Anda di halaman 1dari 33

TUGAS KELOMPOK 8

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS KRITIS TERKAIT


GANGGUAN GANGGUAN SYSTEM ENDOKRIN

Oleh
FITRIYANI
VERAWATI
HERNI SURYANI PURBA
ALFIANA
RADIANSYAH
Latar Belakang
Sistem endokrin merupakan salah satu bagian dari berbagai sistem
tubuh yang mempunyai fungsi utama sebagai homeostasis berbagai
fungsi tubuh.

Kondisi kritis adalah suatu kondisi yang membutuhkan tindakan segera


untuk menanggulangi ancaman terhadap jiwa atau anggota badan seseorang
gota badan seseorang yang timbul secara tiba-tiba, keterlambatan penanganan
dapat membahayakan pasien, mengakibatkan terjadinya kecacatan atau
mengancam kehidupan Kritis pada sistem endokrin adalah keadaan gawat
darurat yang diakibatkan gangguan dari sistem endokrin, sehingga terjadi kondisi
mengancam jiwa seseorang yang memerlukan pertolongan segera agar tidak
terjadi kematian. Keadaan gawat darurat endokrin bisa diakibatkan oleh karena
terganggunya produksi hormon baik kelebihan maupun kekurangan produksi
hormon oleh suatu kelenjar endokrin..
1. Diabetic Ketoacidosis
• Definisi
Diabetic Ketoacidosis adalah keadaan gawat darurat akibat hipergilkemia
dimana terbentuk banyak asam dalam d arah. Kata keto berasal dari ketone
yang merupakan hasil pemecahan lemak oleh tubuh. Sedangkan acid adalah
tanda menumpuknya asam dalam darah karena adanya ketone.
Ketoacidosis diabetic merupakan akibat dari defisiensi berat insulin dan
disertai gangguan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Keadaan ini
terkadang disebut “akselerasi puasa” dan merupakan gangguan metabolisme
yang paling serius pada diabetes ketergantungan insulin.
• Etiologi
1. Stress fisik dan emosional, respon hormonal terhadap stress
2. Infeksi
• Manifestasi klinis
1. Nafas yang cepat dan dalam (nafas kusmaul)
2. Nafas bau keton atau aseton (seperti harumnya buah atau
sweet, fruity smell)
3. Nafsu makan turun
4. Mual, muntah
5. Demam
6. Nyeri perut
7. Berat badan turun
8. Capek,lemah
9. Bingung, mengantuk
10.Kesadaran menurun sampai koma
11.Tanda-tanda hiperglikemia
•Klasifikasi
Berdasarkan tingkat derajat asidosis, KAD dibagi menjadi :

KAD ringan pH<7,3 HCO3-< 15 mEq/L

KAD sedang pH<7,2 HCO3- <10 mEq/L

KAD berat pH<7,1 HCO3-<5mEq/L


• Pencegahan primer, sekunder dan tersier

1. Pencegahan primer
• Mempertahankan pola makan sehari-hari yang sehat dan
seimbang yaitu:
a) Meningkatkan konsumsi sayuran dan buah
b) Membatasi makanan tinggi lemak dan karbohidrat
sederhana
c) Mempertahankan berat badan normal/idaman sesuai
dengan umur dan tinggi badan

• Melakukan kegiatan jasmani yang cukup sesuai dengan


umur dan kemampuan.
• Menghindari obat yang bersifat diabetogenik.
2. Pencegahan sekunder

Upaya pencegahan sekunder dimulai dengan deteksi dini penyandang


Dm.
• Tetap melakukan pencegahan primer
• Pengendalian guladarah agar tidak terjadi komplikasi diabetes
• Mengatasi gula darah dengan obat-obatan baik oral maupun
suntikan

3. Pencegahan tersier
pemeriksaan pembuluh darah pada mata (pemeriksaan funduskopi
tiap 6-12 bulan), pemeriksaan otak, ginjal serta tungkai.
Asuhan Keperawatan Diabetic Ketoasidosis
1. Pengkajian

Anamnesis :
a. Riwayat DM
b. Poliuria, Polidipsi
c. Berhenti menyuntik insulin
d. Demam dan infeksi
e. Nyeri perut, mual, mutah
f. Penglihatan kabur
g. Lemah dan sakit kepala
2. Pemeriksan Fisik :

a) Ortostatik hipotensi (sistole turun 20 mmHg atau lebih saat


berdiri)
b) Hipotensi, Syok 
c) Nafas bau aseton (bau manis seperti buah)
d) Hiperventilasi : Kusmual (RR cepat, dalam)
e) Kesadaran bisa CM, letargi atau koma
f) Dehidrasi
3. Pengkajian gawat darurat :
a) Airways : kaji kepatenan jalan nafas pasien,
ada tidaknya sputum atau benda asing yangmenghalangi jalan
nafas
b) Breathing : kaji frekuensi nafas, bunyi nafas, ada tidaknya peng
gunaan otot bantupernafasan
c) Circulation : kaji nadi, capillary refill

4. Pengkajian head to toe
a) Data subyektif 
b) Data objektif
5. Diagnosa Keperawatan yang mungkin timbul
a) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan
kemampuan bernapas
b) Defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran 
cairan berlebihan (diuresisosmotic) akibat hiperglikemia
c) Risiko tinggi terjadinya ganguan pertukaran gas 
b/d peningkatan keasaman ( pHmenurun) akibat hiperglikemia,
glukoneogenesis, lipolysis
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan
dengan penurunan kemampuan bernapas

Intervensi:
02 04
a) Kaji status pernafasan dengan mendeteksi  pulmonal.
b) Berikan fisioterapi dada termasuk drainase postural
c) Penghisapan untuk pembuangan lendir.
d) Identifikasi kemampuan dan berikan keyakinan dalam bernafas
.
e) Kolaborasi dalam pemberian therapi medis
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan
pengeluaran cairan berlebihan (diuresisosmotic)
akibat hiperglikemia

Intervensi:
a) Observasi pemasukan dan pengeluaran  cairan setiap jam
b) Observasi kepatenan atau kelancaran  infus
c) Monitor TTV dan tingkat kesadaran tiap 15 menit, bila stabil
lanjutkan untuk setiap jam
d) Observasi turgor kulit, selaput mukosa, akral, pengisian kapiler
e) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Hiperglikemia hyperosmolar state (HHS)
Definisi
Hiperglikemia hyperosmolar state (HHS) adalah keadaan
daruratyang dapat mengancam jiwa yang disebabkan oleh
defisiensi insulin relative dan resistensi insulin yang signifikan,
mengakibatkan hiperglikemia parah dengan diuresis osmotic
yang berat yang menyebabkan dehidrasi dan hiperosmolaritas.

• Etiologi
Penyebab terjadinya hiperglikemia hyperosmolar state dapat
terjadi akibat stress berat yang berkaitan dengan penyakit
stroke.. IMA, pankreatitis, trauma, sepsis, luka bakar, dan
pneumonia.
Lansia merupakan kelompok yang sangat beresiko tinggi, terutama
pada lansia yang mengalami gangguan kognisi dan lansia yang
berada difasilitas perawatan kronis jangka panjang. Obat-obatan
sejenis kortikosteroid, diuretic tiazid, sedative, simatomimetik
memberikan efek yang tidak baik terhadap metabolism karbohidrat
dan menyebabkan gangguan glukosa. (Morton Patricia Gonce
Fontaine, M. Hudak and M.Gallo, 2011, pp. 1316-1317).
• Klasifikasi
a) Hiperglikemia sedang
Peningkatan kadar gula dalam darah pada fase awal dimana dalam
level > 126 mg/dl untuk gula darah puasa.

b) Hiperglikemia berat
Peningkatan kadar gula dalam darah pada level 200 mg/dl untuk
gula darah puasa setelah terjadi selama beberapa periodic ytanpa
adanya hypoglikemic medication.
• Pencegahan primer, sekunder dan tersier

a) Pencegahan primer
Pencegahan primer terdiri dari tindakan penyuluhan dan pengelolaan
yang ditujukan untuk kelompok masyarakat penderita DM.

b) Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat
timbulnya penyulit pada pasien yang telah terdiagnosis DM.
Asuhan Keperawatan Hiperglikemia
hyperosmolar state (HHS)
1. Pengkajian
Pengkajian HHS pada KGD didasarkan pada prinsip – prinsip skala
prioritas : Airway (A), Breating (B), Circulation (C), dan pengkajian
esensial yang lain.
Diagnosa dan Rencana Keperawatan
Risiko Ketidakstabilan gula darah Intervensi Standar Intervensi
Tujuan dan Kriteria Hasil Keperawatan Indonesia (
(Standar Luaran Keperawatan Indonesia SIKI )
(SLKI)

Ketidakstabilan gula darah Manajemen Hiperglikemia


Observasi
D.0038 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan
a. Identifikasi situasi yang
keperawatan 3X24 Jam diharapkan
menyebabkan kebutuhan insulin
kestabilan gula
darah membaik meningkat (mis. Penyakit
Kriteria Hasil: kambuhan)
Pengertian b. Monitor glukosa darah
Risiko terhadap variasi kadar glukosa 1. Kadargula darah membaik c. Monitor tanda dan gejala
hiperglikemia (mis.poliuria,
darah dari rentang normal 2. Jumlah urin membaik
3. Mengantuk menurun polidipsi, polifagia, kelemahan,
4. Pusing menurun malaise, pandangan kabur, sakit
kepala)
5. Lelah/lesu menurun
Terapeutik
6. Keluhan lapar menurun a. Berikan asupan cairan normal
(Tim Pokja SLKI, 2019)
    b. Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada atau memburuk
c. Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi
ortostostatik Edukasi
d. Anjurkan menghindari olahraga saat kadar
glukosa darah lebih dari 250 mg/dl
e. Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara
mandiri - Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan
olah raga
f. Ajarkan pengelolaan diabetes
(mis.penggunaan insulin,obat oral, monitor
asupan cairan penggantian karbohidrat
dan bantuan professional kesehatan).
Kolaborasi
g. Kolaborasi pemberian insulin
h. Kolaborasi pemberian cairan IV
i. Kolaborasi pemberian kalium
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
 
 
 

Perfusi Perifer tidak efektif Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (
(Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) SIKI )
23
Perfusi perifer tidak efektif Perawatan Sirkulasi
 
D.0009 Tujuan: Setelah dilakukan Observasi:
tindakan keperawatan 3X24 a. Periksa sirkulasi perifer
Jam diharapkan perfusi perifer
membaik b. Identifikasi faktor risiko
gangguan sirkulasi
c. Monitor panas
kemerahan,nyeri atau
bengkak pada ekstermitas
Teraupetik:
d. Hindari pemasangan infus
atau pengambilan darah
di area
keterbatasan perifer
e. Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstermitas dengan
keterbatasan perfusi
f. Hindari penekanan dan
pemasangan torniquet
pada area yang cedera
g. Lakukan pencegahan
infeksi
h. Lakukan Hidrasi Edukasi:
i. Anjurkan berhenti
merokok
j. Anjurkan berolahraga
rutin
Hipoglikemia

Definisi
Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah
berada dibawah normal, yang dapat terjadi karena
ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas
fisik dan obat-obatan yang digunakan.
• Etiologi
Hipoglikemia bisa disebabkan oleh :
Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pancreas
Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang
diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar
gula darahnya
Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan
glukosa dihati
Adapun penyebab hipoglikemia yaitu :
1. Dosis suntikan insulin yang terlalu banyak
2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit
3. Aktifitas terlalu berat
4. Minum alkohol tanpa disertai makan
5. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari
6. Penebalan dilokasi suntikan
7. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan
8. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa
9. Gangguan hormonal
10.Pemakaian aspirin dosis tinggi
11.Riwayat hipoglikemia sebelumnya
• Klasifikasi
Tipe hipoglikemia digolongkan menjadi
beberapa jenis yakni :

a) Transisi dini neonates (early transitional neonatal)


b) Hipoglikemia klasik sementara (classic transient neonatal)
c) Sekunder (secondary)
d) Berulang (recurrent) :
• Pengkajian Primer (Primary Survey)
Pemeriksaan fisik berdasarkan prinsip ABCD
 Secondary Survey
 Diagnosa Keperawatan
a) Resiko aspirasi b.d penurunan kesadaran
b) Resiko cidera b.d penurunan kesadaran dan gangguan
penglihatan
c) Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan
berlebih
d) Nyeri akut b.d vasodilatasi pembuluh  darah intracranial
e) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
f) Hambatan komunikasi verbal b.d efek adregenic: parestesia
bibir
 Intervensi Keperawatan
a) Resiko aspirasi b.d penurunan kesadaran
Tujuan                         : Tidak terjadi aspirasi
Kriteria Hasil               : Kesadaran meningkat, toleransi
pemberian makanan per oral tanpa aspirasi

No. Intervensi

1 Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk dan kemampuan menelan

2 Tempatkan pasien pada posisi semi fowler atau posisi kepala lebih

tinggi

3 Hindari pemberian cairan atau makanan per oral jika kesadaran klien

rendah

4 Monitor status paru


b) Resiko cidera b.d penurunan kesadaran dan
gangguan penglihatan
Tujuan             : Tidak terjadi cidera
Kriteria Hasil   : Resiko cidera berkurang/hilang

No Intervensi

1 Ciptakan lingkungan yang aman bagi klien, pidahkan perabotan yang dapat

membahayakan klien

2 Pasang pengaman pada sisi tempat tidur klien dan turunkan tinggi tempat tidur

klien

3 Berikan penerangan yang adekuat

4 Bantu klien dalam ambulasi


c) Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan
berlebih
Tujuan             : Kebutuhan cairan seimbang
Kriteria Hasil   : intake-output cairan seimbang, membrane
mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil

No Intervensi

1 Anjurkan pasien mengkonsumsi ciran sedikitnya 2500ml/hari atau

disesuaikan dengan kebutuhan cairan klien

2 Pantau masukan dan haluaran, pantau keseimbangan cairan

3 Evaluasi perubahan membran mukosa dan turgor kulit

4 Monitoring perubahan tanda-tanda vital

5 Kolaborasi untuk pemberian cairan tambahan melalui IV sesuai keperluan


d) Nyeri akut b.d vasodilatasi pembuluh  darah
intracranial
Tujuan             :  Nyeri berkurang/hilang
Kriteria Hasil   :  Skala nyeri berkurang, nyeri dapat
dikontrol
No. Intervensi

Istirahatkan klien di lingkungan yang tenang

Observasi tanda-tanda nyeri non-verbal seperti ekspresi wajah, posisi tubuh dan

gelisah

Berikan kompres hangat pada kepala

Kolaborasi pemberian analgesic

Anda mungkin juga menyukai