CIDERA KEPALA
Di susun oleh :
ARINI KURNIA
NIM. 14901.10.23212
I. LATAR BELAKANG
Cidera kepala adalah kerusakan neurologi yang terjadi akibat adanya
trauma pada jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun efek sekunder
dari trauma yang terjadi (sylvia anderson Price, 1985). Menurut Brain Injury
Assosiation of America cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala,
bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh
serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah
kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan
fungsi fisik. Cedera kepala bisa dikelompokkan sebagai cedera kepala tertutup
atau terbuka (penetrasi, luka tembus). Pada cedera kepala tertutup, kepala
menerima suatu dorongan tumpul karena membentur suatu benda. Pada
cedera kepala terbuka, suatu benda berkecepatan tinggi menembus tulang
tengkorak dan masuk ke dalam otak.
Trauma kepala atau cedera kepala merupakan kasus yang sangat
sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Cedera kepala yang sering
terjadi pada orang dewasa karena kecelakaan lalu lintas. Terjatuh dari sepeda
motor, tabrakan, kepala terbentur bagian dari mobil karena mobil yang dinaiki
menabarak atau terjungkal dan lain sebagainya. Karena seringnya terjadi
trauma kepala pada orang yang mengendarai sepeda motor ketika kecelakaan,
maka akhirnya diwajibkan siapa saja yang mengendarai sepeda untuk
menggunakan helm sebagai pelindung kepala. Namun masih banyak yang
menggunakan helm hanya sekedar sebagai syarat untuk mentaati peraturan
lalu lintas yaitu dengan memakai helm yang kurang memenuhi syarat maupun
tali helm yang tidak terikat ketika dipakai sehingga ketika terjadi kecelakaan
lalu lintas masih terjadi cedera kepala yang berat.
IV. MATERI
1. Pengertian dari cedera kepala
2. Penyebab cedera kepala
3. Macam-macam cidera kepala
4. tanda dan gejala cidera kepala
5. Penanganan dan kebutuhan nutrisi pada cedera kepala.
V. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
VI. MEDIA
Leaflet
VII. KEGIATAN PENYULUHAN
1. PENGERTIAN
Cidera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan interstisil dalam substansi otak tanpa
diikuti terputusnya kontinuitas otak.
Cedera kepala yaitu adanya deformitas berupa penyimpangan bentuk atau
penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan
(accelerasi – descelarasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh
perubahan peningkatan pada percepatan factor dan penurunan percepatan, serta
rotasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat
perputaran pada tindakan pencegahan.
2. ETIOLOGI
1. Kecelakaan
2. Jatuh
3. Trauma akibat persalinan
benda tumpul. Pada cedera tumpul terjadi akselerasi dan deselerasi yang
dapat berupa garis/ linear, mutlipel dan menyebar dari satu titik (stelata)
Lesi intrakranial:
- fokal: epidural, subdural, epidural
- Difus: konkusi ringan, konkusi klasik, cedera aksonal difus
4. PENATALAKSANAAN
Pada penderita dengan cedera kepala ringan, dapat diatasi dengan cara
memberikan es atau handuk dingin pada daerah yang mengalami trauma untuk
membantu mengurangi bengkak. Jika terdapat luka, tutup dengan perban bersih
dan tekan selama 5 menit. Luka robek di kepala sering berdarah banyak. Jika
terjadi cedera kepala berat, maka segera dibawa ke rumah sakit untuk
mendapatkan pengobatan dan perawatan untuk mencegah timbulnya komplikasi
klinis lainnya.
Berikut adalah hal-hal yang bisa dilakukan untuk penatalaksanaan penderita
cedera kepala sedang dan berat saat di luar rumah sakit :
1. Amankan jalan nafas dan berikan oksigen. Jika muntah harus dimiringkan ke
kiri dengan posisi log roll ( membatasi gerakan tulang belakang penderita).
2. Stabilisasi penderita pada papan untuk tulang belakang/ backboard. Batasi
gerakan leher dengan collar kaku dan alat untuk imobilisasi kepala.
3. Segera bawa ke rumah sakit terdekat atau telpon ambulan 118.
Pada cedera kepala berat terjadi hipermetabolisme sebanyak 2-2,5 kali normal
dan akan mengakibatkan katabolisme protein. Proses ini terjadi antara lain oleh
karena meningkatnya kadar epinefrin dan norepinefrin dalam darah dan akan
bertambah bila ada demam. Setelah 3-4 hari dengan cairan perenteral pemberian
cairan nutrisi peroral melalui pipa nasograstrik bisa dimulai, sebanyak 2000-3000
kalori/hari.
6. PENCEGAHAN
Untuk mencegah terjadinya cedera kepala, sangat dibutuhkan kesadaran dari
diri sendiri untuk menjaga kesehatan terutama keselamatan kita dalam melakukan
suatu aktivitas. Selain itu perlu diperhatikan keselamatan kita saat di jalan raya,
karena dari epidemiologi di atas, kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab
48%-53% dari insiden cedera kepala, 20%-28% lainnya karena jatuh dan 3%-9%
lainnya disebabkan tindak kekerasan, kegiatan olahraga dan rekreasi. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara :
a. Menurunkan kecepatan saat berkendaraan.
b. Menggunakan sabuk keselamatan dan pelindung bahu saat mengemudi
mobil.
c. Menggunakan helm untuk pengendara motor dan sepeda.
d. Program pendidikan langsung untuk mencegah berkendaraan sambil
mabuk.
e. Mencegah jatuh
f. Menggunakan alat-alat pelindung dan tehnik latihan.
DAFTAR PUSTAKA