Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

CIDERA KEPALA

Di susun oleh :
ARINI KURNIA
NIM. 14901.10.23212

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS HAFSHAWATY ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2023 – 2024
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang Study : Keperawatan Medikal Bedah


Topik : Cidera kepala
Sasaran : Keluarga pasien dan pasien Ny. NH
Tempat : Klini Pratama Ajong, Ajung - Jember
Hari/Tanggal : Selasa/ 05 Desember 2023
Waktu : 1 x 30 menit

I. LATAR BELAKANG
Cidera kepala adalah kerusakan neurologi yang terjadi akibat adanya
trauma pada jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun efek sekunder
dari trauma yang terjadi (sylvia anderson Price, 1985). Menurut Brain Injury
Assosiation of America cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala,
bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh
serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah
kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan
fungsi fisik. Cedera kepala bisa dikelompokkan sebagai cedera kepala tertutup
atau terbuka (penetrasi, luka tembus). Pada cedera kepala tertutup, kepala
menerima suatu dorongan tumpul karena membentur suatu benda. Pada
cedera kepala terbuka, suatu benda berkecepatan tinggi menembus tulang
tengkorak dan masuk ke dalam otak.
Trauma kepala atau cedera kepala merupakan kasus yang sangat
sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Cedera kepala yang sering
terjadi pada orang dewasa karena kecelakaan lalu lintas. Terjatuh dari sepeda
motor, tabrakan, kepala terbentur bagian dari mobil karena mobil yang dinaiki
menabarak atau terjungkal dan lain sebagainya. Karena seringnya terjadi
trauma kepala pada orang yang mengendarai sepeda motor ketika kecelakaan,
maka akhirnya diwajibkan siapa saja yang mengendarai sepeda untuk
menggunakan helm sebagai pelindung kepala. Namun masih banyak yang
menggunakan helm hanya sekedar sebagai syarat untuk mentaati peraturan
lalu lintas yaitu dengan memakai helm yang kurang memenuhi syarat maupun
tali helm yang tidak terikat ketika dipakai sehingga ketika terjadi kecelakaan
lalu lintas masih terjadi cedera kepala yang berat.

II. TUJUAN UMUM


Pada akhir proses penyuluhan, klien dan keluarga dapat mengetahui tentang
cidera kepala, penyebab, tanda gejala serta penangananya.

III. TUJUAN KHUSUS


Setelah diberikan penyuluhan keluarga dan klien dapat :
1. Menyebutkan pengertian dari cedera kepala
2. Menyebutkan penyebab cedera kepala
3. Menyebutkan macam-macam cidera kepala
4. Menyebutkan tanda serta gejala cidera kepala
5. Mengerti penanganan dan kebutuhan nutrisi pada cedera kepala.

IV. MATERI
1. Pengertian dari cedera kepala
2. Penyebab cedera kepala
3. Macam-macam cidera kepala
4. tanda dan gejala cidera kepala
5. Penanganan dan kebutuhan nutrisi pada cedera kepala.

V. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

VI. MEDIA
Leaflet
VII. KEGIATAN PENYULUHAN

No. WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN


PESERTA
1. 2 Pembukaan :
Menit  Membuka kegiatan dengan  Menjawab salam
mengucapkan salam.
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Menjelaskan tujuan dari  Memperhatikan
penyuluhan
 Menyebutkan materi yang akan  Memperhatikan
diberikan
2. 15 Pelaksanaan :
Menit  Menjelaskan tentang pengertian  Memperhatikan
cidera kepala
 Menjelaskan pengertian dari  Memperhatikan
cedera kepala
 Menjelaskan penyebab cedera  Bertanya dan
kepala menjawab
 Menjelaskan jenis-jenis cidera pertanyaan yang
kepala diajukan
 Menjelaskan tanda dan gejala  Bertanya dan
cidera kepala menjawab
 Menjelaskan Penanganan dan pertanyaan yang
kebutuhan nutrisi pada cedera diajukan
kepala.
 Memberi kesempatan kepada
peserta untuk bertanya.
3. 7 Evaluasi :
menit  Menanyakan kepada peserta  Menjawab
tentang materi yang telah pertanyaan
diberikan.
4. 2 Terminasi :
Menit  Mengucapkan terimakasih  Mendengarkan
 Mengucapkan salam penutup  Menjawab salam
MATERI PENYULUHAN

1. PENGERTIAN
Cidera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan interstisil dalam substansi otak tanpa
diikuti terputusnya kontinuitas otak.
Cedera kepala yaitu adanya deformitas berupa penyimpangan bentuk atau
penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan
(accelerasi – descelarasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh
perubahan peningkatan pada percepatan factor dan penurunan percepatan, serta
rotasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat
perputaran pada tindakan pencegahan.

2. ETIOLOGI
1. Kecelakaan
2. Jatuh
3. Trauma akibat persalinan

3. KLASIFIKASI CEDERA KEPALA


Cedera kepela dapat diklasifikan berdasarkan mekanisme, keparahan dan
morfologi cedera.
1. Mekanisme: berdasarkan adanya penetrasi durameter
- Trauma tumpul: kecepatan tinggi (tabrakan)
Biasanya berkaitan dengan kecelakaan lalu lintas, jatuh atau pukulan

benda tumpul. Pada cedera tumpul terjadi akselerasi dan deselerasi yang

cepat menyebabkan otak bergerak di dalam rongga cranial dan melakukan

kontak pada protuberans tulang tengkorak.

- Trauma tembus (luka tembus peluru dan cedera tembus lainnya)


2. Keparahan cidera
a. Ringan: GCS 14-15
b. Sedang: GCS 9-13
c. Berat: GCS 3-8
3. Morfologi
 Fraktur tengkorak: kranium: linar/stelatum; depresinon depresi;
terbuka/tertutup
Fraktur tengkorak dapat terjadi pada atap dan dasar tengkorak. Fraktur

dapat berupa garis/ linear, mutlipel dan menyebar dari satu titik (stelata)

dan membentuk fragmen-fragmen tulang (kominutif). Fraktur tengkorak

dapat berupa fraktur tertutup yang secara normal tidak memerlukan

perlakuan spesifik dan fraktur tertutup yang memerlukan perlakuan untuk

memperbaiki tulang tengkorak.

 Lesi intrakranial:
- fokal: epidural, subdural, epidural
- Difus: konkusi ringan, konkusi klasik, cedera aksonal difus

3. TANDA GEJALA CIDERA KEPALA


a. Cidera kepala ringan (kelompok resiko rendah)
- Sadar penuh, orientasi baik (GCS: 14-15)
- Tidak ada kehilangan kesadaran
- Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing
- Paseien dapat menderita abrasi, laserasi atau hematoma kulit
kepala
- Tidak ada kriteria sedang berat
b. Cidera kepala sedang (kelompok resiko sedang)
- GCS 9-13 (konfusi, letargi, atau stupor)
- Konkusi
- Amnesia pasca trauma
- Muntah
- Tanda kemungkinan fraktur kranium (tanda battle sign, mata
rabun, otore, rinorea cairan serebrospinal, hemotimpanum)
- Kejang
c. Cidera kepala berat (kelompok resiko berat)
- Cidera GCS 3-8 (koma)
- Penurunan derajat kesehatan secara progresif
- Tanda neurologis fokal
- Cedera kepala penetrasi, atau teraba fraktur depresi kranium

4. PENATALAKSANAAN

Pada penderita dengan cedera kepala ringan, dapat diatasi dengan cara
memberikan es atau handuk dingin pada daerah yang mengalami trauma untuk
membantu mengurangi bengkak. Jika terdapat luka, tutup dengan perban bersih
dan tekan selama 5 menit. Luka robek di kepala sering berdarah banyak. Jika
terjadi cedera kepala berat, maka segera dibawa ke rumah sakit untuk
mendapatkan pengobatan dan perawatan untuk mencegah timbulnya komplikasi
klinis lainnya.
Berikut adalah hal-hal yang bisa dilakukan untuk penatalaksanaan penderita
cedera kepala sedang dan berat saat di luar rumah sakit :
1. Amankan jalan nafas dan berikan oksigen. Jika muntah harus dimiringkan ke
kiri dengan posisi log roll ( membatasi gerakan tulang belakang penderita).
2. Stabilisasi penderita pada papan untuk tulang belakang/ backboard. Batasi
gerakan leher dengan collar kaku dan alat untuk imobilisasi kepala.
3. Segera bawa ke rumah sakit terdekat atau telpon ambulan 118.

5. NUTRISI PADA CEDERA KEPALA

Pada cedera kepala berat terjadi hipermetabolisme sebanyak 2-2,5 kali normal
dan akan mengakibatkan katabolisme protein. Proses ini terjadi antara lain oleh
karena meningkatnya kadar epinefrin dan norepinefrin dalam darah dan akan
bertambah bila ada demam. Setelah 3-4 hari dengan cairan perenteral pemberian
cairan nutrisi peroral melalui pipa nasograstrik bisa dimulai, sebanyak 2000-3000
kalori/hari.

6. PENCEGAHAN
Untuk mencegah terjadinya cedera kepala, sangat dibutuhkan kesadaran dari
diri sendiri untuk menjaga kesehatan terutama keselamatan kita dalam melakukan
suatu aktivitas. Selain itu perlu diperhatikan keselamatan kita saat di jalan raya,
karena dari epidemiologi di atas, kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab
48%-53% dari insiden cedera kepala, 20%-28% lainnya karena jatuh dan 3%-9%
lainnya disebabkan tindak kekerasan, kegiatan olahraga dan rekreasi. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara :
a. Menurunkan kecepatan saat berkendaraan.
b. Menggunakan sabuk keselamatan dan pelindung bahu saat mengemudi
mobil.
c. Menggunakan helm untuk pengendara motor dan sepeda.
d. Program pendidikan langsung untuk mencegah berkendaraan sambil
mabuk.
e. Mencegah jatuh
f. Menggunakan alat-alat pelindung dan tehnik latihan.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi ed.3. Jakarta : EGC.


American College of Surgeon Committe on Trauma. Cedera kepala. Dalam:
Advanced Trauma Life Support for Doctors. Ikatan Ahli Bedah Indonesia,
penerjemah. Edisi 7. Komisi trauma IKABI, 2004; 168-193.
Mansjoer dkk. 2000. Kapita Selelkta Kedokteran; jilid2. Media Aesculapius: FK UI.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai