Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN

CEDERA KEPALA

DI SUSUN OLEH :

MARIA NATASIA MADUR

1814201019

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DAN NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS

RUTENG

2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN

CEDERA KEPALA

A. Pokok bahasan : cedera kepala


B. Latar Belakang : cedera kepala merupakan kejadian yang sangat sering dijumpai.
Lebih dari 50 % penderita cedera adalah penderita cedera kepala. Sebanyak 10%
penderita dengan cedera kepala meninggal sebelum sampai dirumah sakit.
C. Topik : Cedera kepala
D. Hari/tanggal : 28 september 2012
E. Waktu : 10.00 – 10.30 WITA
F. Tempat : Ruang Dahlia RSUD Ben Mboi Ruteng
G. Sasaran : pasien dan Keluarga Pasien
H. Metode : Ceramah, dan Tanya jawab
I. Media atau alat : Leaflet
J. Materi : Terlampir
K. Tujuan Umum :
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan pasien atau keluarga pasien dapat mengerti
mengenai Cedera Kepala.
L. Tujuan Khusus :
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan pasien atau keluarga pasien dapat
menjelaskan ;
1. Pengertian cedera kepala
2. Mengetahui penyebab cedera kepala
3. akibat cedera kepala
4. klasifikasi cedera kepala
5. penatalaksanaan medis cedera kepala
6. perawatan rumah pasien cedera kepala
M. Pengorganisasian :

: mahasiswa

: Pasien

: Keluarga Pasien

: Pembimbing institusi

: Pembimbing lahan
N. Pelaksanaan

No. Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta

1. Pendahuluan ( 5 menit ) - Memberi salam - Duduk, mendengarkan


- menjelaskan tujuan dan membalas salam
- kontrak waktu - Mendengarkan dengan
aktif
- mendengarkan

2. Penyajian ( 15 menit ) - Menjelaskan Pengertian - Mendengarkan dan


cedera kepala, penyebab, aktif bertanya.
akibat, klasifikasi cedera
kepala ,penatalaksanaan
medis pasien cedera serta
perawatan rumah pasien
cedera.perawatan pasien
cedera kepala.
3. Penutup ( 10 menit ) - Mengevaluasi pada - Mendengarkan ,
peserta atas penjelasan mengikuti pengarahan
yang diberikan untuk evaluasi
- Menjelaskan tentang hal- - Mendengarkan dengan
hal yang tidak dimengerti aktif
dari penyampaian. - Membalas salam.
- Salam penutup.

O. Evaluasi Krieria

1. Evaluasi Struktur

a. 70-100% pasien dan keluarga pasien mengikuti penyuluhan.

b. kegiatan berlangsung sesuai dengan waktu yang ditentukan.

c. mahasiswa dapat menyediakan alat-alat dan media sesuai dengan yang diperlukan.
2. Evaluasi Proses

a. 70% pasien dan keluarga pasien yang mengikuti penyuluhan dapat berperan serta
secara aktif dalam penyuluhan.

b. selama kegiatan berlangsung tidak ada penyimpangan dari

tujuan yang telah ditetapkan.

c. selama kegiatan berlangsung pasien dan keluarga pasien tidak ada yang

meninggalkan tempat.

3. Evaluasi Hasil

 Klien dapat menjelaskan kembali pengertian cedera kepala menggunakan bahasa


sendiri dengan benar.
 Klien dapat menyebutkan 2 dari 3 penyebab cedera kepala.
 Klien dapat menyebutkan 7 dari 9 akibat cedera kepala.
 Klien dapat menyebutkan 3 dari 5 perawatan pada pasien cedera kepala.
MATERI

A. Pengertian
1. Cedera kepala adalah semua benturan atau ruda paksa pada daerah kepala yang dapat,
mengakibatkan terganggunya fungsi otak baik ringan maupun berat. (Muhammad,
2005:85 )
2. Cedera kepala dikenal juga cedera otak adalah gangguan fungsi otak normal karena
cedera tumpul atau cedera tusuk . (nettina, 2002 :72)
3. Menurut brown CV, Weng J, craniotomy adalah operasi untuk membuka tengkorak
(tempurung kepala) dengan maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakkan
otak..
4. Cedera kepala adalah penyakit neurologis yang paling sering terjadi diantara penyakit
neurologis lainnya yang biasa disebabkan oleh kecelakaan, meliptui: otak, tengkorak
ataupun kulit kepala saja. (brunner & suddart, 1987 :2210)
5. Cedera kepala atau cedera atau jejas yang terjadi pada kepala bisa oleh mekanik
ataupun non-mekanik yang meliputi kulit kepala, otak, ataupun tengkorak saja dan
merupakan penyakit neurologis yang paling sering terjadi biasa dikarenakan oleh
kecelakaan (lalu lintas)
B. Penyebab
1. Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil.
2. Kecelakaan pada saat olah raga.
3. Cedera akibat kekerasan
C. Klasifikasi
a) Menurut jenis cedera
a. Cedera kepala terbuka dapat menyebabkan fraktur tulang tengkorak dan laserasi
duameter. Cedera yang menembus tengkorak dan jaringan otak.
b. Cedera kepala tertutup : dapat disamakan pada pasien dengan geger otak ringan
dengan cedera serebral yang luas.

b) Menurut berat ringannya berdasarkan GCS (glasgown coma scale)


1. Cedera kepala ringan/minor
 GCS 13-15
 Dapat terjadi kehilangan kesadaran, amnesia, tetapi kurang dari 30 menit
 Tidak ada fraktur tengkorak
 Tidak ada kontusia serebral, hemotoma
2. cedera kepala sedang
 GCS 9 – 12
 Kehilangan kesadaran
 Dapat mengalami fraktur tengkorak
 Diikuti contusia serebral, laserasi dan hematoma intracranial
3. Cedera kepala barat
 GCS 3 – 8
 Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam
 Juga meliputi kontusia serebral, laserasi atau hematoma intra kranial
D. Manifestasi klinis
1. Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih
2. Kebingungan
3. Pucat
4. Mual dan muntah
5. Pusing kepala
6. Terdapat hematoma
7. Kecemasan
8. Sukar untuk dibangunkan
9. Bila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari hidung
(rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal.
E. Penatalaksanaan Medis pasien Cedera kepala.
1. Tindakan terhadap peningkatan intracranial
Pada saat otak yang rusak membengkak atau terjadi penumpukkan darah yang
cepat, terjadi peningkatan TIK dan memerlukan tindakan segera. TIK dipantau
dengan ketat dan bila meningkat, keadaan ini diatasi dengan mempertahankan
oksigenasi adekuat, pemberian mannitol, yang mengurangi edema serebral dengan
dehidrasi osmotic; penggunaan steroid; peningkatan kepala tempat tidur; dan
kemungkinan intervensi bedah neuro. Pembedahan diperlukan untuk evakuasi
pembekuan darah, dan jahitan terhadap laserasi kulit kepala berat. Alaat untuk
memantau TIK dapat dipasang selama pembedahan atatu dengan teknik aseptic
ditempat tidur. Pasien dirawat diunit perawatan intensif dimana ada perawatan ahli
keperawatan dan medis.
Cara mengontrol TIK pada pasien cedera kepala:
a. Tinggikkan kepala pada tempat tidur sampai 30˚
b. Pertahankan kepala dan leher pasien dalam kesejajar netral (tidak memuntir)
c. Memulai tindakan maneuver valsalva (mis, pelunak feses)
d. Memberikkan medikasi yang diresepkan untuk menurunkan TIK (mis., diuretic,
kortikosteroid)
e. Mempertahankan suhu tubuh normal
f. Memberikkan oksigen
g. Mempertahankan pembatasan cairan
h. Berikan sedasi untuk menurunkan kebutuhan metabolic.
2. Tindakan pendukung lain.
Mencangkup dukungan ventilasi, pencegahan kejang, dan pemeliharaan
cairan, elektrolit dan keseimbangan nutrisi.
F. Perawatan dirumah untuk cedera kepala
1. Mencegah terjadinya cedera.
a. Untuk menghindari pasien dari mencederai diri menggunakan bantalan pada
pagar tempat tidur atau membungkus tangan pasien dengan sarung tangan. Dan
menghindari restrein bila memungkinkan karena dapat meningkatkan TIK tau
menyebabkan cedera lain.
b. Menggunakan tempat tidur lantai (matras lantai yang dikelilingi oleh matras
dinding) untuk memungkinkan kebebasan bergerak dan meningkatkan keamanan
pasien.
c. Meminimalkan rangsang lingkungan dengan mempertahankan ruangan tenang.
d. Memberikan cahaya adekuat untuk menghindari halusinasi penglihatan.
e. Jangan menganggu siklus tidur-bangun pasien sesuei siklus.
2. Memberi nutrisi adekuat.
3. Memperbaiki fungsi kognitif
Menganjurkan keluarga untuk mengkonsultasikan ke Ahli neuropsikologi
(spesialis yang mengevaluasi dan mengatasi masalah kognitif) untuk merencanakan
program dan mengawalai terapi atau konseling yang dibuat untuk menolong pasien
bereaksi dengan maksimal bila memungkinkan
4. Rutin melaksanakan program rehabilitasi setelah keluar dari rumah sakit.
5. Rutin meminum obat karena kejang post cedera sering terjadi, maka obat
antikonvulsan dapat diberikan untuk 1 sampai 2 setelah cedera.
DAFTAR PUSTAKA
Suzanne CS & Brenda GB. Buku Ajar Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 3. Jakarta: EGC;
1999.

Basic Cedera Life Support And Cardiac Life Supprot. Edisi 5. Jakarta : Yayasan Ambulans
Gawat Darurat 118; 2011.

Anda mungkin juga menyukai