CIDERA KEPALA
DI RUANG 12 HCU RS SAIFUL ANWAR MALANG
Disusun oleh :
Poltekkes Kemenkes Malang
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi
Oleh :
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
POLTEKKES MALANG PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
LAWANG
Mengetahui,
Kepala Ruangan
SATUAN ACARA PENYULUHAN
I. LATAR BELAKANG
Cedera kepala adalah kerusakan neurologi yang terjadi akibat
adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun
efek sekunder dari trauma yang terjadi (sylvia anderson Price, 2015).
Menurut Brain Injury Assosiation of America cedera kepala adalah suatu
kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif,
tetapi disebabkan oleh serangan / benturan fisik dari luar, yang dapat
mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan
kemampuan kognitif dan fungsi fisik. Cedera kepala bisa dikelompokkan
sebagai cedera kepala tertutup atau terbuka (penetrasi, luka tembus). Pada
cedera kepala tertutup, kepala menerima suatu dorongan tumpul karena
membentur suatu benda. Pada cedera kepala terbuka, suatu benda
berkecepatan tinggi menembus tulang tengkorak dan masuk ke dalam
otak.
Trauma kepala atau cedera kepala merupakan kasus yang sangat
sering terjadi dalam kehidupan kita sehari – hari. Cedera kepala yang
sering terjadi pada orang dewasa karena kecelakaan lalu lintas. Terjatuh
dari sepeda motor, tabrakan, kepala terbentur bagian dari mobil karena
mobil yang dinaiki menabrak atau terjungkal dan lain sebagainya. Karena
seringnya terjadi trauma kepala pada orang yang mengendarai sepeda
motor ketika kecelakaan, maka akhirnya diwajibkan siapa saja yang
mengendarai sepeda untuk menggunakan helm sebagai pelindung kepala.
Namun masih banyak yang menggunakan helm hanya sekedar sebagai
syarat untuk mentaati peraturan lalu lintas yaitu dengan memakai helm
yang kurang memenuhi syarat maupun tali helm yang tidak terikat ketika
dipakai sehingga ketika terjadi kecelakaan lalu lintas masih terjadi cedera
kepala yang berat.
Di Amerika Serikat, kejadian cedera kepala setiap tahunnya
diperkirakan mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah tersebut, 10%
meninggal sebelum tiba di rumah sakit. Yang sampai di rumah sakit, 80%
dikelompokkan sebagai cedera kepala ringan (CKR), 10% termasuk
cedera kepala sedang (CKS), dan 10% sisanya adalah cedera kepala berat
(CKB). Insiden cedera kepala terutama terjadi pada kelompok usia
produktif antara 15 – 44 tahun. Kecelakaan lalu lintas merupakan
penyebab 48% - 53% dari insiden cedera kepala, 20% - 28% lainnya
karena jatuh dan 3% - 9% lainnya disebabkan tindak kekerasan, kegiatan
olahraga dan rekreasi.
IV. SASARAN
Keluarga klien di Ruang 12 HCU RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
V. MATERI (Terlampir)
1. Pengertian dari cedera kepala
2. Penyebab cedera kepala
3. Macam – macam cedera kepala
4. Tanda dan gejala cedera kepala
5. Penanganan dan kebutuhan nutrisi pada cedera kepala
I. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
II. MEDIA
- Leaflet
- Video
V. PENGORGANISASIAN
Moderator : DIV – Keperawatan Lawang Malang
Pemateri : STIKES Banyuwangi
Fasilitator : DIV – Keperawatan Lawang Malang dan STIKES Banyuwangi
Observer : STIKES Banyuwangi dan DIV – Keperawatan Lawang Malang
MATERI PENYULUHAN
1. PENGERTIAN
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan interstisil dalam substansi otak tanpa
diikuti terputusnya kontinuitas otak.
Cedera kepala yaitu adanya deformitas berupa penyimpangan bentuk
atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan
(accelerasi – descelarasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh
perubahan peningkatan pada percepatan factor dan penurunan percepatan,
serta rotasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai
akibat perputaran pada tindakan pencegahan.
2. ETIOLOGI
Penyebab cedera kepala antara lain :
1. Cedera benda tumpul
a. Terhantam pukulan tinju (perkelahian)
b. Terhantam lemparan batu
c. Terkena peralatan rumah tangga
d. Terkena peralatan kerja
2. Cedera benda tajam
a. Tusukan pisau
b. Tusukan bambu runcing
c. Tusukan paku
d. Luka tembakan
dapat berupa garis/ linear, mutlipel dan menyebar dari satu titik
Lesi intrakranial:
- Fokal : epidural, subdural, epidural
- Difus : konkusi ringan, konkusi klasik, cedera aksonal difus
4. PENATALAKSANAAN
1) Tindakan Konservatif
a. Pada penderita dengan cedera kepala ringan, dapat diatasi dengan cara
memberikan es atau handuk dingin pada daerah yang mengalami
trauma untuk membantu mengurangi bengkak.
b. Jika terdapat luka, tutup dengan perban bersih dan tekan selama 5
menit.
c. Jika terjadi cedera kepala berat, maka segera dibawa ke rumah sakit
untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan untuk mencegah
timbulnya komplikasi klinis lainnya.
2) Tindakan Operatif
Pembedahan
Evakuasi hematoma atau kraniotomi untuk mengangkat atau
mengambil fragmen fraktur yang terdorong masuk ke dalam otak dan
untuk mengambil benda asing dan jaringan nekrotik sehingga risiko
infeksi dan kerusakan otak lebih lanjut akibat fraktur dapat dikurangi.
5. KOMPLIKASI
a. Komplikasi Akibat Trauma Kepala Ringan
Trauma kepala ringan sebaiknya tidak disepelekan, karena benturan yang
keras pada kepala bisa memicu terjadinya komplikasi serius berikut :
1. Gegar Otak
Gegar otak bisa memengaruhi fungsi otak seseorang, namun
jarang menyebabkan kerusakan permanen. Tapi sayangnya, gegar
otak seringkali tidak disadari karena sebagian besar orang yang
mengalami cedera kepala masih tetap sadar. Seiring berjalannya
waktu, orang yang mengalami gegar otak akan mulai merasakan
gejala-gejala berupa kehilangan keseimbangan, perubahan emosi,
migren, sampai amnesia. Sebaiknya, segera periksakan diri ke dokter
bila kamu mengalami gejala gegar otak tersebut.
2. Epilepsi
Trauma kepala ringan yang tidak segera ditangani bisa
berkembang menjadi semakin parah dan berpotensi tinggi
menyebabkan epilepsi. Gangguan pada sistem saraf pusat
(neurologis) ini ditandai dengan gejala berupa kejang sampai hilang
kesadaran.
3. Sindrom Cedera Otak Kedua
Komplikasi pembengkakan otak yang berkembang sangat
cepat dan bersifat fatal, biasanya terjadi pada cedera otak kedua.
Cedera ini terjadi tidak lama setelah gegar otak pertama, di mana
pengidap gegar otak belum sepenuhnya pulih.
4. Penumpukan Efek Akibat Cedera Otak
Cedera otak yang terjadi berulang kali dapat menyebabkan
penumpukan gangguan fungsi otak yang dapat bersifat permanen
pada pengidapnya.
5. Vertigo dan Sakit Kepala
Komplikasi ini bisa dialami oleh pengidap selama satu
minggu hingga beberapa bulan setelah mengalami cedera otak.
6. HIMBAUAN
Untuk mencegah terjadinya cedera kepala, sangat dibutuhkan kesadaran
dari diri sendiri untuk menjaga kesehatan terutama keselamatan kita dalam
melakukan suatu aktivitas. Selain itu perlu diperhatikan keselamatan kita saat
di jalan raya, karena dari epidemiologi di atas, kecelakaan lalu lintas
merupakan penyebab 48% - 53% dari insiden cedera kepala, 20% - 28%
lainnya karena jatuh dan 3% - 9% lainnya disebabkan tindak kekerasan,
kegiatan olahraga dan rekreasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara :
a. Menurunkan kecepatan saat berkendara
b. Menggunakan sabuk keselamatan dan pelindung bahu saat mengemudi
mobil
c. Menggunakan helm bagi pengendara motor
d. Jangan berkendara dalam pengaruh obat – obatan atau dalam pengaruh
alkohol
e. Mentaati rambu – rambu lalu lintas
f. Tidak menggunakan handphone saat berkendara
g. Gunakan alat pelindung diri, termasuk helm saat bekerja atau beraktivitas
di tempat yang berisiko tinggi (seperti mengerjakan proyek bangunan).
h. Jaga keamanan rumah, terutama jika memiliki anak. Kamu bisa
memasang pagar pembatas khusus ruangan yang berbahaya bagi anak,
seperti kamar mandi dan dapur. Kamu perlu membersihkan benda-benda
yang berserakan di lantai untuk meminimalkan risiko terjatuh dan
terpeleset.
DAFTAR PUSTAKA