Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES

MELLITUS DI RUANG ADELIA

RS GARAHA MEDIKA

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Studi Profesi Ners
Di STIKES Banyuwangi

Oleh :

Kelompok E

1. Angga Wasito Adi Putra


2. Agung Prayitno
3. Avinda Yulia Pratiwi
4. Andini Setyaningrum
5. Siti Zulaiha
6. Elvarosa Rohmania

PROGRAM STUDI PROFESI (NERS)

STIKES BANYUWANGI

TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELLITUS
1. Pengertian
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah(hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya (smelzel dan Bare,2015). Diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit atau gangguan metabolik dengan karakteristik
hipeglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi urin, kerja insulin, atau kedua –
duanya (ADA,2017).
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak
cukup dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak efisien menggunakan insulin
itu sendiri. Insulin adalah hormon yang mengatur kadar gula darah. Hiperglikemia atau
kenaikan kadar gula darah, adalah efek yang tidak terkontrol dari diabetes dan dalam
waktu panjang dapat terjadi kerusakan yang serius pada beberapa sistem tubuh,
khususnya pada pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner), mata (dapat terjadi
kebutaan), ginjal (dapat terjadi gagal ginjal) (WHO, 2011).
Diabetes Mellitus (kencing manis) adalah suatu penyakit dengan peningkatan
glukosa darah diatas normal. Dimana kadar diatur tingkatannya oleh hormon insulin
yang diproduksi oleh pankreas (Shadine, 2010).
2. Etiologi
Menurut Smeltzer 2015 Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan kedalam 2
kategori klinis yaitu:
a. Diabetes Melitus tergantung insulin (DM TIPE 1)
1) Genetik Umunya penderita diabetes tidak mewarisi diabetes type 1 namun
mewarisi sebuah predisposisis atau sebuah kecendurungan genetik kearah
terjadinya diabetes type 1. Kecendurungan genetik ini ditentukan pada individu
yang memiliki type antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA
ialah kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi & proses
imunnya. (Smeltzer 2015 dan bare,2015)
2) Imunologi Pada diabetes type 1 terdapat fakta adanya sebuah respon autoimum.
Ini adalah respon abdomal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh
secara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya sebagai jaringan
asing. (Smeltzer 2015 dan bare,2015)
3) Lingkungan Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta. (Smeltzer 2015 dan bare,2015).
b. Diabetes melitus tidak tergantung insulin (DM TIPE II)
Menurut Smeltzel 2015 Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui.
Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Faktor-
faktor resiko :
1) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
3. Manifestasi Klinis
Menurut Perkeni (2015) , penyakit diabetes melitus ini pada awalnya seringkali
tidak dirasakan dan tidak disadari penderita. Tanda awal yang dapat diketahui bahwa
seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek
peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai
nilai 160-180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung
gula (glucose),sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut. Gejala dan tanda
DM dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:
a Gejala akut penyakit DM
Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap, bahkan mungkin tidak menunjukan
gejala apapun sampai saat tertentu. Pemulaan gejala yang ditunjukan meliputi:
1) Lapar yang berlebihan atau makan banyak (poliphagi) Pada diabetes,karena
insulin bermasalah pemaasukan gula kedalam sel sel tubuh kurang sehingga
energi yang dibentuk pun kurang itun sebabnya orang menjadi lemas. Oleh karena
itu, tubuh berusaha meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan rasa
lapar sehingga timbulah perasaan selalu ingin makan
2) Sering merasa haus (polidipsi) Dengan banyaknya urin keluar, tubuh akan
kekurangan air atau dehidrasi.untu mengatasi hal tersebut timbulah rasa haus
sehingga orang ingin selalu minum dan ingin minum manis, minuman manis akan
sangat merugikan karena membuat kadar gula semakin tinggi.
3) Jumlah urin yang dikeluarkan banyak (poliuri) Jika kadar gula melebihi nilai
normal , maka gula darah akan keluar bersama urin,untu menjaga agar urin yang
keluar, yang mengandung gula,tak terlalu pekat, tubuh akan menarik air sebanyak
mungkin ke dalam urin sehingga volume urin yang keluar banyak dan kencing
pun sering.Jika tidak diobati maka akan timbul gejala banyak minum, banyak
kencing, nafsu makan mulai berkurang atau berat badan turun dengan cepat (turun
5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah dan bila tidak lekas diobati, akan
timbul rasa mual.
b. Gejala kronik penyekit DM Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM
(Perkeni, 2015) adalah:
1) Kesemutan
2) Kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum
3) Rasa tebal dikulit
4) Kram
5) Mudah mengantuk
6) Mata kabur
7) Biasanya sering ganti kaca mata
8) Gatal disekitar kemaluan terutama pada wanita
9) Gigi mudah goyah dan mudah lepas
10) Kemampuan seksual menurun
11) Dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam
kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg
4. Patofisiologi
Menurut Smeltzer, pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel sel beta prankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh
hati. Disamping glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dihati
meskipun tetap berada dalam darah menimbulkan hiperglikemia prospandial.jika
kosentrasi glukosa daram darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali
glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam
urine(glikosuria). Ketika glukosa yang berlebihan dieksresikan kedalam urine,ekresi ini
akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan
diuresis ostomik,sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan
mengalami peningkatan dal berkemih(poliurea),dan rasa haus (polidipsi). (Smeltzer
2015 dan Bare,2015).Difisiensi insulin juga akan menganggu metabilisme protein
dalam lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami
peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunan simpanan kalori. Gejala lainya
kelelahan dan kelemahan . dalam keadaan normal insulin mengendalikan
glikogenolisis(pemecahan glikosa yang tersimpan) dan glukoneogenesis(pembentukan
glukosa baru dari asam asam amino dan subtansi lain). Namun pada penderita difisiensi
insulin,proses ini akan terjadi tampa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan
hipergikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan
peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk smping pemecahan lemak.
Badan keton merupakan asam yang menganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebih. Ketoasidosis yang disebabkan dapat menyebabkan tanda tanda
gejala seperti nyeri abdomen mual, muntah, hiperventilasi, dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan penurunan kesadaran,koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama
cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan
metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan
latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi
yang penting. (Smeltzer 2015 dan Bare,2015).
DM tipe II merupakan suatu kelainan metabolik dengan karakteristik utama
adalah terjadinya hiperglikemia kronik. Meskipun pula pewarisannya belum jelas,
faktor genetik dikatakan memiliki peranan yang sangat penting dalam munculnya DM
tipe II. Faktor genetik ini akan berinterksi dengan faktor faktor lingkungan seperti gaya
hidup, obesitas,rendah aktivitas fisik,diet, dan tingginya kadar asam lemak
bebas(Smeltzer 2015 dan Bare,2015). Mekanisme terjadinya DM tipe II umunya
disebabkan karena resistensi insulin dan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terkait
dengan reseptor khusus pada permukaan sel.sebagai akibat terikatnya insulin dengan
reseptor tersebut,terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.
Resistensi insulin DM tipe II disertai dengan penurunan reaksi intra sel. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah,harus terjadi peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. (Smeltzer 2015 dan
Bare,2015).Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat
sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang
normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel sel B tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan
terjadinya DM tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang berupakan ciri
khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk
mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya, karena itu
ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada DM tipe II, meskipun demikian, DM tipe II yang
tidak terkontrol akan menimbulkan masalah akut lainya seperti sindrom Hiperglikemik
Hiporosmolar Non-Ketotik(HHNK). Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung
lambat(selama bertahun tahun) dan progesif, maka DM tipe II dapat berjalan tanpa
terdeteksi. Jika gejalannya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan, seperti:
kelelahan, iritabilitas, poliuria,polidipsia, luka pada kulit yang lama sembuh, infeksi
vagina atau pandangan kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi) (Smeltzer 2015 dan
Bare,2015).
5. Pathway
Reaksi Autoimun Obesitas, Usia, Genetik

DM tipe I DM tipe II

Sel Beta Prancreas Hancur Sel Beta Prancreas Rusak

Defisiensi Urine

Anabolisme Proses Liposis Meningkat Penurunan Pemakaian Glukosa

Kerusakan pd Antibodi Gliserol Asam Lemak Bebas Hiperglikemia

Kekebalan Tubuh Ateroskleresis Katogenesis Poliphagi Viskolita Darah

Neuropati Sensori Perifer Ketonuria Polidipsi Aliran darah


lambat

Klien merasa sakit pd Luka Ketoasidosis Poliurea Ischemic Jaringan


(nyeri abdomen,
Nyeri Gangguan Rasa mual muntah) Perfusi Perifer
Akut Nyaman Tidak Efektif

Ketidakseimbangan Kekurangan Ketidakstabilan Nekrosis Luka


Nutrisi Kurang dari Volume Kadar Glukosa
Kebutuhan tubuh Cairan Darah.
Gangren

Resiko Gangguan Aktivitas Kerusakan


Infeksi Citra Tubuh terganggu Integritas Kulit
& Jaringan

Intoleransi
Aktifitas

(Smeltzel dan Bare,2015).


6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah Tabel
1) Kadar Glukosa Darah
Tabel 1.1 Kadar Glukosa Darah

No Pemeriksaan Normal
1 Glukosa darah sewaktu <200 mg/dl
2 Glukosa darah sebelum makan/ setelah puasa 70-100 mg/dl
setidaknya 8jam
3 Glukosa darah sebelum tidur /2 jam setelah <140 mg/d
makan

2) Pemeriksaan fungsi tiroid


Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan
kebutuhan akan insulin.
3) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
4) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan
jenis kuman.
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Perkeni (2015), komponen dalam penatalaksan DM yaitu :
1) Diet
Syarat diet hendaknya dapat:
a) Memperbaiki kesehatan umum penderita
b) Mengarahkan pada berat badan normal
c) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
d) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
Prinsip diet DM, adalah :
(1) Jumlah sesuai kebutuhan
(2) Jadwal diet ketat
(3) Jenis: boleh dimakan/ tidak
Dalam melaksanakan diet diabetes sehari hari hendaknya diikuti pedoman 3 J
yaitu:
(1) Jumlah kalori yang diberikan harus habis,jangan dikurangi atau ditambah
(2) Jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya
(3) Jenis makanan yang manis harus dihindari Penentuan jumlah kalori diet
DM harus disesuaikan oleh status gizi penderita,penetuan gizi dilaksankan
dengan menghitung percentage of relative body weight (BPR=berat badan
normal) dengan rumus:
BPR= BB(kg) X 100%
TB(cm) -100
Keterangan :

- Kurus (underweight) : BPR <90%


- Normal (Ideal) : BPR 90%-100%
- Gemuk (overweight) : BPR >100%
- Obesitas apabila : BPR >120%
 Obesitas ringan : 120%-130%
 Obesitas sedang : 130%-140%
 Obesitas berat : 140%-200%
 Morbid : >200%
2) Olahraga
Beberapa kegunaan olahraga teratur setiap hari bagi penderita DM adalah:
a) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 11/2 jam sesudah
makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan
kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan
sensivitas insulin dengan reseptornya.
b) Mencegah kegemukan bila ditambah olahraga pagi dan sore.
c) Memperbaiki aliran perifer dan menanbah suplai oksigen.
d) Meningkatkan kadar kolestrol – high density lipoprotein.
e) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka olahraga akan
dirangsang pembentukan glikogen baru.
f) Menurunkan kolesterol(total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran
asam lemak menjadi lebih baik.
3) Edukasi/penyuluhan
Harus rajin mencari banyak informasi mengenai diabetes dan pencegahannya.
Misalnya mendengarkan pesan dokter, bertanya pada dokter, mencari artikel
mengenai diabetes.
4) Pemberian obat-obatan
Pemberian obat obatan dilakukan apabila pengcegahan dengan cara
(edukasi,pengaturan makan,aktivitas fisik) belum berhasil, bearti harus diberikan
obat obatan
5) Pemantauan gula darah
Pemantauan gula darah harus dilakukan secara rutin ,bertujuan untuk
mengevaluasi pemberian obat pada diabetes. Jika dengan melakukan lima pilar
diatas mencapai target,tidak akan terjadi komplikasi.
6) Melakukan perawatan luka
a) Pengertian
Melakukan tindakan perawatan menganti balutan, membersihkan luka pada
luka kotor
b) Tujuan
(1) Mencegah infeksi
(2) Membantu penyembuhan luka
c) Peralatan
(1) Bak Instrumen yang berisi
- Pinset Anatomi
- Pinset Chirurgis
- Gunting Debridemand
- Kasa Steril
- Kom: 3 buah
(2) Peralatan lain terdiri dari:
- Sarung tangan
- Gunting Plester
- Plester atau perekat
- Alkohol 70%/ wash bensin
- Desinfektant
- NaCl 0,9%
- Bengkok: 2 buah,1 buah berisi larutan desinfektan
- Verband
- Obat luka sesuai kebutuhan
d) Prosedur Pelaksanaan
(1) Tahap pra interaksi
- Melakukan Verifikasi program terapi
- Mencuci tangan
- Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
(2) Tahap orientasi
- Memberikan salam dan menyapa nama pasien
- Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/klien
- Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan.
(3) Tahap kerja
- Menjaga Privacy
- Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat jelas
- Membuka peralatan
- Memakai sarung tangan
- Membasahi plaster dengan alkohol/wash bensin dan buka dengan
menggunakan pinset
- Membuka balutan lapis terluar
- Membersihkan sekitar luka dan bekas plester
- Membuka balutan lapis dalam
- Menekan tepi luka (sepanjang luka) untuk mengeluarkan pus o
Melakukan debridement
- Membersihkan luka dengan menggunakan cairan NaCl
- Melakukan kompres desinfektant dan tutup dengan kassa
- Memasang plester atau verband
- Merapikan pasien
(4) Tahap Terminasi
- Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
- Berpamitan dengan klien
- Membereskan alat-alat
- Mencuci tangan
- Mencatat kegiatan dalam lembar/ catatan keperawatan
e) Melakukan observasi tingkat kesadaran dan tanda tanda vital
f) Menjaga intake cairan elektrolit dan nutrisi jangan sampai terjadi hiperhidrasi
g) Mengelola pemberian obat sesuai program
b. Penatalaksanaan Medis
1) Terapi dengan Insulin
Terapi farmakologi untuk pasien diabetes melitus geriatri tidak berbeda
dengan pasien dewasa sesuai dengan algoritma, dimulai dari monoterapi untuk
terapi kombinasi yang digunakan dalam mempertahankan kontrol glikemik.
Apabila terapi kombinasi oral gagal dalam mengontrol glikemik maka pengobatan
diganti menjadi insulin setiap harinya. Meskipun aturan pengobatan insulin pada
pasien lanjut usia tidak berbeda dengan pasien dewasa, prevalensi lebih tinggi dari
faktor-faktor yang meningkatkan risiko hipoglikemia yang dapat menjadi masalah
bagi penderita diabetes pasien lanjut usia. Alat yang digunakan untuk menentukan
dosis insulin yang tepat yaitu dengan menggunakan jarum suntik insulin premixed
atau predrawn yang dapat digunakan dalam terapi insulin. Lama kerja insulin
beragam antar individu sehingga diperlukan penyesuaian dosis pada tiap pasien.
Oleh karena itu, jenis insulin dan frekuensi penyuntikannya ditentukan secara
individual. Umumnya pasien diabetes melitus memerlukan insulin kerja sedang
pada awalnya, kemudian ditambahkan insulin kerja singkat untuk mengatasi
hiperglikemia setelah makan. Namun, karena tidak mudah bagi pasien untuk
mencampurnya sendiri, maka tersedia campuran tetap dari kedua jenis insulin
regular (R) dan insulin kerja sedang ,Idealnya insulin digunakan sesuai dengan
keadaan fisiologis tubuh, terapi insulin diberikan sekali untuk kebutuhan basal
dan tiga kali dengan insulin prandial untuk kebutuhan setelah makan. Namun
demikian, terapi insulin yang diberikan dapat divariasikan sesuai dengan
kenyamanan penderita selama terapi insulin mendekati kebutuhan fisiologis.
2) Obat Antidiabetik Oral
a) Sulfonilurea
Pada pasien lanjut usia lebih dianjurkan menggunakan OAD generasi kedua
yaitu glipizid dan gliburid sebab resorbsi lebih cepat, karena adanya non ionic-
binding dengan albumin sehingga resiko interaksi obat berkurang demikian
juga resiko hiponatremi dan hipoglikemia lebih rendah. Dosis dimulai dengan
dosis rendah. Glipizid lebih dianjurkan karena metabolitnya tidak aktif
sedangkan metabolit gliburid bersifat aktif.Glipizide dan gliklazid memiliki
sistem kerja metabolit yang lebih pendek atau metabolit tidak aktif yang lebih
sesuai digunakan pada pasien diabetes geriatri. Generasi terbaru sulfoniluera
ini selain merangsang pelepasan insulin dari fungsi sel beta pankreas juga
memiliki tambahan efek ekstrapankreatik.
b) Golongan Biguanid Metformi
Pada pasien lanjut usia tidak menyebabkan hipoglekimia jika digunakan tanpa
obat lain, namun harus digunakan secara hati-hati pada pasien lanjut usia
karena dapat menyebabkan anorexia dan kehilangan berat badan. Pasien lanjut
usia harus memeriksakan kreatinin terlebih dahulu. Serum kretinin yang rendah
disebakan karena massa otot yang rendah pada orangtua.
c) Penghambat Alfa Glukosidase/Acarbose
Obat ini merupakan obat oral yang menghambat alfaglukosidase, suatu enzim
pada lapisan sel usus, yang mempengaruhi digesti sukrosa dan karbohidrat
kompleks. Sehingga mengurangi absorb karbohidrat dan menghasilkan
penurunan peningkatan glukosa postprandial.Walaupun kurang efektif
dibandingkan golongan obat yang lain, obat tersebut dapat dipertimbangkan
pada pasien lanjut usia yang mengalami diabetes ringan. Efek samping
gastrointestinal dapat membatasi terapi tetapi juga bermanfaat bagi mereka
yang menderita sembelit. Fungsi hati akan terganggu pada dosis tinggi, tetapi
hal tersebut tidak menjadi masalah klinis.
d) Thiazolidinediones
Thiazolidinediones memiliki tingkat kepekaan insulin yang baik dan dapat
meningkatkan efek insulin dengan mengaktifkan PPAR alpha reseptor.
Rosiglitazone telah terbukti aman dan efektif untuk pasien lanjut usia dan tidak
menyebabkan hipoglekimia. Namun, harus dihindari pada pasien dengan gagal
jantung. Thiazolidinediones adalah obat yang relatif .
8. Klasifikasi
a. Tipe 1 : diabetes melitus tergantung insulin ( Insulin Dependent Diabetes Melitus /
IDDM )
1) Disebut juga Diabetes juvenillis.
2) Kurang lebih 5-10% penderita mengalami diabetes tipe 1
3) Pada diabetes jenis ini, sel-sel beta pankreas menghasilkan hormon insulinyang
di hancurkan oleh suatu proses outoimun. Sebagai akibatnya penyuntikan insulin
di perlukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah.
4) Etiologi mencakup faktor genetik, imunologik atau lingkungan (misalnya:
virus ).
5) Sering memiliki antibodi sel langerhans.memiliki antibodi terhadap insulin
sekalipun belum pernah mendapat terapi insulin.sedikit atau tidak mempunyai
insulin endogen.
6) Memerlukan insulin untuk mempertahankan kelangsungan hidup.
7) Gejala biasanya mendadak dan terjadi pada usia kurang lebih 30 tahun. Biasanya
tubuh akan menjadi kurus saat sudah di diagnosis,dan dengan penurunan berat
yang baru saja terjadi.
8) Cenderung mengalami ketosis jika tidak memiliki insulin.
9) Komplikasi akibat hiperglikemia : ketoasidosis diabetik.
b. Tipe II : Diabetes Militus tidak tergantung insulin ( Non-Insulin Dependent
Diabetes Militus /NIDDM).
1) Kurang lebih 90-95 % penderita mengalami Diabetes Tipe II
2) Etiologi mencakup faktor obesitas,herediter atau lingkungan
3) Tidak ada antibodi sel pulau lengerhans
4) Penurunan produksi insulin endogen atau peningkatan resistensi insulin
5) Mayoritas penderita obesitas dapat mengendalikan kadar glukosa darahnya
melalui penerunan berat badan
6) Agen hiplogikemia oral dapat memperbaiki kadar glukosa darah,bila modifikasi
diet dan latihan tidak berhasil
7) Awitan terjadi di segala usia, biasanya di atas 30 tahun.biasanya bertubuh
obesitas
8) Diabetes ini sering di temukan pada individu lebih dari 30 tahun dan obesitas
9) Ketosis jarang terjadi,kecuali bila dalam keadaan stres atau menderita infeksi
10) Komplikasi akut : sydrom hiperosmoler nenketotik.
c. Diabetes militus yang berhubungan dengan keadaan atau syndrom lainnya
1) Di sertai dengan keadaan yang diketahui atau dicurigai dapat menyebabkan
penyakit : pankreatitis, kelainan hormonal, obat-obat glukokortikoid dan
preparat yang mengandung estrogen penyandang diabetes
2) Bergantung pada kemampuan pancreas untuk menghasilkan insulin, pasien
mungkin memerlukan terapi dengan obat-obat atau insulin
d. Diabetes militus gestasional ( Gestional Diabetes Militus /GDM)
1) Awitan selama kehamilan biasanya terjadi pada trimester kedua atau ketiga
2) Disebabkan oleh horman yang di sekresikan plasenta dan menghambat kerja
insulin
3) Resiko terjadinya komplikasi perinatal di atas normal, khususnya makrosomia
( bayi yang secara abnormal berukuran besar)
4) Mengatasinya dengan diet, dan juga suntik insulin jika diperlukan untuk
mempertahankan kadar glukosa darah normal
5) Terjadi pada sekitar 2-5% dari seluruh kehamilan
6) Intoleransi glukosa terjadi sementara waktu tetapi juga dapat sembuh kembali,
pada kehamilan berikutnya 30-40% yang akan mengalami diabetes yang nyata
(biasanya tipe II terjadi dalam waktu 10 tahun (khususnya jika obesitas)
7) Faktor resiko mencakup: obesitas,usia di atas 30 tahun, riwayat diabetes dalam
keluarga,pernah melahirkan bayi besar (kurang lebih 4 ½ kg)
8) Pemeriksaan skrining (tes toleransi glukosa ) harus di lakukan pada semua
wanita hamil dengan usia kehamilan antara 24-28 minggu.
9. Komplikasi
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada penderita DM tipe II akan
menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi DM tipe II terbagi menjadi dua
berdasarkan lama terjadinya yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik (Smeltzel dan
Bare, 2015; Perkeni, 2015)
a. Komplikasi Akut
1) Ketoasidosis Diabetik (KAD)
KAD merupakan komplikasi akut DM yang di tandai dengan peningkatan kadar
glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dl), disertai dengan adanya tanda dan
gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat. Osmolaritas plasma meningkat (300-
320 mOs/Ml) dan terjadi peningkatan anion gap (Perkeni, 2015).
2) Hipoglikemi
Hipoglikemi ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah hingga mencapai
<60 mg/dL. Gejala hipoglikemia terdiri dari gejala adrenergik (berdebar, banyak
keringat, gemetar, rasa lapar) dan gejala neuroglikopenik (pusing, gelisah,
kesadaran menurun sampai koma) (Perkeni, 2015).
3) Hiperosmolar Non Ketonik (HNK)
Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600- 1200
mg/dl), tanpa tanda dan gejala asidosis,osmolaritas plasma sangat meningkat
(330-380 mOs/ml),plasma keton (+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat
(PERKENI, 2015).
b. Komplikasi Kronis (Menahun)
Menurut Smeltzer 2015, kategori umum komplikasi jangka panjang terdiri dari:
1) Makroangiopati: pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah
otak
2) Mikroangiopati: pembuluh darah kapiler retina mata (retinopati diabetik) dan
Pembuluh darah kapiler ginjal (nefropati diabetik)
3) Neuropatid : suatu kondisi yang mempengaruhi sistem saraf, di mana serat-serat
saraf menjadi rusak sebagai akibat dari cedera atau penyakit
4) Komplikasi dengan mekanisme gabungan: rentan infeksi, contohnya tuberkolusis
paru, infeksi saluran kemih,infeksi kulit dan infeksi kaki. dan disfungsi ereksi.
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian

1. Identitas umum
Identitas umum meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, alamat, tanggal dan
jam masuk rumah sakit, diagnosa medis, identitas penanggung jawab.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama Keluhan utama yang biasanya dirasakan klien GERD sering
didapatkan keluhan pirosis (nyeri dengan sensai terbakar pada esofagus), dispepsia
(indigesti), regurgitasi, disfagia atau osinofagia (kesulitan menelan atau nyeri saat
menelan).
b. Riwayat penyakit sekarang Waktu timbulnya masalah, riwayat trauma, penyebab,
gejala yang timbul tibatiba, lokasi, obat yang diminum dan cara penanggulangan
(Suratun, 2010).
3. Riwayat kesehatan dahulu
a. Riwayat kesehatan klien
Meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita, dan riwayat alergi obat.
b. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang pernah diderita keluarga baik penyakit kronis, keturunan
maupun menular.
c. Riwayat psikososial dan status spiritual
d. Pengkajian mengenai faktor emosional, perilaku dan sosial klien.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-Tanda Vital
a) Keadaan umum : Keadaan umum ini dapat meliputi kesan keadaan sakit
termasuk ekspresi wajah dan posisi pasien, kesadaran yang dapat meliputi
penilaian secara kualitatif seperti compos mentis, apathis, somnolent, sopor,
koma dan delirium.
b) Pemeriksaan tanda vital : Meliputi nadi (frekuensi, irama, kualitas), tekanan
darah, pernafasan (frekuensi, irama, kedalaman, pola pernafasan) dan suhu
tubuh.
2) Pemeriksaan Umum
a) Kepala dan wajah
Amati kesimetrisan muka, amati ada atau tidaknya hiperpigmentasi, amati
warna dari keadaan rambut, kaji kerontokan dan kebersihan rambut, kaji
pembengkakan pada muka.
b) Mata
Amati ada atau tidaknya peradangan pada kelopak mata, kesimetrisan kanan
dan kiri, amati keadaan konjungtiva (konjungtivitis atau anemis), sclera (ikterik
atau indikasi hiperbilirubin atau gangguan pada hepar), pupil (isokor kanan dan
kiri (normal), reflek pupil terhadap cahaya miosis atau mengecil, ada atau
tidaknya nyeri tekan atau peningkatan tekanan intraokuler pada kedua bola
mata.
c) Hidung
Amati keadaan septum apakah tepat di tengah, kaji adanya masa abnormal
dalam hidung dan adanya skret, kaji adanya nyeri tekan pada hidung.
d) Telinga
Amati kesimetrisan, warma dengan daerah sekitar, ada atau tidaknya luka,
kebersihan telinga amati ada tidaknya serumen dan otitis media.
e) Mulut Amati bibir apa ada kelainan kogenital (bibir sumbing), warna,
kesimetrisan, sianosis atauu tidak, pembengkakan, lesi, amati adanya stomatitis
pada mulut, amati jumlah dan bentuk gigi, warna dan kebersihan gigi.
f) Leher
Amati adanya luka, kesimetrisan dan masa abnormal, kaji adanya distensi vena
jugularis, dan adanya pembesaran kelenjar tiroid.
g) Paru-paru
Kesimetrisan bentuk dada, gerakann nafas (frekuensi irama, kedalaman, dan
upaya pemafasan pengggunaan otot- bantu pernafasan), warna kulit, lesi,
edema, pembengkakan, kaji pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile
fremitus apakah normal kanan dan kiri, perkusi (nomalnya berbunyi sonor),
kaji bunyi (normalnya kanan dan kiri terdengar vesiikuler).
h) Kardiovaksuler
Terjadi peningkatan frekuensi nadi, irama tidak teratur, serta peningkatan
tekanan darah.
i) Payudara
Pengkajian payudara meliputi inspeksi ukuran, bentuk, warna, dan
kesimetrisan serta palpasi konsistensi apakah ada nyeri tekan.
j) Abdomen
Data yang dikumpulkan adalah data pemeriksaan tentang ukuran atau bentuk
perut, dinding perut, bising usus, adanya ketegangan dinding perut atau adanya
nyeri tekan serta dilakukan palpasi pada organ hati, limpa, ginjal, kandung
kencing yang ditentukan ada tidaknya dan pembesaran pada organ tersebut.
k) Anggota gerak dan neurologis
Diperiksa adanya rentang gerak, keseimbangan dan gaya berjalan, genggaman
tangan, otot kaki, dan lain-lain.
l) Genetalia
Melihat kebersihan dari genetalia pasien, adanya lesi atau keabnormalan lain.
m)Nutrisi
Biasanya terjadi gangguan pada pola nutrisi dikarekan adanya mual muntah,
nyeri pada perut, kesulitan menelan dan adanya rasa pahit di lidah.
n) Eleminasi
Menggambarkan pola sekresi yaitu kebiasaan BAB dan BAK meliputi
frekuensi, jumlah, konsistensi, bau serta masalah eleminasi (Anggraini, 2010).
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan darah
a) Glukosa darah puasa (GDP) : >120 mg/dl
b) Glukosa darah 2 jam PP : >200 mg/dl
c) Glukosa darah GDA : >200 mg/dl

Gula darah normal pada tubuh :

a) Sebelum makan sekitar : 70-130 mg/dl


b) 2 jam setelah makan :gula darah normal kurang dari 140 mg/dl
c) Setelah tidak makan atau puasa selama setidaknya 8 jam : kurang dari
100 mg/dl
d) Menjelang tidur : 100-140 mg/dl
2) Urin
Pemeriksaan urin reduksi biasanya 3x sehari di lakukan 30 menit sebelum
makan dapat juga 4x sehari, tetapi lebih lazim di lakukan 3x sehari sebelum
makan, urin reduksi normal umumnya biru,bila tiap glukosa dalam urin.
g. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan DM berdasarkan diet Agen hipoglikemia pernyataan
aktivitas fisik :
a) Jika pasien mengalami obesitas maka dietnya mengurangi kalori
sampai berat badan menurun
b) untuk mencegah hiperglikemia post prandial dan glukosuria pasien
diabetik tidak boleh makan karbohidrat berlebihan
c) memeriksa semua makanan esensial (vitamin, mineral)
d) latihan pada DM seperti
1) Gunakan alas kaki yang tepat, bila perlu alat pelindung kaki
lainnya
2) hindaridalam udara yang sangat panas dan dingin
2) Penatalaksanaan 3J
a) Jadwal : mengatur jadwal pola makan penting untuk di terapkan dalam
pengobatan diabetes. Pasien diabetes memiliki jadwal 6 kali makan
yang terdiri dari 3 selingan.berikut jadwal makan pasien diabetes :
1) Makan pagi jam 07.00
2) Camilan 1 jam 10.00
3) Makan siang jam 13.00
4) Camilan 2 jam 16.00
5) Makan malam jam 19.00
6) Camilan 3 jam 21.00
b) Jumlah : sebagai bentuk manajemen pengobatan diabetes,pengaturan
jumlah makan pasien diabetes harus dalam porsi yang kecil tapi
sering.jumlah kalori per porsinya pu harus di perhatikan.pembagian
kalori setiap makan :
1) Sarapan pagi = 20% kalori
2) Camilan 1 = 10% kalori
3) Siang = 25% kalori
4) Camilan 2 = 10% kalori
5) Malam = 25% kalori
6) Camilan 3 = 10% kalori
c) Jenis : jenis makanan akan berpengaruh pada kenaikan kadar gula
darah. Hindari jenis makanan yang mempunyai kadar glikemik
tinggi,seperti jenis karbohidrat putih (beras putih,tepung putih)
gula,madu,dan sirup.lebih baik makanan yang memiliki serat
tinggi,seperti buah-buahan dan sayuran.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut (D.0077)
2. Gangguan Integritas Kulit dan Jaringan (D.0129)
3. Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0009)
4. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah (D.0027)
5. Intoleransi Aktifitas (D.0056)
C. Intervensi Keperawatan
No. SDKI SLKI SIKI
1 Nyeri Akut b/d agen Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
injury biologis Tujuan : Observasi
(D.0077) Setelah dilakukan - Identifikasi karakerisik nyeri
tindakan 2x24jam - Identifikasi skala nyeri
diharapkan tingkat nyeri - Identifikasi respon nyeri verbal
menurun - Faktor yang memperberat dan
- Keluhan nyeri menurun memperingan nyeri
- Meringis menurun Terapeutik
- Berikan terapi non-farmakologis
untuk memperingan nyeri
- Kontrol fasilitas untuk
memperingan nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan pemilihan strategi
penguranan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, pemicu, dan
periode nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2 Gangguan Integritas Integritas Kulit dan Perawatan luka (I.14564)
Observasi
Kulit dan Jaringan b/d Jaringan (L.14125)
- Monitor karakteristik luka
perubahan sirkulasi Tujuan:
- Monitor tanda-tanda infeksi
ditandai dengan Setelah dilakukan
Terapeutik
kerusakan jaringan tindakan 2x24jam
- Lepaskan balutan dan plester secara
dan/ lapisan kulit, dan diharapkan Integritas
perlahan
nyeri (D.0129) Kulit dan Jaringan
- Bersihkan dengan cairan NACl
meningkat
- Berikan salep yang sesuai di kulit/
- Perfusi Jaringan meningkat
lesi, bila perlu
- Kerusakan jaringan menurun
- Pertahankan teknik steril saat
- Kerusakan lapisan kulit
perawatan luka
menurun
- Berikan suplemen vitamin dan
- Nyeri menurun
mineral
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Anjurkan mengkonsumsi makan
tinggi kalium dan protein
- Anjurkan prosedur perawatan luka
secara mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antibiotik
bila perlu

3 Perfusi Perifer Tidak Perfusi Perifer Perawatan Sirkulasi (I.02079)


Efektif b/d (L.02011) Observasi
- Periksa sirkulasi perifer(mis. Nadi
Hiperglikemia Tujuan:
perifer, edema, pengisian kalpiler,
(D.0009) Setelah dilakukan warna, suhu, angkle brachial index)
tindakan 2x24jam - Identifikasi faktor resiko gangguan
sirkulasi (mis. Diabetes, perokok,
diharapkan Perfusi
orang tua, hipertensi dan kadar
Perifer meningkat kolesterol tinggi)
- Penyembuhan luka meningkat - Monitor panas, kemerahan, nyeri,
atau bengkak pada ekstremitas
- Nyeri ekstremitas menurun
Terapeutik
- Lakukan pencegahan infeksi
- Lakukan perawatan kaki dan kuku
- Lakukan hidrasi
Edukasi
- Anjurkan berhenti merokok
- Anjurkan menggunakan obat
penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan penurun
kolesterol, jika perlu
- Anjurkan melakukan perawatan
kulit yang tepat(mis. Melembabkan
kulit kering pada kaki)
- Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi( mis.
Rendah lemak jenuh, minyak ikan,
omega3)
- Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan( mis.
Rasa sakit yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa).

4 Ketidakstabilan Kadar Kestabilan Kadar Glukosa Manajemen Hiperglikemia


Darah (L.03022)
Glukosa Darah b/d (I.03115)
Tujuan:
dengan resiko Observasi
Setelah dilakukan
ketidakpatuhan tindakan 2x24 jam - Identifikasi situasi yang
dalam pengobatan diharapkan Kadar menyebabkan kebutuhan insulin
(D.0027) Glukosa Darah Berada meningkat (mis. penyakit
Pada Rentang normal kambuhan)
- Lelah/lesu menurun - Monitor kadar glukosa darah, jika
- Kadar glukosa dalam darah perlu
membaik - Monitor tanda dan gejala
- Kadar glukosa dalam urine hiperglikemia (mis. poliuri,
membaik polidipsia, polivagia, kelemahan,
malaise, pandangan kabur, sakit
kepala)
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor keton urine, kadar analisa
gas darah, elektrolit, tekanan darah
ortostatik dan frekuensi nadi
Terapeutik
- Berikan asupan cairan oral
- Konsultasi dengan medis jika tanda
dan gejala hiperglikemia tetap ada
atau memburuk
- Fasilitasi ambulasi jika ada
hipotensi ortostatik
Edukasi
- Anjurkan olahraga saat kadar
glukosa darah lebih dari 250 mg/dL
- Anjurkan monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
- Anjurkan kepatuhan terhadap diet
dan olahraga
- Ajarkan pengelolaan diabetes (mis.
penggunaan insulin, obat oral,
monitor asupan cairan, penggantian
karbohidrat, dan bantuan
professional kesehatan)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian insulin, jika
perlu
- Kolaborasi pemberian cairan IV,
jika perlu
- Kolaborasi pemberian kalium, jika
perlu
5 Intoleransi Aktifitas Toleransi Aktifitas Manajemen Energi (I. 05178)
Observasi
b/d keadaan luka (L.05047)
(D.0056) Tujuan: - Identifkasi gangguan fungsi tubuh
Setelah dilakukan yang mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan
tindakan 2x24 jam emosional
diharapkan respon - Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan
fisiologis terhadap ketidaknyamanan selama
aktifitas yang melakukan aktivitas

membutuhkan tenaga Terapeutik


meningkat - Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (mis. cahaya,
- Keluhan lelah menurun suara, kunjungan)
- Perasaan lemah menurun Lakukan rentang gerak pasif
-
dan/atau aktif
- Tekanan darah membaik - Berikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan
- Fasilitas duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan
makanan
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association (ADA), (2013).
Badan penelitian dan pengembangan Kesehatan PPNI DPP SDKI Pokja Tim, (2018).
Baru Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC Tarwoto, dkk,
(2012).
Diabetes bacic. Http://www.diabetes.org/ diabetes-bacics Biologi Gonzaga.(2010).
Idf diabetes altas sixth edition, PERKERNI, (2015).
Konsensus pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta :
PERKERNI Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas ), (2017).
Mengenal Penyakit Diabetes Melitus. Jakarta : Penebit Keenbooks Smeltzer, S.C dan B,G
Bare. (2015).
Standar Diagnosia Keperawatan Indonesia Edisi 1 : Jakarta: DPP PPNI PPNI DPP SIKI Pokja
Tim, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 : Jakarta: DPP PPNI
PPNI DPP SLKI Pokja Tim, (2018).
Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 : Jakarta: DPP PPNI Shadine,M, (2018).
Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: Trans Info Media (2018).

Anda mungkin juga menyukai