Dosen Pembimbing :
Disusun oleh:
180112011
S1 KEPERAWATAN TINGKAT 4
STIKES ABDI NUSANTARA JAKARTA
Jl. Kubah Putih No. 7 Rt. 001/014 Kel. Jatibening Kec. Pondok gede Kota Bekasi,
Jawa Barat 17412 Telp. (021) 8690 1352.
TAHUN 2021
1. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah(hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya (smelzel dan Bare,2015). Diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit atau gangguan metabolik dengan karakteristik
hipeglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi urin, kerja insulin, atau kedua –
duanya (ADA,2017)
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak
cukup dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak efisien menggunakan
insulin itu sendiri. Insulin adalah hormon yang mengatur kadar gula darah.
Hiperglikemia atau kenaikan kadar gula darah, adalah efek yang tidak terkontrol
dari diabetes dan dalam waktu panjang dapat terjadi kerusakan yang serius pada
beberapa sistem tubuh, khususnya pada pembuluh darah jantung (penyakit
jantung koroner), mata (dapat terjadi kebutaan), ginjal (dapat terjadi gagal ginjal)
(WHO,2011)
2. Etiologi
Menurut Smeltzer 2015 Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan kedalam 2 kategori
klinis yaitu:
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DM TIPE1)
a. Genetik
Umunya penderita diabetes tidak mewarisi diabetes type 1 namun mewarisi
sebuah predisposisis atau sebuah kecendurungan genetik kearah terjadinya
diabetes type 1. Kecendurungan genetik ini ditentukan pada individu yang
memiliki type antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA ialah
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi & proses
imunnya. (Smeltzer 2015 danbare,2015)
b. Imunologi
Pada diabetes type 1 terdapat fakta adanya sebuah respon autoimum. Ini adalah
respon abdomal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh secara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya sebagai jaringan asing.
(Smeltzer 2015 danbare,2015)
c. Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta. (Smeltzer 2015 dan bare,2015)
3. Manifestasi Klinis
Menurut PERKENI (2015) , penyakit diabetes melitus ini pada awalnya seringkali
tidak dirasakan dan tidak disadari penderita. Tanda awal yang dapat diketahui bahwa
seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek
peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai
nilai 160-180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung
gula (glucose),sehingga urine sering dilebung atau dikerubutisemut.
Menurut PERKENI gejala dan tanda tanda DM dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:
b. Sering merasahaus(polidipsi)
Dengan banyaknya urin keluar, tubuh akan kekurangan air atau dehidrasi.untu mengatasi
hal tersebut timbulah rasa haus sehingga orang ingin selalu minum dan ingin minum
manis, minuman manis akan sangat merugikan karena membuat kadar gula semakin
tinggi.
c. Jumlah urin yang dikeluarkan banyak (poliuri)
Jika kadar gula melebihi nilai normal , maka gula darah akan keluar bersama urin,untu
menjaga agar urin yang keluar, yang mengandung gula,tak terlalu pekat, tubuh akan
menarik air sebanyak mungkin ke dalam urin sehingga volume urin yang keluar banyak
dan kencing pun sering.Jika tidak diobati makaakan timbul gejala banyak minum,
banyak kencing, nafsu makan mulai berkurang atau berat badan turun dengan cepat
(turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah dan bila tidak lekas diobati, akan
timbul rasa mual (PERKENI, 2015) .
Difisiensi insulin juga akan menganggu metabilisme protein dalam lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan (polifagia), akibat menurunan simpanan kalori. Gejala lainya kelelahan dan
kelemahan . dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis(pemecahan
glikosa yang tersimpan) dan glukoneogenesis(pembentukan glukosa baru dari asam
asam amino dan subtansi lain). Namun pada penderita difisiensi insulin,proses ini akan
terjadi tampa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hipergikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi
badan keton yang merupakan produk smping pemecahan lemak.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan darah
N Pemeriksaan Normal
o
1 Glukosa darah sewaktu Glukosa >200mg/dl
2. Pemeriksaan fungsitiroid
3. Urine
cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine :
4. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan
jenis kuman.
6. Komplikasi
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada penderita DM tipe II akan
a. Komplikasi Akut
dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat.
Hipoglikemi
(PERKENI, 2015).
Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-
1200 mg/dl), tanpa tanda dan gejala asidosis,osmolaritas plasma sangat
meningkat (330-380 mOs/ml),plasma keton (+/-), anion gap normal atau
sedikit meningkat (PERKENI, 2015).
b. Komplikasi Kronis(Menahun)
dari:
darah otak
tuberkolusis paru, infeksi saluran kemih,infeksi kulit dan infeksi kaki. dan
disfungsiereksi.
7. Pencegahan
A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatansekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan pada
esktremitas,luka yang sukar sembuh Sakit kepala, menyatakan seperti mau
muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
b. Riwayat kesehatanlalu
Biasanya klien DM mempunyai Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti
Infark miokard
c. Riwayat kesehatankeluarga
Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM
a. Pola persepsi
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tatalaksana
hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gangren pada kaki
yang lama,lebih dari 6 juta dari penderita DM tidak menyadari akan terjadinya
resiko kaki diabetik bahkan mereka takut akan terjadinya amputasi (Debra
Clair,Jounal Februari)
b. Pola nutrisi metabolik
Akibat produksi insulin yang tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin
keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek , mual muntah.
c. Pola eliminasi
Kelemahan, susah berjalan dan bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan
terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahanotot otot pada tungkai
Istirahat tidak efektif adanya poliuri,nyeri pada kaki yang luka,sehingga klien
f. Kongnitif persepsi
Pasien dengan gangren cendrung mengalami neuropati/ mati rasa pada luka
penurunan, gangguanpenglihatan.
g. Persepsi dan konsep diri
mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh , lamanya
h. Peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu
i. Seksualitas
3. Pemeriksaan fisik
Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu. Tekanan darah dan
pernafasan pada pasien dengan pasien DM bisa tinggi atau normal, Nadi dalam
batas normal, sedangkan suhu akan mengalami perubahan jika terjadi infeksi.
b. Pemeriksaan Kulit
Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan jika kekurangan
cairan maka turgor kulit akan tidak elastis. kalau sudah terjadi komplikasi
kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, dan JVP (Jugularis Venous Pressure)
normal 5-2cmH2.
dan dalam.
f. Pemeriksaan Abdomen
Sering BAK
h. Pemeriksaan Muskuloskeletal
i. Pemeriksaan Ekstremitas
Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa nyeri, bisa terasa
baal
j. Pemeriksaan Neurologi
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil RencanaTindakan
Keperawatan
1. Ketidakstabilan Setelah dilakukan Manajemen hiperglikemia
kadar glukosa
tindakan keperawatan Observasi
darah
berhubungan selama 1x24 jam, 1. Identifikasi kemungkinan
dengan
kestabilan kadar glukosa penyebab hiperglikemia
resistensiinsulin
(D.0027) darah Meningkat dengan 2. Monitor tanda dan gejala
kriteria hasil : hiperglikemia
1. Kestabilan kadar Terapeutik
glukosa darah membaik 3. Berikan asupan cairan oral
2. Status nutrisi membaik Edukasi
3. Tingkat pengetahuan 4. Ajurkan kepatuhan terhadap
meningkat diet
Kolaborasi
5. Kolaborasi pemberian insulin
2. Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
berhubungan
tindakan keperawatan Observasi
dengan Agen
cederafisik selama 1x24 jam, Nyeri 1. Identifikasi lokasi,
(D.0077)
Menurun dengan kriteria karakteristik, durasi, frekuensi,
hasil : kualitas,intensitas nyeri
1. Tingkat nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
2. Penyembuhan luka Terapeutik
membaik 3. Berikan teknik non
3. Tingkat cidera menurun farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (tekhnik relaksasi
nafas dalam)
Edukasi
4. Jelaskan penyebab dan periode
danpemicu nyeri
Kolaborasi
5. Kolaborasi pemberian
analgetik
3. Risiko Infeksi Setelah dilakukan 1. Pengcegahan Infeksi
b.d
tindakan keperawatan Observasi
peningkatan
Leukosit selama 3x24 jam, tingkat 1. Monitor tanda dan gejala
(D.0142)
infeksi Menurun dengan infeksi lokal dan sistematik
kriteria hasil : Terapetik
1. Tingkat nyeri menurun 1. Berikan perawatan kulit pada
2. Integritas kulit dan area edema
jaringanmembaik 2. Cuci tangan sebelum dan
3. Kontrol resiko sesudah kontak dengan
meningkat pasien dan lingkungan pasien
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
2. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik
2. Perawatan luka
Observasi
1. Monitor karakteristik luka
(drainase, warna ukuran, bau)
2. Monitor tanda tanda infeksi
Terapeutik
1. Lepaskan balutan dan plester
seccara perlahan
2. Bersihkan dengan Nacl
3. Bersihkan jaringan nikrotik
4. Berikan salaf yang sesuai
kekulit
5. Pertahan teknik steril saat
melakukanperawatan luka
Edukasi
1. Jelaskan tanda,gejala infeksi
Kolaborasi
1. Kolaborasi prosedur
debridement
4. Intoleransi Setelah dilakukan Terapi aktivitas
Aktivitas tindakan keperawatan Observasi
berhubungan selama 3x24 jam, 1. Identifikasi defisit tingkat
dengan toleransi aktivitas aktivitas
imobilitas Meningkat dengan kriteria 2. Identifikasi kemapuan
(D.0056) hasil : berpartisipasi dalam aktivitas
tertentu
1. Toleransi aktivitas Terapeutik
2. Ambulasi 1. Fasilitasi pasien dan keluarga
3. Tingkat keletihan dalam menyesuiakan
lingkungan untuk
mengakomodasi aktivitas
yang di pilih
2. Libatkan keluarga dalam
aktivitas
Edukasi
1. Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan keluarga
untuk pemenuhan ADLs
pasien
D. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam
proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi
pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan (Nursallam,
2011).
E. Evaluasi
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
Smeltzer, S.C dan B,G Bare. 2015. Baru Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC
Dosen Pembimbing :
Disusun oleh:
180112011
S1 KEPERAWATAN TINGKAT 4
STIKES ABDI NUSANTARA JAKARTA
Jl. Kubah Putih No. 7 Rt. 001/014 Kel. Jatibening Kec. Pondok gede Kota Bekasi,
Jawa Barat 17412 Telp. (021) 8690 1352.
TAHUN 2021