Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

DIRUANG PERINATOLOGI RS GRAHA MEDIKA BANYUWANGI

Oleh :
Kutsiyawati
202104191

PROGAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2022
BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

1. Konsep Teori
A. DEFINISI
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa kehamilan. (Atikah dan Cahyo, 2017).
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2500 gram
dibandingkan dengan berat badan seharusnya untuk masa gestasi bayi < 37
minggu (Marmi dan Rahardjo, 2014).
Sedangkan menurut Pantiawati (2010) BBLR adalah bayi dengan berat badan
lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan yang ditimbang
pada saat lahir 24 jam pertama setelah lahir bayi berat lahir rendah ialah bayi baru
lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram.

B. ETIOLOGI
Menurut Atikah dan Cahyo (2017) BBLR dapat disebabkan beberapa faktor :
Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifaktorial sehingga
kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan. Namun,
penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Semakin muda
usia kehamilan semakin besar resiko jangka pendek dan jangka panjang dapat
terjadi.
a. Faktor ibu
1) Penyakit
Penyakit yang dapat menyebabkan BBLR antara lain yaitu perdarahan
antepartum, anemia sel berat, hipertensi, preeklamsi berat, eklamsi, infeksi
selama kehamilan ( infeksi kandung kemih, dan ginjal), menderita penyakit
seperti malaria, HIV AIDS, TORCH.
2) Usia ibu usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, kehamilan
ganda, jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek ( kurang dari 1 tahun),
mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
Antinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah mengerjakan
aktivitas fisik ke berapa jam tanpa istirahat, keadaan gizi kurang baik,
pengawasan antenatal yang kurang, kejadian prematuritas pada bayi yang
lahir dari perkawinan yang tidak sah, yang ternyata lebih tinggi bila
dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.
b. Faktor janin
Kelainan kromosom ( trisomi autosom), infeksi janin kronis, dysaotonomia
familia, radiasi, kehamilan ganda atau kembar aplasia pankreas.
c. Faktor plasenta
Berat plasenta kurang dari atau berongga atau keduanya ( hidramnion), luas
permukaan kurang, plasentitis vilus ( bakteri, virus, parasit), infark, tumor,
plasenta yang lepas, sindrom plasenta yang lepas, sindrom transfusi bayi
kembar.
d. Faktor lingkungan
Tempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, terpapar zat beracun.

C. KLASIFIKASI

1. Berdasarkan BB lahir

- BBLR : BB < 2500gr

- BBLSR: BB 1000-1500gr

- BBLASR : BB <1000 gr

2. Berdasarkan umur kehamilan

- Prematuritas murni kurang dari 37 hari dan BB sesuai dengan masa


kehamilan/ gestasi (neonatus kurang bulan - sesuai masa kehamilan/
NKB-SMK).

- Dismatur (IUGR), BB kurang dari seharusnya untuk masa


gestasi/kehamilan akibat bayi mengalami retardasi intra uteri dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK). Dismatur
dapat terjadi dalam pre-term, term dan post-term yang terbagi dalam :

1) Neonatus kurang bulan – kecil untuk masa kehamilan (NKB-


KMK), dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari)
Neonatus cukup bulan – kecil untuk masa kehamilan (NCB –KMK),
dengan masa kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu (259-293
hari)
2) Neonatus lebih bulan – kecil untuk masa kehamilan (NLB – KMK),
42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih).
4) Keadaan sosial ekonomi
Antinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah mengerjakan
aktivitas fisik ke berapa jam tanpa istirahat, keadaan gizi kurang baik,
pengawasan antenatal yang kurang, kejadian prematuritas pada bayi yang
lahir dari perkawinan yang tidak sah, yang ternyata lebih tinggi bila
dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.
e. Faktor janin
Kelainan kromosom ( trisomi autosom), infeksi janin kronis, dysaotonomia
familia, radiasi, kehamilan ganda atau kembar aplasia pankreas.
f. Faktor plasenta
Berat plasenta kurang dari atau berongga atau keduanya
( hidramnion), luas permukaan kurang, plasentitis vilus ( bakteri, virus,
parasit), infark, tumor, plasenta yang lepas, sindrom plasenta yang lepas,
sindrom transfusi bayi kembar.
g. Faktor lingkungan
Tempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, terpapar zat beracun.

D. KLASIFIKASI

3. Berdasarkan BB lahir

- BBLR : BB < 2500gr

- BBLSR: BB 1000-1500gr

- BBLASR : BB <1000 gr

4. Berdasarkan umur kehamilan

- Prematuritas murni kurang dari 37 hari dan BB sesuai dengan masa


kehamilan/ gestasi (neonatus kurang bulan - sesuai masa kehamilan/
NKB-SMK).

- Dismatur (IUGR), BB kurang dari seharusnya untuk masa


gestasi/kehamilan akibat bayi mengalami retardasi intra uteri dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK). Dismatur
dapat terjadi dalam pre-term, term dan post-term yang terbagi dalam :

3) Neonatus kurang bulan – kecil untuk masa kehamilan (NKB-


KMK), dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari)
4) Neonatus cukup bulan – kecil untuk masa kehamilan (NCB –
KMK), dengan masa kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu (259-
293 hari)
5) Neonatus lebih bulan – kecil untuk masa kehamilan (NLB – KMK),
42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih).

E. MANIFESTASI KLINIS

a. Berat badan kurang dari 2500 g

b. Panjang badan kurang dari 45 cm

c. Lingkar kepala kurang dari 33 cm

d. Lingkar dada kurang dari 30 cm

e. Gerakan kurang aktif otot masih hipotonis

f. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu

g. Kepala lebih besar dari badan, rambut tipis dan halus, tulang-tulang
tengkorak lunak, fontanella besar dan sutura besar, telinga sedikit tulang
rawannya dan berbentuk sederhana

h. Jaringan payudara tidak ada dan puting susu kecil

i. Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnu

j. Kulit tipis dan transparan, lanugo ( rambut halus) banyak terutama pada
dahi dan pelipis dahi dan lengan

k. Lemak subkutan kurang, genetalia belum sempurna, pada wanita labia


mayora belum tertutup oleh lapisan mayora, reflek menghisap dan
menelan serta reflek batuk masih lemah ( Anik dan Eka, 2013).

F. PATOFISIOLOGI

Semakin kecil dan semakin prematur bayi itu maka akan semakin tinggi
resiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.

a. Menurutnnnya simpanan zat gizi pada cadangan makanan didalam tubuh


sedikit, hampir semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi,
kalsium, fosfor dani deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan dengan
demikian bayi preterm mempunyai potensi terhadap peningkatan
hipoglikemia anemia dan lain-lain tipologi kimia menyebabkan bayi
kejang hipoglikemia terutama pada bayi BBLR prematur.
b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Mempunyai lebih
sedikit garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan
mengabstraksi lemak dibandingkan dengan bayi aterm.
c. Belum matang nya fungsi mekanis dari saluran pencernaan koordinasi
antara reflek hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai
kehamilan 32 sampai 34 minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan
nutrisinya lebih tinggi karena target pencapaian BB-nya lebih besar.
Penundaan pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus terjadi
pada bayi preterm.
d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan
kalori yang meningkat.
e. Potensial untuk tangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak
sebanding dengan BB dan sedikit lemak pada jaringan di bawah kulit.
Kehilangan panas ini meningkatkan kebutuhan kalori.
G. Pathway

Faktor ibu
Gizi ibu hamil
Faktor uterus dan plasenta Faktor janin
Umur kurang dari 16 tahun dan di
Gangguan pembuluh darah Kehamilan ganda
atas 35 tahun
Gangguan insersi tali pusat Infeksi dalam rahim
Jarak hamil dan bersalin dekat
Kelainan bentuk plasenta Kehamilan kromoson
Penyakit menahun ibu
Hamil dengan hidramnion Cacat bawaan
Pekerja berat, perokok, peminum
Perkapuran plasenta
Komplikasi hamil : preeklampsi,
eklampsi, perdarahan antepartum

BBLR

Premature murni / SMK Dismatur KMK


Lemak kulit Imaturitas Imaturitas Daya hisap
Pencrernaa Imaturitas
berkurang sistem organ paru telan, batuk
n belum hepar
Kulit tipis imun lemah Defisiensi vit K
sempurna
transparan Distress persalinan Kadar Hb meningkat Meningginya
Pertahanan Kadar
tubuh Hb tinggi metabolisme bayi
Kemampuan surfaktan Reflak
terhadap Penyerapan Kekurangan faktor
metabolism berkurang Aspirasi meconial Pemecahan
antigen makanan pembekuan
e panas bilrubin berlebihan Berkurangnya
menurun berkurang Pemecahan
menurun Sering cadangan glikogen
Paru tidak bilirubin
muntah berlebihan Perdaraha Paru kolaps
Mudah mengembang
Mudah terkena Aktivitas alat Ikterus
n Hipoglikemia
kehilangan infeksi pencernaan Kehilangan
cairan Ikterus Risiko hipovolemia Pertukaran O2 ke
panas Pertukaran O2 belum
ke alveori sempurna jaringan menurun
Gangguan integritas Risiko cedera
Risiko terganggu Gx integritas
Ternoregelasi Risiko kulit/jaringan
infeksi Pengosongan kulit
tidak efektif hipovole Penurunan
lambung mia perfusi jaringan
Hyperbilirubi
berkurang
n
Masuk perdarahan
darah ke otak Gx pertukaran gas
Regurgitasi lambung
Penumpukan
Gx pertukaran gas Paru kolaps bilirubin di otak
Pola napas tidak
efektif Kern icterus

Risiko cedera Hipoksia Kejang


H. KOMPLIKASI
Menurut Ika Pantiawati (2010) komplikasi pada BBLR :
1. Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi,
penyakit membran hialin.
2. Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu
3. Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak
4. Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan
pembekuan darah
5. Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)
6. Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal

I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Pemeriksaan skor ballard Penilaian usia kehamilan yang tepat penting
dalam pemeriksaan bayi baru lahir untuk menentukan penatalaksanaan
selanjutnya. Salah satu metode untuk menilai masa gestasi yang dipakai
adalah New Ballard Score (NBS).
2) Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
3) Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah
4) Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/
diperkirakan akan terjadi sindrom gawat napas.
5) USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan.
6) Darah : GDA > 20 mg/dl.
7) Test kematangan paru.
8) CRP.
9) Hb dan Bilirubin : > 10 mg/dl

J. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1) Medis
- Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
- Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus).
- Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup.
- Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan
antibiotik yang tepat
2) Non Medis
a. Pengaturan suhu tubuh
Bayi BBLR mudah dan cepat sekali menderita Hypotermia bila berada di
lingkungan yang dingin.Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan
tubuh bayi yang realtif lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan,
kurangnya jaringan lemak dibawah kulit, dan kekurangan lemak coklat
(Brown Fat).Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal
dipertahankan antara 35,50C s/d 370C. Bayi berat rendah harus diasuh
dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya
dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimalUntuk mencegah
hypotermi, perlu diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk bayi
dengan cara membersihkan tubuh bayi dengan handuk bersih dan tutupi
tubuh bayi dengan handuk bersih juga dan dalam keadaan istrahat
konsumsi oksigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal.
b. Pernapasan
Jalan napas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing, trachea,
bronchiolus, bronchiolus respiratorius, dan duktus alveoleris ke alveoli.
Terhambatnya jalan napas akan menimbulkan asfiksia, hipoksia dan
akhirnya kematian. Selain itu bayi BBLR tidak dapat beradaptasi dengan
asfiksia yang terjadi selama proses kelahiran sehingga dapat lahir dengan
asfiksia perinatal. Bayi BBLR berisiko mengalami serangan apneu dan
defisiensi surfakatan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang
cukup yang sebelumnya diperoleh dari plasenta.Dalam kondisi seperti ini
diperlukan pembersihan jalan napas segera setelah lahir (aspirasi lendir),
dibaringkan pada posisi miring, merangsang pernapasan dengan
menepuk atau menjentik tumit. Bila tindakan ini gagal, dilakukan
ventilasi, intubasi endotrakheal, pijatan jantung dan pemberian oksigen
dan selama pemberian intake dicegah terjadinya aspirasi.Dengan
tindakan ini dapat dicegah sekaligus mengatasi asfiksia sehingga
memperkecil kematian bayi BBLR.
c. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang
kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki
ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus
menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat
bayi dan membersihkan tubuh bayi dengan handuk dan juga
membersihkan plasenta bayi.
d. Pemberian makanan
ASI (Air Susu Ibu) merupakan pilihan pertama agar bayi mampu
mengisap.Maka setelah bayi lahir, langsung berikan ASI secara dini atau
IMD (Inisiasi Menyusui Dini) yang sangat dianjurkan untuk bayi yang
mengalami BBLR untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.Bayi berat
lahir rendah secara relatif memerlukan lebih banyak kalori.
e. Perawatan Metode Kanguru (PMK)
Perawatan metode kanguru (PMK) menurut (Atikah dan Cahyo, 2017)
dibagi menjadi dua, yaitu :
1. PMK intermiten, yaitu PMK dengan jangka waktu yang pendek
(perlekatan lebih dari satu jam per hari) dilakukan saat berkunjung.
PMK ini diperuntukan untuk bayi dalam proses penyembuhan yang
masih memerlukan pengobatan medis (infus, oksigen). Tujuan PMK
intermiten adalah untuk melindungi bayi dari infeksi.
2. PMK kontinu, yaitu dengan jangka waktu yang lebih lama daripaa
PMK intermiten. Pada metode ini perawtan bayi dilakukan selam 24
jam sehari.
Tahap-tahap PMK pada Bayi :
1. Cara memegang atau memposisikan bayi:
Peluk kepala dan tubuh bayi dalam posisi lurus Arahkan muka
bayi ke puting payudara ibu
Ibu memeluk tubuh bayi, bayi merapat ke tubuh ibunya
Peluklah seluruh tubuh bayi, tidak hanya bagian leher dan
bahu
2. Cara melekatkan bayi:
Sentuhkan puting payudara ibu ke mulut bayi Tunggulah
sampai bayi membuka lebar mulutnya Segerah arahkan puting
dan payudara ibu ke dalam mulut bayi
3. Tanda-tanda posisi dan pelekatan yang benar:
Dagu bayi menempel ke dada ibu Mulut bayi terbuka lebar
Bibir bawah bayi terposisi melipat ke luar Daerah areola
payudara bagian atas lebih terlihat daripadaareola payudara
bagian bawah
Bayi menghisap dengan lambat dan dalam, terkadang
berhenti.
2. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Data Subyektif
Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan
Data subyektif terdiri dari :
a. Biodata atau identitas pasien :
1) Bayi meliputi nama, tempat tanggal lahi, jenis kelamin, no register,
dagnosa medis
2) Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat
antenatal pada kasus BBLR yaitu:
a) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk,
merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti
diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
b) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran
multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.
c) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi
tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
d) Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan
(kehamilan postdate atau preterm).
2) Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang
sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu
dikaji :
a) Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun
plasenta previa. Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar,
karena pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat menekan
sistem pusat pernafasan.
3) Riwayat post natal
Yang perlu dikaji antara lain :
a) Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS
(0-3) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia
ringan.
b) Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm
2500 gram lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34- 36
cm).
c) Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial
aesofagal.
4) Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga
perlu diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi
bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga
untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi
disamping untuk pemberian obat intravena.
a) Kebutuhan parenteral
Bayi BBLR < 1500 gram menggunakan D5% Bayi BBLR > 1500
gram menggunakan D10%
b) Kebutuhan nutrisi enteral
BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam
BB 1250-< 2000 gram = 12 kali per 24 jam BB > 2000 gram = 8
kali per 24 jam
c) Kebutuhan minum pada neonatus :
Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari Hari
ke 3 = 120 cc/kg BB/hari Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari
Untuk tiap harinya sampai mencapai 180 – 200 cc/kg BB/hari
5) Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah
a) BAB : frekuensi, jumlah, konsistensi.
b) BAK : frekuensi, jumlah
6) Latar belakang sosial budaya
a) Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu
merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis
psikotropika
b) Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu
melakukan diet ketat atau pantang makanan tertentu.
2. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan
pemeriksaan dengan menggunakan standart yang diakui atau berlaku
a) Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih.
Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan
menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap
rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya
tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus
yang baik.
b) Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan
asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya
hipothermi bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila
suhu tubuh < 37 C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5 C
– 37,5 C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal
antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan
belum teratur.
c) Pemeriksaan fisik
1) Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada
bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
2) Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom,
ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya
peningkatan tekanan intrakranial.
3) Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi
terhadap cahaya.
4) Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
5) Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
6) Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
7) Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
8) Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara
wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per
menit.
9) Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costaae
pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya
asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus
timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat
retensi karena GI Tract belum sempurna.
10) Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda –
tanda infeksi pada tali pusat.
11) Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak
muara uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat
labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang
perdarahan.
12) Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta
warna dari faeses.
13) Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah
tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan
serta jumlahnya.
14) Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking
lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan
susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang
B. Reflek-reflek Pada Bayi
1) Reflek Grabella adalah reflek untuk menilai kedipan kedua mata bayi
dengan menyentuh pelan pada bagian OS frontal anterior/dahi bayi.
2) Reflek Rooting adalah reflek menghisap jari atau benda yang dimasukkan
kedalam mulut bayi.
3) Reflek Sucking adalah reflek menghisap jari atau benda yang dimasukkan
kedalam mulut.
4) Reflek Swallowing adalah reflek menelan yang memungkinkan bayi.
5) Reflek Tonic Neck adalah untuk dilakukan roding reflek bayi dapat
menoleh lehernya.
6) Reflek Palmar adalah Graps adalah reflek menggenggam pada bayi ketika
menyentuh telapak tangannya (bayi menutup jar-jarinya seperti
menggenggam).
7) Reflek Babinsky adalah reflek muncul ketika menggaruk telapak kaki
jempol kaki bayi akan mengarah keatas dan jari-jari kaki lainnya terbuka.
C. Ballard Skor 1)
Penilaian maturitas neuromuskular

1.Postur: Tonus otot tubuh tercermin dalam postur tubuh bayi saat
istirahat dan adanya tahanan saat otot diregangkan. Pada bayi
prematur tonus pasif ekstensor tidak mendapat perlawanan, sedangkan
pada bayi yang mendekati matur menunjukkan perlawanan tonus fleksi
pasif yang progresif.
2. Square window: pemeriksa meluruskan jari-jari bayi dan menekan
punggung tangan dekat dengan jari-jari dengan lembut. Fleksibilitas
pergelangan tangan dan atau tahanan terhadap peregangan ekstensor
memberikan hasil sudut fleksi pada pergelangan tangan.
3. Arm recoil: Dievaluasi pada saat bayi terlentang. Pegang kedua tangan
bayi, fleksikan lengan bagian bawah sejauh mungkin dalam 5 detik, lalu
rentangkan kedua lengan dan lepaskan. Amati reaksi bayi saat lengan
dilepaskan.
Skor 0: tangan tetap terentang/gerakan acak. Skor 1: fleksi parsial 140-
180 derajat
Skor 2: felski parsial 110-140 derajat

Skor 3: fleksi parsial 90-100 derjat Skor 4: kembali ke fleksi penuh.


4. Popliteal Angle: bayi berbaring terlentang, tanpa popok, paha
ditempatkan lembut di perut bayi dengan lutut tertekuk penuh. Setelah
bayi rileks dalam posisi ini, pemeriksa memegang kaki satu sisi dengan
lembut dengan satu tangan sementara mendukung sisi paha dengan tangan
yang lain. Jangan memberikan tekanan pada paha belakang. Kaki bayi
diekstensikan sampai terdapat resistensi pasti terhadap ekstensi. Ukur
sudut yang terbentuk antara paha dan betis di daerah popliteal. Pastikan
pemeriksa harus menunggu sampai bayi berhenti menendang secara aktif
sebelum melakukan ekstensi kaki.
5. Scarf sign: Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang bahu. Bayi
berbaring terlentang, pemeriksa mengarahkan kepala bayi ke garis tengah
tubuh dan mendorong tangan bayi melalui dada bagian atas dengan satu
tangan dan ibu jari dari tangan sisi lain pemeriksa diletakkan pada siku
bayi. Amati posisi siku pada dada bayi.
1. Kulit: Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan
struktur intrisnsiknya bersamaan dengan hilangnya secara
bertahap dari lapisa pelindung, yaitu vernix caseosa, oleh
karenanya kulit menebal, mengering, dan menjadi keriput dan
atau mengelupas dan dapat timbul ruanm selama pematangan
janin.
Transparan, lengket, raput (-1)
Translusen, gelatinosa, merah (0)
Lembut/licin, merah muda, vena membayang (1) Terkelupas
superfisial dan/atau ruam, vena beberapa (2) Pecah-pecah,
terdapat daerah pucat, vena jarang (3) Perkamen, pecah-pecah
dalam, tidak terlihat vena (4) Seperti kulit, pecah-pecah terdapat
keriput (5)
2. Lanugo: rambut halus yang menutupi tubuh fetus. Lanugo mulai
tumbuh pada usia gestasi 24-25 minggu dan biasanya sangat banyak,
terutama di bahu, punggung atas ketika memasuki minggu ke-28.
Tidak ada (-1)
Jarang sekali (0)
Banyak sekali (1)
Menipis (2)
Beberapa daerah tanpa rambut (3) Sebagian besar tanpa rambut
(4)
3. Garis plantar: Garis telapak kaki pertama kali muncul pada
bagian anterior ini kemungkinan berkaitan dengan posisi bayi ketika di
dalam kandungan. Bayi very premature dan extremely immanuture
tidak mempunyai garis pada telapak kaki.
Heel-to-toe <40 mm (-2)
Heel-to-toe 45-50 mm (-1)
>50 mm, tidak ada lipatan (0) Garis merah tipis (1)
Garis melintang pada bagian anterior (2) Garis lipatan hingga
2/3 anteriro (3) Garis lipatan seluruh telapak (4)
4. Payudara: Areola mammae terdiri atas jaringan mammae yang
tumbuh akibat stimulasi esterogen ibu dan jaringan lemak yang
tergantung dari nutrisi yang diterima janin.
Tidak dapat dinilai / imprectible (-1) Sulit dinilai / barely
perceptible (0)
Areola datar, tidka terdapat penonjolan / no bud (1) Areola
berbintil, penonjolan 1-2 mm (2)
Areola terangkat, penonjolan 3-4 mm (3)
Areola penuh, penoonjolan 5-10 mm (4)
5. Mata/telinga: Daun telinga pada fetus mengalami penambahan
kartilago seiring perkembangannya menuju matur. Pada bayi prematur
daun telinga biasanya akan tetap terlipat ketika dilepaskan.
Pemeriksaan mata untuk menilai kematangan berdasarkan
perkembangan palpebra.
Kelopak mata menempel / lightly fused (-2) Kelopak mata
menyatu longgar / loosly fused (-1) Kelopak mata terbuka, pinaa
datar, tetap terlipat (0) Lingkungan pinna minimal, lunak, rekoil
lambat (1) Lengkungan pinna baik, lunak, siap rekoil (2) Bentuk
tegas, keras, rekoil segera (3)
Kartilago tebal, kaku (4)
6. Genetalia laki-laki (L) dan perempuan (P)

L: Skrotum datar, halus (-1)


P: Klitoris menonjol, labia datar (-1) L: Skrotum kosong, rugae
samar (0)
P: Klitoris menonjol, labia minora kecil (0) L: Testis pada kanalis
atas, rugae jarang (1)
P: Klitoris menonjil, labia minor membesar (1) L: Tetis turun, rugae
sedikit (2)
P: Labia mayora dan minora menonjol (2) L: Testis turun, rugae
jelas (3)
P: Labia mayora besar, labia minora kecil (3) L: Testis pendulum,
rugae dalam (4)
P: Labia mayora menutupi klitoris dan labia minora (4)

D. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-


perfusi ditandai dengan dispnea, PCO2 meningkat/menurun

2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis ditandai


dengan dengan dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan, pola napas
abnormal

3. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan berat badan ekstrim ditandai


dengan kulit dingi/hangat, menggigil, dasr kuku sianotik

4. Risiko hipovolemia dibuktikan dengan evaporasi

5. Gangguan integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan efek samping terapi


radiasi ditandai dengan kerusakan jaringan dan/lapisan kulit
No DX Keperawatan SLKI Intervensi
1. Pola Nafas Tidak Efektif b.d Pola nafas : setelah dilakukan Management Pola Nafas (I.01011)
Tujuan

abnormal (mis. Takipnea, bradpnea, tindaka keperawatan Mengumpulkan dan menganalisis data untuk memastikan kepatenan jalan
n nafas

hiper keperawatan sebagai tindakan dan keefektifan pertukaran gas keperawatan selama 3x24 jam O:
v
ntilsi, kusmaul, cheyne-stroke) (D.0005) pasien menunjukkan kefektifan -Monitor frekuensi irama kedalaman dan upaya napas

pola napas normal. -Auskultasi bunyi nafas


1.pola nafas -Monitor satursi oksigen
(L.01004) Kriteria
-Monitor nilai analisa gas darah
hasil :
T:
3 : Sedang
4 : Cukup Meningkat atau - Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
Menurun inspirasi
5: Meningkat atau
Menurun

1. Tekanan 4 5
ekspirasi
2. Tekanan 4 5
- Dokumentasikan hasil pemantauan - Informasikan hasil pemantauan jika perlu
E: K:
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan -Kolaborasi dengan tim medis pemberian oksigen
3. Penggunaan 4 5 otot bantu
napas
4. Frekuensi 4 5 nafas
5. Kedalaman 4 5 nafas
2. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan Tujuan :Setelah dilakukan 1.Manajemen Nutrisi (I. 03119)
mencerna makanan tindakan keperawatan defisit Mengidentifikasi dan mengelola ataupun asupan nutrisi yang seimbang nutrisi
(D.0019) selama 1x24 jam O :
diharapkan nutrisi -Identifikasi status nutrisi
seimbang. 1.berat badan (L. -Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
03018) Kriteria hasil : -Monitor berat badan
3 : Sedang -Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
4 : Cukup Meningkat atau T :
Menurun -Fasilitasi menentukan pedoman (mis. diet piramida makanan)
5 : Meningkat atau Menurun E:-
K:-
1. Berat badan 4 5

2. Tebal lipatan 4 5 kulit

3. Indeks 4 5 massa tubuh

3. Hipotermia b.d penurunan laju Tujuan :setalah dilakukan 1. manajemen hipotermia (I. 14507)

metabolisme tindakan keperawatan tentang Mengidentifikasikan dan mengelola suhu tubuh dibawah rentang normal
(D.0131) hipotermia selama 1x24 jam O :
- monitor suhu tubuh
diharapkan pasien suhu tubuh - identifikasi penyebab hipotermia (Mis terpapar suhu lingkungan rendah,
normal pakaian yang tipis, kerusakan hipotalamus, penurunan laju metabolisme,
1. neonatus kekurangan lemak subkutan)
-monitor tanda dan gejala akibat hipotermia (hipotermi ringan; disartria,
Termoregulasi menggigil, hipotensi, diuresis, hipotermi sedang; aritmia, hipotensi, apatis,
(L.14135). koagulopati ,reflek menurun hipotensi berat; oliguria ,reflek menghilang,
Kriteria Hasil : edema
3 : Sedang
4 : Cukup Meningkat atau paru ,asam basa abnormal .
Menurun T:
5 : Meningkat atau Menurun - sediakan lingkungan yang hangat (mis atur suhu ruangan, inkubator )
-lakukan pengamatan pasif misalkan selimut menutup kepala, pakaian tebal
1. Kutis 4 5 E:
merat -anjurkan makan atau minum hangat
a
2. Suhu tubuh 4 5 K:-
3. Frekuensi 4 5
nadi
4. Pengisian 4 5
kapiler
4. Resiko infeksi b.d ketidakkuatan Tujuan :setelah dilakukan 1.Pencegahan Infeksi ( I. 14539)

pertahanan tubuh primer (D. 0142)


tindakan keperawatan 1x24 jam Mengidentifikasi dan menurunkan risiko terserang organisme patogenik
tidak terjadi resiko O:
infeksi. 1. ( L. 11103) -Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Kriteria Hasil : T:
3 : Sedang -Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
-Teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
4 : Cukup Meningkat atau E :
Menurun -Jelaskan tanda dan gejala infeksi
5 : Meningkat atau Menurun -Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
K:
1. Kemampuan 4 -Kolaborasi pemberian imunisasi jika perlu.
5 mandi
2. Kemampuan 4
5 makan
3. Verbalisasi 4
5 keinginan
melakukan perawatan
diri
5 Gangguan Integritas kulit b.d efek Tujuan : setelah dilakukan 1. Perawatan Integritas Kulit (I.11353)

samping terapi radiasi tindakan keperawatan 1x24 jam Mengidentifikasi dan merawat kulit untuk menjaga keutuhan, tidak terjadi
(D.0129) gangguan integritas kelembapan, dan mencegah perkembangan mikrooganisme kulit O :
1. Integritas kulit dan jaringan -Identifikasi penyebab gangg uan integritas kulit (mis. Perubahan sirkulasi,
(L.14125) perubahan status, nutrisi, penurunan kelembapan, suhu lingkungan ekstrem,
Kriteria penurunan mobilitas)
Hasil : T:
3 : Sedang
4 : Cukup Meningkat atau -Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
Menurun -Gunakan produk berbahan petrolium atau minyaj pada kulit kering
5 : Meningkat atau Menurun E:
-Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
1.Kemerahan 45

Suhu kulit 45
Tekstur 45
DAFTAR PUSTAKA

Anik Maryunani, E. P. (2013). Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.


Jakarta: CV Trans Info Medika.

Atikah Proverawati, C. I. (2017). Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Asuhan Kebidanan, BBLR gangguan Pernafasan. Prima Wijaya Healt, Vol 1 Hal 1.
RISKESDAS. (2020). Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan BBLR.
Jurnal Ilmiah Keperawatan, Vol 8 No 1.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. PPNI. (2019).
Marmi K, R,. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2015.

Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat


Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Putriyansah, E. (2020).

Anda mungkin juga menyukai