Anda di halaman 1dari 20

lAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT HIPERGLIKEMIA


DIRUANG IGD

Disusun Oleh:
Nama:Asriatun nisa
Nim:200114007

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


STIKES ABDI NUSANTARA JAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2021-2024
A.Hiperglikemia
1. Definisi
Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah di

dalam tubuh tinggi ditandai dengan poliuria, polidipsia, polifagia,


kelelahan yang parah (fatigue), dan pandangan kabur (Depkes, 2005).
Hiperglikemia merupakan salah satu tanda khas dari penyakit
hiperglikemia. Hiperglikemia terjadi karena adanya peningkatan kadar
glukosa dalam darah melebihi batas normal. Hiperglikemia merupakan
keadaan peningkatan kadar glukosa darah puasa melebihi 100 mg/dL
atau kadar glukosa darah sewaktu melebihi 200 mg/dL yang dibuktikan
melalui pemeriksaan laboratorium kadar glukosa darah dan gambaran
klinis pasien. (Farid, 2019)

Gangguan sekresi insulin dan efek kerja insulin sering terjadi


bersamaan pada pasien yang sama, dan seringkali tidak jelas kelainan
mana, jika salah satunya, merupakan penyebab utama hiperglikemia
(American Diabetes Association, 2020).

2. Etiologi
Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui
kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter yang
memegang peranan penting. Yang lain akibat pengangkatan pancreas,

pengrusakan secara kimiawi sel beta pulau langerhans. Faktor


predisposisi herediter, obesitas. Faktor imunologi; pada penderita
hiperglikemia khususnya DM terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibody
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggap sebagai jaringan asing (Nurarif dan
Kusuma, 2015).
Peningkatan kadar gula darah bisa disebabkan oleh banyak hal
misalnya terlalu banyak mengkonsumsi karbohidrat, tidak mengkonsumsi

obat Hiperglikemia atau mengkonsumsi obat Hiperglikemia yang tidak

1
tepat dosisnya, bahkan dalam keadaan stress atau sakit juga dapat
memicu peningkatan kadar glukosa darah (Pakhetra et al,2019).

3. Patofisiologi
Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh sel beta yang
terdapat di pancreas. Pada keadaan normal, kadar insulin dalam darah
akan berfluktuasi tergantung kadar gula dalam darah. Fungsi utama
insulin yaitu mendistribusikan glukosa yang terdapat dalam darah ke
seluruh tubuh untuk dimetabolisme untuk menghasilkan energi
(Anies,2018:73-74).
Glukosa merupakan karbohidrat sederhana yang terdapat dalam
darah dan perangsang atau stimulator utama pelepasan insulin dari sel

beta (Bilous dkk, 2014). Pada resistensi insulin, terjadi peningkatan


produksi glukosa dan penurunan penggunaan glukosa sehingga
mengakibatkan hiperglikemia (Wahyuningsih, 2013). Gula yang
berlebihan sebagai hasil dari pengambilan oleh sel tidak dapat disimpan
di jaringan otot akan tertahan di aliran darah, sehingga terjadilah
kenaikan gula darah (Sustrani dkk, 2020.
Hiperglikemi akan mengakibatkan seseorang mengalami glukosuria,
yang menyebabkan osmotik diuresis. Osmotik diuresis akan menimbulkan
sesuatu keadaan di mana ginjal tidak dapat meningkatkan glukosa yang
difiltrasi. Ginjal tidak mengikat glukosa yang difiltrasi akan mengakibatkan
cairan diikat oleh glukosa, sehingga cairan dalam tubuh akan berlebihan yang
akan dimanifestasikan dengan banyak mengeluarkan urin (Susetyo, 2019).

4. Tanda dan Gejala


Hiperglikemia merupakan penyakit yang ditandai dengan
peningkatan kadar gula darah sehingga gejala dari hiperglikemia dan
hiperglikemia sama. Menurut Fatmah (2010) gejala hiperglikemia mellitus
dibedakan menjadi akut dan kronik. Gejala akut meliputi poliphagia
(banyak makan), polydipsia (banyak minum), polyuria (banyak kencing /

2
sering kencing di malam hari), nafsu makan bertambah namun berat badan
turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu) dan mudah lelah.
Sedangkan gejala kronis menurut Ardhila dan oktaviani (2019) Gejala

Kronik hiperglikemia mellitus meliputi kram, mudah mengantuk, mat a


menjadi kabur, gatal sekitar kemaluan terutama pada wanita, gigi mudah
goyang dan lepas, kemampuan seksual menurun, dan bagi ibu hamil sering
mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau
melahirkan dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg.

5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut PERKENI (2015) :
a) Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200 mg/dL

b) Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL dengan adanya


keluhan klasik.
c) Tes toleransi glukosa oral (TTGO). Meskipun TTGO dengan beban 75
g glukosa lebih sensitif dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan
glukosa plasma puasa, namun pemeriksaan ini memiliki keterbatasan
tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam
praktek sangat jarang dilakukan karena membutuhkan persiapan
khusus.
d) Pengukuran tekanan darah, termasuk pengukuran tekanan darah dalam

posisi berdiri untuk mencari kemungkinan adanya hipotensi ortostatik,


serta ankle brachial index (ABI),untuk mencari kemungkinan penyakit
pembuluh darah arteri tepi
e) Pemeriksaan funduskopi
f) Pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid
g) Pemeriksaan jantung
h) Evaluasi nadi, baik secara palpasi maupun dengan
stetoskopPemeriksaan ekstremitas atas dan bawah, termasuk jari
i) Pemeriksaan kulit (acantosis nigrican dan bekas tempat penyuntikan

insulin) dan pemeriksaan neurologi

3
j) Tanda-tanda penyakit lain yang dapat menimbulkan DM tipe-lain
k) Glukosa darah puasa dan 2 jam post prandial
l) Pemeriksaan A1C

m) Profil lipid pada keadaan puasa (kolesterol total, HDL, LDL, dan
trigliserida)
n) Kreatinin serum, albuminuria, keton, sedimen, dan protein dalam urin

6. Komplikasi
Ulkus diabetik merupakan salah satu komplikasi akut yang terjadi
pada penderita Hiperglikemia tapi selain ulkus diabetik antara lain :
a. Komplikasi Akut. Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari
ketidakseimbangan jangka pendek dari glukosa darah. Hipoglikemik dan

ketoadosis diabetik masuk ke dalam komplikasi akut.


b. Komplikasi kronik. Yang termasuk dalam komplikasi kronik ini adalah

makrovaskuler dimana komplikasi ini menyerang pembuluh darah besar,


kemudian mikrovaskuler yang menyerang ke pembuuluh darah kecil bisa
menyerang mata (retinopati), dan ginjal. Komplikasi kronik yang ketiga
yaitu neuropati yang mengenai saraf. Dan yang terakhir menimbulkan
gangren.
c. Komplikasi jangka panjang dapat juga terjadi antara lain, menyebabkan
penyakit jantung dan gagal ginjal, impotensi dan infeksi, gangguan

penglihatan (mata kabur bahkan kebutaan), luka infesi dalam ,


penyembuhan luka yang jelek.
d. Komplikasi pembedahan, dalam perawatan pasien post debridement

komplikasi dapat terjadi seperti infeksi jika perawatan luka tidak


ditangani dengan prinsip steril.

4
7. Penatalaksanaan
Hiperglikemia merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa

darah atau hiperglikemia akibat kekurangan hormo insulin

5
(Wahyuningsih,2013). Penatalaksanaan pada Hiperglikemia bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup penyandang hiperglikemia dengan pengendalian glukosa darah, tekanan
darah, berat badan, dan profil lipid, melalui
pengelolaan pasien secara komprehensif (PARKENI, 2018).
Menurut Bilous dan Donelly (2014) penatalaksanaan hiperglikemia meliputi;
a. Modifikasi Gaya Hidup
Modifikasi gaya hidup bertujuan untuk menurunkan berat badan
pasien dan mengurangi faktor resiko penyakit kardiovaskular.
modifikasi gaya hidup diantaranya yaitu berolahraga, berhenti merokok,
dan membatasi asupan karbohidrat dan lemak.
b. Pendidikan Kesehatan Terstruktur
Aktivitas fisik akan meningkatkan rasa nyaman, baik secara fisik,

psikis maupun sosial dan tampak sehat bagi pasien Hiperglikemia dan
dapat mengurangi resiko kejadian kardiovaskular serta meningkatkan
harapan hidup. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa
darah sebelum melakukan olahraga. Apabila kadar glukosa darah <100
mg/dL pasien harus mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu dan bila
>250 mg/dL dianjurkan untuk menunda latihan jasmani.
c. Obat Antihiperglikemia Oral
Menurut PARKENI (2018) berdasarkan cara kerjanya, obat
antihiperglikemia digolongkan menjadi ;

1) Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue)


Obat yang termasuk golongan ini yaitu sulfonilurea dan glinid.
Obat ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh
sel beta pankreas. Efek samping utama dari penggunaan obat ini
yaitu hipoglikemia dan peningkatan berat badan.
2) Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin
Obat yang termasuk golongan ini yaitu metformin dan
tiazolidindion. Metformin mempunyai efek utama mengurangi
produksi glukosa hati (glukoneogenesis), dan memperbaiki ambilan

glukosa di jaringan perifer sedangkan tiazolidindion mempunyai

6
efek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah
protein pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan ambilan
glukosa di jaringan perifer.

3) Penghambat Absorpsi Glukosa di saluran pencernaan


Obat yang termasuk golongan ini yaitu penghambat alfa
glucosidase, penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV) dan
Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Cotransporter 2). Obat-obat
tersebut berfungsi menghambat penyerapan glukosa di saluran
pencernaan sehingga kadar glukosa dapat terkendali. kadar glukosa
darah. Semakin tinggi asupan karbohidrat sederhana maka kadar
glukosa darah akan semakin tinggi.
Mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat sederhana seperti

gula yang sifatnya manis akan meningkatkan kadar glukosa darah


sewaktu (Yuniati, 2019). Peningkatan kadar glukosa darah ini
berkaitan dengan metabolisme dari karbohidrat. Karbohidrat akan
dipecah dan diserap dalam bentuk monosakarida, terutama gula.
Karbohidrat sederhana dengan ikatan glukosa tunggal akan langsung
masuk ke aliran darah, sehingga kadar gula darah akan meningkat
dengan cepat sehingga asupan karbohidat ini perlu di awasi
(Sustrani, dkk 2006).

7
8. Pathway Menurut Mutaqqin, 2008
Your

Penurunan Penur
fungsi unan
indra fungsi
pengecap pankr
eas

Konsum
si P
makana e
n manis n
berlebih
u
r
u
r
u
n
a
n

k
u
a
l
i
t
a
s

d
a
n
kuantitas insulin Gaya Hidup

HI

PE
RG
8
LI
KE

9
MI
A

Penurunan Kerusakan

glukosa vasskuler
dalam sel
Neuropati perifer
Cadangan

Iemak dan protein


turun ULKUS
Resiko ketidakstabiIan kadar
BB turun gIukosa darah Kerusakan integritas kuIit

Pembedahan (

Debridement )
Pengeluar
an Adanya perlukaan pada
Nyeri akut histamin
& kaki
prosglandi

Gangguan mobiIitas Luka insisi tidak terawat


fisink

Peningkatan leukosit

Resiko Infeksi

1
0
B. Konsep Asuhan Keperawatan Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
pada Pasien Hiperglikemi
1. Pengkajian keperawatan

a. Primer assessment/primer survey


b. Keluhan Utama
1) Keluhan utama saat masuk rumah sakit, keluhan yang paling
utama di keluhkan oleh pasien sehingga masuk rumah sakit
2) Keluhan saat pengkajian, keluhan yang dikeluhkan pasien saat
dilakukan pengkajian
3) Airway : --
4) Breathing: hiperventilasi, napas bau aseton
5) Circulation: lemah, tampak pucat ( disebabkan karena glukosa

Intra Sel Menurun sehingga Proses Pembentukan ATP/Energi


Terganggu)
6) Disability: perubahan kesadaran (jika sudah terjadi ketoasidosis
metabolik)
7) Exposure: -
c. Riwayat Penyakit
1) Riwayat Penyakit Terdahulu, Catatan tentang penyakit yang
pernahdialami pasien sebelum masuk rumah sakit
2) Riwayat Penyakit Sekarang, Catatan tentang penyakit yang

dialami pasien saat ini (saat pengkajian)


3) Riwayat Penyakit Keluarga, Catatan tentang penyakit keluarga
pasien yang berhubungan dengan penyakit saat ini
d. Secondary assesment
1) Five Intervension: Glukosa darah: meningkat 100-200 mg/dL,
atau lebih, Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok,
Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat,
Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari
330mOsm/l, Elektrolit : Natrium: mungkin normal, meningkat

atau menurun, Kalium : normal atau peningkatan semu

11
(perpindahan seluler), selanjutnya akan menurun, Fosfor : lebih
sering menurun, Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-
4 kali lipat dari normal yang mencerminkan kontrol DM yang

kurang selama 4 bulan terakhir (lama hidup SDM) dan


karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan
kontrol tidak adekuat versus DKA Pemeriksaan mikroalbumin,
Mendeteksi komplikasi pada ginjal dan kardiovaskular
2) Nefropati Diabetik, Salah satu komplikasi yang ditimbulkan
oleh penyakit diabetes adalah terjadinya nefropati diabetic, yang
dapat menyebabkan gagal ginjal terminal sehingga penderita
perlu menjalani cuci darah atau hemodialisis. Nefropati diabetic
ditandai dengan kerusakan glomerolus ginjal yang berfungsi

sebagai alat penyaring. Gangguan pada glomerulus ginjal dapat


menyebabkan lolosnya protein albumin ke dalam urine. Adanya
albumin dalam urin (=albuminoria) merupakan indikasi
terjadinya nefropati diabetic.
3) Pemeriksaan HbA1C atau pemeriksaan A1C, Dapat
Memperkirakan Risiko Komplikasi Akibat DM HbA1c atau
A1C Merupakan senyawa yang terbentuk dari ikatan antara
glukosa dengan hemoglobin (glycohemoglobin). Jumlah A1C
yang terbentuk, tergantung pada kadar glukosa darah. Ikatan

A1c stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai dengan
sel darah merah) Kadar A1C mencerminkan kadar glukosa
darah rata-rata dalam jangka waktu 2-3 bulan sebelum
pemeriksaan.
4) Head to toe
a) Kepala, Bentuk simetris, warna rambut hitam, persebaran
rambut merata, , benjolan tidak ada, nyeri tekan tidak ada.
b) Muka, Bentuk simetris, agak pucat, edema tidak ada,
c) Mata, Konjungtiva anemis, reflek pupil ishokor, benjolan tidak

ada, nyeri tekan tidak ada.

12
d) Hidung, Bentuk simetris, secret tidak ada
e) Telinga, Serumen tidak ada, bentuk simetris, nyeri tekan tidak ada.
f) Mulut dan Gigi Bentuk simetris, mukosa mulut kering, kebersihan

cukup, lidah bersih, pembesaran tonsil tidak ada.


g) Leher, Pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, distensi vena jugularis
tidak ada
h) Thorak, Bentuk dada simetris, suara nafas wheezing dan krekel tidak
ada, retraksi otot dada tidak ada
i) Abdomen, Bentuk simetris, lesi tidak ada, peristaltic usus 8 x/menit,
pembesaran hati tidak ada, nyeri lepas dan nyeri tekan tidak ada,
j) Ekstermitas, Edema tidak ada, sianosis tidak ada, pergerakan
terkoordinir tetapi lemah (Nisiin, 2020)

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang difokuskan pada penelitian ini yaitu
pasien Hiperglikemia dengan diagnosa keperawatan ketidakstabilan kadar
glukosa darah berhubungan dengan (b.d) resistensi insulin ditandai dengan
(d.d) lelah atau lesu, kadar glukosa dalam darah tinggi, mulut kering,
pasien mengalami penurunan kesadaran

3. Perencanaan keperawatan

Rencana keperawatan merupakan tindakan yang dilakukan oleh


perawat berdasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (gutcgoi) yang diharapkan. Proses yang dilakukan
sebelum menetapkan intervensi keperawatan, yaitu menetapkan tujuan
atau luaran (gutcgoi) yang ingin dicapai sesuai kondisi pasien. Jenis
luaran keperawatan dibagi menjadi luaran positif yaitu menunjukan
kondisi, perilaku, yang sehat dan luaran negatif yaitu kondisi atau perilaku
yang tidak sehat. Komponen dari luaran keperawatan terdiri dari label,
ekspetasi, dan kriteria hasil. Label luaran keperawatan merupakan

kondisi, prilaku, dan persepsi pasien yang dapat diubah, diatasi dengan

13
14
intervensi keperawatan”

15
Y

Rencana Keperawatan Pada Pasien Hiperglikemia dengan Ketidakstabilan Kadar


Glukosa Darah

1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan


Manajemen Hiperglikemia
...x...... jam diharapkan
Observasi
a) Identifikasi
ketidakstabilan kadar glukosa darah kemungkinan
teratasi dengan kriteria hasil : penyebab hiperglikemia
b) Identifikasi situasi
Label : Kestabilan kadar glukosa
yang menyebabkan kebutuhan
darah insulin meningkat
1) Kesadaran meningkatan (5) c) Monitor kadar glukosa darah, jika
2) Lelah /lesu menurun (5) perlu
3) Mulut kering menurun (5) d) Monitor tanda dan gejala
4) Rasa haus menurun (5) hiperglikemia
5) Kadar glukosa dalam e) Monitor intake dan outpun cairan
darah membaik (5) f) Monitor keton urine,kadar analisa
6) Kadar glukosa dalam gas darah,elektrolit,tekanan
urine membaik (5) darah ortostatik dan frekuensi
nadi
Terapeutik
a) Berikan asupan cairan oral
b) Konsultasi dengan medis jika
tanda dan gejala hiperglikemia
tetap ada atau memburuk
Edukasi

a) Anjurkan monitor kadar


glukosa darah secara
mandiri
b) Ajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian
keton urine, jika perlu
c) Ajarkan mengelola diabetes
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian insulin,
jika perlu
b) Kolaborasi emberian cairan IV,
Sumber : Tim Pokja SDKI DPP PPNI (20l6)
jika perlu
c) Kolaborasi pemberian kalium,
jika perlu

16
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi yang
dibuat pada tahap perencanaan.

5. Evaluasi keperawatan
b. Evaluasi formatif merupakan catatanperkembangan pasien yang
dilakukan setiap hari.
c. Evaluasi somatif merupakan catatan perkembangan pasien yang
dilakukan sesuai dengan target waktu tujuan atau rencana
keperawatan (Hidayat, 2021).

17
DAFTAR PUSTAKA

ADA. 2019 Clinical practice recommendation. Diabetes Care.

Arjatmo, T. 2020. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu Cetakan.2. Jakarta: Balai


Penerbit FKUI.

Brunner & Suddarth. 2019. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung,

Doenges. 2022. Rencana Asuhan Keperawatan Untuk Perencanaan dan 10


Pendukomentasian Perawatan Pasien: Edisi-3, Alih bahasa : Kariasa,I.M.,
Sumarwati,N.M. Jakarta : EGC.

Frank B. HU, M.D. Jeann E. Manson, dkk. Diet , Life Style, And The Risk Of Type 2
Diabetes Mellitus In wWomen. The New England Journal Of Medicine. Vol. 345.

Price, Sylvia Anderson. 20019Patofisiologi : Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit.


Jakarta: EGC

Smeltzer, S.C. Bare, B.G., 2019, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, EGC, Jakarta.

Suyono. 2021 Metabolic Endokrin : Diabetes Mellitus Di Indonesia. Jakarta : PAPDI


FKUI.

Tambayong, 2019, Patofisiologi untuk Keperawatan, EGC, Jakarta. Tjokroprawiro A,


2001, Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Waspadji, Sarwono. 2021. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia

18

Anda mungkin juga menyukai