1. DEFINISI
Stroke adalah penyakit yang disebabkan oleh banyak faktor atau yang sering
disebut multifaktor. Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian stroke
dibagi menjadi dua, yaitu faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan (non-
modifiable risk factors) dan faktor resiko yang dapat dikendalikan (modifiable
risk factors) (Saunoh, 2019). Stroke Non Hemoragik terjadi pada pembuluh darah
yang mengalami sumbatan sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah
pada jaringan otak, trombosis otak, aterosklerosis dan emboli serebral yang
merupakan penyumbatan pembuluh darah yang timbul akibat pembentukan plak
sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah yang dikarenakan oleh penyakit
jantung, diabetes, obesitas, kolesterol, merokok, stress, gaya hidup, rusak atau
hancurnya neuron motorik atas (upper motor neuron) dan hipertensi (Lewis et al.,
2017).
Terapi pada klien dengan stroke yang dapat diberikan pada layanan home care
atau perawatan di rumah salah satunya yaitu, ROM (Range Of Motion).
2. ETIOLOGI
3. KLASIFIKASI
4. PATOFISIOLOGI
Iskemia adalah suatu kondisi atau keadaan dimana jaringan seperti otak
mengalami hipoksia atau kekurangan oksigen karena adanya obstruksi pembuluh
darah arteri atau aliran darah yang tidak adekuat. Meskipun hanya membentuk
kurang lebih 1% sampai 2% dari total berat tubuh, otak perlu pasokan oksigen dan
glukosa yang cukup dan disuplai melalui sirkulasi darah. Otak menerima 15%
curah jantung dan mengonsumsi 20% total konsumsi oksigen tubuh. Aliran darah
otak dalam keadaan normal sekitar 50 ml/100 g jaringan otak/menit dan tetap
konstan meskipun tekanan darah maupun tekanan intrakranium berubah – ubah.
Hal tersebut akibat adanya autoregulasi resistensi vaskular. Stroke iskemik atau
non hemoragik disebabkan oleh fokal iskemia serebral, dimana terjadi penurunan
aliran darah yang cukup sehingga mengganggu metabolism neuronal dan fungsi
otak. Jika keadaan iskemi tidak ditangani dalam masa kritis, yang akan terjadi
kemudian adalah cedera seluler ireversibel dan mengakibatkan infark serebral.
Faktor – faktor risiko stroke non hemoragik yang dapat diubah berperan dalam
patofisiologi terjadinya stroke. Seperti hipertensi yang dapat membuat pembuluh
darah otak berkonstriksi sehingga menyebabkan terjadinya hialinisasi otot
pembuluh darah yang mengakibatkan diameter pembuluh darah menjadi lebih
kecil.
5. KOMPLIKASI
Pasien stroke umumnya mengalami bedrest atau berbaring lama di tempat tidur,
hal ini dapat menyebabkan masalah fisik dan emosional diantaranya yaitu :
a. Bekuaan Darah (Trombosis)
Mudah terbentuk di kaki yang lumpuh menyebabkan penimbunan cairan,
pembengkakakn (edema) selain itu juga dapat menyebabkan embolisme paru
yaitu bekuaan yang terbentuk dalam arteri yang mengalirkan darah ke paru.
b. Dekubitus
Memar biasanya terjadi di bokong, pinggul, sendi, kaki, dan tumit hal ini jika
tidak dirawat akan menyebabkan ulkus decubitus dan infeksi.
c. Atrofi dan Kekakuan Sendi (Kontraktur)
Kekakuan sendi terjadi karena kurang gerak atau immobilisasi yang
menyebabkan aktivitas fisik menurun
d. Depresi dan Kecemasan
Perubahan dan penurunan fungsi tubuh menyebabkan reaksi emosional
berlebihan. Klien dengan stroke akan merasa tidak berdaya dan selalu
membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Diagnostik
1. Angiografi serebral
yaitu menentukan penyebab stroke secara spesifik misalnya seperti
pendarahan atau obstruksi arteri.
2. Single Photon Emission Computed Tomographi (SPECT)
digunakan untuk luas dan untuk mendeteksi daerah yang abnormal dari
bagian otak, yang juga diguanakan untuk mendeteksi, melokalisasi, dan
mengukur stroke (sebelum Nampak oleh pemindaian CT).
3. CT Scan
Merupakan pemindaian yang memperlihatkan secara spesifik letak dari
edema, posisi dari hematoma, dan juga jaringan otak yang infark ataupun
iskemia dengan posisi yang secara pasti.
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Yaitu menggunakan gelombang magnetic yang digunakan untuk
menentukan posisi dan besar terjadinya pendarahan pada otak. Kemudian
hasil yang akan didapatkan yaitu area yang mengalami lesi infark akibat
dari hemoragik.
5. EEG (Elektroensefalografi)
Merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk dapat melihat masalah yang
akan timbul dan juga dampak dari jaringan infark sehingga dapat
menimbulkan menurunya implus listrik yang terdapat pada jaringan otak.
b. Pemeriksaan Laboraturium
1. Lumbal pungsi : pemeriksaan likuor merah yang biasanya dapat dijumpai
pada perdarahan yang pasif, sedangkan pada pendarahan yang kecil akan
dijumpai warna likuor yang masih normal (xantokhrom) sewaktu hari
pertama
2. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
3. Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut bisa saja terjadi hiperglikemia
4. Gula darah yang dapat mencapai 250 mg didalam serumdan kemudian
akan berangsur-angsur turun
7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis :
a. Thrombosis intravena merupakan terapi yang bertujuan untuk rekanalisasi
pada pembuluh darah yang tersumbat.
b. Terapi antritrombosis terapi ini dapat berupa anhibisi platelet dan
antikougolasi. Aspirin adalah salah satu anti platelet yang sangat terbukti
efektif untuk terapi akut
b. Perawatan Diri
Enam konsep utama dalam konsep Orem adalah perawatan diri, agensi
perawatan diri, kebutuhan perawatan diri secara terapeutik, defisit
perawatan diri, institusi dan sistem keperawatan. Kebutuhan perawatan
diri,menurut Orem, meliputi pemeliharaan udara air/cairan, makanan, proses
eliminasi normal, keseimbangan antara aktivitas dan istirahat, keseimbangan
dan interaksi sosial, pencegahan bahaya bagi kehidupan, fungsi, dan
kesejahteraan manusia, serta upaya meningkatkan fungsi dalam perkembangan
individu untuk menjadi normal sehingga perawatan diri (self-care) dilakukan
dapat mempertahankan kesehatan,baik secara fisik maupun psikologis. Pada
klien dengan stroke, membutuhkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
dasarnya, keluarga sebagai orang terdekat klien saat berada di rumah.
Keluarga diharapkan mampu membantu memenuhi kebutuhan makan, minum,
eliminasi klien dengan stroke (Siregar & Anggeria, 2019).
Percakapan membingungkan 4
Penggunaan kata-kata yang tidak 3
sesuai
Suara menggumang 2
Tidak ada respon 1
Respon Motorik Nilai
Mengikuti perintah 6
Menunjuk tempat rangsangan 5
Menghindar dari stimulus 4
Fleksi abnormal (dekortikasi) 3
Ekstensi abnormal 2
Tidak ada respon 1
b. Kekuatan otot
Respon Nilai
Tidak ada kontraksi otot 0
Ada tanda dari kontraksi 1
Bergerak tapi tak mampu menahan gaya gravitasi 2
Bergerak melawan gaya gravitasi tetapi tidak dapat melawan
3
tahanan otot pemeriksa
Bergerak dengan lemah terhadap tahanan dari otot pemeriksa 4
Dapat menahan tahanan dari otot pemeriksa, kekuatan dan
5
rangsangan yang normal
2. PATHWAY
3. ANALISA DATA
No Data Masalah Keperawatan
1. DS : Nyeri Akut
- Klien mengatakan nyeri pada bagian
ekstremitas kiri
- Klien mengatakan nyeri seperti ditusu-
tusuk dan terasa saat terlalu lama berdiri
- Klien mengatakan sebelumnya
didiagnosa stroke ringan
DO :
- Skala nyeri 2
- Nyeri tampak hanya di bagian
ekstremitas kiri
- Kekuatan otot ekstremitas atas kiri dan
kanan 5, ekstremitas bawah kiri 3,
ekstremitas kanan bawah 5
2. DS : Hambatan Mobilitas Fisik
- Keluarga mengatakan pemenuhan
kebutuhan klien dibantu
- Klien mengatakan pasca stroke, kaki
kiri nya susah bergerak dan
membuatnya kesulitan berjalan
DO :
- Kaki kiri klien nampak susah digerakan
dengan kekuatan otot 3
- Klien nampak berpegang pada benda-
benda disekitar saat berjalan seperti,
lemari, dinding, dll.
3. DS : Risiko Jatuh
- Klien mengatakan klien memiliki
Riwayat jatuh pasca stroke 1 kali pada
Minggu lalu
DO :
- Postur tubuh klien saat berjalan nampak
bertumpuh pada sisi kanan saja
- Kekuatan otot ekstremitas kiri (yang
sakit saat ini) : 3
4. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Nyeri Akut T· TUM :
Setelah 4 x 30 pertemuan
TUK :
Kriteria Hasil :
1. Mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri,
mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan manajemen
nyeri
3. Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas,
frekuensi dan tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
DAFTAR PUSTAKA
Lewis, Dirksen, Heitkamper, & Bucher. (2017). Medical Surgical Nursing : Assement And
Management Of Clinical Problem. Elsevier Mosby.
Leniwita, H. L., Prabawati, D. P., & Susilo, W. H. (2019). Pengaruh Latihan Range Of
Motion (Rom) Terhadap Perubahan Aktivitas Fungsional Pada Pasien Stroke Rawat
Inap Di Rsu Uki Jakarta. Jurnal Jkft, 4(2), 72-77.
Nopia, D., & Huzaifah, Z. (2020). Hubungan Antara Klasifikasi Stroke Dengan Gangguan
Fungsi Kognitif Pada Pasien Stroke. Journal Of Nursing Invention, 1(1), 16-22.
Siregar, P. S., & Anggeria, E. (2019). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan
Kemampuan Perawatan Diri (Self Care) Pada Pasien Pasca Stroke Di Rsud Pirngadi
Kota Medan. Jurnal Keperawatan Priority, 2(2), 70-79.
Syahrim, W. E. P., Azhar, M. U., & Risnah, R. (2019). Efektifitas Latihan Rom Terhadap
Peningkatan Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke: Study Systematic Review. Media
Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (Mppki), 2(3), 186-191.
Ulandari, R., & Soebyakto, B. B. (2019). Peran Keluarga Merawat Lanjut Usia Pasca
Stroke. Masker Medika, 7(2), 517-534.