasi
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor non
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana dapat berupa
kebakaran, tsunami, gempa bumi, letusan gunung api, banjir, longsor, badai tropis, dan lainnya.
Oleh karena itu peran mitigasi bencana sangat diperlukan agar dapat mengurangi dampak dari
bencana yang terjadi. Adapun beberapa Kegiatan mitigasi bencana di antaranya:
9. kegiatan mitigasi bencana lainnya. Robot sebagai perangkat bantu manusia, dapat
dikembangkan untuk turut melakukan mitigasi bencana. Robot mitigasi bencana bekerja untuk
mengurangi risiko terjadinya bencana.
a) Bencana Banjir
1) Pengawasan penggunaan lahan dan perencanaan lokasi untuk menempatkan fasilitas vital
yang rentan terhadap banjir pada daerah yang aman.
2) Penyesuaian desain bangunan di daerah banjir harus tahan terhadap banjir dan dibuat
bertingkat.
4) Pembangunan tembok penahan dan tanggul disepanjang sungai, tembok laut sepanjang pantai
yang rawan badai atau tsunami akan sangat membantu untuk mengurangi bencana banjir.
5) Pembersihan sedimen.
8) Desain bangunan rumah tahan banjir (material tahan air, fondasi kuat)
Secara lebih rinci upaya pengurangan bencana tanah longsor antara lain:
Secara lebih rinci upaya pengurangan bencana Gunung Api antara lain:
1) Perencanaan lokasi pemanfaatan lahan untuk aktivitas penting harus jauh atau di luar dari
kawasan rawan bencana.
2) Hindari tempat-tempat yang memiliki kecenderungan untuk dialiri lava dan atau lahan
3) Perkenalkan struktur bangunan tahan api.
4) Penerapan desain bangunan yang tahan terhadap tambahan beban akibat abu gunung api
5) Membuat barak pengungsian yang permanen, terutama di sekitar gunung api yang sering
meletus, misalnya G.Merapi (DIY, Jateng), G. Semeru (Jatim), G. Karangetang (Sulawesi
Utara) dsb.
6) Mensosialisasikan kepada masyarakat yang bermukim di sekitar gunung api harus
mengetahui posisi tempat tinggalnya pada Peta kawasan Rawan Bencana Gunung api
(penyuluhan).
7) Mensosialisasikan kepada masyarakat yang bermukim di sekitar gunung api hendaknya
paham cara menghindar dan tindakan yang harus dilakukan ketika terjadi letusan gunung
api (penyuluhan)
8) Mensosialisasikan kepada masyarakat agar paham arti dari peringatan dini yang
diberikan oleh aparat/Pengamat Gunung api (penyuluhan).
9) Mensosialisasikan kepada masyarakat agar bersedia melakukan koordinasi dengan
aparat/Pengamat Gunung api.
Secara lebih rinci upaya pengurangan bencana Gempa Bumi antara lain:
e) Bencana Tsunami
f) Bencana Kebakaran
g) Bencana Kekeringan
j) Bencana Konflik
Secara lebih rinci upaya pengurangan bencana akibat konflik antara lain:
Daftar pustaka
https://lindungihutan.com/blog/penjelasan-lengkap-mitigasi-bencana/
https://bpbd.karanganyarkab.go.id/?p=603
https://repo.undiksha.ac.id/434/3/1414031022