Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP)

CEDERA KEPALA

A. LATAR BELAKANG
Cedera kepala adalah trauma pada otak yang diakibatkan oleh kekuatan eksternal yang
menyebabkan gangguan kesadaran tanpa terputusnya kontinuitas otak. Cedera dapat terjadi di
tempat benturan maupun pada dasar tengkorak.
Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau
otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala (Suriadi
& Rita Yuliani, 2001).
Cedera kepala adalah suatu gangguan trauma fungsi yang disertai/tanpa disertai perdarahan
intertitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak (Syamsuhidayat dan De
Jong, 1997).
Cedera kepala merupakan adanya pukulan/benturan mendadak pada kepala dengan atau
tanpa kehilangan kesadaran (Susan Martin, 1999).
Trauma kapitis merupakan kejadian yang sangat sering dijumpai. Lebih dari 50% penderita
trauma adalah penderita trauma kapitis, bila multi trauma (cedera lebih dari 1 bagian tubuh),
maka 50% penderita adalah masalah trauma kapitis.

B. TUJUAN
1. Tujuan Intruksinasional Umum

Setelah mengikuti penyuluhan, diharapkan peserta memahami tentang penyakit Cedera Kepala.
2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan, diharapkan 75% peserta dapat :


a. Menyebutkan pengertian dari cedera kepala dengan bahasa sendiri
b. Menyebutkan penyebab cedera kepala
c. Menjelaskan tanda-tanda dari cedera kepala
d. Menjelaskan komplikasi dari cedera kepala
e. Menyebutkan penatalaksanaan dari cedera kepala
f. Mempraktekkan cara mengilangkan nyeri dengan teknik non farmakologi

C. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Topik
Cedera kepala
2. Sasaran
Klien dan Orang tua dari klien yang dirawat di ruang rawat bedah RSUD Prof. Dr. Aloe Saboe
Kota Gorontalo
3. Metode
Ceramah, tanya jawab dam diskusi.
4. Media dan Alat
Flip Chart, leaflet, buku cerita
5. Waktu dan tempat
Hari / tanggal : Selasa, 8 Desember 2015
Waktu : 9.00-10.00 WIB
Tempat : Ruang bedah RSUD Prof. Dr. Aloe Saboe Kota Gorontalo

D. KEGIATAN PENYULUHAN
No Waktu Kegiatan Terapi Kegiatan Peserta
1 5 menit Pembukaan :
 Perkenalan mahasiswa
 Perkenalan dengan dosen Memperhatikan
 Menjelaskan tujuan
 Menjelaskan kontrak waktu
2 20 menit Materi :
 Menggali pengetahuan tentang cedera Menjelaskan
kepala
 Menjelaskan pengertian cedera kepala Memperhatikan
 Menjelaskan etiologi dari cedera kepala
 Menjelaskan tanda-tanda dari cedera Memperhatikan
kepala
 Menjelaskan komplikasi dari cedera Memperhatikan
kepala
 Menjelaskan teknik relaksasi nafas dalam Memperhatikan

 Menjelaskan teknik distraksi Memperhatikan


Dan
Mempraktekkan
Memperhatikan
dan
mempraktekkan
3 10 menit Penutup :
 Memberi kesempatan pada peserta untuk Memberikan
bertanya atas penjelasan yang tidak pertanyaan
dipahami
 Menjawab pertanyaan yang diajukan Memperhatikan
 Menyimpulkan diskusi Berpartisipasi
 Melakukan evaluasi Menjawab
pertanyaan
 Mengucapkan salam Menjawab salam

E. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
 Laporan telah dikoordinasi sesuai rencana
 Tempat, media dan alat penyuluhan sesuai rencana
2. Evaluasi Proses
 Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
 Waktu yang dilaksanakan sesuai pelaksanaan
 Peserta aktif dalam kegiatan penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
Peserta mampu:
a. Menyebutkan pengertian cedera kepala dengan bahasa sendiri.
b. Menyebutkan penyebab cedera kepala

c. Menjelaskan tanda-tanda dari cedera kepala

d. Menjelaskan komplikasi dari cedera kepala


e. Menyebutkan penatalaksanaan dari cedera kepala

f. Mempraktekkan cara memenejemen nyeri

MATERI PENYULUHAN

PENGERTIAN
Cedera kepala merupakan adaya pukulan/benturan mendadak pada kepala tulang tengkorak
atau otak yang terjadi akibat cidera baik secara langsung maupun tidak langsung yang dapat
mengakibatkan kerusakan otak akibat perdarahan dan pembengkakan otak sebagai respon
terhadap cedera dengan atau tanpa kehilangan kesadaran

PENYEBAB CEDERA KEPALA


Dari beberapa sumber didapatkan bahwa penyebab dari cedera kepala, antara lain :
1. Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor / sepeda/ mobil
2. Kecelakaan pada saat berolah raga,

3. Proses kelahiran, seperti vakum, forsep

4. Cedera akibat kekerasan

TANDA-TANDA CEDERA KEPALA


1. Gangguan kesadaran
2. Perubahan TTV
3. Gangguan pergerakan
4. Gangguan penglihatan dan pendengaran
5. Kejang otot
6. Sakit kepala
7. Pusing
8. Kejang
9. pucat
10. Mual, muntah
11. Sukar dibangunkan
12. Kadang adanya cairan serebrospinal yang keluar dari hidung dan telinga bila fraktur tulang
temporal.

KOMPLIKASI CEDERA KEPALA


- Perdarahan
- Infeksi
- Pergeseran dari otak normal
- Gangguan mobilisasi
- Shock
- Gagal nafas
- Kejang
- Demam
PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA
Untuk Keluarga :
 Segera melapor ke perawat / dokter bila dijumpai hal-hal sbb : Tidur / sulit dibangunkan
tiap 2 jam, mual dan muntah >> Kejang kelemahan tungkai & lengan, Bingung /
Perubahan tingkah laku, Nadi naik / turun >> pusing >> nyeri pada kepala

Penatalaksanaan Keperawatan :
 Meninggikan kepala tempat tidur
 Atur posisi : posisi kepala flat dan tidak miring ke satu sisi untuk mencegah penekanan
/bendungan pada vena jugularis.
 Cek adanya pengeluaran cairan dari hidung, telinga, dan mulut.

 Mengatasi demam

Tindakan Kedokteran :
 Operatif : tindakan kraniotomi, pemasangan drein, shunting prosedur.

TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM


1. Ciptakan lingkungan yang tenang
2. Usahakan tetap rileks dan tenang

3. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui hitungan
1,2,3

4. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstrimitas atas dan
bawah rileks

5. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali

6. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara perlahan-
lahan

7. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks

8. Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam

9. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri

10. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang

11. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.

12. Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara dangkal dan cepat.

TEKNIK DISTRAKSI
1. Distraksi visual : menonton televisi, membaca, melihat pemandangan dan gambar
2. Distraksi pendengaran : mendengarkan musik yang disukai atau suara burung serta
gemercik air

3. Distraksi intelektual : antara lain dengan mengisi teka-teki silang, bermain kartu,
melakukan kegemaran (di tempat tidur) seperti mengumpulkan perangko, menulis cerita.

4. Imajinasi terbimbing : adalah kegiatan klien membuat suatu bayangan yang


menyenangkan dan mengonsentrasikan diri pada bayangan tersebut serta berangsur-
angsur membebaskan diri dari dari perhatian terhadap nyeri.
SAP Cidera Kepala
Green Purworejo Kesehatan 14:49:00
A. Pengertian Cidera Kepala
Cedera kepala adalah cedera yang meliputi trauma kulit kepala, tengkorak dan otak. Cedera
kepala paling sering dan penyakit neurologik yang serius diantara penyakit neurologik dan
merupakan proporsi epidemic sebagai hasil kecelakaan jalan raya (Smeltzer & Bare 2001).

B. Etiologi Cidera Kepala


1. Oleh benda yang menembus jaringan otak.
2. Trauma saat lahir misalnya sewaktu lahir dibantu alat atau vacum
3. Efek darikekuatan atau energi ynag diteruskan ke otak
4. Efek percepatan dan perlambatan pada otak sirkulasi O2
5. Karena kecelakan atau terbentur benda yang keras atau tajam

C. Tanda dan Gejala Cidera Kepala


1. Gangguan kesadaran
2. Konfusi
3. Abnormalitas pulpil
4. Awitan tiba-tiba defisit neurologik
5. Gangguan pengilahatan dan pendengaran
6. Disfungsy sensori
7. Kejang otot
8. Sakit kepala atau pusing
9. Gangguan pergerakan
10. kejang

D. Klasifikasi Cidera Kepala


1. Cedera kepala ringan ( CKR ) Jika GCS antara 13-15 , dpt terjadi kehilangan kesadaran
kurang dari 30 menit, tetapi ada yang menyebut kurang dari 2 jam, jika ada penyerta
seperti fraktur tengkorak , kontusio atau temotom (sekitar 55% ).
2. Cedera kepala kepala sedang ( CKS ) jika GCS antara 9-12, hilang kesadaran atau
amnesia antara 30 menit -24 jam, dapat mengalami fraktur tengkorak, disorientasi ringan
( bingung ).
3. Cedera kepala berat ( CKB ) jika GCS 3-8, hilang kesadaran lebih dari 24 jam, juga
meliputi contusio cerebral, laserasi atau adanya hematoina atau edema.

E. Cara Menangani Cidera Kepala


Penanganan awal cedera kepala pada dasarnya mempunyai tujuan:
1. Memantau sedini mungkin dan mencegah cedera otak sekunder;
2. Memperbaiki keadaan umum seoptimal mungkin sehingga dapat membantu
penyembuhan sel-sel otak yang sakit.

Penanganan dimulai sejak di tempat kejadian secara cepat, tepat, dan aman. Pendekatan ‘tunggu
dulu’ pada penderita cedera kepala sangat berbahaya, karena diagnosis dan penanganan yang
cepat sangatlah penting. Cedera otak sering diperburuk oleh akibat cedera otak sekunder.
Penderita cedera kepala dengan hipotensi mempunyai mortalitas dua kali lebih banyak daripada
tanpa hipotensi. Adanya hipoksia dan hipotensi akan menyebabkan mortalitas mencapai 75
persen. Oleh karena itu, tindakan awal berupa stabilisasi kardiopulmoner harus dilaksanakan
secepatnya1.
Faktor-faktor yang memperjelek prognosis:
1. Terlambat penanganan awal/resusitasi
2. Pengangkutan/transport yang tidak adekuat;
3. Dikirim ke RS yang tidak adekuat
4. Terlambat dilakukan tindakan bedah
5. Disertai cedera multipel yang lain.

Penanganan di Tempat Kejadian


Dua puluh persen penderita cedera kepala mati karena kurang perawatan sebelum sampai di
rumah sakit. Penyebab kematian yang tersering adalah syok, hipoksemia, dan hiperkarbia.
Dengan demikian, prinsip penanganan ABC (airway, breathing, dan circulation) dengan tidak
melakukan manipulasi yang berlebihan dapat memberatkan cedera tubuh yang lain, seperti leher,
tulang punggung, dada, dan pelvis.
Umumnya, pada menit-menit pertama penderita mengalami semacam brain shock selama
beberapa detik sampai beberapa menit. Ini ditandai dengan refleks yang sangat lemah, sangat
pucat, napas lambat dan dangkal, nadi lemah, serta otot-otot flaksid bahkan kadang-kadang pupil
midriasis. Keadaan ini sering disalahtafsirkan bahwa penderita sudah mati, tetapi dalam waktu
singkat tampak lagi fungsi-fungsi vitalnya. Saat seperti ini sudah cukup menyebabkan terjadinya
hipoksemia, sehingga perlu segera bantuan pernapasan.
Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan napas ( airway). Jika penderita dapat
berbicara maka jalan napas kemungkinan besar dalam keadaan adekuat. Obstruksi jalan napas
sering terjadi pada penderita yang tidak sadar, yang dapat disebabkan oleh benda asing,
muntahan, jatuhnya pangkal lidah, atau akibat fraktur tulang wajah. Usaha untuk membebaskan
jalan napas harus melindungi vertebra servikalis (cervical spine control), yaitu tidak boleh
melakukan ekstensi, fleksi, atau rotasi yang berlebihan dari leher. Dalam hal ini, kita dapat
melakukan chin lift atau jaw thrust sambil merasakan hembusan napas yang keluar melalui
hidung. Bila ada sumbatan maka dapat dihilangkan dengan cara membersihkan dengan jari atau
suction jika tersedia. Untuk menjaga patensi jalan napas selanjutnya dilakukan pemasangan pipa
orofaring. Bila hembusan napas tidak adekuat, perlu bantuan napas. Bantuan napas dari mulut ke
mulut akan sangat bermanfaat (breathing). Apabila tersedia, O2 dapat diberikan dalam jumlah
yang memadai. Pada penderita dengan cedera kepala berat atau jika penguasaan jalan napas
belum dapat memberikan oksigenasi yang adekuat, bila memungkinkan sebaiknya dilakukan
intubasi endotrakheal1,3,5,6,7,8.
Status sirkulasi dapat dinilai secara cepat dengan memeriksa tingkat kesadaran dan denyut nadi
(circulation). Tindakan lain yang dapat dilakukan adalah mencari ada tidaknya perdarahan
eksternal, menilai warna serta temperatur kulit, dan mengukur tekanan darah. Denyut nadi
perifer yang teratur, penuh, dan lambat biasanya menunjukkan status sirkulasi yang relatif
normovolemik. Pada penderita dengan cedera kepala, tekanan darah sistolik sebaiknya
dipertahankan di atas 100 mmHg untuk mempertahankan perfusi ke otak yang adekuat. Denyut
nadi dapat digunakan secara kasar untuk memperkirakan tekanan sistolik. Bila denyut arteri
radialis dapat teraba maka tekanan sistolik lebih dari 90 mmHg. Bila denyut arteri femoralis
yang dapat teraba maka tekanan sistolik lebih dari 70 mmHg. Sedangkan bila denyut nadi hanya
teraba pada arteri karotis maka tekanan sistolik hanya berkisar 50 mmHg. Bila ada perdarahan
eksterna, segera hentikan dengan penekanan pada luka. Cairan resusitasi yang dipakai adalah
Ringer Laktat atau NaCl 0,9%, sebaiknya dengan dua jalur intra vena. Pemberian cairan jangan
ragu-ragu, karena cedera sekunder akibat hipotensi lebih berbahaya terhadap cedera otak
dibandingkan keadaan edema otak akibat pemberian cairan yang berlebihan. Posisi tidur yang
baik adalah kepala dalam posisi datar, cegah head down (kepala lebih rendah dari leher) karena
dapat menyebabkan bendungan vena di kepala dan menaikkan tekanan intracranial.
Setelah ABC stabil, segera siapkan transport ke rujukan
Rujukan
Sesuai dengan keadaan masing-masing daerah yang sangat bervariasi, pemilihan alat transportasi
tergantung adanya fasilitas, keamanan, keadaan geografis, dan cepatnya mencapai rumah sakit
rujukan yang ditentukan. Prinsipnya adalah ‘To get 0a definitif care in shortest time’. Dengan
demikian, bila memungkinkan sebaiknya semua penderita dengan trauma kepala dirujuk ke
rumah sakit yang ada fasilitas CT Scan dan tindakan bedah saraf. Tetapi, melihat situasi dan
kondisi di negara kita, di mana hanya di rumah sakit propinsi yang mempunyai fasilitas tersebut
(khususnya di luar jawa), maka sistem rujukan seperti itu sulit dilaksanakan. Oleh karena itu, ada
tiga hal yang harus dilakukan3:
1. Bila mudah dijangkau dan tanpa memperberat kondisi penderita, sebaiknya langsung
dirujuk ke rumah sakit yang ada fasilitas bedah saraf (rumah sakit propinsi).
2. Bila tidak memungkinkan, sebaiknya dirujuk ke rumah sakit terdekat yang ada fasilitas
bedah.
3. Bila status ABC belum stabil, bisa dirujuk ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan
penanganan lebih baik.

Selama dalam perjalanan, bisa terjadi berbagai keadaan seperti syok, kejang, apnea, obstruksi
napas, dan gelisah. Dengan demikian, saat dalam perjalanan, keadaan ABC pasien harus tetap
dimonitor dan diawasi ketat. Dengan adanya risiko selama transportasi, maka perlu persiapan
dan persyaratan dalam transportasi, yaitu disertai tenaga medis, minimal perawat yang mampu
menangani ABC, serta alat dan obat gawat darurat (di antaranya ambubag, orofaring dan
nasofaring tube, suction, oksigen, cairan infus RL atau NaCl 0,9%, infus set, spuit 5 cc,
aquabidest 25 cc, diazepam ampul, dan khlorpromazine ampul). Selain itu, juga surat rujukan
yang lengkap dan jelas.

E. Akibat dan Komplikasi Cidera Kepala


1. Orientasi waktu dan tempat
2. Ada gejala fokal neurologis.
3. Sakit akit kepala ataupun muntah-muntah.
4. Ada fraktur tulang kepala.
5. Edema pulmonary
6. Kebocoran cairan plasma
7. Hemoragi
8. Hematoma
9. Kehilangan ingatan

DAFTAR PUSTAKA
1. Dr. Soenarso, Keperawatan Medikan Bedah. DEPKES RI. 2000-2003.
2. Kuncara, H.Y,dkk,2002, Buku Ajar KeperawanMedikal Bedah Brunner & Suddart, EGC,
Jakarta
3. Arif Mansjoer, 2002, Kapita Selekta Kedokteran, penerbit Media Aesculapia FK-UI,
Jakarta
4. Boughman D.C Hockley J.C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah Volume 3.EGC.
JAKARTA

Anda mungkin juga menyukai