Anda di halaman 1dari 8

RESUME STROKE ISKEMIK (NON HEMORAGIK)

Kelompok 4 :
Apriliani Saputri
Belinda Waliya Shava
Lolita Maharani
Septi Rahmawati
Suci Ayuwandita

Dosen Mata Kuliah : Miciko Umeda, SKp., M. Biomed

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


Fakultas Ilmu Keperawatan
2021
A. Pengertian Stroke Iskemik
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat menimbulkan
cacat atau kematian (Munir, 2015).
Definisi stroke menurut World Health Organization adalah tanda-tanda klinis
yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak baik fokal maupun global,
dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler. Stroke dibagi menjadi dua jenis
yaitu stroke iskemik dan hemoragik.
Stroke Iskemik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran
darah keotak sebagian atau keseluruhan tersumbat dan kurangnya O2 dalam darah.
Sumbatan dapat terjadi dari bekuan darah (baik sebagai trombus maupun embolus),
atau dari stenosis pembuluh yang terjadi akibat penumpukan plak. Penyebab lain
stroke iskemik adalah vasos pasme yang sering merupakan respons vaskuler reaktif
terhadap perdarahan ke dalam ruang antara araknoid dan piamater meningen.
Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya Stroke iskemik dibagi menjadi :
1) Transient Ischemic Attack (TIA) yang merupakan serangan stroke
sepintas/ serangan iskemik mendadak.
2) Trombosis serebri, (Stroke pembuluh darah besar), adalah stroke yang
disebabkan oleh karena adanya oklusi yang terjadi akibat pembentukan
trombus. Stroke tombosis paling sering terjadi pada lansia yang istirahat
atau tidur.
3) Emboli serebri, (stroke pembuluh darah kecil), adalah jenis stroke iskemik
yang disebabkan oleh bekuan darah yang disebabkan proses emboli.
Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30
detik.
Klasifikasi stroke iskemik berdasarkan manifestasi klinisnya/ berdasarkan waktu
kejadian :
a) Transient Ischemic attack (TIA)
b) Reversible Ischemic Neurologic Defisit (RIND)
c) Stroke in evolution (SIE)/ Progresing stroke
d) Complicated Stroke
B. Patogenesis
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteri – arteri
yang membentuk sirkulus Willisi, arteri karotis interna dan sistem vertebrobasilar atau
semua cabangnya. Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15
sampai 20 menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Proses patologik yang
mendasari mungkin salah satu dari berbagai proses yang terjadi di dalam pembuluh darah
yang memperdarahi otak. Patologinya dapat berupa,:

1. Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti aterosklerosis dan
thrombosis, robeknya dinding pembuluh darah, atau peradangan;
2. Berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah, misalnya syok
hiperviskositas darah;
3. Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari jantung
atau pembuluh ekstrakranium; atau
4. Ruptur vaskular didalam jaringan otak atau ruang subaraknoid

Berdasarkan patogenesis stroke, maka perjalanan sakit akan dijabarkan dibawah ini menjadi:

1. Tahap prapatogenesis, yaitu stadium sebelum terjadi gejala stroke. Stadium ini
umumnya penderita sudah mempunyai faktor risiko atau memiliki gaya hidup yang
mengakibatkan penderita menderita penyakit degeneratif.
2. Tahap patogenesis, yaitu stadium ini dimulai saat terbentuk lesi patologik sampai saat
lesi tersebut menetap. Gangguan fungsi otak disini adalah akibat adanya lesi pada
otak. Lesi ini umumnya mengalami pemulihan sampai akhirnya terdapat lesi yang
menetap. Secara klinis defisit neurologik yang terjadi juga mengalami pemulihan
sampai taraf tertentu.
3. Tahap pascapatogenesis, yaitu stadium ini secara klinis ditandai dengan defisit
neurologik yang cenderung menetap. Usaha yang dapat dilakukan adalah
mengusahakan adaptasi dengan lingkungan atau sedapat mungkin lingkungan
beradaptasi dengan keadaan pender

C. Patofisiologi

Stroke iskemik terjadi akibat obstruksi atau bekuan disatu atau lebih arteri besar pada
sirkulasi serebrum. Obstruksi dapat disebabkan oleh bekuan (trombus) yang terbentuk
didalam suatu pembuluh otak atau pembuluh organ distal kemudian bekuan
dapat terlepas pada trombus vaskular distal, atau mungkin terbentuk didalam suatu
organ seperti jantung, dan kemudian dibawa melalui sistem arteri ke otak sebagai
suatu embolus.
Pangkal arteria karotis interna (tempat arteria karotis komunis bercabang menjadi
arteria karotis interna dan eksterna) merupakan tempat tersering terbentuknya
arteriosklerosis. Sumbatan aliran di arteria karotis interna sering merupakan penyebab
stroke pada orang berusia lanjut, yang sering mengalami pembentukan plak
arteriosklerosis di pembuluh darah sehingga terjadi penyempitan atau stenosis
Pathway Stroke Non hemoragik,
https://wwrediningtyas.files.wordpress.com/2015/07/11639001_987082597990602_5
37664445_o.jpg
D. Tanda dan Gejala
Menurut Indrawati, Sari, & Dewi (2016), gejala dan tanda stroke sering
muncul secara tiba-tiba dan cepat. Oleh karena itu penting mengenali tanda-tanda
atau gejala stroke. Beberapa gejala stroke antara lain sebagai berikut.
a. Nyeri kepala hebat secara tiba-tiba
b. Pusing, yakni merasa benda-benda disekitarnya berputar atau merasa goyang bila
bergerak atau biasanya disertai mual dan muntah
c. Bingung, terjadi gangguan orientasi ruang, waktu atau personal
d. Pengelihatan kabur atau ketajamanpengelihatan menurun, bisa pada salah satu
mata ataupun kedua mata
e. Kesulitan bicara secara tiba-tiba, mulut terlihat tertarik ke satu sisi atau “perot”
f. Kehilangan keseimbangan, limbung, atau jatuh
g. Rasa kebas, yakni mati rasa, atau kesemutan pada satu sisi tubuh
h. Kelemahan otot-otot pada satu sisi tubuh.
Berdasarkan gejala dan tanda serta waktu terjadinya serangan, dapat diperkirakan
letak kerusakan jaringan otak serta jenis stroke yang menyerang yakni:
a. Kesemutan atau kelemahan otot pada sisi kanan tubuh menunjukkan terjadinya
gangguan pada otak belahan kiri
b. Kehilangan keseimbangan menunjukkan gangguan terjadi di pusat keseimbangan,
yakni antara lain daerah otak kecil (cerrebellum). Serangan stroke yang terjadi
saat penderita sedang istirahat atau tidur umumnya adalah stroke iskemik. Gejala
munculnya secara bertahap dan kesadaran umum baik, kecuali iskemiknya terjadi
karena sumbatan embolus yang berasal dari jantung maka gejala muncul
mendadak dan sering disertai nyeri kepala.

E. Komplikasi yang terjadi


Akibat stroke di otak kanan, pasien bisa mengalami kelumpuhan tubuh hanya di
sebelah kiri yang disertai masalah soal penilaian jarak dan gerak koordinasi untuk
mengambil sesuatu.Sementara itu, pengaruh stroke pada otak kiri membuat penderita
stroke kesulitan berbicara dan memahami pembicaraan, serta lumpuh pada tubuh
sebelah kanan.Selain itu, stroke dapat menyebabkan komplikasi berupa:

1. Edema otak
Edema adalah pembengkakan otak yang biasa terjadi akibat
stroke. Beberapa kasus stroke dapat menyebabkan pembengkakan otak,
khususnya stroke iskemik. Stroke iskemik menyebabkan sel otak mati dan otak
membengkak sebagai respons terhadap cedera. Edema terjadi karena adanya
penumpukan cairan di otak, sehingga akan terasa sakit kepala dan sulit bicara.
Apabila edema ini tidak ditangani maka akan berakibat kematian.

2. Deep vein thrombosis (DVT)


Setelah mengalami stroke, Anda mungkin butuh beristirahat total
dengan bed rest. Jika Anda terlalu lama berbaring atau tidak dapat bergerak dalam
waktu lama, Anda berisiko mengalami pembekuan darah. Gejala DVT termasuk
pembengkakan di kaki atau lengan, yang terkadang disertai nyeri, kemerahan, dan
sensasi hangat pada kulit.DVT sendiri tidak mengancam jiwa. Akan tetapi,
gumpalan bisa pecah dan mengalir melalui aliran darah. Jika bersarang di
pembuluh darah paru-paru, ini menyebabkan kondisi yang mengancam jiwa.
Tergantung pada apa yang menyebabkan stroke Anda, Anda mungkin memiliki
risiko penggumpalan darah (DVT) yang lebih besar.Dokter Anda mungkin
meresepkan obat-obatan antikoagulan (pengencer darah) untuk membantu
mengurangi risiko pembekuan. Jika Anda menggunakan pengencer darah, Anda
harus menghindari luka sayat dan cedera lain yang dapat menyebabkan
pendarahan.

3. Depresi atau gangguan mood lainnya


Setelah mengalami serangan stroke, Anda mungkin mengalami kehilangan
ingatan, sulit tidur, dan merasa kesulitan kembali beraktivitas sendirian atau
bersama keluarga dan teman.Semua faktor ini dapat memupuk perasaan sedih,
tidak berdaya, dan kekurangan energi yang dapat berujung pada risiko
depresi.Depresi sebagai komplikasi stroke tampaknya berkembang secara
bertahap. Berdasarkan studi dari American Heart Association, gejala depresi dan
gangguan kecemasan umum tampak selama masa tindak lanjut pasca pengobatan.
Akan tetapi, depresi pasca terkena stroke dapat ditangani. Konsultasikan segera
pada dokter yang menangani Anda jika merasa mengalami gejala depresi selama
dan setelah pengobatan stroke.

4. Gangguan berbahasa (aphasia)


Afasia adalah gangguan berkomunikasi dan berbahasa yang disebabkan
oleh kerusakan sistem saraf pada otak akibat stroke. Komplikasi stroke ini
mencakup sulit memahami kata atau kalimat, kesulitan dalam menulis, kesulitan
memahami bahasa dan berekspresi dengan bahasa, serta kesulitan membaca.
Afasia dapat terjadi bersamaan dengan gangguan bicara lainnya. Guna mengatasi
kondisi ini, dokter dapat menganjurkan Anda ikut terapi wicara-bahasa untuk
membantu meningkatkan komunikasi.

5. Kejang otot
Anda mungkin mengalami ketegangan otot dan nyeri pada otot kaki atau
lengan Anda segera setelah stroke atau beberapa bulan kemudian.Ketegangan otot
dalam jangka panjang dapat menyebabkan kemunculan kejang otot (spasme) yang
tidak disengaja.Seorang ahli terapi fisik kemungkinan akan merekomendasikan
Anda untuk berlatih peregangan dan latihan fisik lainnya, ditambah kemungkinan
penggunaan belat atau penyangga.

6. Sakit kepala kronis


Komplikasi ini lebih sering terjadi pada penderita stroke hemoragik,
karena darah dari perdarahan dapat mengiritasi otak.Jika Anda mengalami sakit
kepala kronis setelah serangan stroke, jangan gunakan obat-obatan sakit kepala
yang dijual bebas tanpa berkonsultasi dengan dokter Anda untuk menghindari
risiko efek samping atau interaksi obat yang tidak diinginkan.

7. Komplikasi lainnya
Anda mungkin mengalami komplikasi lain setelah terkena stroke,
termasuk kesulitan menelan dan sering jatuh akibat keseimbangan serta koordinasi
gerak tubuh yang terganggu. Selain itu, pengaruh stroke dapat menyebabkan
komplikasi berupa:

 Pneumonia:  penyakit paru yang terjadi akibat pengaruh bedrest yang terlalu


lama setelah mengalami stroke.
 Infeksi saluran kencing: bisa terjadi akibat pemasangan kateter ketika
penderita stroke tidak dapat mengontrol fungsi kandung kemihnya.
 Kejang pasca stroke: umum terjadi akibat stroke berat.
 Kontraktur tungkai: otot lengan atau kaki yang memendek karena
berkurangnya kemampuan untuk menggerakkan anggota badan atau kurang
olahraga.
 Nyeri bahu: terjadi akibat kurangnya kelemahan atau kelumpuhan otot
sehingga tulang lengan “jatuh tergantung” dan menarik otot bahu.

F. Penatalaksanaan
1. Medis
a). Penatalaksanaan umum
Penatalaksanaan umum yaitu berupa tindakan darurat sambil berusaha mencari
penyebab dan penatalaksanaan yang sesuai dengan penyebab. Penatalaksanaan umum
ini meliputi memperbaiki jalan napas dan mempertahankan ventilasi, menenangkan
pasien, menaikkan atau elevasi kepala pasien 30º yang bermanfaat untuk memperbaiki
drainase vena, perfusi serebral dan menurunkan tekanan intrakranial, atasi syok,
mengontrol tekanan rerata arterial, pengaturan cairan dan elektroklit, monitor tanda-
tanda vital, monitor tekanan tinggi intrakranial, dan melakukan pemeriksaan
pencitraan menggunakan Computerized Tomography untuk mendapatkan gambaran
lesi dan pilihan pengobatan (Affandi & Reggy, 2016).

b) Terapi farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi yang bisa dilakukan untuk pasien stroke yaitu
pemberian cairan hipertonis jika terjadi peninggian tekanan intra kranial akut tanpa
kerusakan sawar darah otak (Blood-brain Barrier), diuretika (asetazolamid atau
furosemid) yang akan menekan produksi cairan serebrospinal, dan steroid
(deksametason, prednison, dan metilprednisolon) yang dikatakan dapat mengurangi
produksi cairan serebrospinal dan mempunyai efek langsung pada sel endotel
(Affandi dan Reggy, 2016). Penatalaksanaan farmakologi lainnnya yang dapat
digunakan untuk pasien stroke yaitu aspirin.

c). Tindakan bedah


Penatalaksanaan stroke yang bisa dilakukan yaitu dengan pengobatan pembedahan
yang tujuan utamanya yaitu memperbaiki aliran darah serebri contohnya
endosterektomi karotis (membentuk kembali arteri karotis), revaskularisasi, dan ligasi
arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma (Muttaqin, 2008). Prosedur
carotid endarterectomy/ endosterektomi karotis pada semua pasien harus dilakukan
segera ketika kondisi pasien stabil dan sesuai untuk dilakukannya proses pembedahan.
Waktu ideal dilakukan tindakan 19 pembedahan ini yaitu dalam waktu dua minggu
dari kejadian (Scottich Intercollegiate Guidelines Network, 2008). Tindakan bedah
lainnya yaitu decompressive surgery.
d. Penatalaksanaan medis lain
Penatalaksanaan medis lainnya menurut PERDOSSI (2011) terdiri dari rehabilitasi,
terapi psikologi jika pasien gelisah, pemantauan kadar glukosa darah, pemberian anti
muntah dan analgesik sesuai indikasi, pemberian H2 antagonis jika ada indikasi
perdarahan lambung, mobilisasi bertahap ketika kondisi hemodinamik dan pernapasan
stabil, pengosongan kandung kemih yang penuh dengan katerisasi intermitten, dan
discharge planning. Tindakan lainnya untuk mengontrol peninggian tekanan intra
kranial dalam 24 jam pertama yaitu bisa dilakukan tindakan hiperventilasi.
Pasien stroke juga bisa dilakukan terapi hiportermi yaitu melakukan penurunan suhu
30-34ºC. Terapi hipotermi akan menurunkan tekanan darah dan metabolisme otak,
mencegah dan mengurangi edema otak, serta menurunkan tekanan intra kranial
sampai hampir 50%, tetapi hipotermi berisiko terjadinya aritmia dan fibrilasi ventrikel
bila suhu di 20 bawah 30ºC, hiperviskositas, stress ulcer, dan daya tahan tubuh
terhadap infeksi menurun (Affandi & Reggy, 2016).

2. Keperawatan
Perawat merupakan salah satu dari tim multidisipliner yang mempunyai peran
penting dalam tindakan pengobatan pasien stroke ketika dalam masa perawatan pasca
stroke. Tujuan dari perawatan pasca stroke sendiri yaitu untuk meningkatkan
kemampuan fungsional pasien yang dapat membantu pasien menjadi mandiri secepat
mungkin, untuk mencegah terjadinya komplikasi, untuk mencegah terjadinya stroke
berulang dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Perawatan pasca stroke berfokus kepada kebutuhan holistik dari pasien dan
keluarga yang meliputi perawatan fisik, psikologi, emosional, kognitif, spritual, dan
sosial. Perawat berperan memberikan pelayanan keperawatan pasca stroke seperti
mengkaji kebutuhan pasien dan keluarga untuk discharge planning; menyediakan
informasi dan latihan untuk keluarga terkait perawatan pasien di rumah seperti
manajemen dysphagia, manajemen nutrisi, manajemen latihan dan gerak, dan
manajemen pengendalian diri; kemudian perawat juga memfasilitasi pasien dan
keluarga untuk mendapatkan pelayanan rehabilitasi; dan memberikan dukungan
emosional kepada pasien dan keluarga (Firmawati, 2015)

Daftar Pustaka:
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/15555/BAB%20II
%20%28Tinjauan%20Pustaka%29.pdf?sequence=6&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai