Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN PASIEN DIABETES MELITUS


DI RUANG CEMPAKAI RSUD SUNAN KALIAGA DEMAK

Disusun Oleh :
1. ANITA

2. ATIKAH RAHMAH

3. PUTRI SEPTIANI

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AN NUUR
TAHUN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELITUS

A. KONSEP DASAR
1. Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes Mellitus (kencing manis) adalah suatu penyakit dengan peningkatan
glukosa darah diatas normal. Dimana kadar diatur tingkatannya oleh hormon insulin
yang diproduksi oleh pankreas (Shadine, 2017)
Diabetes melitus merupakan penyebab hiperglikemi. Hiperglikemi disebabkan
oleh berbagai hal, namun hiperglikemi paling sering disebabkan oleh diabetes melitus.
Pada diabetes melitus gula menumpuk dalam darah sehingga gagal masuk kedalam sel.
Kegagalan tersebut terjadi akibat hormon insulin jumlahnya kurang atau cacat fungsi.
Hormon insulin merupakan hormon yang membantu masuknya gula darah (WHO,
2018).
2. Etiologi
Menurut Smeltzer, S.C dan B (2019) Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan
kedalam 2 kategori klinis yaitu:
a) Diabetes Melitus tergantung insulin (DM TIPE 1)
1) Genetik Umunya penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 namun
mewarisi sebuah predisposisis atau sebuah kecendurungan genetik kearah
terjadinya diabetes tipe 1. Kecendurungan genetik ini ditentukan pada individu
yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA
ialah kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi & proses
imunnya.
2) Imunologi Pada diabetes tipe 1 terdapat fakta adanya sebuah respon autoimum.
Ini adalah respon abdomal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh
secara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya sebagai jaringan
asing.
3) Lingkungan Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta.
b) Diabetes melitus tidak tergantung insulin (DM TIPE II)
Menurut Smeltzel 2019 Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui.
Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Faktor-
faktor resiko : usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th,
obesitas, riwayat keluarga.
3. Patofisiologi
Menurut Joyce M. Black (2017) Proses patofisiologi Diabetes Mellitus bisa
disebabkan faktor keturunan, pola hidup, usia dan obesitas. Faktor-faktor ini
bisa mengakibatkan penurunan sekresi insulin sehingga tubuh mengalami
kekurangan insulin (defisiensi insulin). Kondisi ini akan menyebabkan peningkatan
glukosa darah dan peningkatan produksi glukagon. Peningkatan kadar glukosa darah
terjadi karena jumlah insulin yang tidak adekuat, sehingga glukosa tetap berada di
dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel.
Defisiensi insulin juga bisa menyebabkan peningkatan produksi glukagon.
Produksi glukagon yang meningkat akan mengakibatkan terjadinya proses
glukogeogenesis yaitu pembentukan glukosa baru dari selain karbohidrat. Pada
pembentukan glukosa baru dari lemak mengakibatkan pemecahan produk baru yang
dinamakan keton. Karena adanya peningkatan badan keton didalam darah, maka
akan berdampak kepada keseimbangan ph tubuh sehingga terjadi penurunan pH darah
yang membuat penderita mengalami mual muntah atau tidaknafsu makan. Penurunan
ph darah juga akan menyebabkan asidosis yang akan menyebabkan komplikasi baru
berupa koma bahkan kematian. Sedangkan dalam protein akan mengakibatkan
penurunan kadar albumin dalam darah. apabila kadar albumin menurun
mengakibatkan sel mengalami kelaparan (asthenia) sehingga memicu rangsangan rasa
lapar dalam pasien. Peningkatan rasa lapar akan menyebabkan pasien banyak makan
(poliphagia) dan Keletihan.
Peningkatan kadar glukosa darah bisa mengakibatkan peningkatan
konsentrasi darah yang akan mengakibatkan komplikasi mikrovaskular dan
terbentuknya aterosklerosis. Komplikasi mikrovaskular bisa terjadi dalam saraf
sebagai akibatnya dapat terjadi neuropati diabetikum yang akan menimbulakn
masalah keperawatan gangguan persepsi sensori, pada retina terjadi retinopati
diabetikum yang bisa mengakibatkan kebutaan, dan dalam ginjal terjadi nefropati
yang mengakibatkan gagal ginjal tahap akhir. Aterosklerosis yang bisa terjadi bisa
menyebabkan thrombosis yang berakibat komplikasi makrovaskular. Jika
thrombosis terjadi dalam jantung dapat mengalami infark miokard, dalam otak
sehingga klien mengalami stroke, dan dalam ekstremitas akan mengalami
penurunan sirkulasi perifer.
4. Phatway

Keturunan, pola hidup, usia, obesitas

Produksi insulin

Glukosa darah produksi glukagon

Glukosuria Glukgenesis protein

Diuresis osmotik Lemak kadar albumin

Polyuria Dehidrasi Badan keton astenia

KELETIHAN

PH darah

KETIDAKSTABILAN KADAR
GLUKOSA DARAH

Poliphagia
asidosis metabolik

DEFISIT NUTRISI

mual, muntah Aterosklerosis

NYERI AKUT

trombosis Infark miokard Kram/Nyeri abdomen


Stroke

PERFUSI PERIFER TIDAK EFEKTIF

Joyce M. Black (2018)


5. Manifestasi klinik
Menurut PERKERNI (2018) gejala dan tanda-tanda DM dapat digolongkan menjadi 2
yaitu gejala akut dan gejala kronik:
a) Gejala akut penyakit DM
Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap penderita, bahkan mungkin tidak
menunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu. Permulaan gejala yang
ditunjukkan meliputi serba banyak (poli) yaitu banyak makan (poliphagi), banyak
minum (polidipsi), dan banyak kencing (poliuri). Keadaan tersebut, jika tidak segera
diobati maka akan timbul gejala banyak minum, banyak kencing, nafsu makan mulai
berkurang atau berat badan turun dengan cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 2-4
minggu), mudah lelah, dan bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual.
b) Gejala kronik penyakit DM
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM adalah kesemutan, kulit terasa
panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal di kulit, kram, mudah mengantuk,
mata kabur, biasanya sering ganti kacamata, gatal di sekitar kemaluan terutama pada
wanita, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun, dan para
ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan, atau
dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg.
6. Pemeriksaan penunjang
Menurut Brunner & Suddarth (2017) pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi 3 hal
yaitu:
a. Hemoglobin glikosilat
Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilai kadar gula darah selama 140 hari
terakhir. Angka Hb1C yang melebihi 6,1% menunjukkan diabetes.
b. Tes toleransi glukosa oral
Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air dengan 75 grgula, dan akan
diuji selama periode 24 jam. Angka gula darah yang normaldua jam setelah
meminum cairan tersebut harus < dari 140 mg/dl.
c. Tes glukosa darah dengan finger stick, yaitu jari ditusuk dengan sebuah jarum,
sampel darah diletakkan pada sebuah strip yang dimasukkan kedalam celah pada
mesin glukometer, pemeriksaan ini digunakan hanyauntuk memantau kadar glukosa
yang dapat dilakukan dirumah.
7. Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer dan Bare (2018), komponen dalam penatalaksan DM yaitu:
a. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Diet

Penderita Diabetes diharapkan bisa mempertahankan pola asupan


makanan yang seimbang. Hal ini dilakukan dengan cara mengontrol dan
menghitung kalori di setiap porsi makanan. Perbedaan pengontrolan tergantung
dari umur, berat badan, tinggi badan, jenis kelamin, usia, aktivitas fisik yang
dilakukan sehari-hari, dan tingginya kadar gula darah.

Menurut Kementerian Kesehatan RI, komposisi kebutuhan kalori harian


yakni 60-70% berasal dari karbohidrat, 10-15% berasal dari protein, dan 20-15%
berasal dari lemak. Untuk pasien diabetes, jumlah asupan kolesterol juga
sebaiknya dibatasi kurang dari 300 miligram (mg) per hari dan penderita
Diabetesi sebaiknya meningkatkan konsumsi serat yang mudah larut sebanyak 25
gram per hari.

Syarat diet hendaknya dapat:

a) Memperbaiki kesehatan umum penderita

b) Mengarahkan pada berat badan normal

c) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic

d) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita

2) Olahraga

Dalam program penurunan berat badan, aktivitas fisik atau olahraga bagi
pasien diabetes dianjurkan sebanyak 150 menit per minggu. Lama waktu tersebut
bisa dibagi ke dalam 5 hari dengan rata-rata sekitar 30 menit setiap harinya. Jika
merasa sanggup, durasi olahraga bisa dibagi menjadi 1 jam per hari selama 3 hari
dalam satu minggu. Olahraga untuk diabetes yang dianjurkan adalah olahraga
aerobik seperti, lari, jogging, berenang, senam, atau bersepeda. Aktivitas olahraga
juga bisa dilakukan di rumah, misalnya jalan kaki, lari di tempat menggunakan
alat treadmill dan senam mengikuti panduan virtual dari video di internet.

Beberapa kegunaan olahraga teratur setiap hari bagi penderita DM adalah:

a) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 11/2 jam sesudah


makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan
kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan
sensivitas insulin dengan reseptornya.

b) Mencegah kegemukan bila ditambah olahraga pagi dan sore

c) Memperbaiki aliran perifer dan menanbah suplai oksigen

d) Meningkatkan kadar kolestrol – high density lipoprotein


e) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka olahraga akan
dirangsang pembentukan glikogen baru

f) Menurunkan kolesterol(total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran


asam lemak menjadi lebih baik

3) Edukasi/penyuluhan

Harus rajin mencari banyak informasi mengenai diabetes dan pencegahannya.


Misalnya mendengarkan pesan dokter, bertanya pada dokter, mencari artikel
mengenai diabetes

4) Pemberian obat-obatan

Pemberian obat obatan dilakukan apabila pengcegahan dengan cara


(edukasi,pengaturan makan,aktivitas fisik) belum berhasil, berarti harus diberikan
obat obatan

5) Pemantauan gula darah Pemantauan gula darah harus dilakukan secara


rutin ,bertujuan untuk mengevaluasi pemberian obat pada diabetes. Jika dengan
melakukan lima pilar diatas mencapai target,tidak akan terjadi komplikasi.

b. Penatalaksanaan Medis

1) Terapi dengan Insulin

2) Obat Antidiabetik Oral

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Fokus pengkajian
a. Identitas :
1) Identitas pasien
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit (MRS),
nomor register, dan diagnosa medic.
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status hubungan dengan
pasien.
b. Keluhan utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh klien seperti :
1) Sesak saat bekerja, dipsnea nokturnal paroksimal, ortopnea
2) Lelah, pusing
3) Nyeri dada
4) Edema ektremitas bawah
5) Nafsu makan menurun, nausea (mual), distensi abdomen
6) Urine menurun
7) 3P (Poliuri, Polidipsi, Poliphagi)
c. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan pertanyaan tentang
kronologi keluhan utama.Pengkajian yang didapat dengan gejala-gejala kongesti
vaskuler pulmonal, yakni munculnya dispnea, ortopnea, batuk, dan edema pulmonal
akut.Tanyakan juga gajala-gejala lain yang mengganggu pasien.
d. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit kesehatan dahulu tanyakan kepada pasien apakah pasien
sebelumnya menderita nyeri dada khas infark miokardium, hipertensi, DM, atau
hiperlipidemia.Tanyakan juga obat-obatan yang biasanya diminum oleh pasien pada
masa lalu, yang mungkin masih relevan.Tanyakan juga alergi yang dimiliki pasien.
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit jantung, dan penyakit
keteurunan lain seperti DM, Hipertensi.
f. Pola Fungsional
1) Aktifitas dan istirahat : adanya kelelahan, insomnia, letargi, kurang istirahat, sakit
dada, dipsnea pada saat istirahat atau saat beraktifitas.
2) Sirkulasi : riwayat hipertensi, anemia, syok septik, asites, disaritmia, fibrilasi
atrial,kontraksi ventrikel prematur, peningkatan JVP, sianosis, pucat.
3) Respirasi : dipsnea pada waktu aktifitas, takipnea, riwayat penyakit paru.
4) Pola makan dan cairan : hilang nafsu makan, mual dan muntah.
5) Eliminasi : penurunan volume urine, urin yang pekat, nokturia, diare atau
konstipasi.
6) Neuorologi : pusing, penurunan kesadaran, disorientasi.
7) Interaksi sosial : aktifitas sosial berkurang
8) Rasa aman : perubahan status mental, gangguan pada kulit/dermatitis.
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum : Kesadaran dan keadaan emosi, kenyamanan, distres, sikap dan
tingkah laku pasien.
2) Tanda-tanda Vital :
a) Tekanan Darah Nilai normalnya : Nilai rata-rata sistolik : 110-140 mmHg
Nilai rata-rata diastolik : 80-90 mmHg
b) Nadi
Nilai normalnya : Frekuensi : 60-100x/menit (bradikardi atau takikkardi).
c) Pernapasan
Nilai normalnya : Frekuensi : 16-20 x/menit Pada pasien : respirasi
meningkat, dipsnea pada saat istirahat / aktivitas.
d) Suhu
Badan Metabolisme menurun, suhu menurun.
1) Tinggi Badan
Tinggi Badan :
Berat Badan :
2) Kepala :
a) Kepala : bentuk , kesimetrisan
b) Mata : konjungtiva: anemis, ikterik atau tidak ?
c) Mulut : apakah ada tanda infeksi?
d) Telinga : kotor atau tidak, ada serumen atau tidak, kesimetrisan
e) Muka : ekspresi, pucat
f) Leher : apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
3) Dada : gerakan dada, deformitas
a) Paru-paru
Inspeksi : bentuk, Kesimetrisan
Palpasi : Taktil fremitus ka/ki
Perkusi : bunyi sonor/hypersonor
Bunyi nafas : bunyi nafas normal atau ada bunyi tambahan seperti ronchi atau
wheezing
4) Jantung
a) Inspeksi
(1) Bentuk prelordium : simetris/tdk; iktus cordis tampak/tidak, di ICS ke
berapa
(2) Ada tidaknya denyutan di ICS II Kanan (Aneurisma aorta ascenden)
(3) Ada tidaknya denyutan di ICS II kiri (dilatasi pulmonalis dan aneurisma
aorta descenden)
b) Palpasi :
(1) Pada keadaan normal iktus cordis dapat teraba pada ruang intercostal kiri
V, agak ke medial (2cm) dari linea midklavikularis kiri.
(2) Diameter iktus kordis, jarak IC dengan midklavikula
(3) Palpasi area katup jantung
(4) Palpasi area epigastrik untuk mengetahui adanya pembesaran jantung
antero posterior
c) Perkusi :
(1) Lakukan perkusi dari arah lateral ke medial
(2) Perubahan antara bunyi sonor dari paru-paru ke redup relative kita
tetapkan sebagai batas jantungkiri
(3) Normal
 Atas : SIC II kiri di linea parasternalis kiri (pinggang, jantung)
 Bawah : SIC V kiri agak ke medial linea midklavikularis kiri (tempat
iktus)
d) Auskulatsi :
(1) S1 dan S2 di : area aortic di ICS 2 kanan dekat sternum; area pulmonic di
ICS 2 kiri dekat sternum; area trikuspidalis di ICS 3, ICS 4 dan ICS 5;
mitral/Apeks
(2) S3 dan S4 di apeks : ada/Tidak
(3) Murmur/bising jantung: ada/tidak
5) Abdomen
a) Inspeksi : bentuk perut dan gerakan kulit pada abdomen saat inspirasi dan
ekspirasi, adakah benjolan umbilikus, asites atau tidak
b) Auskultasi : peristaltik usus berapa jumlah …x/menit
c) Perkusi : bunyi timpani, hypertimpani, redup (tergantung kuadran yang mana)
d) Palpasi : ada nyeri tekan atau tidak
6) Genetalia
Kebersihan, apakah terpasang kateter, volume urin
7) Anus
Adakah benjolan pada anus atau tidak
8) Ekstremitas
Superior : Gerak, deformitas atau tidak, adakah kelainan bawaan, cacat, lumpuh,
akral, oedema, varises, pemeriksaan nadi radialis ka dank i
Inferior : gerak, deformitas atau tidak, adanya kelainan bawaan, cacat, lumpuh,
akral, oedema, varises, ROM, kekuatan otot, reflex
9) Kuku dan Kulit
Warna, kelembapan, suhu, tekstur turgor, mobilitas, letak anatomi, susunan, jenis,
lesi, warna dasar kulit, sudut antara kuku dan dasar kuku, kokoh dan tidaknya
dasar kuku, sirkulasi dan pengisian kapiler.
10) Pemeriksaan penunjang
a) Foto thorax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, edema atau
efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF.
b) EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan
iskemi (jika disebabkan AMI), ekokardiogram.
c) Pemeriksaan laboratorium : Hiponatremia, hiperkalemia pada tahap lanjut dari
gagal jantung, Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kreatinin meningkat,
peninkatan bilirubin dan enzim hati.
3) Nursing care plan (Rencana Asuhan Keperawatan)
a. Diangnosa Keperawatan
1) Nyeri Akut (D.0077)
2) Ketidakstabilan kadar glukosa darah (D.0027)
3) Keletihan (D.0057)
4) Defisit Nutrisi (D.0019)
5) Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0009)
6) Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)
(DPP PPNI, 2017)
b. Tujuan dan kriteria hasil
1) Tingkat Nyeri (L.08066)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Tingkat nyeri
menurun.
Kriteria hasil :
a) Keluhan nyeri menurun
b) Meringis menurun
c) Gelisah menurun
d) Kesulitan tidur menurun
2) Kestabilan kadar Glukosa Darah (L.05022)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan meningkat
Kriteria hasil :
a) Kesadaran meningkat
b) Mengantuk menurun
c) Keluhan lapar menurun
d) Kadar glukosa dalam darah membaik
3) Tingkat Keletihan (L.05046)
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Tingkat keletihan
menurun
Kriteria Hasil:
a) Verbalisasi kepulisan energi meningkat
b) Tenaga meningkat
c) Kemampuan melakukan aktivitas rutin meningkat
d) Lesu menurun
4) Status Nutrisi (L.03030)
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status nutrisi
membaik
Kriteria Hasil:
a) Nyeri abdomen menurun
b) Sariawan menurun
c) Rambut rontok menurun
d) Berat badan membaik
5) Perfusi Perifer
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi perifer
membaik
Kriteria Hasil:
a) Denyut nadi perifer meningkat
b) Edema perifer menurun
c) Nyeri ekstremitas menurun
d) Tekanan darah sistolik atau diastolik membaik
6) Mobilitas Fisik
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan mobilitas
fisik teratasi
Kriteria Hasil :
a) Pasien mampu melakukan aktivitas secara mandiri sesuai kemampuan
b) Nyeri menurun
c) Kelemahan fisik menurun
c. Intervensi
1) Nyeri akut (D.0077)
Manajemen Nyeri (I.08238)
Observasi:
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intesitas nyeri.

b) Identifikasi skala nyeri

c) Identifikasi respons nyeri non verbal

d) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

e) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

f) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

g) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

h) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan

i) Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik:

a) Berikan teknik nonfarmakalogis untuk mengurangi rasa nyeri

b) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

c) Fasilitasi istirahat dan tidur

d) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi merekan


nyeri

Edukasi:

a) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri

b) Jelaskan strategi meredakan nyeri

c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

d) Anjurkan menggunkan analgetik secara tepat

e) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolabosari:

a) Kolaborasi pemberian analgetik

(DPP PPNI, 2018)

2) Ketidakstabilan kadar glukosa darah (D.0027)


Manajemen hiperglikemia (I.03115)
Observasi:

a) Identivikasi kemungkikan penyebab hiperglikemia

b) Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat

c) Monitor kadar glukosa darah

d) Monitor tanda dan gejala hiperglikemia

e) Monitor intake dan output cairan

f) Monitor keton urin

Terapeutik:

a) Berikan asupan cairan oral

b) Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau
memburuk

c) Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik

Edukasi:

a) Anjurkan menghindari oalahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250
mg/Dl

b) Anjurkan monitor kadar glukosa secara mandiri

g) Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olah raga

h) Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urine

i) Ajarkan pengelolaan diabetes

Kolaborasi:

a) Kolaborasi pemberian insulin

b) Kolaborasi pemberian cairan IV

c) Kolaborasi pemberian kalium

(DPP PPNI, 2018)

3) Keletihan (D.0057)

Manajemen Energi (I.05178)

Observasi:

a) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan

b) Monitor kelelahan fisik dan emosional


c) Monitor pola dan jam tidur

d) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas

Terapeutik:

a) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus

b) Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif’

c) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan

d) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan

Edukasi:

a) Anjurkan tirah baring

b) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

c) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak


berkurang

d) Ajarkan strategi koping untuk mrngurangi kelelahan

Kolaborasi:

a) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makan

(DPP PPNI, 2018)

4) Defisit Nutrisi (D.0019)

Manajemen Nutrisi (I.03139)

Observasi:

a) Identifikasi status nutrisi

b) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

c) Identifikasi makanan yang disukai

d) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien

e) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik

f) Monitor asupan makanan

g) Monitor berat badan

h) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik:

a) Lakukan oral hygiene sebelum makan

b) Fasilitasi menentukan pedoman diet

c) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai


d) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

e) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

f) Berikan suplemen makanan

g) Hentikan pemberian makan melalui selang nasogatrik jika asupan oral dapat
ditoleransi

Edukasi:

a) Anjurkan posisi duduk

b) Ajarkan diet yang diprogamkan

Kolaborasi:

a) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan

b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan

(DPP PPNI, 2018)

5) Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0009)

Perawatan sirkulasi (I.02079)

Observasi:

a) Periksa sirkulasi sirkuler

b) Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi

c) Monitor panas, nyeri atau bengkak pada ektremitas

Terapeutik:

a) Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan


perfusi

b) Hindari pengukuran tekanan darah pada ektremitas pada keterbatasan perfusi

c) Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area yang cedera

d) Lakukan pencegahan infeksi

e) Lakukan perawatan kaki dan kuku

f) Lakukan hidrasi

Edukasi:

a) Anjurkan berhenti merokok

b) Anjurkan berolahraga rutin

c) Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar

d) Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan, dan


penurun kolestrol

e) Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur

f) Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat beta


g) Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat

h) Anjurkan program rehabilitasi vaskuler

i) Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi

j) Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan

(DPP PPNI, 2018)

6) Ganggaun Mobilitas Fisik (D.0054)

Dukungan Mobilisasi (I. 05173)

Observasi
a) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
b) Monitor kondisi umum
Terapeutik
a) Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
b) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan mobilisasi
Edukasi
a) Anjurkan melakukan mobilisasi dini
b) Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis, berjalan dari tempat
tidur kekursi roda)
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2017). Keperawatan Medikal bedah. EGC.


DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indnesia (Edisi 1). Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (PPNI).
DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan INdonesia. Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PPNI).
DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keparawatan Indonesia (Edisi 1). Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (PPNI).
Joyce M. Black, jane hokanson hawks. (2014). KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (Edisi 2).
PERKERNI. (2018). Konsensus pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia. PERKRENI.
Shadine, M. (2018). Mengenal Penyakit Diabetes Melitus. Penebit Keenbooks.
Smeltzer, S.C dan B, G. B. (2017). Baru Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PADA Ny.T DENGAN DIABETES MILITUS
DI RUANG CEMPAKA II RSUD DR. LOEKMONO HADI KUDUS

Disusun Oleh :
1. ANITA

2. ATIKAH RAHMAH

3. PUTRI SEPTIANI

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AN NUUR
TAHUN 2021/2022
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada hari Kamis, 19 Mei 2022 di Ruang Cempaka II, RSUD Dr.
Loekmono Hadi Kudus secara autoanamnesa dan alloanamnesa.

1. Identitas

a. Identitas Klien

Nama klien : Ny. S

Umur : 74 tahun

Alamat : Tenggeles 3/2 Mejobo Kudus

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal masuk RS/RB : 13 Maret 2022

Nomor rekam medis : 864xxx

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. A

Umur : 72 tahun

Alamat : Tenggeles 3/2 Mejobo Kudus

Agama : Islam

Hub. Dengan klien : Suami

B. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama

Pasien mengatakan sakit di luka pada tumit kaki kiri

2. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien mengatakan sebelum datang ke rumah sakit mengalami luka sejak 10 mei
2022, kemudian di bawa keluarga ke RSUD Dr. Loekmono Hadi Kudus pada tanggal
19 Mei 2022 pada jam 15.30 setelah dilakukan penanganan kemudian dipindah ke
ruang cemapak 2 pada tanggal 19 mei 2022 jam 16.15 dan kemudian dilakukan
pengkajian pada 19 maret jam 16.25 didapatkan data TD : 130/79 mmHg, RR: 20x/
mnt, N : 87x/mnt, S: 36,5◦C, SPO2 : 98%, TB : 160 cm, BB : 55 kg, GDS :
344mg/dl.
P : Nyeri ulkus DM

Q : Nyeri seperti di tusuk-tusuk.

R : tumit kaki kiri

S : Score 5

T : terus menerus

Pemberian infus NaCl 20 Tpm.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi, dan Diabetus Militus

4. Riwayat Keluarga

Klien mengatakan keluarga tidak ada yang memiliki tanda gejala yang sama dengan
penyakit yang dialaminya.

C. Pola Pengkajian Fungsional

Pola pengkajian fungsional menurut Gordon, yang perlu dikaji adalah :

1. Pola persepsi dan managemen kesehatan

Klien mengatakan berusaha untuk sembuh dengan beristirahat yang cukup dan
memeriksakan kesehatannya jika kurang baik.

2. Pola nutrisi dan metabolik

Sebelum sakit : klien mengatakan makan nasi yang berlebihan dan suka meminum
minuman yang manis. Makan 3x sehari dengan nasi yang porsi besar, bisa habis satu
piring penuh atau bahkan lebih.

Selama sakit : klien mengatakan makan nasi sesuai yang diberikan oleh rumah sakit ,
makan bubur diet DM dan lauk pauk dari RS, kadang merasa kurang lengkap jika
belum makan nasi dan minum makanan yang manis.

3. Pola eliminasi

Sebelum sakit : BAB 1 x sehari dan BAK 4x sehari warna kuning dan bau khas
tekstur padat

Selama sakit : klien mengatakan BAB 1x sehari dan BAK menggunakan alat bantu
DC sebanyak 1500cc/hari.

4. Pola aktivitas dan kebersihan diri

Sebelum sakit : klien mengatakan sebagai ibu rumah tangga bekerja sebagai petani,
mandi 2x sehari dan mengganti pakaian sesuai dengan kebutuhan.
Selama sakit : klien mengatakan saat sakit lebih sering istirahat dan tidur, karena
memiliki ulkus dikaki sebelah kirinya, mandi 1x sehari dan berganti pakaian di bantu
oleh keluarga.

Pola aktivitas Sebelum Sakit Selama Sakit


0 1 2 3 0 1 2 3
Makan √ √
Minum √ √
Mandi √ √
Toileting √ √
Berpakaian √ √
Mobilisasi √ √

Keterangan :

0: Mandiri

1: memerlukan alat

2: memerlukan bantuan

3: memerlukan alat dan bantuan

5. Pola istirahat dan tidur

Sebelum sakit : klien mengatakan bisa tidur 7-8 jam dalam sehari dengan nyaman.

Selama sakit : klien mengatakan selama sakit kurang tidur dan merasa kurang nyaman
dan hanya tidur selama 5-6 jam/ hari.

6. Pola kognitif dan persepsi sensori

Klien mengatakan sudah lama mengidap hiperglikemia tetapi sulit untuk mengontrol
nafsu makan.

7. Pola konsep diri

Klien mengatakan ingin segera sembuh dan ingin segera beraktivitas, ketika sudah
sembuh akan berusaha untuk menjaga pola hidup yang sehat.

8. Pola peran- hubungan

Klien mengatakan sebelum sakit dan selama sakit tidak memiliki masalah dengan
siapapun dan menjalin hubungan yang baik dengan keluarga, tetangga dan
masyarakat.

9. Pola seksual dan seksualitas


Sebelum sakit : klien melakukan hubungan dengan suami dan tidak memiliki masalah
reproduksi.

Selama sakit : klien tidak melakukan hubungan karena ada masalah dengan
kesehatannya.

10. Pola mekanisme koping

Klien mengatakan sebelum sakit dan selama sakit selalu membicarakan masalah atau
keluhannya dengan keluarganya.

11. Pola nilai kepercayaan

Sebelum dan selama sakit : klien mengatakan beragama islam dan rajin beribadah,
saat ini klien hanya bisa berdoa meminta kesehatan.

D. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum

a. Keadaan umum : tampak sakit, lemas, pucat dan lesu.

b. Kesadaran : Composmentis

c. GCS : 15 E 4 M 6 V 5

2. Tanda – tanda vital

TD : 130/79 mmHg

RR : 20x/mnt

N : 87x/mnt

S : 36,5◦C

SPO2 : 99%

3. Tinggi badan : 160 cm Berat badan : 55kg

4. Kepala

a. Bentuk kepala

Simetris, tidak terdapat benjolan

b. Rambut dan kulit kepala

Rambut bersih, warna hitam putih beruban dan tidak ada lesi

c. Mata

Pupil isokor, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak menggunakan
kacamata
d. Hidung

Bentuk hidung simetris, tidak ada sumbatan

e. Telinga

Bentuk simetris, tidak ada penumpukan serumen, tidak memakai alat bantu
pendengaran

f. Mulut

Keadaan lidah lembab, tidak ada karies gigi, bibir kering pucat

g. Leher

Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pembesaran getah bening

5. Dada

a. Paru-paru

Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada retraksi dada

Palpasi : ekspansi dada simetris

Perkusi :bunyi sonor, tidak terdapat suara tambahan

Auskultasi : irama napas tidak teratur, bunyi nafas vesikuler

b. Jantung

Inspeksi -Bentuk prekordium : simetris

-Adanya denyutan di ICS II kanan (Aneurisma aorta asceden)

-Adanya denyutan di ICS II kiri (dilatasi pilmonalis dan


aneurisma aorta descenden)

Palpasi Pada keadaan normal ikttus kordis dapat teraba diruang inter
costa kiri V

Perkusi Pekak

Auskultasi Bunyi jantung teratur, tidak terdapat suara mur-mur.

6. Abdomen

Inspeksi : bentuk datar terdapat ada lesi, tidak ada benjolan umbilikus

Auskultasi: bunyi Peristaltik 12 x/menit

Perkusi : bunyi timpani


Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan

7. Genetalia : bersih, terpasang DC sebanyak 1500cc dengan karakteristik kekuningan

8. Anus : Tidak ada benjolan pada anus

9. Ekstremitas

Superior : tidak ada kelainan bawaan/ cacat, gerak normal.

Inferior : gerak normal, terdapat ulkus di kaki sebelah kiri pada tumit, ada nyeri

P : Nyeri ulkus DM

Q : Nyeri seperti di tusuk-tusuk.

R : tumit kaki kiri

S : Score 5

T : terus menerus

E. Pemeriksaan Penunjang
F. Program Therapy

TERAPI OBAT
NO NAMA OBAT KEGUNAAN DOSIS
1. INF NACL 20 TPM (500 ml)
2. Cefotaxime Antibiotik 2 X 1gram/hr ( 2 gram : 2
3. Ketorolac Meredakan nyeri flacon)
4. Lanzoprazole Menurunkan asam lambung 3 X 1 amp/hr (30mg : 3 ampul)
5. Ondansetron Mencegah mual dan muntah 1x sehari (30 mg : 1 tablet)
6. Apidra Solostar Menstabilkan gula darah 2 x 1 amp/hr (4 ml : 2 ampul)
20 ui
Terapi obat dari tanggal 19 mei 2022- 22 mei 2022

DDS Insulin terapi

>350 : 20

300 - 350 : 16 ui
250 – 300 : 12 ui

200 – 250 : 8 ui

150 – 200 : 4 ui

<150 : 0 ui
ANALISA DATA

Nama : Ny. T

No. Hari/Tanggal Data Fokus Diagnosa Keperawatan TTD


1. Kamis, Ds: Pasien mengatakan nyeri luka di tumit kaki kiri Nyeri Akut Berhubungan tim
19 Mei 2022 P : Nyeri ulkus DM dengan agen pencedera
Jam 16.25 WIB Q : Nyeri seperti di tusuk-tusuk. fisiologis
R : tumit kaki kiri (D.0077)
S : Score 5
T : terus menerus
Do: pasien tampak gelisah dan meringis kesakitan
TD : 130/79 mmHg, RR: 20x/ mnt, N : 87x/mnt, S: 36,5◦C,
SPO2 : 98%,
2. Kamis, Ds: Pasien mengatakan kesulitan dalam mengontrol kadar Ketidak stabilan kadar Tim
19 Mei 2022 gula dalam darahnya. glukosa darah
Jam 16.30 WIB Do: Ketika dilakukan cek GDS kadar gula dalam darahnya berhubungan dengan
344 mg/dl resistensi insulin
(D.0027)
3. Kamis, Ds : pasien mengatakan kesulitan dalam melakukan aktivitas Gangguan Mobilitas tim
19 Mei 2022 karena luka berada di tumit Fisik berhubungan
Jam 16.35 WIB Do: pasien tampak hanya berbaring ditempat tidur dan dengan ulkus DM
aktivitas dibantu keluarga (D.0054)

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama : Ny. T
No. Hari/Tanggal Jam Dx. Keperawatan TTD
1. Kamis, 19 Mei 2022 17.00 WIB Nyeri Akut Berhubungan dengan agen pencedera fisiologis tim
(D.0077)
2. Kamis, 19 Mei 2022 17.00 WIB Ketidak Stabilan Kadar Glukosa darah berhubungan dengan Tim
Resistensi Insulin (D.0027)
3. Kamis, 19 Mei 2022 17: WIB Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan ulkus DM Tim
(D.0054)

PERENCANAAN KEPERAWATAN

Nama : Ny. T

No. Hari/Tgl Tujuan & Kriteria Hasil IntervensiKeperawatan TTD

1. Kamis, Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri (I.08238) Tim


19 Mei keperawatan selama 3 x a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
2022 24 jam, diharapkan kualitas, intesitasnyeri.
16;25 Tingkat Nyeri (L.08066)
b) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
menurun.
nyeri
Kriteria hasil :
c) Berikan teknik nonfarmakalogis untuk mengurangi rasa
a) Keluhan nyeri
nyeri
menurun
b) Meringis menurun d) Anjurkan menggunkan analgetik secara tepat
c) Gelisah menurun
d) Kesulitan tidur
menurun

2. Kamis, Setelah dilakukan asuhan Managemen Hiperglikemia (I..03115) Tim


keperawatan selama 3 x 24 a) Identifikasi penyebab hiperglikemia
19 Mei
jam, diharapkan kestabilan
b) Anjurkan monitor kadar glukosa secara mandiri
2022 kadar glukosa darah
meningkat (L.05022) c) Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olah raga
16:30
Kriteria hasil :
d) Kolaborasi pemberian insulin
a) Kesadaran
meningkat
b) Mengantuk
menurun
c) Keluhan lapar
menurun
d) Kadar glukosa
dalam darah
membaik
3. Kamis, 19 setelah dilakukan tindakan Dukungan Mobilisasi (I. 05173) Tim
Mei 2022 keperawatan diharapkan Observasi
16:35 gangguan mobilitas fisik a) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
teratasi (L. 05042)
Kriteria Hasil : b) Monitor kondisi umum
a) Pasien mampu Terapeutik
melakukan aktivitas a) Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
secara mandiri sesuai b) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
kemampuan meningkatkan mobilisasi
b) Nyeri menurun Edukasi
c) Kelemahan fisik a) Anjurkan melakukan mobilisasi dini
menurun b) Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
(mis, berjalan dari tempat tidur kekursi roda)

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama : Ny.T

No.dp Hari/Tgl Tindakan Respon Hasil TTD


1 Kamis, mengidentifikasi lokasi, Ds: Pasien mengatakan nyeri luka di tumit kaki kiri TIM
19 Mei karakteristik, durasi, P : Nyeri ulkus DM
2022 frekuensi, kualitas, Q : Nyeri seperti di tusuk-tusuk.
Jam 16.25 intesitas nyeri. R : tumit kaki kiri
S : Score 5
T : terus menerus
Do : pasien tampak meringis dan gelisah
TD : 130/79 mmHg, RR: 20x/ mnt, N : 87x/mnt, S: 36,5◦C, SPO2 :
98%,
1 16.45 Mengedukasi teknik Ds : - TIM
distraksi relaksasi Do : pasien tampak kooperaktif dan bisa melakukan secara mandiri
serta lebih nyaman
2 16:30 mengidentifikasi Ds : Pasien mengatakan pola makan kurang teratur dan sering TIM
kemungkinan penyebab merasa lapar, pasien makan porsi besar dan suka makanan yang
hiperglikemia manis
Do:Ketika dilakukan pengecekan GDS 344 mg/dl
2 18:30 Menganjurkan pasien Ds: - TIM
untuk diet Do: pasien tampak kooperaktif, paham dan akan makan sesuai
anjuran dari perawat, dokter dan RS
2 19:00 Memberikan terapi obat Ds: pasien bersedia diberikan obat TIM
Do: pasien tampak kooperaktif, tidak alergi, injeksi Apidra 20 UI
sliding/4jam masuk
3 16:35 Mengidentifikasi Ds : pasien mengatakan kesulitan dalam melakukan aktivitas karena TIM
gangguuan Mobilitas luka berada di tumit
Fisik Do: pasien tampak hanya berbaring ditempat tidur dan aktivitas
dibantu keluarga
3 19:30 Menganjurkan pasien Ds: - TIM
uuntuk melakukan Do: Pasien tampak kooperaktif dan akan melakukan aktivitas dini
mobilisasi dini
1 jumat, 20 Melakukan pemeriksaan Ds: pasien mengatakan bersedia dilakuakn pemeriksaan ttv TIM
Mei 2022
ttv Do: pasien tampak kooperaktif
Jam
08.00 TD : 107/70 mmHg, RR: 22x/ mnt, N : 100x/mnt, S: 36,2◦C,
SPO2 : 99%,
1 08:05 Mengidentifikasi skala Ds: Pasien mengatakan masih nyeri luka di tumit kaki kiri TIM
nyeri P : Nyeri ulkus DM
Q : Nyeri seperti di tusuk-tusuk.
R : tumit kaki kiri
S : Score 5
T : terus menerus
Do: pasien tampak meringis kesakitan, tampak luka di tumit kaki
kiri

1 08:10 Menganjurkan teknik Ds : - TIM


distraksi relaksasi Do : pasien tampak kooperaktif dan bisa melakukan secara mandiri
serta merasa lebih nyaman
1 08:30 Memberikan terapi obat Ds: - TIM
Do: pasien tampak kooperaktif, obat masuk dan tidak alergi
Injeksi ketolorac 30 mg
2 08:40 menganjurkan monitor Ds :Pasien mengatakan gula darah masih tinggi TIM
kadar glukosa secara Do: pasien tampak kooperaktif, GDS :183 mg/dl
mandiri
2 09:00 Menganjurkan pasien Ds: pasien mengatakan makan makanan yang disedian oleh pihak TIM
untuk diet rendah DM RS
Do: pasien tampak kooperaktif, makan makanan sesuai anjuran dari
perawat dan dokter
2 10:00 Memberikan terapi Ds: - TIM
insulin Do: pasien tampak kooperaktif, injeksi Apidrea 4 IU
3 10:30 Mengajarkan mobilisasi Ds: pasien mengatakan melakukan aktivitas sederhana ditempat TIM
sederhana tidur (makan, minum, berpakian)
Do: pasien tamapak kooperaktif dalam melakukan mobilisasi
sederhana
3 11:00 Menganjurkan keluarga Ds: - TIM
pasien uuntuk membantu Do: keluarga pasien tampak kooperaktif dalam membantu pasien
pasien dalam melakukan melakukan aktivitas
aktivitas
1 Sabtu , 21 Melakukan pemeriksaan Ds: pasien mengatakan bersedia dilakukan pemeriksaan ttv TIM
Mei 2022
ttv Do: pasien tampak kooperaktif
Jam
08.00 TD : 83/41 mmHg, RR: 22x/ mnt, N : 101x/mnt, S: 36,4◦C, SPO2 :
97%,
1 08:10 Mengidektifikasi skala Ds :Pasien mengatakan sedikit nyeri pada luka di tumit kaki kiri TIM
nyeri P : Nyeri ulkus DM
Q : Nyeri seperti di tusuk-tusuk.
R : tumit kaki kiri
S : Score 3
T : hialng timbul
Do: pasien tampak meringis kesakitan, tampak luka di tumit kaki
kiri
1 08:30 Menganjurkan teknik Ds : - TIM
distraksi relaksasi Do : pasien tampak kooperaktif dan bisa melakukan secara mandiri
dan nyaman
1 09:00 Memberikan terapi obat Ds: - TIM
Do: pasien tampak kooperaktif, obat masuk dan tidak alergi
Injeksi ketolorac 30 mg
2 09:30 menganjurkan monitor Ds: - TIM
kadar glukosa Do: pasien tampak kooperaktif, GDS :146 mg/dl
2 09:45 Menganjurkan pasien Ds: - TIM
untuk diet rendah DM Do: pasien tampak kooperaktif, makan makanan yang disediakan RS
dan pentingnya olahraga
3 10:30 Mengajarkan mobilisasi Ds: pasien mengatakan melakukan aktivitas sederhana ditempat TIM
sederhana tidur (makan, minum, berpakian)
Do: pasien tamapak kooperaktif dalam melakukan mobilisasi
sederhana
3 11:00 Menganjurkan keluarga Ds: - TIM
pasien uuntuk membantu Do: keluarga pasien tampak kooperaktif dalam membantu pasien
pasien dalam melakukan melakukan aktivitas
aktivitas
3 11:15 Menganjurkan pasien Ds: - TIM
uuntuk melakukan Do: Pasien tampak kooperaktif dan akan melakukan aktivitas dini
mobilisasi dini

EVALUASI

Nama : Ny. T

No Hari/Tgl/ Jam Evaluasi TTD


DP
1. Senin , 22 Mei S : pasien mengatakan nyeri sudah berkurang Tim
2022 P : Nyeri ulkus DM
Jam Q : Nyeri seperti di tusuk-tusuk.
Jam 16:25 R : tumit kaki kiri
S : Score 3
T : hilang timbul
O: pasien tampak rileks
A : masalah nyeri akut teratasi
P : hentikan intervensi
2. Senin , 22 Mei S : pasien mengatakan sudah memahami pentingnya diet DM dan olahraga guna kesembuahn Tim
2022 O : pasien makan makanan sesuai anjuran dari RS, dokter dan perawat
Jam 16:30 Gds: 146 mg/dL
A : Masalah Ketidak stabilan Kadar Glukosa darah teratasi
P : Lanjutkan intervensi di rumah
- monitor kadar gula secara
-kepatuhan terhadap diet DM dan olahraga
3 Senin , 22 Mei S : Pasien mengatakn mengatakan aktivitas fisik secara sederhana dan meninta bantuan TIM
2022 keluarga
Jam 16:35 O : pasien tampak beraktifitas sederhana
A : gangguan Mobilitas Fisik Tearatasi
P : Hentikan Intervensi

Anda mungkin juga menyukai