Anda di halaman 1dari 16

PORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah(hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya (smelzel dan Bare,2015).
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit atau gangguan metabolik
dengan karakteristik hipeglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi urin, kerja insulin,
atau kedua – duanya ( ADA,2017)
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak
cukup dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak efisien menggunakan insulin
itu sendiri. Insulin adalah hormon yang mengatur kadar gula darah. Hiperglikemia atau
kenaikan kadar gula darah, adalah efek yang tidak terkontrol dari diabetes dan dalam
waktu panjang dapat terjadi kerusakan yang serius pada beberapa sistem tubuh,
khususnya pada pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner), mata (dapat terjadi
kebutaan), ginjal (dapat terjadi gagal ginjal) (WHO, 2011).
Dari Uraian diatas dapat disimpulkan Diabetes Melitus adalah gangguan
metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolism karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi
insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi
kronis mikrovaskular, makrovaskular dan neuropati

2. KLASIFIKASI
Menurut American Diabetes Asociation (ADA,2015). DM dapat di klasifikasikan
menjadi beberapa tipe yakni, DM tip 1, DM tipe 2, Dm gestasional. Beberapa tipe yang
ada, DM tipe 2 merupakan salah satu jenis yang paling banyak ditemukan yaitu lebih
dari 90-95%. Dimana faktor pencetus dari DM tipe 2 yakni berupa obesitas, mengosumsi
makanan instan, terlalu banyak makan karbohidrat, merokok dan stres, kerusakan pada
sel prankreas dan kelainan hormonal.

62
1. Klasifikasi risiko statistik
a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
b. Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa
Pada Diabetes Mellitus tipe 1 sel-sel β pancreas yang secara normal
menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh proses autoimun, sebagai
akibatnya penyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa
darah. Diabetes mellitus tipe I ditandai oleh awitan mendadak yang biasanya
terjadi pada usia 30 tahun. Diabetes mellitus tipe II terjadi akibat penurunan
sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah
produksi insulin (Smetlzer and Bare, 2015).

3. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer 2015 Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan kedalam 2 kategori
klinis yaitu,
1) Diabetes Melitus tergantung insulin (DM TIPE 1)
a) Genetik
Umunya penderita diabetes tidak mewarisi diabetes type 1 namun mewarisi
sebuah predisposisis atau sebuah kecendurungan genetik kearah terjadinya
diabetes type 1. Kecendurungan genetik ini ditentukan pada individu yang
memiliki type antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA ialah
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi & proses
imunnya. (Smeltzer 2015 dan bare,2015)
b) Imunologi
Pada diabetes type 1 terdapat fakta adanya sebuah respon autoimum. Ini adalah
respon abdomal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh secara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya sebagai jaringan asing.
(Smeltzer 2015 dan bare,2015)
c) Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta. (Smeltzer 2015 dan bare,2015)
2) Diabetes melitus tidak tergantung insulin (DM TIPE II)

63
Menurut Smeltzel 2015 Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor
genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin
Faktor-faktor resiko :
- Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th
- Obesitas
- Riwayat keluarga

4. PATOFISIOLOGI
Tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel yang rusak.
Disamping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh dapat berfungsi dengan
baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari bahan makanan yang kita makan
setiap hari. Bahan makanan tersebut terdiri dari unsur karbohidrat, lemak dan protein
(Mansjoer, 2010)
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami
metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai
40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut terganggu
karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan
metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap
berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.
Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin. Akibat
kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar
gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi
ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi
hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa
dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan
dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka
sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi
intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus
terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.

64
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke
sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan
protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh,
maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut
poliphagia. Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat
dalam darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan
meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine
dan pernapasan, akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-
buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut
koma diabetik (Price & Wilson, 2012).

65
5. MANIFESTASI KLINIS
Menurut PERKENI (2015) , penyakit diabetes melitus ini pada awalnya
seringkali tidak dirasakan dan tidak disadari penderita. Tanda awal yang dapat
diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung
dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah
mencapai nilai 160-180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang
mengandung gula (glucose),sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut
Menurut PERKENI gejala dan tanda tanda DM dapat digolongkan menjadi 2
yaitu:
1) Gejala akut penyakit DM
Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap, bahkan mungkin tidak menunjukan
gejala apapun sampai saat tertentu. Pemulaan gejala yang ditunjukan meliputi:
a. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Poliphagi)
Pada diabetes,karena insulin bermasalah pemaasukan gula kedalam sel sel
tubuh kurang sehingga energi yang dibentuk pun kurang itun sebabnya orang
menjadi lemas. Oleh karena itu, tubuh berusaha meningkatkan asupan makanan
dengan menimbulkan rasa lapar sehingga timbulah perasaan selalu ingin
makan
b. Sering merasa haus(polidipsi)
Dengan banyaknya urin keluar, tubuh akan kekurangan air atau dehidrasi.untu
mengatasi hal tersebut timbulah rasa haus sehingga orang ingin selalu minum
dan ingin minum manis, minuman manis akan sangat merugikan karena
membuat kadar gula semakin tinggi.
c. Jumlah urin yang dikeluarkan banyak(poliuri)
Jika kadar gula melebihi nilai normal , maka gula darah akan keluar bersama
urin,untu menjaga agar urin yang keluar, yang mengandung gula,tak terlalu
pekat, tubuh akan menarik air sebanyak mungkin ke dalam urin sehingga
volume urin yang keluar banyak dan kencing pun sering.Jika tidak diobati
maka akan timbul gejala banyak minum, banyak kencing, nafsu makan mulai
berkurang atau berat badan turun dengan cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 2-4

66
minggu), mudah lelah dan bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual
(PERKENI, 2015) .
2) Gejala kronik penyekit DM
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM (PERKENI, 2015)
adalah:
a. Kesemutan
b. Kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum
c. Rasa tebal dikulit
d. Kram
e. Mudah mengantuk
f. Mata kabur
g. Biasanya sering ganti kaca mata
h. Gatal disekitar kemaluan terutama pada wanita
i. Gigi mudah goyah dan mudah lepas
j. Kemampuan seksual menurun
k. Dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin
dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg

6. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Price & Wilson, 2012) adalah :
1) Akut
a. Hipoglikemia dan hiperglikemia
b. Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung
koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
c. Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Smetlzer and Bare, 2013).
2) Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
a. Neuropati diabetic
b. Retinopati diabetic
c. Nefropati diabetic

67
d. Proteinuria
e. Kelainan koroner
f. Ulkus/gangren (Smetlzer and Bare, 2015)

Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:


a. Grade 0 : tidak ada luka
b. Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
c. Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
d. Grade III : terjadi abses
e. Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
f. Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal

7. PENEGAKAN DIAGNOSTIK
a) Pemeriksaan laboratorium
Menurut WHO (World Health Organization), 2015 Pemeriksaan laboratorium yang
dilakukan untuk menegakkan diagnostik adalah :
1. Pemeriksaan darah
Tabel 2.1 Kadar Glukosa Darah
NO Pemeriksaan Nilai Normal
1. Glukosa darah sewaktu >200 mg/dl
2. Glukosa darah puasa >140 mg/dl
3. Glukosa darah 2 jam setelah makan >200 mg/dl
Sumber : (WHO (World Health Organization) ,2015)
2. Pemeriksaan fungsi tiroid
Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan
kebutuhan akan insulin.
3. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).

68
4. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman

8. PENATALAKSANAAN
Menurut PERKENI 2015 tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar
glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada
pola aktivitas pasien.
Ada lima konponen dalam penatalaksanaan DM menurut PERKENI 2015, yaitu:
1) Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat:
a. Memperbaiki kesehatan umum penderita
b. Mengarahkan pada berat badan normal
c. Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
d. Mempertahankan kadar KGD normal
e. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
f. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
g. Menarik dan mudah diberikan
1) Prinsip diet DM, adalah:
a. Jumlah sesuai kebutuhan
b. Jadwal diet ketat
c. Jenis: boleh dimakan/tidak
2) Diet DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan
kalorinya.
1. Diet DM I : 1100 kalori
2. Diet DM II : 1300 kalori
3. Diet DM III : 1500 kalori
4. Diet DM IV : 1700 kalori

69
5. Diet DM V : 1900 kalori
6. Diet DM VI : 2100 kalori
7. Diet DM VII : 2300 kalori
8. DM VIII : 2500 kalori
Keterangan :
Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan
normal

Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus, diabetes remaja,


atau diabetes komplikasi.
3) Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J
yaitu:
1. J I : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau
ditambah
2. J II : jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya.
3. J III : jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi
penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of relative body
weight (BBR= berat badan normal) dengan rumus :

BB ( kg )
BBR= ×100 %
TB ( cm )−100
Keterangan :

1) Kurus (underweight) : BPR<90%


2) Normal (ideal) : BPR 90% -110%
3) Gemuk (overweight) : BPR >110%
4) Obesitas apabila : BPR> 120%
5) Obesitas ringan : BPR 120% -130%
6) Obesitas sedang : BPR 130% - 140%
7) Obesitas berat : BPR 140 – 200%

70
8) Morbid : BPR > 200%

Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang
bekerja biasa adalah
1) Kurus : BB X 40 – 60 kalori sehari
2) Normal : BB X 30 kalori sehari
3) Gemuk : BB X 20 kalori sehari
4) Obesitas : BB X 10-15 kalori sehari
2) Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:
a. Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan setiap 1 ½
jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita
dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan
sensitivitas insulin dengan reseptornya.
b. Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
d. Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang
pembentukan glikogen baru
f. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran
asam lemak menjadi lebih baik.
3) Penyuluhan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan salah satu
bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara
atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan
sebagainya.
4) Obat
1) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
a. Mekanisme kerja sulfanilurea
1. kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
2. kerja OAD tingkat reseptor

71
b. Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang
dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
1. Biguanida pada tingkat prereseptor à ekstra pankreatik
a) Menghambat absorpsi karbohidrat
b) Menghambat glukoneogenesis di hati
c) Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
2. Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin
3. Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraseluler
2) Insulin
Indikasi penggunaan insulin :
a. DM tipe I
b. DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
c. DM kehamilan
d. DM dan angrene faal hati yang berat
e. DM dan infeksi akut (selulitis, angrene)
f. DM dan TBC paru akut
g. DM dan koma lain pada DM
h. DM operasi
i. DM patah tulang
j. DM dan underweight
k. DM dan penyakit Graves
Beberapa cara pemberian insulin :
a. Suntikan insulin subkutan
Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah suntikan
subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa
factor antara lain:
b. Lokasi suntikan
Ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yitu dinding perut, lengan, dan
paha. Dalam memindahkan suntikan (lokasi) janganlah dilakukan setiap

72
hari tetapi lakukan rotasi tempat suntikan setiap 14 hari, agar tidak
memberi perubahan kecepatan absorpsi setiap hari.
c. Pengaruh latihan pada absorpsi insulin
Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan dalam waktu 30
menit setelah suntikan insulin karena itu pergerakan otot yang berarti,
hendaklah dilaksanakan 30 menit setelah suntikan
d. Pemijatan (Masage)
Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin.
e. Suhu
Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan mempercepat
absorpsi insulin.
f. Dalamnya suntikan
Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin dicapai. Ini berarti
suntikan intramuskuler akan lebih cepat efeknya daripada subcutan.
Konsentrasi insulin apabila konsentrasi insulin berkisar 40 – 100 U/ml,
tidak terdapat perbedaan absorpsi. Tetapi apabila terdapat penurunan dari u
–100 ke u – 10 maka efek insulin dipercepat.
g. Suntikan intramuskular dan intravena
Suntikan intramuskular dapat digunakan pada koma diabetik atau pada
kasus-kasus dengan degradasi tempat suntikan subkutan. Sedangkan
suntikan intravena dosis rendah digunakan untuk terapi koma diabetik.

73
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Menurut (Santosa, Budi. 2008) :
1) Identitas klien
Nama pasien, tanggal lahir,umur, agama, jenis kelamin, statusperkawinan,
pendidikan, pekerjaan, No rekam medis.
2) Keluhan utama
a. Kondisi hiperglikemi:
Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing, dehidrasi, suhu tubuh
meningkat, sakit kepala.
b. Kondisi hipoglikemi
Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit
kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di
daerah bibir, pelo, perubahan emosional, penurunan kesadaran.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal padakulit yang
disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa berat, mata kabur,
kelemahan tubuh. Disamping itu klien juga mengeluh poliurea, polidipsi, anorexia,
mual dan muntah, BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut, kram otot,
gangguan tidur/istirahat, haus, pusing/sakit kepala, kesulitan orgasme pada wanita
dan masalah impoten pada pria.
4) Riwayat kesehatan dahulu
DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguanpenerimaan insulin,
gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan seperti glukokortikoid, furosemid,
thiazid, beta bloker, kontrasepsiyang mengandung estrogen.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM
6) Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas dan Istirahat

74
Gejala : lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, tonusotot menurun,
gangguan istirahat dan tidur.
Tanda : takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau denganaktivitas,
letargi, disorientasi, koma
b. Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard akut, klaudikasi,
kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang
lama.
Tanda : takikardia, perubahan TD postural, nadi menurun, disritmia, krekels,
kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung.
c. Integritas ego
Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yangberhubungan
dengan kondisi.
Tanda : ansietas, peka rangsang.
d. Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeriterbakar,
kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah,hiperaktif pada
diare.
a. Makanan dan cairan
Gejala : hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan
masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
Tanda : kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi abdomen, muntah,
pembesaran tiroid, napas bau aseton
b. Neurosensori
Gejala : pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia,gangguan
penglihatan.
Tanda : disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguanmemori, refleks
tendon menurun, kejang.
c. Kardiovaskuler

75
Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TDpostural, hipertensi
dysritmia, krekel, DVJ (GJK)
d. Pernapasan
Gejala : merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpasputum.
Tanda : pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.
e. Seksualitas
Gejala : rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme padawanita
f. Gastro intestinal
Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, anseitas,wajah meringis pada
palpitasi, bising usus lemah/menurun.
g. Muskulo skeletal
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki, reflek tendon
menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.
h. Integumen
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek, pembesaran
tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak), kulitrusak, lesi/ulserasi/ulkus

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan gangguan toleransi gula
darah dibuktikan dengan kadar glukosa dalam darah/urine tinggi
2. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi,
perubahan status nutrisi dibuktikan dengan kerusakan jaringan dan lapisan kulit
3. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif dibuktikan dengan turgor
kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun
4. Intoleransi aktivitas berhubungan kelemahan dibuktikan dengan merasa lemah, merasa
tidak nyaman setelah beraktivitas, mengeluh lelah
5. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan dibuktikan
dengan penurunan berat badan lebih dari 10% di bawah rentang ideal
6. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia di buktikan dengan
akral teraba dingin , warna kulit pucat ,turgor kulit menurun.
7. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (mis. Diabetes mellitus)

76
77

Anda mungkin juga menyukai