Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MATERNITAS
PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN BBLR

Oleh : Kelompok 7

- Khadijah
NIM. 2022-0305-028
- Agnes Murniyati
NIM. 2022-0305-030
- Febiolla Nadia Watunglawar
NIM. 2022-0305-023
- Stanislaus Galih Prasdanto
NIM.2022-0305-001

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS


PROFESI NERS UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA
2023
A. Konsep Bayi Berat Badan Rendah (BBLR)
1. Definisi
BBLR
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi, berat lahir adalah berat yang ditimbang 1
(satu) jam setelah lahir (Noorbaya, Reni, and Lidia 2018).

Badan bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah jika berat bayi tersebut kurang dari
angka 2500 gram atau 2.5 kg tanpa melihat periode waktu bayi berada dalam
Rahim (gestasi) (Suryani Agustin, Budi Darma Setiawan, and Mochammad Ali
Fauzi 2019).

Badan bayi lahir rendah (BBLR) adalah bayi lahir dengan berat kurang dari 2.500
gram. Batasan ini didasarkan pada observasi epidemiologi bahwa bayi dengan
berat badan lahir dibawah 2.500 gram memiliki mortalitas 20 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 2.500 gram (Septa
and Darmawan 2011).

2. Etiologi BBLR
Etiologi yang dapat menyebabkan masalah BBLR menurut (Nur, Arifuddin, and
Novilia 2016), yaitu:
1. Faktor Ibu
a. Usia.
Kejadian BBLR lebih tinggi terjadi pada ibu yang berumur 35 tahun (30,0%)
dibandingkan dengan yang tidak BBLR (14,2%). Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan WHO yaitu usia yang paling aman adalah 20 – 35 tahun pada saat usia
reproduksi, hamil dan melahirkan.
b. Parietas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang perempuan.
Berdasarkan jumlahnya, paritas seorang perempuan dapat dibedakan menjadi empat,
yaitu nullipara, primipara, multipara, dan grandemultipara. Paritas adalah faktor
penting yang dapat mempengaruhi kesejahteraan janin selama kehamilan. Status
paritas tinggi dapat meningkatkan faktor kejadian BBLR. Hal tersebut terjadi karena
kemampuan rahim dalam menyediakan nutrisi bagi kehamilan semakin menurun
sehingga penyaluran nutrisi antara ibu dan janin terhambat. Paritas tinggi
memberikan gambaran tingkat kehamilan yang banyak yang dapat menyebabkan
risiko kehamilan, dan kelahiran prematu
Semakin banyak jumlah kelahiran yang dialami oleh ibu semakin tinggi
risiko untuk mengalami komplikasi, hal ini dapat diterangkan bahwa setiap
kehamilan yang disusul dengan persalinan akan menyebabkan kelainan
uterus dalam hal ini kehamilan yang berulang- ulang menyebabkan
sirkulasi nutrisi ke janin terganggu. Ibu grandemultipara beresiko
melahirkan bayi dengan berat rendah, hal ini disebabkan karena paritas
yang tinggi akan mengakibatkan terganggunya uterus terutama dalam hal
fungsi pembuluh darah.
c. Gizi
Status gizi pada hakikatnya merupakan hasil keseimbangan antara
konsumsi zat-zat makanan dengan kebutuhan dari tubuh. Apabila terjadi
malnutrisi pada ibu hamil, volume darah akan menurun, ukuran plasenta
akan berkurang dan transfer nutrient melalu plasenta ke janin berkurang
sehingga pertumbuhan janin terganggu dan akan lahir dengan berat badan
rendah. Penilaian status gizi yang digunakan salah satunya menggunakan
pemeriksaan biokimia yaitu dengan melakukan pemeriksaan kadar Hb.
Hemoglobin adalah zat warna dalam sel darah merah yng berfungsi untuk
mengangkut oksigen. Apabila kadar hemoglobin dalam darah berkurang
maka kemampuan darah untuk mengikat dan membawa oksigen akan
berkurang, demikian pula zat-zat nutrisi yang dibawa oleh sel darah merah
akan berkurang.
d. Jarak Kehamilan
Jarak kehamilan adalah selisih waktu antara kehamilan sebelumnya dengan
kehamilan selanjutnya. Jarak kehamilan yang terlalu dekat perlu
diwaspadai karena fungsi alat reproduksi tidak berfungsi secara optimal
sehingga memungkinkan pertumbuhan janin kurang baik. Jarak kelahiran
kurang dari 2 tahun lebih berisiko karena kondisi rahim yang belum pulih
menimbulkan pertumbuhan janin yang kurang baik sehingga bayi dengan
BBLR, persalinan lama karena gangguan kekuatan kontraksi, dan
pendarahan saat persalinan. Jarak kelahiran yang optimal dianjurkan
adalah 36 bulan akan memberikan kesempatan kepada ibu untuk
memperbiki gizi dan kesehatannya
e. Pola Hidup
Ibu yang dia terkena paparan asap rokok dan sering mengkonsumsi alkohol
dapat menyebabkan hipoksia pada janin dan menurunkan aliran darah
umbilikal sehingga pertumbuhan janin akan mengalami gangguan dan
menyebabkan anak lahir dengan BBLR.

2. Faktor Kehamilan
a. Eklampsia / Pre-eklampsia.
Preeklampsi merupakan suatu kondisi dimana tekanan darah ≥ 140/90 mmHg
terjadi setelah umur kehamilan 20 minggu dan disertai dengan proteinuria
atau konsentrasi protein dalam urin sebesar 300 mg/24 jam. Pada preeklampsi
terjadi vasokontriksi pembuluh darah dalam uterus yang menyebabkan
peningkatan resistensi perifer sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.

b. Ketuban pecah dini.


Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya ketuban sebelum tanda
persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37
minggu disebut ketuban pecah dini pada kehamilan prematur. KPD
merupakan komplikasi langsung dalam kehamilan yang menggangu
kesehatan ibu dan juga pertumbuhan janin dalam kandungan sehingga
meningkatkan kelahiran BBLR. KPD juga menyebabkan oligohidramnnion
yang akan menekan tali pusat sehingga terjadi asfiksia dan hipoksia pada
janin dan membuat nutrisi ke janin berkurang serta pertumbuhan janin
terganggu.

c. Perdarahan Antepartum.
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28
minggu.Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan
kehamilan sebelum 28 minggu dan umur kehamilan kurang dari 37 minggu.

d. Faktor janin
Kelainan kongenital merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin
sejak saat pembuahan. Bayi dengan kelainan kongenital yang berat
mengalami retardasi pertumbuhan sehingga berat lahirnya rendah.

e. Cacat bawaan atau kelainan kongenital

f. Infeksi dalam Rahim.


Infark Plasenta adalah terjadinya pemadatan plasenta, nodular dan keras,
sehingga tidak berfungsi dalam pertukaran nutrisi. Infark plasenta disebabkan
oleh infeksi pada pembuluh darah arteri dalam bentuk pariartritis atau
enartritis yang menimbulkan nekrosis jaringan dan disertai bekuan darah.
Pada gangguan yang besar dapat menimbulkan kurangnya pertukaran nutrisi,
sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dalam rahim,
keguguran, lahir prematur, lahir dengan berat badan rendah, dan kematian
dalam Rahim.

3. Klasifikasi BBLR
Klasifikasi BBLR menurut (Cutland et al. 2017) dalam mengelompokkan bayi
BBLR ada beberapa cara yaitu:

1. Berdasarkan harapan hidupnya:


a. Bayi dengan berat lahir 2500 – 1500 gram adalah bayi berat lahir rendah
(BBLR).
b. Bayi dengan berat lahir 1500 – 1000 gram adalah bayi berat lahir sangat
rendah (BBLSR).
c. Bayi dengan berat lahir <1000 gram adalah bayi berat lahir ekstrim rendah
(BBLR).
2. Berdasarkan masa gestasinya:
a. Prematuritas Murni Bayi dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu atau
biasa disebut neonatus dengan berat normal ketika lahir. Dapat disebut BBLR
jika berat lahirnya antara 1500 –2500 gram.
b. Dismaturitas Bayi dengan berat badan lahir tidak normal atau kecil ketika
dalam masa kehamilan.

4. Patofisiologi BBLR
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin tinggi
resiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
1. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh
sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium,
fosfor dan seng di deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan
demikian bayi preterm mempunyai potensi terhadap peningkatan
hipoglikemia, anemia dan lain-lain. Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang
terutama pada bayi BBLR Prematur.
2. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai
lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan
mengabsorpsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm.
3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara
refleks hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan
32-34 minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena
target pencapaian BB nya lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan
buruknya motilitas usus terjadi pada bayi preterm.
4. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan
kalori yang meningkat. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas
permukaan tubuh tidak sebanding dengan BB dan sedikitnya lemak pada
jaringan di bawah kulit. Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan
kalori (Agustina and Barokah 2018).
5. Komplikasi BBLR
1. Permasalahan jangka pendek
a. Asfiksia
BBLR berdampak pada proses adaptasi pernapasan waktu lahir
sehingga mengalami asfiksia lahir. Umumnya gangguan telah
dimulai sejak di dalam kandungan, misalnya gawa janin atau stress
janin saat proses kelahirannya yang membuat bayi mengalami
kegagalan napas secara spontan.
b. Sindrom gangguan pernapasan
Sindrom gangguan pernapasan pada BBLR adalah perkembangan
imatur pada sistem pernapasan atau tidak adekuat jumlah surfaktan
pada paru-paru. Gangguan nafas yang sering terjadi pada BBLR
(masa gestasi pendek) adalah penyakit membran hialin, dimana
angka kematian ini menurun dengan meningkatnya umur
kehamilan.
c. Hipotermi
Hipotermi terjadi karena sedikitnya lemak di dalam tubuh dan
sistem pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang.
Adapun ciri-ciri bayi yang mengalami hipotermi sedang/stress
dingin adalah suhu badan 32oC-36oC, kaki teraba dingin,
kemampuan menghisap lemah, tangisan lemah,letargi, kulit
berwarna tidak merata (cutis marmorata). Jika hipotermi berlanjut,
akan timbul cedera dingin/hipotermi berat. Tanda-tanda hipotermi
berat adalah suhu badan <32oC, bibir, kuku kebiruan, pernapasan
lambat dan tidak teratur, detak jantung melambat, timbul
hipoglikemi, asidosis metabolik. Tanda-tanda stadium lanjut
hipotermi antara lain muka, ujung kaki, tangan berwarna merah
terang, bagian tubuh lainnya pucat, kulit mengeras merah dan
timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan (sklerema).
Untuk penanganan hipotermi yaitu dengan metode kanguru dengan
“kontak kulit dengan kulit” dapat membantu BBLR tetap hangat
atau bila ada inkubator bayi dimasukan ke dalam inkubator.

d. Hipoglikemi
Gula darah berfungsi sebagai makanan untuk otak dan membawa
oksigen ke otak. Hipoglikemi terjadi karena hanya sedikit simpanan
energi/asupan glukosa yang kurang pada bayi-bayi baru lahir
terutama pada kasus BBLR akibatnya sel-sel syaraf otak mati dan
mempengaruhi kecerdasan bayi kelak. Bayi BBLR membutuhkan
ASI sesegera mungkin setelah lahir dan minum sesering mungkin
(setiap dua jam) pada minggu pertama.
.
e. Gangguan imunologik
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya
kadar Ig G maupun gamma globulin. Bayi premature relatif belum
sanggup membentuk anti bodi dan daya fagositisis serta reaksi
terhadap infeksi belum baik, karena sistem kekebalan bayi belum
matang. Bayi juga dapat terkena infeksi saat di jalan lahir atau
tertular infeksi ibu melalui plasenta. Keluarga dan tenaga kesehatan
yang merawat bayi BBLR harus melakukan tindakan pencegahan
infeksi antara lain dengan mencuci tangan dengan baik.

f. Masalah Eliminasi
Pada bayi BBLR kerja ginjal masih belum matang. Kemampuan
mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air belum sempurna.
Ginjal yang imatur baik secara anatomis dan fungsinya
menyebabkan produksi urine yang sedikit, urea clearence yang
rendah, tidak sanggup mengurangi kelebihan air dan elektrolit dari
tubuh akan berakibat mudah terjadi edema dan asidosis metabolik.

g. Gangguan pencernaan
Saluran pencernaan pada BBLR belum berfungsi sempurna
sehingga penyerapan makanan lemah dan kurang baik. Aktifitas
otot pencernaan masih belum sempurna sehingga waktu
pengosongan lambung bertambah

2. Permasalahan jangka panjang


Gangguan pertumbuhan dan perkembangan Bayi yang lahir dengan
BBLR akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan maupun
dalam perkembangan, hal ini disebabkan karena kondisi bayi
selama dalam rahim tidak mendapatkan nutrisi yang adekuat karena
adanya gangguan metabolisme dan nutrisi, baik dari faktor ibu
maupun faktor janin sendiri. Keadaan saat dilahirkan juga
mengalami banyak masalah seperti asfiksia, hipotermi, hipoglikemi,
dan lain-lain, sehingga komplikasi tersebut mempengaruhi saat usia
pertumbuhan dan perkembangan (Nindita 2020).

6. Manifestasi klinis BBLR


Secara umum, gambaran klinis dari bayi BBLR adalah sebagai berikut :
1. Berat kurang dari 2500 gram
2. Panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm
3. Lingkar dada kurang atau sama dengan 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Jaringan lemak bawah kulit sedikit
6. Tulang tengkorak lunak atau mudah bergerak
7. menangis lemah
8. Kepala bayi lebih besar dari badan , kepala tidak mampu tegak,
rambut kepala tipis dan halus, elastisitas daun telinga
9. Integumen : kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, jaringan
subkutan sedikit.
10. Otot hipotonik lemah
11. Dada : dinding thorak elastis, putting susu belum terbentuk, pernafasan
tidak teratur, dapat terjadi apnea, pernafasan 40-50 kali/menit
12. Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi-lurus, kadang terjadi
oedem, garis telapak kaki sedikit, telapak kaki halus, tumit mengkilat
13. Genetalia : pada bayi laki-laki skrotum kecil dan testis tidak teraba
(belum turun), dan pada bayi perempuan klitoris menonjol serta labia
mayora belum menutupi labia minora atau labia mayora hampir tidak
ada (Nurarif and Kusuma 2015)

7. Pemeriksaan penunjang BBLR


Pemeriksaan penunjang bayi BLLR menurut (Nurarif and Kusuma 2015)
antara lain :
1. Periksa jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000
– 24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
2. Hematokrit (Ht) : 43% - 61% (peningkatan sampai 65% atau lebih
menandakan polisetmia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic perinatal.
3. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl kadar lebih rendah berhubungan
dengan anemia atau hemolisis berlebih ).
4. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2
hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
5. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata
– rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga
6. Pemeriksaan analisa gas darah.

8. Penatalaksanaan BBLR
Penatalaksanaan BBLR menurut (Agustina and Barokah 2018), yaitu :
1. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
Bayi premature akan cepatmengalami kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan badan
relative luas. Oleh karena itu bayi premature harus dirawat didalam
incubator, sehingga panas badannya mendekati rahim. Bila belum
memiliki incubator, bayi premature dapat dibungkus dengan
kain dan di sampingnya di taruh botol yang berisi air panas atau
menggunakan metode kanguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti
bayi kanguru dalam kantung ibunya.

2. Pengaturan dan Pengawasan Intake Nutrisi


Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah
menentukan pilihan susu, cara pemberian dan jadwal pemberian yang
sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR. ASI (Air Susu Ibu ) merupakan
pilihan pertama jika bayi mampu menghisap. Permulaan pemberian
cairan yang diberikan sekitar 200 cc/kg/BB/hari. Cara pemberian
makanan BBLR harus diikuti tindakan pencegahan khusus untuk
mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya udara dalam usus.

3. Pencegahan Infeksi
Infeksi adalah masuk bibit penyakit atau kuman dalam keadaan tubuh
khususnya mikroba. BBLR sangat mudah mendapatkan infeksi. Rentan
terhadap infeksi dikarenakan oleh kadar immunoglobulin serum pada
BBLR masih rendah. BBLR tidak boleh kontak dengan penderita
infeksi dalam bentuk apapun. Fungsi perawatan disini adalah
memberikan perlindungan terhadap bayi BBLR dari bahaya infeksi.
Oleh karena itu bayi BBLR tidak boleh kontak dengan penderita
infeksi dalam bentuk apapun. Digunakan masker dan baju khusus
dalam penanganan bayi, timbulnya asfiksia dan pemberian antibiotik
yang tepat.

4. Penimbangan Berat Badan


Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi
oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.

5. Pemberian Oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi diberikan sekitar
30%-35% dengan mengunakan head box. Konsentrasi O2 yang tinggi
dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan
retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan. Kenaikan berat badan
pada bayi BBLR dengan berat badan <1500 gram akan mengalami
kehilangan berat badan 15% selama 7-10 hari pertama. Berat lahir
biasanya tercapai kembali, kenaikan berat badan selama 3 bulan.
Kenaikan berat badan bayi BBLR dengan berat badan <1500 gram
adalah 150-200 gram seminggu (misalnya 20-30 gram/hari).

6. Pengawasan jalan nafas


Jalan nafas merupakan jalan udara melalui hidung, faring, trakea,
bronkeolus, bronchioles respiratorius, dan duktus alveoleris ke alveoli.
Terhambatnya jalan nafas dapat menimbulkan asfiksia, hipoksia dan
akhirnya kematian. Selain itu bayi BBLR tidak dapat beradaptasi
dengan asfiksia yang terjadi selama proses kelahiran sehingga dapat
lahir dengan asfiksia perinatal. Bayi BBLR beresiko mengalami
serangan apneu dan defisiensi surfaktan, sehingga tidak dapat
memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya diperoleh dari
plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas
segera setelah lahir (aspirasi lendir), dibaringkan pada posisi miring,
merangsang pernafasan dengan menepuk atau menjetik tumit. Bila
tindakan ini gagal, dilakukan ventilasi, intubasi endotrakheal, pijatan
jantung dan pemberian oksigen dan selama pemberian intake dicegah
terjadinya aspirasi. Dengan tindakan ini dicegah sekaligusmengatasi
asfiksia sehingga memperkecil kematian bayi BBLR.

9. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
Tahap pengkajian dari proses keperawatan adalah proses dinamis yang
terorganisasi, meliputi elemen dari pengkajian yaitu pengumpulan data
secara sistematis, memvalidasi data, mengatur dan memilah data, kemudian
didokumendasi dalam format (Wilkinson 2016) Pengkajian pada rosess
keperawatan pada BBLSR meliputi :
a. Biodata :
Terdiri nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa,
jumlah saudara dan identitas orang tua. Umur bayi lebih ditekankan
karena akan berkaitan dengan diagnosa BBLR.
b. Keluhan Utama :
Berat badan lahir kurang dari 1500 gram.
c. Riwayat kesehatan sekarang :
Perjalanan penyakit atau hal yang dirasakan klien sampai ke rumah sakit.
d. Riwayat kehamilan dan persalinan
Bagaimana proses persalinan, apakah premature, aterm, spontan.
Sungsang atau tidak.
e. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Biasanya pasien BBLSR keadaanya lemah, bayi tampak kecil,
pergerakan bayi masih kurang dan lemah, berat badan >1500gr,
tangisan yang masih lemah.
2. Tanda-tanda vital
Suhu tubuh pasien BBLSR rentang dalam normal
3. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a) Kepala
Inspeksi : bentuk kepala, fontanela mayor dan minor masih
cekung, sutura belum menutup dan keliatan masih bergerak,
lingkar kepala umumnya 33 cm.
b) Rambut
Inspeksi : lihat rambut merata atau tidak, bersih, bercabang, halus atau
kasar.
c) Mata
Inspeksi : umumnya sclera dan konjungtiva berwarna normal,
lihat reflek kedip atau tidak, pupil isokor, pada pupil bila
diberikan cahaya akan terjadi miosis atau tidak.
d) Hidung
Inspeksi : umumnya terdapat pernafasan cuping hidung,
terpasang O2 dan terdapat secret.
Palpasi : pada BBLR tulang hidung masih lunak, karena tulang
rawan belum sempurna.
e) Telinga
Inspeksi : terdapat kotoran atau cairan atau tidak dan bagaimana
bentu tulang rawanya.
Palpasi : daun telinga pada BBLR lunak
f) Mulut
Apakah sudah ada reflek menelan, menghisap, labiapalltosiasis atau tidak.
g) Leher
Inspeksi : pada BBLR mudah terjadi gangguan pernafasan
akibat dari inadekuat jumlah surfaktan, jika hal ini terjadi
biasanya didapatkan retraksi suprasternal.
h) Jantung
I : biasanya ictus cordis Nampak di ICS mid klavikula
P : ictus cordis teraba ICS 4 mid klavikula sinistra
P : area jantung redup (Ridha, 2014).
A : S1 S2 tunggal, normalnya heat rate 120-160 kali/menit
i) Paru-paru
I : biasanya pada BBLR pernafasan tidak teratur, otot bantu
pernafasan, lingkar dada <30 cm, retraksi dada ringan
P : dinding dada elastis, puting susu belum terbentuk.
P : terdapat suara sonor
A : jika bayi mengalami gangguan pernafasan biasanya bayi
mendengkur, jika terjadi aspirasi meconium maka terdapat suara
ronch
j) Abdomen
Inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi
k) Punggung
Inspeksi : bentuk tulang punggungnya, terdapat spina grafidanya atau tidak.
l) Genetalia
Inspeksi : jenis kelamin, labia minora sudah menutupi labia
mayoranya atau belum, apakah testis sudah turun atau belum, warna
skrotum, lubang berada pada bagian mana.
m) Ekstremitas
Atas : lengkap, terdapat kelainan atau
tidak Bawah : lengkap, terdapat
kelainan atau tidak.
n) Kulit
Inspeksi : warna kulit, turgor kulit cukup atau tidak, terdapat brown
fat, tipis atau tidaknya, apakah terdapat lanugo
o) Reflek
a. Reflek morrow adalah timbul oleh rangsangan
mendadak/mengejutkan. Bayi akan mengembangkan tangannya
ke samping dan melebarkan jari- jari kemudian tangannya
ditarik kembali dengan cepat. Reflek ini akan mereda 1 atau 2
minggu dan hilang setelah 6 bulan.

b. Reflek Rooting (reflek mencari)


Kepala bayi akan berpaling memutar kearah asupan dan
mencari puttng susu dengan bibirnya. Reflek ini berlanjut
sementara bayi masih menyusu dan menghilang setelah 3-4
bulan.
c. Reflek Menghisap ( Sucking )
Ditimbulkan oleh rangsangan pada daerah mulut atau pipi bayi
dengan puting/jari tangan. Bibir bayi akan maju kedepan dan
lidah melingkar kedalam untuk menyedot. Menghilang saat bayi
berusia 2-3 bulan.
d. Reflek Menggenggam
Timbul bila kita menggoreskan jari melalui bagian dalam atau
meletakkan jari kita pada telapak tangan bayi. Jari-jari bayi
akan
melingkar ke dalam seolah memegangi suatu benda dengan
kuat. Reflek ini menghilang umur 3-4 bulan.
e. Tonic Neck Reflek
Tonic neck reflek merupakan reflek mempertahankan posisi
leher/kepala. Timbul bila kita membaringkan bayi secara
terlentang. Kepala bayi akan berpaling ke salah satu sisi
sementara ia berbaring terlentang. Lengan pada sisi kemana
kepalanya berpaling akan terlentang lurus keluar, sedangkan
tangan lainnya dilipat. Reflek ini sangat nyata pada 2-3 bulan
dan hilang sekitar 4 bulan.
f. Reflek Gallant
Reflek gallant ditimbulkan dengan menggosok satu sisi
punggung sepanjang garis paravertebratal 2-3 cm dari garis
tengah mulai dari bahu hingga bokong. Reflek ini secara normal
akan hilang setelah 2-3 bulan.
g. Stepping Reflek
Stepping reflek akan timbul ketika kita memegangi bayi pada
posisi berdiri dan sedikit menekan. Bayi akan mengangkat
kakinya secara bergantian seakan-akan berjalan. Reflek ini
terlihat setelah 1 minggu dan akan menghilang setelah 2 bulan.
Apgar Score :
h. Swallowing Reflek
Swallowing reflek adalah reflek gerakan menelan benda- benda
yang didekatkan ke mulut, memungkinkan bayi memasukkan
makanan ada secara permainan tapi berubah sesuai pengalaman.
Terjadi mulai : usia 0- 3 bulan, penyebab : ada benda yang
masuk ke mulutnya, maka akan segera dia hisap, lalu dia telan.
Reflek ini tidak akan hilang, namun leat usia 3 bulan bayi sudah
menghisap secara sadar. Waspada jika tidak ada reflek,
kemungkinan ada kelainan pada susunan ketika kita
memasukkan putting susu atau dot dan bayi mulai menghisap
kemudian menelan.

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan (SDKI 2016), yaitu :
1. Pola nafas tidak efektif b.d imaturitas neurologi
2. Defisit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan d.d berat badan menurun
3. Termoregulasi tidak efektif b.d ketidakadekuatan suplai lemak subkutan
d.d suhu tubuh fluktuatif
4. Risiko infeksi b.d leucopenia
C. Intervensi
Intervensi (SIKI 2018), yaitu :
a. Pola nafas tidak efektif b.d imaturitas neurologi d.d dipsnea(D.0005)
Rasional : sebab organ pernafasan belum bekerja dengan baik maka
usaha untuk bernafas terjadi terganggu dan menyebabkan pola nafas tidak
efektif.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3x24 jam maka diharapkan
pola nafas membaik dengan kriteria hasil : Pola nafas membaik.
Intervensi : Monitor pola nafas dan keadekuatan
1) Monitor kecepatan aliran, oksigen, teknan peep dan FIO2
2) Bersihkan secret pada mulut dan hidung
3) Siapkan dan atur pemberian oksigen
b. Defisit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan d.d berat badan menurun
(D.0019) Rasional : disebabkan oleh fungsi organ belum baik dan kurang
mampu mencerna makanan dengan reflek menelan, menghisap belum
sempurna maka dari itu menyebabkan nutrisi kursng dari kebutuhan tubuh.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maka diharapkan
deficit nutrisi membaik dengan kriteria hasil : berat badan meningkat.
Intervensi : 1) Identifikasi status nutrisi 2)
Monitor pemberian cairan. 3) Timbang berat badan 4) Hitung perubahan berat badan
c. Termoregulasi tidak efektif b.d ketidakadekuatan suplai lemak subkutan
d.d suhu tubuh fluktuatif(D.0149)
Rasional : sebab jaringan lemak subkutan lebih tipis kemudian kehilangan
panas melalui kulit adanya kebutuhan peningkatan kalori menjadikan
sistem termoregulasi imatur menyebabkan termoregulasi tidak efektif.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maka
diharapkan suhu tubuh tetap berada pada rentang normal dan membaik.
Intervensi :
1) monitor suhu hingga stabil (36,5°C-37,5°C)
2) tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
3) atur suhu incubator sesuai kebutuhan
4) gunakan matras penghangat, selimut hangat dan
penghangatan suhu ruangan
5) demonstrasikan tehnik perawatan metode kanguru (PMK)
untuk bayi BBLR

d. Risiko infeksi berhubungan dengan leucopenia(D.0142)


Rasional : sistem imun yang belum matang menyebakan penurunan daya
tahan tubuh dan leukosit yang kurang dari jumlah normal dapat
menyebabkan risiko infeksi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maka
diharapkan risiko infeksi menurun dengan kriteria hasil sel darah putih
membaik
Intervensi :
1) Monitor tanda dan gejala infeksi
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
3) Anjurkan meningkatkan asupan cairan
4) Kolaborasi pemberian therapy

D. Implementasi
Implementasi atau tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik
yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Intervensi unggulan yang akan dilakukan adalah
mempertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi yaitu dengan cara
menjaga kebersihan tubuh pasien untuk mencegah masuknya mikroorganisme
kedalam tubuh yang bisa mengakibatkan infeksi.

E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan.
Dalam perumusan evaluasi keperawatan menggunakan empat komponen yang
dikenal dengan istilah SOAP, yakni S (subjective) merupakan data informasi
berupa ungkapan keluhan dari pasien. O (objective) merupakan data berupa
hasil pengamatan, penilaian, dan pemeriksaan. A (Analisis/assesment)
merupakan interpretasi makna data subjektif dan objektif untuk menilai sejauh
mana tujuan yang telah ditetapkan P (planning) merupakan rencana
keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa data.
Daftar pustaka

Agustina, Silvia Ari, and Liberty Barokah. 2018. “Determinan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR).” Jurnal Kebidanan 8 (2): 143–48.

Cutland, Clare L, Eve M Lackritz, Tamala Mallett-Moore, Azucena Bardají,


Ravichandran Chandrasekaran, Chandrakant Lahariya, Muhammed Imran Nisar,
Milagritos D Tapia, Jayani Pathirana, and Sonali Kochhar. 2017. “Low Birth
Weight: Case Definition & Guidelines for Data Collection, Analysis, and
Presentation of Maternal Immunization Safety Data.” Vaccine 35 (48Part A): 6492.

Nindita, D R. 2020. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Bayi Berat Lahir


Rendah (BBLR) Di Kabupaten Bantul.” Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, 11–39.

Noorbaya, Siti, Dian Puspita Reni, and Besse Lidia. 2018. “PENGARUH BABY SPA
(SOLUS PER AQUA) TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN PADA
BAYI DENGAN
BERAT BADAN RENDAH USIA 4-6 BULAN Effect of Baby Spa (Solus Per
Aqua) To Increased Weight Gain In Infants With Low Weight Age 4-6 Months.”
Mahakam Midwifery Journal 2 (3): 187–93.

Nur, Rosmala, Adhar Arifuddin, and Redita Novilia. 2016. “Analisis Faktor Resiko
Kejadian Berat Badan Lahir Rendah.” Jurnal Kesehatan Masyarakat 7 (1): 29–42.

Nurarif, Amin Huda, and Hardhi Kusuma. 2015. “Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA.”

SDKI. 2016. “Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.” Jakarta: PPNI.

Septa, Wira, and MTS Darmawan. 2011. “Faktor Risiko Bayi Berat Badan Lahir Rendah
Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2010.” Jurnal Kedokteran Dan
Kesehatan Indonesia 3 (8): 45–51.

SIKI. 2018. “Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.”

Suryani Agustin, Budi Darma Setiawan, and Mochammad Ali Fauzi. 2019. “Klasifikasi
Berat Badan Lahir Rendah (BBgustin, Suryani Setiawan, Budi Darma Fauzi,
Mochammad AlLR) Pada Bayi Dengan Metode Learning Vector Quantization
(LVQ).” Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi Dan Ilmu Komputer 3 (3):
2929–36.

Wilkinson, Judith M. 2016. “Diagnosis Keperawatan.” In . EGC.

Anda mungkin juga menyukai