PADA LANSIA
DENGAN STOKE NON HEMORAGIK
OLEH :
KELOMPOK 6
4. Klasifikasi Stroke
Menurut Satyanegara (1998), gangguan peredaran darah otak atau stroke dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
a. Non Haemorrhagi/Iskemik/Infark
1) Transient Ischemic Attack (TIA)/Serangan Iskemi Sepintas TIA merupakan
tampilan peristiwa berupa episode-episode serangan sesaat dari suatu disfungsi
serebral fokal akibat gangguan vaskuler, dengan lama serangan sekitar 2 -15
menit sampai paling lama 24 jam.
2) Defisit Neurologis Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurologi
Defisit(RIND) Gejala dan tanda gangguan neurologis yang berlangsung lebih
lama dari 24 jam dan kemudian pulih kembali (dalam jangka waktu kurang
dari tiga minggu).
3) In Evolutional atau Progressing Stroke merupakan Gejala gangguan neurologis
yang progresif dalam waktu enam jam atau lebih.
4) Stroke Komplit (Completed Stroke / Permanent Stroke ) merupakan Gejala
gangguan neurologis dengan lesi -lesi yang stabil selama periode waktu 18-24
jam, tanpa adanya progesifitas lanjut.
b. Stroke Haemorrhagi
Perdarahan intrakranial dibedakan berdasarkan tempat perdarahannya, yakni di
rongga subararakhnoid atau di dalam parenkhim otak (intraserebral). Ada juga
perdarahan yang terjadi bersamaan pada kedua tempat di atas seperti: perdarahan
subarakhnoid yang bocor ke dalam otak atau sebaliknya. Selanjutnya gangguan-
gangguan arteri yang menimbulkan perdarahan otak spontan dibedakan lagi
berdasarkan ukuran dan lokasi regional otak.
5. Epidemiologi
Stroke dahulu dianggap sebagai penyakit yang tidak dapat diduga yang dapat
terjadi pada siapa saja, dan sekali terjadi tidak ada lagi tindakan efektif yang dapat
dilakukan untuk mengatasinya. Namun, data-data ilmiah terakhir secara meyakinkan
telah membuktikan hal yang sebaliknya. Selama dekade terakhir telah terjadi
kemajuan besar dalam pemahaman mengenai faktor risiko, pencegahan, pengobatan
dan rehabilitasi stroke. Kita sekarang mengetahui bahwa stroke dapat diperkirakan
dan dapat dicegah pada hampir 85% orang. Juga terdapat terapi efektif yang dapat
secara substansial memperbaiki hasil akhir stroke. Pada kenyatannya, sekitar sepertiga
pasien stroke sekarang dapat pulih sempurna, dan proporsi ini dapat meningkat jika
pasien selalu mendapat terapi darurat dan rehabilitasi yang memadai (Feigin, 2006).
Kata ”stroke” sebenarnya merupakan istilah Inggris yang berarti ”pukulan”, tapi
makna kedokterannya ternyata dikenal secara luas di kalangan kedokteran
Internasional. Stroke digunakan untuk menamakan sindrom ”hemiparesis” atau
”hemiparalisis” akibat lesi vaskuler yang bisa bangkit dalam beberapa detik sampai
hari, tergantung pada jenis penyakit yang menjadi penyebabnya. Di mana daerah otak
yang tidak berfungsi lagi, bisa disebabkan karena secara tiba-tiba tidak menerima
jatah darah lagi karena pembuluh darah yang memperdarahi daerah itu putus atau
tersumbat. Penyumbatan itu bisa terjadi secara mendadak, secara berangsur-angsur
ataupun tiba-tiba namun berlangsung hanya sementara (Mardjono, 1989).
Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan
saraf/defisit neurologik akibat gangguan aliran darah pada salah satu bagian otak.
Secara sederhana stroke didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai
darah ke otak karena sumbatan atau perdarahan, dengan gejala lemas/lumpuh sesaat,
atau gejala berat sampai hilangnya kesadaran, dan kematian. Stroke bisa berupa
iskemik maupun perdarahan (hemoragik)(Junaidi,2004).Pada stroke iskemik, aliran
darah ke otak terhenti karena aterosklerotik atau bekuan darah yang telah menyumbat
suatu pembuluh darah melalui proses aterosklerosis. Sedang pada stroke perdarahan
(hemoragik) pembuluh darah pecah menjadi tidak normal dan darah yang keluar
merembes masuk ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya (Junaidi, 2006).
Menurut WHO, stroke adalah tanda-tanda klinis mengenai gangguan fungsi serebral
secara fokal ataupun global, yang berkembang dengan cepat, dengan gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih, atau mengarah ke kematian tanpa penyebab
yang kelihatan, selain tanda-tanda yang berkenaan dengan aliran darah di
otak.Menurut Junaidi, stroke adalah penyakit gangguan fungsional otak akut, fokal
maupun global, akibat gangguan aliran darah ke otak karena perdarahan ataupun
sumbatan dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat
sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau berakibat kematian
6. Patofisiologi
Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola mengalami perubahan
patologik pada dinding pembuluh darah tersebut berupa hipohialinosis, nekrosis
fibrinoid serta timbulnya aneurisma tipe Bouchard. Arteriol-arteriol dari cabang-
cabang lentikulostriata, cabang tembus arteriotalamus dan cabang-cabang paramedian
arteria vertebro-basilar mengalami perubahan-perubahan degeneratif yang sama .
Kenaikan darah yang “abrupt” atau kenaikan dalam jumlah yang secara mencolok
dapat menginduksi pecahnya pembuluh darah terutama pada pagi hari dan sore hari.
Jika pembuluh darah tersebut pecah, maka perdarahan dapat berlanjut sampai dengan
6 jam dan jika volumenya besar akan merusak struktur anatomi otak dan
menimbulkan gejala klinik
Jika perdarahan yang timbul kecil ukurannya, maka massa darah hanya dapat
merasuk dan menyela di antara selaput akson massa putih tanpa merusaknya. Pada
keadaan ini absorbsi darah akan diikuti oleh pulihnya fungsi-fungsi neurologi.
Sedangkan pada perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peninggian
tekanan intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk
serebri atau lewat foramen magnum. Kematian dapat disebabkan oleh kompresi
batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi
perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga
kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus dan pons. Selain kerusakan
parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak akan mengakibatkan
peningian tekanan intrakranial dan menebabkan menurunnya tekanan perfusi otak
serta terganggunya drainase otak.
Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat
menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di daerah yang terkena
darah dan sekitarnya tertekan lagi. Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis.
Apabila volume darah lebih dari 60 cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada
perdarahan dalam dan 71 % pada perdarahan lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan
serebelar dengan volume antara 30-60 cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar
75 % tetapi volume darah 5 cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal. (Jusuf
Misbach, 1999).
b. Defisit Motorik
1. Hemiparesis
Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama. Paralisis wajah
(karena lesi pada hemisfer yang berlawanan).
2. Ataksia
Berjalan tidak mantap atau tegak, Tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar
berdiri yang luas.
3. Disartria
Kesulitan dalam membentuk kata.
4. Disfagia
Kesulitan dalam menelan.
c. Defisit Verbal
1. Afasia Ekspresif
Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami, mungkin mampu
bicara dalam respon kata tunggal.
2. Afasia Reseptif
Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mam pu bicara tetapi tidak
masuk akal.
3. Afasia Global
Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif.
4. Defisit Kognitif
Pada penderita stroke akan kehilangan memori jangka pendek dan panjang,
penurunan lapang perhatian, kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi ,
alasan abstrak buruk, perubahan penilaian.
5. Defisit Emosional
Penderita akan mengalami kehilangan kontrol diri, labilitas emosional,
penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress, depresi, menarik
diri, rasa takut, bermusuhan dan marah, perasaan isolasi
8. Komplikasi
Komplikasi stroke menurut Smeltzer (2002,hal 2131):
a. Komplikasi Dini (0-48 jam pertama)
1) Edema serebri: defisit neurologis cenderung memberat, dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial, herniasi, dan akhirnya
menimbulkan kematian.
2) Infark miokard: penyebab kematian mendadak pada stroke stadium awal.
b. Komplikasi Jangka pendek (1-14 hari pertama)
1) Pneumonia: Akibat immobilisasi lama
2) Infark miokard
3) Emboli paru: Cenderung terjadi 7 -14 hari pasca stroke, seringkali pada saat
penderita mulai mobilisasi.
4) Stroke rekuren: Dapat terjadi pada setiap saat.
c. Komplikasi Jangka panjang
Stroke rekuren, infark miokard, gangguan vaskular lain: penyakit vaskular
perifer.
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
CT scan: didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel, atau
menyebar ke permukaan otak.
MRI untuk menunjukkan area yang mengalami infark, hemoragik.
Angiografi serebral: Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik
seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
Pemeriksaan foto thorax dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah
terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi
kronis pada penderita stroke.
b. Pemeriksaan laboratorium
Fungsi lumbal: Menunjukan adanya tekanan normal dan cairan tidak
mengandung darah atau jernih.
Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. (Gula
darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur
turun kembali.)
Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
10. Pencegahan
Pencegahan stroke yang efektif dengan cara menghindari faktor resikonya,
banyak faktor resiko stroke yang bisa di modifikasi. Sebagian dari pencegahan stroke
caranya:
Kontrol tekanan darah. hipertensi merupakan penyebab serangan stroke.
Kurangi atau hentikan merokok. Karena nikotin dapat menempel di pembuluh
darah dan menjadi plak, jika plaknya menumpuk bisa menyumbat pembuluh
darah.
Olahraga teratur. Olahraga teratur bisa meningkatkan ketahanan jantung dan
menurunkan berat badan
Perbanyak makan sayur dan buah. Sayur dan buah mengandung banyak
antioksidan yang bisa menangkal radikal bebas, selain itu sayur dan buah
rendah kolesterol.
Suplai Vitamin E yang cukup. Para peneliti dari Columbia Presbyterian
Medical Center melaporkan bahwa konsumsi vitamin E tiap hari menurunkan
resiko stroke sampai 50% vitamin E juga menghaluskan kulit.
11. Penatalaksanaan
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut:
1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir yang
sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
2. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
3. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
Pengobatan Konservatif
1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan, tetapi
maknanya pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral:
1. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan
membuka arteri karotis di leher.
2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya
paling dirasakan oleh pasien TIA.
3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.
4. Ligasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.
2. Diagnosa keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan suplai darah
dan O2 ke otak.
b. Nyeri akut b/dagen cedera biologi,penurunan suplai darah dan O 2 ke otak, infark
serebri
c. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan keterlibatan neuromuscular:
paralisis hemiplegia dan hemiparesis, parastesia,flaksid/paralisis hipotonik (awal).
d. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan Disartria , disfasia/ afasia,
apraksia
e. Perubahan sensori persepsi berhubungan dengan Disfungsi persepsi visual spasial
dan kehilangan sensorik
f. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik umum
g. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi kurang adekuat, kelemahan otot mengunyah dan menelan
h. Gangguan eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan kelemahan otot spicnter
i. Gangguan eliminasi urin (incontinensia urin) yang berhubungan dengan kelemahan
otot spicnter .
j. Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan menurunnya refleks
batuk.
k. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penekanan jaringan setempat
3. Perencanaan
Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
keperawatan hasil
1.Perubahan Setelah diberikan a) B a) Keluarga
perfusi tindakan keperawatan erikan penjelasan lebih berpartisipasi
jaringan selama ...x... jam kepada keluarga klien dalam proses
serebral diharapkan perfusi tentang sebab-sebab penyembuhan
berhubungan jaringan otak dapat peningkatan TIK dan b) Untuk
dengan tercapai secara akibatnya mencegah perdarahan
penurunan optimal/adekuat dgn b) A ulang
suplai darah kriteria hasil : njurkan kepada klien c) Mengetah
dan O2 ke otak. - Kli untuk bed rest total ui setiap perubahan
en tidak gelisah c) O yang terjadi pada
- Tid bservasi dan catat klien secara dini dan
ak ada keluhan nyeri tanda-tanda vital dan untuk
kepala, mual, kelainan tekanan penetapan tindakan
kejang. intrakranial tiap dua yang tepat
- GC jam d) Mengu
S E4V5M6 d) B rangi tekanan arteri
- Pu erikan posisi kepala dengan
pil isokor, reflek lebih tinggi 15-30 meningkatkan
cahaya (+) dengan letak jantung drainage vena dan
- Ta ( beri bantal tipis) memperbaiki
nda-tanda vital e) A sirkulasi serebral
normal(nadi: 60-100 njurkan klien untuk e) Batuk
kali permenit, menghindari batuk dan dan mengejan dapat
suhu:36-36,7 ºC mengejan berlebihan meningkatkan
pernafasan 16-20 f) C tekanan intra kranial
kali permenit) iptakan lingkungan dan potensial terjadi
yang tenang dan batasi perdarahan ulang
pengunjung f) Rangs
g) K angan aktivitas yang
olaborasi dengan tim meningkat dapat
dokter dalam meningkatkan
pemberian obat kenaikan TIK.
neuroprotektor Istirahat total dan
ketenangan mingkin
diperlukan untuk
pencegahan terhadap
perdarahan dalam
kasus stroke
hemoragik
/perdarahan lainnya
g) Memperba
iki sel yang masih
viabel
2.Nyeri akut Setelah diberikan a) Kaji keluhhan nyeri, a) Mengidentifikasi
b/dagen cedera asuhan keperawatan intensitas (skala 0- karakteristik nyeri
biologi,penuru selama x 24jam, 10), karakteristik, untuk memilih
nan suplai diharapkan nyeri pasien lokasi,lama,faktor tindakan yang sesuai
darah dan O2 berkurang / hilang yang memperburuk dan mengevaluasi
ke otak, infark dengan kriteria hasil : dan faktor yang keefektifan dari terapi
serebri - Melaporkan nyeri meredakan yang diberikan.
berkurang/ b) Kaji atau hubungkan b) Faktor yang
terkontrol faktor fisik atau berpengaruh terhadap
- Menunjukkan/men emosi dari keadaan keberadaan atau
ggunakan perilaku klien. persepsi nyeri
untuk mengurangi c) Observasi adanya tersebut.
kekambuhan tanda nyeri non c) Merupakn indikator
verbal, misal: derajat nyeri tidak
ekspresi wajah, posisi langsung yang
tubuh. Gelisah, dialami.
menangis atau d) Pengenalan segera
meringis, menarik meningkatkan
diri. intervensi dini dan
d) Instruksikan klien dapat menurunkan
untuk melaporkan beratnya serangan.
nyeri dengan segera e) Menurunkan
jika nyeri tersebut stimulasi berlebihan
muncul. yang dapat
e) Anjurkan beristirahat mengurangi sakit
dalam ruangan yang kepala.
tenang f) Penanganan sakit
Kolaborasi kepala secara umum
f) Berikan obat sesuai kadang bermanfaat
indikasi, seperti yang disebabkan
analgetik, misal : karena gangguan
asetaminofen, vaskular.
ponstan.
3.Kerusakan Setelah diberikan Mandiri : Mandiri :
mobilitas fisik tindakan keperawatan a) kaji a) mengident
berhubungan selama ...x...jam kemampuan secara ifikasi
dengan diharapkan klien fungsional atau kekuatan/kelemahan
keterlibatan mampu melaksanakan luasnya kerusakan dan dapat
neuromuscular: aktivitas fisik sesuai awal dengan cara memberikan
paralisis dengan kemampuannya teratur. informasi mengenai
hemiplegia dan dgn kriteria hasil : b) Ubah pemulihan.
hemiparesis, - Tid posisi minimal setiap b) menurunk
parastesia,flaks ak terjadi kontraktur 2 jam an risiko
id/paralisis sendi c) Lakukan trauma/iskemia
hipotonik - Ber latihan rentang gerak jaringan.
(awal), tambahnya kekuatan aktif dan pasif pada c) meminima
otot semua ekstremitas lkan atropi otot,
Klien menunjukkan d) Evaluasi meningkatkan
tindakan untuk penggunaan dari / sirkulasi, dan
meningkatkan kebutuhan alat Bantu membantu mencegah
mobilitas untuk pengaturan kontraktur.
posisi dan atau d) kontraktur
pembalut selama fleksi dapat terjadi
periode paralysis akibat dari otot
spastic fleksor lebih kuat
e) tinggikan dibandingkan dengan
tangan dan kepala. otot ekstensor.
f) posisikan e) meningkat
lutut pada posisi kan aliran balik vena
ekstensi. dan membantu
g) pertahank mencegah edema.
an kaki pada posisi f) memperta
netral dengan hankan posisi
gulungan atau fungsional
bantalan trokanter. g) mencegah
h) Bantu rotasi eksternal pada
untuk keseimbangan pinggul.
duduk. (meninggikan h) membantu
kepala tempat tidur, dalam melatih
bantu duduk ditepi kembali jalan saraf,
tempat tidur). meningkatkan
i) observasi respons proprioseptik
daerah yang terkena dan motorik.
termasuk warna, i) jaringan
edema atau tanda lain yang mengalami
dari gangguan edema lebih mudah
sirkulasi mengalami trauma
j) susun dan penyembuhannya
tujuan dengan lambat.
pasien/orang terdekat j) meningkat
untuk berpartisipasi kan harapan terhadap
dalam aktivitas/latihan perkembangan dan
dan mengubah posisi. memberikan perasaan
Kolaborasi : control/kemandirian
k) konsultasikan dengan kolaborasi :
ahli fisioterapi secara k) program
aktif dan ambulasi khusus dapat
klien. dikembangkan untuk
l) Berikan obat relaksan menemukan kebutuhan
otot, antispasmodic dalam keseimbangan,
sesuai dengan koordinasi, dan
indikasi. kekuatan.
(baklofen,dantrolen) l) Menghilang
kan spastisitas pada
ekstremitas yang
terganggu.
4. Implementasi
Sesuai intervensi yang ada pada perencanaan
5. Evaluasi
a) Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara
optimal/adekuat
b) Nyeri berkurang atau terkontrol
c) Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai
dengan kemampuannya
d) Proses komunikasi klien dapat berfungsi secara optimal
e) Meningkatnya persepsi sensorik secara optimal
f) Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi
g) Tidak terjadi gangguan pemenuhan nutrisi
h) Klien tidak mengalami konstipasi
i) Klien mampu mengontrol eliminasi urinnya
j) Jalan nafas tetap efektif
k) Tidak terjadi kerusakan integritas kulit pada pasien
Daftar Pustaka
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Jakarta, EGC ,2002
Doenges,Marilynn E dkk. (1999).Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC
Underwood,J.C.E.(1999).Patologi Umum dan Sistematik.Edisi 2.Jakarta:EGC
http://nursingart.blogspot.com/2008/08/askep-klien-stroke.html
http://perawatpsikiatri.blogspot.com/2008/11/Asuhan - Keperawatan.Html
http://lisa86.wordpress.com/askep-pasien-stroke-non-hemoragik/
http://www.scribd.com/doc/22475411/KTI-Hemiparese-Post-Stroke-Non-Hemoragik