Kelompok 4 :
Apriliani Saputri
Belinda Waliya Shava
Lolita Maharani
Septi Rahmawati
Suci Ayuwandita
1. Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti aterosklerosis dan
thrombosis, robeknya dinding pembuluh darah, atau peradangan;
2. Berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah, misalnya syok
hiperviskositas darah;
3. Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari jantung
atau pembuluh ekstrakranium; atau
4. Ruptur vaskular didalam jaringan otak atau ruang subaraknoid
Berdasarkan patogenesis stroke, maka perjalanan sakit akan dijabarkan dibawah ini menjadi:
1. Tahap prapatogenesis, yaitu stadium sebelum terjadi gejala stroke. Stadium ini
umumnya penderita sudah mempunyai faktor risiko atau memiliki gaya hidup yang
mengakibatkan penderita menderita penyakit degeneratif.
2. Tahap patogenesis, yaitu stadium ini dimulai saat terbentuk lesi patologik sampai saat
lesi tersebut menetap. Gangguan fungsi otak disini adalah akibat adanya lesi pada
otak. Lesi ini umumnya mengalami pemulihan sampai akhirnya terdapat lesi yang
menetap. Secara klinis defisit neurologik yang terjadi juga mengalami pemulihan
sampai taraf tertentu.
3. Tahap pascapatogenesis, yaitu stadium ini secara klinis ditandai dengan defisit
neurologik yang cenderung menetap. Usaha yang dapat dilakukan adalah
mengusahakan adaptasi dengan lingkungan atau sedapat mungkin lingkungan
beradaptasi dengan keadaan pender
C. Patofisiologi
Stroke iskemik terjadi akibat obstruksi atau bekuan disatu atau lebih arteri besar pada
sirkulasi serebrum. Obstruksi dapat disebabkan oleh bekuan (trombus) yang terbentuk
didalam suatu pembuluh otak atau pembuluh organ distal kemudian bekuan
dapat terlepas pada trombus vaskular distal, atau mungkin terbentuk didalam suatu
organ seperti jantung, dan kemudian dibawa melalui sistem arteri ke otak sebagai
suatu embolus.
Pangkal arteria karotis interna (tempat arteria karotis komunis bercabang menjadi
arteria karotis interna dan eksterna) merupakan tempat tersering terbentuknya
arteriosklerosis. Sumbatan aliran di arteria karotis interna sering merupakan penyebab
stroke pada orang berusia lanjut, yang sering mengalami pembentukan plak
arteriosklerosis di pembuluh darah sehingga terjadi penyempitan atau stenosis
Pathway Stroke Non hemoragik,
https://wwrediningtyas.files.wordpress.com/2015/07/11639001_987082597990602_5
37664445_o.jpg
D. Tanda dan Gejala
Menurut Indrawati, Sari, & Dewi (2016), gejala dan tanda stroke sering
muncul secara tiba-tiba dan cepat. Oleh karena itu penting mengenali tanda-tanda
atau gejala stroke. Beberapa gejala stroke antara lain sebagai berikut.
a. Nyeri kepala hebat secara tiba-tiba
b. Pusing, yakni merasa benda-benda disekitarnya berputar atau merasa goyang bila
bergerak atau biasanya disertai mual dan muntah
c. Bingung, terjadi gangguan orientasi ruang, waktu atau personal
d. Pengelihatan kabur atau ketajamanpengelihatan menurun, bisa pada salah satu
mata ataupun kedua mata
e. Kesulitan bicara secara tiba-tiba, mulut terlihat tertarik ke satu sisi atau “perot”
f. Kehilangan keseimbangan, limbung, atau jatuh
g. Rasa kebas, yakni mati rasa, atau kesemutan pada satu sisi tubuh
h. Kelemahan otot-otot pada satu sisi tubuh.
Berdasarkan gejala dan tanda serta waktu terjadinya serangan, dapat diperkirakan
letak kerusakan jaringan otak serta jenis stroke yang menyerang yakni:
a. Kesemutan atau kelemahan otot pada sisi kanan tubuh menunjukkan terjadinya
gangguan pada otak belahan kiri
b. Kehilangan keseimbangan menunjukkan gangguan terjadi di pusat keseimbangan,
yakni antara lain daerah otak kecil (cerrebellum). Serangan stroke yang terjadi
saat penderita sedang istirahat atau tidur umumnya adalah stroke iskemik. Gejala
munculnya secara bertahap dan kesadaran umum baik, kecuali iskemiknya terjadi
karena sumbatan embolus yang berasal dari jantung maka gejala muncul
mendadak dan sering disertai nyeri kepala.
1. Edema otak
Edema adalah pembengkakan otak yang biasa terjadi akibat
stroke. Beberapa kasus stroke dapat menyebabkan pembengkakan otak,
khususnya stroke iskemik. Stroke iskemik menyebabkan sel otak mati dan otak
membengkak sebagai respons terhadap cedera. Edema terjadi karena adanya
penumpukan cairan di otak, sehingga akan terasa sakit kepala dan sulit bicara.
Apabila edema ini tidak ditangani maka akan berakibat kematian.
5. Kejang otot
Anda mungkin mengalami ketegangan otot dan nyeri pada otot kaki atau
lengan Anda segera setelah stroke atau beberapa bulan kemudian.Ketegangan otot
dalam jangka panjang dapat menyebabkan kemunculan kejang otot (spasme) yang
tidak disengaja.Seorang ahli terapi fisik kemungkinan akan merekomendasikan
Anda untuk berlatih peregangan dan latihan fisik lainnya, ditambah kemungkinan
penggunaan belat atau penyangga.
7. Komplikasi lainnya
Anda mungkin mengalami komplikasi lain setelah terkena stroke,
termasuk kesulitan menelan dan sering jatuh akibat keseimbangan serta koordinasi
gerak tubuh yang terganggu. Selain itu, pengaruh stroke dapat menyebabkan
komplikasi berupa:
F. Penatalaksanaan
1. Medis
a). Penatalaksanaan umum
Penatalaksanaan umum yaitu berupa tindakan darurat sambil berusaha mencari
penyebab dan penatalaksanaan yang sesuai dengan penyebab. Penatalaksanaan umum
ini meliputi memperbaiki jalan napas dan mempertahankan ventilasi, menenangkan
pasien, menaikkan atau elevasi kepala pasien 30º yang bermanfaat untuk memperbaiki
drainase vena, perfusi serebral dan menurunkan tekanan intrakranial, atasi syok,
mengontrol tekanan rerata arterial, pengaturan cairan dan elektroklit, monitor tanda-
tanda vital, monitor tekanan tinggi intrakranial, dan melakukan pemeriksaan
pencitraan menggunakan Computerized Tomography untuk mendapatkan gambaran
lesi dan pilihan pengobatan (Affandi & Reggy, 2016).
b) Terapi farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi yang bisa dilakukan untuk pasien stroke yaitu
pemberian cairan hipertonis jika terjadi peninggian tekanan intra kranial akut tanpa
kerusakan sawar darah otak (Blood-brain Barrier), diuretika (asetazolamid atau
furosemid) yang akan menekan produksi cairan serebrospinal, dan steroid
(deksametason, prednison, dan metilprednisolon) yang dikatakan dapat mengurangi
produksi cairan serebrospinal dan mempunyai efek langsung pada sel endotel
(Affandi dan Reggy, 2016). Penatalaksanaan farmakologi lainnnya yang dapat
digunakan untuk pasien stroke yaitu aspirin.
2. Keperawatan
Perawat merupakan salah satu dari tim multidisipliner yang mempunyai peran
penting dalam tindakan pengobatan pasien stroke ketika dalam masa perawatan pasca
stroke. Tujuan dari perawatan pasca stroke sendiri yaitu untuk meningkatkan
kemampuan fungsional pasien yang dapat membantu pasien menjadi mandiri secepat
mungkin, untuk mencegah terjadinya komplikasi, untuk mencegah terjadinya stroke
berulang dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Perawatan pasca stroke berfokus kepada kebutuhan holistik dari pasien dan
keluarga yang meliputi perawatan fisik, psikologi, emosional, kognitif, spritual, dan
sosial. Perawat berperan memberikan pelayanan keperawatan pasca stroke seperti
mengkaji kebutuhan pasien dan keluarga untuk discharge planning; menyediakan
informasi dan latihan untuk keluarga terkait perawatan pasien di rumah seperti
manajemen dysphagia, manajemen nutrisi, manajemen latihan dan gerak, dan
manajemen pengendalian diri; kemudian perawat juga memfasilitasi pasien dan
keluarga untuk mendapatkan pelayanan rehabilitasi; dan memberikan dukungan
emosional kepada pasien dan keluarga (Firmawati, 2015)
Daftar Pustaka:
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/15555/BAB%20II
%20%28Tinjauan%20Pustaka%29.pdf?sequence=6&isAllowed=y