Anda di halaman 1dari 6

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)
“Cidera Otak Ringan (COR)”

Oleh :

RULY INDRA ANISTIA, S.Kep


NIM. 201706028

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Bidang Study : Keperawatan Medikal Bedah
Topik : Cedera kepala
Sasaran : Keluarga pasien dan pasien Ruang Tanjung RSUD Kab Kediri
Tempat : Ruang Tanjung RSUD Kab Kediri
Hari/Tanggal : Kamis, 09 Maret 2017
Waktu : 1 x 30 menit

I. LATAR BELAKANG
Cidera kepala adalah kerusakan neurologi yang terjadi akibat adanya trauma
pada jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun efek sekunder dari trauma
yang terjadi (sylvia anderson Price, 1985). Menurut Brain Injury Assosiation of
America cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat
kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari
luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan
kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik. Cedera kepala bisa dikelompokkan
sebagai cedera kepala tertutup atau terbuka ( penetrasi, luka tembus). Pada cedera
kepala tertutup, kepala menerima suatu dorongan tumpul karena membentur suatu
benda. Pada cedera kepala terbuka, suatu benda berkecepatan tinggi menembus
tulang tengkorak dan masuk ke dalam otak.
Trauma kepala atau cedera kepala merupakan kasus yang sangat sering
terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Cedera kepala yang sering terjadi pada orang
dewasa karena kecelakaan lalu lintas. Terjatuh dari sepeda motor, tabrakan, kepala
terbentur bagian dari mobil karena mobil yang dinaiki menabarak atau terjungkal dan
lain sebagainya. Karena seringnya terjadi trauma kepala pada orang yang
mengendarai sepeda motor ketika kecelakaan, maka akhirnya diwajibkan siapa saja
yang mengendarai sepeda untuk menggunakan helm sebagai pelindung kepala.
Namun masih banyak yang menggunakan helm hanya sekedar sebagai syarat untuk
mentaati peraturan lalu lintas yaitu dengan memakai helm yang kurang memenuhi
syarat maupun tali helm yang tidak terikat ketika dipakai sehingga ketika terjadi
kecelakaan lalu lintas masih terjadi cedera kepala yang berat.
Di Amerika Serikat, kejadian cedera kepala setiap tahunnya diperkirakan
mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah tersebut, 10% meninggal sebelum tiba di rumah
sakit. Yang sampai di rumah sakit, 80% dikelompokkan sebagai cedera kepala ringan
(CKR), 10% termasuk cedera kepala sedang (CKS), dan 10% sisanya adalah cedera
kepala berat (CKB). Insiden cedera kepala terutama terjadi pada kelompok usia
produktif antara 15-44 tahun. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab 48%-53%
dari insiden cedera kepala, 20%-28% lainnya karena jatuh dan 3%-9% lainnya
disebabkan tindak kekerasan, kegiatan olahraga dan rekreasi

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Pada akhir proses penyuluhan, klien dan keluarga dapat mengetahui tentang cidera
kepala, penyebab, tanda gejala serta penangananya.

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah diberikan penyuluhan keluarga dan klien dapat :
1. Menyebutkan pengertian dari cedera kepala
2. Menyebutkan penyebab cedera kepala
3. Menyebutkan macam-macam cidera kepala
4. Menyebutkan tanda serta gejala cidera kepala
5. Mengerti penanganan dan kebutuhan nutrisi pada cedera kepala.
IV. SASARAN
Pasien dan keluarga di Ruang Tanjung RSUD Kab Kediri.

V. MATERI
1. Pengertian dari cedera kepala
2. Penyebab cedera kepala
3. Macam-macam cidera kepala
4. tanda dan gejala cidera kepala
5. Penanganan dan kebutuhan nutrisi pada cedera kepala.

VI. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

VII. MEDIA
Leaflet

VIII. KRITERIA EVALUASI


1. Evaluasi Struktur
 Peserta hadir ditempat penyuluhan
 Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruang tunggu keluarga pasien
Ruang 19 RSSA Malang.
 Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
 Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
 Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasi Hasil
 Klien dan keluarga mengetahui tentang cidera kepala, jenis cidera kepala,
penyebab, tanda dan gejala, serta penanganan pada cidera kepala.

IX. KEGIATAN PENYULUHAN

No. WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA


1. 2 Pembukaan :
menit  Membuka kegiatan dengan  Menjawab salam
mengucapkan salam.
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Menjelaskan tujuan dari penyuluhan  Memperhatikan
 Menyebutkan materi yang akan  Memperhatikan
diberikan
2. 15 Pelaksanaan :
menit  Menjelaskan tentang pengertian  Memperhatikan
cidera kepala
 Menjelaskan pengertian dari cedera  Memperhatikan
kepala
 Menjelaskan penyebab cedera kepala  Bertanya dan
 Menjelaskan jenis-jenis cidera kepala menjawab pertanyaan
 Menjelaskan tanda dan gejala cidera yang diajukan
kepala  Bertanya dan
 Menjelaskan Penanganan dan menjawab pertanyaan
kebutuhan nutrisi pada cedera kepala. yang diajukan
 Memberi kesempatan kepada peserta
untuk bertanya.
3. 7 Evaluasi :
menit  Menanyakan kepada peserta tentang  Menjawab pertanyaan
materi yang telah diberikan.
4. 2 Terminasi :
menit  Mengucapkan terimakasih  Mendengarkan
 Mengucapkan salam penutup  Menjawab salam

X. DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi ed.3. Jakarta : EGC.
American College of Surgeon Committe on Trauma. Cedera kepala. Dalam: Advanced
Trauma Life Support for Doctors. Ikatan Ahli Bedah Indonesia, penerjemah. Edisi
7. Komisi trauma IKABI, 2004; 168-193.
Mansjoer dkk. 2000. Kapita Selelkta Kedokteran; jilid2. Media Aesculapius: FK UI.
Jakarta
MATERI PENYULUHAN

1. PENGERTIAN
Cidera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai
atau tanpa disertai perdarahan interstisil dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak.
Cedera kepala yaitu adanya deformitas berupa penyimpangan bentuk atau
penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelerasi –
descelarasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan
pada percepatan factor dan penurunan percepatan, serta rotasi yaitu pergerakan pada
kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan.

2. ETIOLOGI
1. Kecelakaan
2. Jatuh
3. Trauma akibat persalinan

3. KLASIFIKASI CEDERA KEPALA


Cedera kepela dapat diklasifikan berdasarkan mekanisme, keparahan dan morfologi
cedera.
1. Mekanisme: berdasarkan adanya penetrasi durameter
- Trauma tumpul: kecepatan tinggi (tabrakan)
Biasanya berkaitan dengan kecelakaan lalu lintas, jatuh atau pukulan benda
tumpul. Pada cedera tumpul terjadi akselerasi dan deselerasi yang cepat
menyebabkan otak bergerak di dalam rongga cranial dan melakukan kontak pada
protuberans tulang tengkorak.
- Trauma tembus (luka tembus peluru dan cedera tembus lainnya)
2. Keparahan cidera
a. Ringan: GCS 14-15
b. Sedang: GCS 9-13
c. Berat: GCS 3-8
3. Morfologi
 Fraktur tengkorak: kranium: linar/stelatum; depresinon depresi; terbuka/tertutup
Fraktur tengkorak dapat terjadi pada atap dan dasar tengkorak. Fraktur dapat
berupa garis/ linear, mutlipel dan menyebar dari satu titik (stelata) dan membentuk
fragmen-fragmen tulang (kominutif). Fraktur tengkorak dapat berupa fraktur
tertutup yang secara normal tidak memerlukan perlakuan spesifik dan fraktur
tertutup yang memerlukan perlakuan untuk memperbaiki tulang tengkorak.
 Lesi intrakranial:
- fokal: epidural, subdural, epidural
- Difus: konkusi ringan, konkusi klasik, cedera aksonal difus

3. TANDA GEJALA CIDERA KEPALA


a. Cidera kepala ringan (kelompok resiko rendah)
- Sadar penuh, orientasi baik (GCS: 14-15)
- Tidak ada kehilangan kesadaran
- Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing
- Paseien dapat menderita abrasi, laserasi atau hematoma kulit kepala
- Tidak ada kriteria sedang berat
b. Cidera kepala sedang (kelompok resiko sedang)
- GCS 9-13 (konfusi, letargi, atau stupor)
- Konkusi
- Amnesia pasca trauma
- Muntah
- Tanda kemungkinan fraktur kranium (tanda battle sign, mata rabun, otore,
rinorea cairan serebrospinal, hemotimpanum)
- Kejang
c. Cidera kepala berat (kelompok resiko berat)
- Cidera GCS 3-8 (koma)
- Penurunan derajat kesehatan secara progresif
- Tanda neurologis fokal
- Cedera kepala penetrasi, atau teraba fraktur depresi kranium

4. PENATALAKSANAAN
Pada penderita dengan cedera kepala ringan, dapat diatasi dengan cara memberikan
es atau handuk dingin pada daerah yang mengalami trauma untuk membantu mengurangi
bengkak. Jika terdapat luka, tutup dengan perban bersih dan tekan selama 5 menit. Luka
robek di kepala sering berdarah banyak. Jika terjadi cedera kepala berat, maka segera
dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan untuk mencegah
timbulnya komplikasi klinis lainnya.
Berikut adalah hal-hal yang bisa dilakukan untuk penatalaksanaan penderita cedera
kepala sedang dan berat saat di luar rumah sakit :
1. Amankan jalan nafas dan berikan oksigen. Jika muntah harus dimiringkan ke kiri
dengan posisi log roll ( membatasi gerakan tulang belakang penderita).
2. Stabilisasi penderita pada papan untuk tulang belakang/ backboard. Batasi gerakan
leher dengan collar kaku dan alat untuk imobilisasi kepala.
3. Segera bawa ke rumah sakit terdekat atau telpon ambulan 118.

5. NUTRISI PADA CEDERA KEPALA


Pada cedera kepala berat terjadi hipermetabolisme sebanyak 2-2,5 kali normal dan
akan mengakibatkan katabolisme protein. Proses ini terjadi antara lain oleh karena
meningkatnya kadar epinefrin dan norepinefrin dalam darah dan akan bertambah bila ada
demam. Setelah 3-4 hari dengan cairan perenteral pemberian cairan nutrisi peroral melalui
pipa nasograstrik bisa dimulai, sebanyak 2000-3000 kalori/hari.

6. PENCEGAHAN
Untuk mencegah terjadinya cedera kepala, sangat dibutuhkan kesadaran dari diri
sendiri untuk menjaga kesehatan terutama keselamatan kita dalam melakukan suatu
aktivitas. Selain itu perlu diperhatikan keselamatan kita saat di jalan raya, karena dari
epidemiologi di atas, kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab 48%-53% dari insiden
cedera kepala, 20%-28% lainnya karena jatuh dan 3%-9% lainnya disebabkan tindak
kekerasan, kegiatan olahraga dan rekreasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara :
a. Menurunkan kecepatan saat berkendaraan.
b. Menggunakan sabuk keselamatan dan pelindung bahu saat mengemudi mobil.
c. Menggunakan helm untuk pengendara motor dan sepeda.
d. Program pendidikan langsung untuk mencegah berkendaraan sambil mabuk.
e. Mencegah jatuh
f. Menggunakan alat-alat pelindung dan tehnik latihan.

DAFTAR PUSTAKA
Budiono.2010.Asuhan Keperawatan Pasien dengan gangguan system persarafan.Instalasi
Rawat Inap II. RSSA Malang
TIM IRD RSU dr Syaiful Anwar Malang.2008.Basic Trauma Life Support.

Anda mungkin juga menyukai