Anda di halaman 1dari 24

PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN (PAK)

UPT PUSKESMAS KABIL


BATAM
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, Panduan
Asuhan Keperawatan (PAK) dapat terselesaikan. Penulisan Panduan Asuhan Keperawatan (PAK) ini
dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di Puskesmas.

Baik atau tidaknya mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit sangat tergantung kepada seluruh
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Oleh karena itu, kami berharap melalui Panduan
Asuhan Keperawatan (PAK) ini dapat membantu terhadap peningkatan pelayanan keperawatan di
Puskesmas Kabil.

Pembuatan panduan ini tentu saja masih jauh dari sempurna baik secara konteks maupun konten
untuk itu kami membuka diri untuk saran dan kritik demi perbaikan ke depannya.

Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak memberikan konstribusi
dalam penyusunan panduan ini, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang
telah membantu. Semoga panduan ini bermanfaat bagi peningkatan pelayanan keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan di Puskesmas Kabil.

Batam , Juni 2023

Tim penyusun
DAFTAR ISI

PANDUAN ASUHAN KEPERAWATANError! Bookmark not defined.


AKUT MIOKARD INFARK (AMI)4
KEJANG DEMAM13
GASTROENTRITIS AKUT18
DIABETES MILITUS27
HIPERTENSI37
ASMA BRONKIAL47
STROKE
HEMORAGIK
CHF64
ULKUS DIABETIKUM73
LOW BACK PAIN80
DAFTAR PUSAKAError! Bookmark not defined.
PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN
(PAK)
DIABETES MELITUS
1. Pengertian Gangguan metabolic kronis yang tidak dapat disembuhkan
tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikan dengan
hiperglikemia karena defisiensi insulin atau ketidakadekuatan
penggunaan insulin
2. Anamnesa 1. Poliuria (peningkatan volume urine)
Keperawatan 2. Polidipsia (peningkatan rasa haus)
3. Polifagia
4. Berat badan turun
5. Mual
6. Rasa lelah dan kelemahan otot
7. Luka yang lama sembuh
8. Mata kabur
9. Kadar glukosa puasa
3. Standar Diagnosia 1. Ketidak stabilan kadar glukosa darah (D.0027)
keperawatan Indonesia 2. Defisit nutrisi (D.0019)
(SDKI)
3. Resiko syok (D.0039)
4. Resiko gangguan integritas kulit (D.0139)
4. Standar Luaran 1. Ketidak stabilan kadar glukosa darah
Keperawatan Indonesia (D.0027) Kestabilan kadar gula darah
(SLKI) (L.05022) Ekspektasi: kadar gula darah stabil
Kriteria hasil:
 Kesadaran meningkat

 Keluhan lapar menurun

 Lelah menurun

 Kadar gula darah membaik

2. Defisit nutrisi (D.0019)


Status nutrisi
(L.03030)

Ekspektasi: status nutrisi membaik


Kriteria hasil:
 Serum albumin meningkat

 Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat


meningkat
3. Resiko syok (D.0039)
Tingkat syok (L.03032)
Ekspektasi: syok membaik
Kriteri hasil:
 Kekuatan nadi meningkat
 Frekuensi nafas membaik

 Akral dingin menurun

4. Resiko gangguan integritas kulit


(D.0139) Integritas kulit dan jaringan
(L.14125) Ekspektasi: kulit dan jaringan
membaik Kriteria hasil:
 Elastisitas kulit membaik
 Perfusi jaringan meningkat

 Tekstur kulit membaik

 Jaringan parut menurun

5. Standar Intervensi 1. Ketidak stabilan kadar glukosa darah (D.0027)


keperawatan Indonesia a. Manajemen Hiperglikemia
(SIKI) (l.03115) Tindakan:
1) Observasi
 Identifikasi kemungkinan penyebab
hiperglikemia
 Identifikasi situasi yang menyebabkan
kebutuhan insulin meningkat (mis. penyakit
kambuhan)
 Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
 Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis.

poliuria, polidipsia, polifagia, kelemahan,


malaise, pandangan kabur, sakit kepala)
 Monitor intake dan output cairan

 Monitor keton urin, kadar analisa gas darah,


elektrolit tekanan darah ortostatik dan
frekuensi nadi
2) Terapeutik
 Berikan asupan cairan oral

 Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala


hiperglikemia tetap ada atau memburuk
 Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ostotatik

3) Edukasi
 Anjurkan menghindari olahraga saat kadar
glukosa darah lebih dari 250 mg/dl
 Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara
mandiri
 Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan
olahraga
 Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian
keton urine, jika perlu
 Ajarkan pengelolaan diabetes (mis.
Penggunaan insulin, bat oral, asupan cairan,
penggantian karbohidrat, dan bantuan
profesional keperawatan
4) Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
 Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
 Kolaborasi pemberian kaliun, jika perlu
b. Manajemen Hipoglikemia
(l.03115) Tindakan:
1) Observasi
 Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemia
 Identifikasi kemungkinan penyebab
hipoglikemia
2) Terapeutik
 Berikan karbohidrat sederhana, jika perlu
 Berikan glukagon, jika perlu
 Berikan karbohidrat komplek dan protein
sesuai diet
 Pertahankan kepatenan jalan nafas
 Pertahankan akses IV, jika perlu
 Hubungi layanan medis darurat, jika perlu
3) Edukasi
 Anjurkan membawa karbohidrat sederhana
setiap saat
 Anjurkan memakai identitas darurat yang tepat

 Anjurkan monitor kadar glukosa darah


 Anjurkan berdiskusi dengan tim perawat
diabetes tentang penyesuain program
pengobatan
 Jelaskan iteraksi antara diet, insulin/agen oral,
dan olahraga
 Ajarkan pengelolaan hipoglikemia (mis. tanda
dan gejala, faktor risiko, dan pengobatan
hipoglikemia)
 Ajarkan perawatan mandiri untuk mencegah
hipoglikemia (mis. mengurangi insulin/agen
oral dan atau meningkatkan asupan makanan
untuk berolahraga)
4) Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian dekstrose, jika perlu
 Kolaborasi pemberian glukagon, jika perlu
2. Defisit Nutrisi (D.0019)
Edukasi diet (l.12369)
Tindakan:
a. Observasi
 Identifikasi kemampuan pasien dan keluarga
menerima informasi
 Identifikasi tingkat pengetahuan saat ini

 Identifikasi kebiasaan pola makan saat ini dan


masa lalu
 Identifikasi persepsi pasien dan keluarga tentang
diet yang diprogramkan
 Identifikasi keterbatasan finansial untuk
menyediakan makanan
b. Terapeutik
 Persiapan materi, media dan alat praga jadwalkan
waktu yang tepat untuk memberikan pendidikan
kesehatan
 Berikan kesempatan pasien dan keluarga bertanya
 Sediakan rencana makan tertulis, jika perlu
c. Edukasi
 Jelaskan tujuan kepatuhan diet terhadap kesehatan
 Informasikan makanan yang diperbolehkan dan
dilarang
 Informasikan kemungkinan interaksi obat dan
makanan, jika perlu
 Anjurkan mempertahankan posisi semi fowler (30-
40 derajat) 20-30 menit setelah makan
 Anjurkan mengganti bahan makanan sesuai
dengan diet yang diprogramkan
 Anjurkan melakukan olahraga sesuai toleransi

 Ajarkan cara membaca lebel dan memilih makanan


yang sesuai
 Ajarkan cara merencanakan makanan yang sesuai
program
 Rekomendasikan resep makanan yang sesuai
dengan diet, jika perlu
d. Kolaborasi
 Rujuk keahli gizi dan sertakan keluarga, jika perlu
3. Resoki syok (D.0039)
a. Pencegahan syok
(l.02068) Tindakan:
1) Observasi
 Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan
kekuatan nadi, frekunsi napas, TD, MAP)
 Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi,
AGD)
 Monitor status cairan (masukan dan haluaran,
turgor kulit, CTR)
 Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil

 Periksa riwayat alergi

2) Terapeutik
 Berikan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen >94%
 Persipan intubasi dan ventilasi mekanis, jika
perlu
 Jalur pasang IV, jika perlu
 Pasang kateter urin untuk menilai produksi
urin, jika perlu
 Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi

3) Edukasi
 Jelaskan penyebab/faktor resiko syok

 Jelaskan tanda dan gejala awal syok


 Anjurkan melapor jika menemukan/
merasakan tanda dan gejala awal syok
 Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

 Anjurkan menghindari alergi

4) Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
 Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika
perlu
 Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu
b. Pemantauan cairan
Tindakan:
1) Observasi
 Monitor frekuensi dan kekuatan nadi

 Monitor frekuensi nafas

 Monitor tekanan darah

 Monitor berat badan


 Monitor waktu pengisian kapiler

 Monitor elastisitas atau turgor kulit

 Monitor jumlah, warna dan berat jenis urin

 Monitor kadar albumin dan protein total

 Monitor hasil pemeriksaan serum (mis.


osmolaritas serum, hematokrit, natrium,
kalium, BUN)
 Monitor intake dan output cairan
 Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis.
Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membran
mukosa kering, volume urin menurun,
hematokrik meningkat, haus, lemah,
konsenstrasi urin meningkat, berat badan
menurun dalam waktu singkat)
 Identifikasi tanda-tanda hipervolemia (mis.
dispnea, edema perifer edema anasarka, JVP
meningkat, CVP meningkat, refleks
hepatojugular positif, berat badan menurun
dalam waktu singkat)
 Identikasi faktor risiko ketidakseimbangan
cairan (mis. prosedur pendarahan mayor,
trauma/pendaraha, luka bakar, aferesis,
obstruksi intestinal, peradangan pangkreas,
pnyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi intestinal)
2) Terapeutik
 Atur interval waktu pemantauan sesuai
kondisi pasien
 Dokumentasi hasil pemantauan

3) Edukasi
 Jelaskantujuan dan prosedur pemantauan

 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu


4. Risiko gangguan Integritas Kulit/Jaringan
(D.0139) Perawatan Integritas Kulit (l.11353)
Tindakan:
a. Observasi
 Identifikasi penyebabgangguan integritas kulit (mis
perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi,
penurunan kelembaban, suhu lingkungan ekstrem,
penurunan mobilitas)
b. Terapeutik
 Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring

 Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang,

jika perlu
 Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama
selama periode diare
 Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak
pada kulit kering
 Gunakan produk berbahan ringan/alami dan
hipoalergik pada kulit sensitif
 Hindarai produk berbahan dasar alkohol pada kulit
kering
c. Edukasi
 Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotion,
serum)
 Anjurkan minum air yang cukup

 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

 Anjurkan meningkat asupan buah dan sayur

 Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem

 Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30


saat berada diluar rumah
 Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
secukupnya
6. Informasi dan Edukasi 1. Nutrisi yang tidak mengandung banyak gula dan
karbohidrat (penjadwalan makan)
2. Perawatan luka
3. Aktifitas di rumah/ olah raga yang sesuai
4. Pencegahan infeksi (kebersihan kaki)
7. Evaluasi Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah
dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan Standar
luaran Keperawatan Indonesia serta analisis terhadap
perkembangan diagnosis keperawatan yang telah ditetapkan
8. Penelaah Kritis Komite Keperawatan
9. Unit Pengolah Bidang Keperawatan
10. Kepustakaan Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1. Jakarta:
Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI), Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat
Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1. Jakarta:
Persatuan Perawat Indonesia
PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN
(PAK)
HIPERTENSI
1. Pengertian (Definisi) Tekanan darah tinggi adalah kondisi ketika tekanan darah di
130/80 mmHg atau lebih
2. Anamnesa 1. Aktivitas/istirahat: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya
Keperawatan hidup monoton
2. Sirkulasi: riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung coroner/katup penyakit serebrovaskuler
3. Integritas ego: riwayat perubahan kepribadian, ansietas,
depresi, euphoria, marah, factor stress multiple (hubungan,
keuangan, pekerjaan)
4. Eliminasi: gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi,
obstruksi, riwayat penyakit ginjal)
5. Makanan/cairan: mual dan muntah
6. Neurosensori: pusing, sakit kepala, kebas, kelemahan pada
satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (penglihatan kabur,
diplopia)
7. Nyeri/ketidaknyamanan: nyeri hilang timbul pada tungkai,
sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen
8. Pernafasan: dyspnea yang berkaitan dengan aktivitas,
takipnea, ortopnea, dyspnea nocturnal proksimal, batuk
dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok
3. Standar Diagnosia 1. Nyeri akut (D.0077)
keperawatan Indonesia 2. Intoleransi aktivitas (D.0056)
(SDKI) 3. Resiko penurunan curah jantung (D.0011)
4. Standar Luaran 1. Nyeri akut (D.0077)
Keperawatan Indonesia a. Tingkat nyeri (L.08066)
(SLKI) Ekspektasi: tingkat nyeri menurun
Kriteria hasil:
 Keluhan nyeri menurun
 Meringis menurun
b. Kontrol nyeri (L.08063)

Ekspektasi: kontrol nyeri meningkat


Kriteria hasil:
 Kemampuan mengenali penyebab nyeri meningkat
 Melaporkan nyeri terkontrol meningkat

 Kemampuan menggunakan Teknik non


farmakologis meningkat
c. Status kenyamanan (L.08064)
Ekspektasi: status kenyamanan meningkat
Kriteria hasil:
 Keluhan tidak nyaman menurun
 Gelisah menurun

d. Pola tidur (L.05045)


Ekspetaksi: pola tidur membaik
Keriteria hasil:
 Keluhan sering terjaga menurun
 Keluhan sulit tidur menurun

2. Intoleransi Aktifitas (D.0056)


Toleransi aktivitas (L.05047)
Ekspektasi: aktivitas meningkat
Kriteria hasil:
 Saturasi oksigen meningkat
 Frekuensi nadi meningkat

 Keluhan lelah menurun

 Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah meningkat

 EKG iskemia membaik

3. Resiko penurunan curah jantung (D.0011)


Curah jantung (L.02008)
Ekspetasi: curah jantung meningkat
Kriteria hasil:
 EF meningkat
 Cardic Index meningkat

 Gambaran EKG aritmia referfusi

 Palpitasi menurun

 Bradikardi menurun

 Takikardi menurun

 Lelah menurun

 Pucat/ sianosis menurun


 Batuk menurun

 Oliguri menurun (produksi urin meningkat)

5. Standar Intervensi 1. Nyeri akut (D.0077)


keperawatan Indonesia Manajemen nyeri
(SIKI) (I.08238) Tindakan:

a. Observasi
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri

 Identifikasi respon nyeri non verbal

 Identifikasi factor yang memperberat dan


memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas tidur

 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang


sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgenik

b. Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi

ras nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresure, terapi


music, biofeedback, terapi pikat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis, suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur

 Pertimbangan jenis dan sumber dan sumber nyeri


dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

c. Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

 Jelakan strategi meredakan nyeri

 Anjarkan memonitor nyeri secara mandiri

 Anjurkan menggunakan analgenik secara tepat

 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk


mengurangin rasa nyeri

d. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgenik, jika perlu
2. Intoleransi aktivitas (D.0056)
Manajemen energi (I.05178)
Tindakan:
a. Observasi
 Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
 Monitor kelelahan fisik dan emosional
 Monitor pola dan jam tidur

 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama


melakukan aktivitas

b. Terapeutik
 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulasi
(mis, cahaya, surat, kunjungan)
 Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
 Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
c. Edukasi
 Anjurkan tirah baring

 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

 Anjrkan menghubungi perawat jika tanda dan


gejala kelelahan tidak berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
d. Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
3. Resiko penurunan curah jantung (D.0011)
Perawatan jantung (I.02075)
Tindakan:
a. Observasi
 Identifikasi tanda/gejala promer penurunan curah
jantung (meliputi dyspnea, kelelahan, edema,
ortopnea, paroxysmal noctumal dypnea,
peningkatan CVP)
 Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan
curah jantung (meliputi peningkatan berat badan,
hepatomegaly, distensi vena jugularis, palpitasi,
ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
 Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah
ortostatik, jika perlu)
 Monitor intake dan output cairan

 Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang


sama
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor keluhan nyeri dada (mis. intensitas, lokasi,
radiasi, durasi, presivitasi, yang mengurangi nyeri)
 Monitor EKG 12 sadapan

 Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)

 Monitor nilai laboratorium jantung (mis. elektrolit,


enzim jantung, BNP, NTpro-BNP)
 Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum
dan sesudah aktivitas
 Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum
pemberian obat (mis. beta bloker, ACE inhibitor,
calcium channel bloker, digoksin)
b. Terapeutik
 Posisikan pasien semifowler atau fowler dengan
kaki ke bawah atau posisi nyaman
 Beri diet jantung yang sesuai (mis. batasi asupan
kafein, natrium, kolesterol, dan makanan tinggi
lemak)
 Gunakan stocking elastis atau pneumatic
intermiten, sesuai indikasi
 Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi
gaya hidup sehat
 Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres,

jika perlu
 Berikan dukungan emosional dan spiritual

 Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi


oksigen >94%

c. Edukasi
 Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi

 Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap

 Anjurkan berhenti merokok

 Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat


badan harian
 Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan
output cairan harian
d. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
 Rujuk ke program rehabilitasi jantung

6. Informasi dan Edukasi 1. Informasikan tentang prosedur yang dapat meningkatkan


nyeri dan tawarkan strategi koping
2. Informasikan tentang gejala anxietas
3. Ajarkan tentang teknik perawatan diri yang meminilkan
penggunaan oksigen
4. Ajarkan tentang teknik penggunaan aktivitas dan teknik
managemen waktu untuk mencegah kelelahan

7. Evaluasi Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah


dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan Standar
luaran Keperawatan Indonesia serta analisis terhadap
perkembangan diagnosis keperawatan yang telah ditetapkan
8. Penelaah Kritis Komite Keperawatan

9. Unit Pengolah Bidang Keperawatan


10. Kepustakaan Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1. Jakarta:
Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI), Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat
Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1. Jakarta:
Persatuan Perawat Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, P., Cholifah.2019. Konsep Dasar Persalinan. ISBN 1786123721751.
Amin & Hardhi. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Jogjakarta:
Medaiction
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan Edisi 1. Jakarta: Kemenkes
Nanda. 2015. Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Diagnosis Keperawatan Definisi &
Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 editor T. Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1.
Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1.
Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1.
Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai