Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH SIAGA BENCANA

Prinsip penanganan cedera kepala


Dosen Pengampu: Dwi Hartati ,SST.,M.Keb

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1

Adilla Dewi Kurniawati 200410001


Aqylla shafa dwi safira 200410039
Eka Aurelia Febrianti 200410006
Desi Ratnasari 200410003
Khusnul Andini 200410018
Shofia Auria Manaf 200410036

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala Rahmatnya sehingga makalah ini dapat
tersusunhingga selesai. Tidak lupa saya mengucapkan Terima Kasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan baik pikiran maupun materinya. Saya
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
parapembaca. Saya yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan maklah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya, untuk itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini
.
DAFTAR PUSTAKA

DISUSUN OLEH:....................................................................................................1
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................3
A. LATAR BELAKANG......................................................................................9
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................10
C. TUJUAN PEMBAHASAN.............................................................................10
BAB II.....................................................................................................................10
PEMBAHASAN.....................................................................................................10
A. DEFINISI.......................................................................................................10
B. Klasifikasi Cedera Kepala..............................................................................11
C. Gejala Cedera Kepala:....................................................................................11
BAB 3...................................................................................................................16
Penutup................................................................................................................16
A. Kesimpulan.................................................................................................... 16
Daftar pustaka......................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Cedera kepala secara harfiah berarti cedera pada kepala, tetapi pada hakekatnya
definisi tersebut tidak sesederhana itu, karena cedera kepala bisa berarti cedera
pada kulit kepala, tulang tengkorak, jaringan otak atau kombinasi dari masing-
masing bagian tersebut. Di bidang Ilmu Penyakit Saraf, cedera kepala lebih
dititikberatkan pada cedera terhadap jaringan otak, selaput otak, dan pembuluh
darahnya.

Cedera kepala secara harfiah berarti cedera pada kepala, tetapi pada hakekatnya
definisi tersebut tidak sesederhana itu, karena cedera kepala bisa berarti cedera
pada kulit kepala, tulang tengkorak, jaringan otak atau kombinasi dari masing-
masing bagian tersebut. Di bidang Ilmu Penyakit Saraf, cedera kepala lebih
dititikberatkan pada cedera terhadap jaringan otak, selaput otak, dan pembuluh
darahnya. Oleh karena itu istilah cedera kranioserebral menurut Jennet dan
Teasdale lebih tepat digunakan

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian dari Cedera kepala
2. Klasifikasi Penanganan Cedera Kepala

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Mengerti apa itu Cedera kepala
2. Mengerti apa itu Penanganan Cedera Kepala
3. Mengetahui konsep Penanganan Cedera Kepala
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Cedera kepala secara harfiah berarti cedera pada kepala, tetapi pada hakekatnya definisi
tersebut tidak sesederhana itu, karena cedera kepala bisa berarti cedera pada kulit kepala,
tulang tengkorak, jaringan otak atau kombinasi dari masing-masing bagian tersebut. Di
bidang Ilmu Penyakit Saraf, cedera kepala lebih dititikberatkan pada cedera terhadap
jaringan otak, selaput otak, dan pembuluh darahnya. Oleh karena itu istilah cedera
kranioserebral menurut Jennet dan Teasdale lebih tepat digunakan. Cedera kepala adalah
trauma pada kepala yang terjadi baik secara langsung atau tidak langsung yang kemudian
dapat berakibat pada gangguan fungsi saraf, fungsi fisik, kognitif dan psikososial, yang
dapat bersifat temporer ataupun permanent. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab
kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif (15-64 tahun) dan sebagian
besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas. Hal ini diakibatkan karena mobilitas yang tinggi
di kalangan usia produktif sedangkan kesadaran untuk menjaga keselamatan di jalan masih
rendah.

B. Klasifikasi Cedera Kepala


Menurut beratnya, cedera kepala dibagi menjadi: cedera kepala ringan, dan cedera kepala
sedang sampai berat. Adapun cedera kepala ringan (85%) banyak tercatat di UGD RS,
praktek dokter, dan dikenal sebagai “concussion” (gegar otak), sebagian besar bisa
membaik. 15% diantaranya mengalami problem kronis (gangguan) dalam emosi dan
berfikir, sedang sisanya bisa kembali pulih dalam waktu 3-6 bulan.
Gangguan yang terjadi setelah pasien mengalami gangguan cedera kepala ringan dapat
berupa: nyeri kepala, vertigo atau gangguan keseimbangan, mudah lupa, lamban, fatigue
(mudah lelah), sensitive terhadap suara dan sinar. Cedera kepala sedang sampai berat
persentasenya 15% dari seluruh cedera kepala dan biasanya memerlukan perawatan di RS.
Dari pemeriksaan dan penanganannya teridentifikasi sebagai cedera kepala. Seringkali
pasien mengalami penurunan kesadaran yang signifikan, dalam beberapa hari sampai
beberapa minggu selanjutnya mengalami gangguan berfikir, gangguan fisik, dan emosi
yang berkepanjangan.
Setelah mengalami cedera kepala, pasien berisiko terjadi cedera kepala berulang 2-3 kali
lipat. Hal ini disebabkan karena perhatian pasien berkurang, reaksi lebih lambat (lebih
impulsive), dan sulit mengambil keputusan yang cepat dan tepat. Cedera kepala berulang
ini mengakibatkan kerusakan otak yang lebih besar.
C. Gejala Cedera Kepala:
• Tidak sadar
• Muntah dan mual
• Sakit kepala
• Pupil tidak merespons
• Kejang
• Kelumpuhan
• Konfusi dan hilang ingatan
• Shock
• Ansietas atau gelisah
• Mudah lelah dan mengantuk
• Sulit tidur
• Sensitif terhadap cahaya
• Gangguan persepsi sensori
• Perubahan perilaku dan suasana hati (Krapp, 2002)

D. Komplikasi Cedera Kepala


Penderita cedera kepala biasanya rentan mengalami komplikasi, baik komplikasi langsung
setelah terjadi kecelakaan maupun tidak langsung yang terjadi beberapa minggu setelah
setelah kejadian. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi adalah sebagai berikut :
1. infeksi otak
Infeksi otak terjadi karena patah tulang tengkorak bisa merobek lapisan lapisan tipis
pelindung otak, sehingga bakteri bisa masuk ke dalam luka dan menyebabkan infeksi.
Infeksi pada selaput otak (meningitis) bisa menyebar ke seluruh sistem saraf dan
berdampak negatif pada kondisi tubuh jika tidak segera terobati.
2. Gangguan kesadaran
Seperti koma, yaitu kondisi ketika pengidap trauma kepala berat tidak resnponsif
meskipun dalam keadaan sadar. Ketidaksadaran ini disebabkan oleh penurunan aktivitas
dalam otak.
3. Cedera otak
Ditandai dengan meningkatnya resiko epilepsi, tergangguanya keseimbangan dan
koordinasi tubuh, berkurangnya produksi hormon, disfusi indra pengecap dan penciuman,
perubahan prilaku dan emosional,serta kesulitan dalam memproses informasi dan
memecahkan masalah.

E. Pertolongan Pertama Pada Cedera Kepala Dengan Komplikasi


a. Primary Survey
1. Airway (Cek Jalan Napas)
Lakukan dengan teknik “Lihat Dengar Rasakan” selama 5-10 detik Waspadai
masalah yang muncul seperti sumbatan jalan napas
2. Breathing (Cek Pernapasan)
Hitung frekuensi napas, lihat pergerakan dada, berikan bantuan resusitasi jika perlu
3. Circulation (Cek Sirkulasi Nadi)
identifikasi tingkat kesadaran, warna kulit dan frekuensi nadi
4. Disability (Cek Kesadaran)
Periksa skala GCS (hanya untuk orang terlatih), dan refleks cahaya pada pupil
b. Secondary Survey
1. Lakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh. Hati-hati saat pemeriksaan bagian
kepala Periksa apakah ada perdarahan dan fraktur (patah tulang)
2. Tekan daerah perdarahan dengan kain bersih, jangan lepaskan sampai perdarahan
berhenti
3. Waspada jika terdapat fraktur atau cedera spinal (cedera pada saraf tulang
belakang)
4. Jangan beri makan dan minum
5. Pindahkan korban dengan posisi sejajar, perhatian penuh daerah kepala
6. Hubungi tenaga medis segera untuk penanganan lebih lanjut

A. konsep Penanganan Cedera Kepala


Cedera kepala merupakan salah satu bentuk kegawatdaruratan. Cedera kepala merupakan
salah satu penyebab utama kematian
Fungsi dari tulang tengkorak adalah melindungi otak dari cedera. Selain tulang, otak juga
dilindungi oleh jaringan ikat berlapis-lapis (meninges) dan cairan yang berfungsi sebagai
shock absorber
Ketika terjadi cedera kepala, gangguan fungsi otak dapat timbul tanpa adanya kelainan
kepala yang tampak dari luar. Gaya yang mengenai kepala dapat menyebabkan otak
terbentur pada bagian dalam tulang kepala. Benturan ini dapat menyebabkan perdarahan
pada otak atau jaringan di sekitarnya, memar pada jaringan otak, atau kerusakan saraf
saraf di dalam otak.
Penanganan korban dengan cedera kepala diawali dengan tindakan ABC (airway,
breathing, circulation) dan resusitasi. Beberapa orang dengan luka kepala juga
mengalami luka yang lain sehingga penanganannya dapat dilakukan secara
bersamaan.Cedera kepala meliputi cedera yang terjadi pada kulit kepala, tulang
tengkorak, dan otak. Cedera ringan dapat berupa cedera ringan atau cedera berat. Cedera
kepala juga dapat dibagi menjadi 2.
 Cedera kepala tertutup. Yaitu dimana terjadi benturan kepala yang tidak sampai
menimbulkan patah tulang tengkorak atau dengan kata lain, tulang tengkorak
masih utuh.
 Cedera kepala terbuka (cedera kepala tembus). Yakni dimana benda yang
membentur kepala mematahkan tulang tengkorak dan menembus otak. Cedera
kepala jenis ini biasanya terjadi pada peristiwa kecelakaan dengan kecepatan
tinggi atau karena tembakan peluru.
Cedera kepala dapat meliputi konkusio, luka pada kulit kepala, atau patah tulang
tengkorak. Cedera kepala dapat menyebabkan perdarahan di jaringan otak dan/atau di
jaringan sekitar otak.
B. Gejala cedera kepala
Penting untuk diingat bahwa cedera kepala dapat menimbulkan gejala dan tanda
yang berbeda-beda, mulai dari orang yang tidak merasakan apapun hingga yang
langsung koma. Gejalanya dapat muncul saat terjadinya peristiwa yang
menimbulkan luka, atau muncul secara perlahan-lahan dalam hitungan jam hingga
hari.
Cedera kepala harus selalu tersangka pada setiap korban kecelakaan atau jatuh,
terutama dengan memperhatikan mekanisme terjadinya kecelakaan tersebut dan
posisi korban serta gejala-gejala yang muncul pada korban. Hilangnya kesadaran,
meski sebentar, bukan hal yang normal. Disorientasi (bingung atau tidak tahu
waktu, tempat, atau orang), kejang, dan muntah yang berulang kali menjadi tanda
perlunya penanganan medis dengan cepat.

Pada beberapa keadaan, luka kepala yang berupa konkusio dapat sulit dikenali
gejalanya. Pasien mungkin akan merasa sulit berkonsentrasi, suasana hati mudah
berubah, tingkah laku tidak seperti biasanya, perubahan pola tidur, dan gejala
lainnya. Pemeriksaan medis perlu dilakukan pada orang-orang seperti ini meskipun
peristiwa yang menyebabkan cedera kepala itu sudah lama berlalu.

C. Pertolongan pertama.
Teriak tanda-tanda cedera kepala berat dan cara melakukan pertolongan pertama akan
mampu menyelamatkan nyawa seseorang. Segerahubungi unit gawat darurat terdekat,
jika orang yang diduga mengalami cedera kepala memiliki tanda-tanda berikut.
 Penurunan kesadaran.
 Tidak bisa menggerakkan salah satu atau kedua lengan dan/atau kaki, kesulitan
berbicara, atau pandangan kabur.
 Muntah lebih dari satu kali.
 Hilang ingatan jangka pendek.
 Mudah mengantuk.
 Tingkah laku tidak seperti biasanya.
 Mengeluh nyeri kepala berat atau kaku leher.
 Murid (bagian hitam di tengah bola mata) tidak sama ukurannya.
 Orang dengan cedera kepala yang memiliki kebiasaan mengonsumsi alkohol.
 Orang dengan cedera kepala yang sedang mengonsumsi obat-obatan pengencer darah,
misalnya warfarin dan heparin.Bila ditemukan tanda-tanda tersebut, segera hubungi unit
gawat darurat terdekat. Sambil menunggu bantuan atau ambulans, dapat dilakukan hal-
hal berikut

D. Pencegahan cedera kepala


Jatuh merupakan penyebab utama cedera kepala, terutama pada anak-anak dan lansia.
Meminimalisir kejadian jatuh dapat dilakukan dengan cara memastikan lantai tidak licin,
menggunakan alat bantu jalan, dan melakukan pengawasan pada saat anak atau lansia
berada di kamar mandi atau berjalan di tangga.
Memakai helm, baik pada saat mengendarai sepeda atau sepeda motor, maupun saat
melakukan aktivitas yang berisiko seperti mengendarai skateboard atau olahraga ski.
Mengendarai mobil dengan aman, yaitu dengan mengenakan sabuk pengaman dan
menghindari aktivitas lain seperti menggunakan handphone pada saat sedang
mengemudi. Jangan mengemudikan mobil atau kendaraan apapun dalam keadaan tidak
sadar penuh, baik karena pengaruh alkohol maupun obat-obatan.

E. PENANGANAN CEDERA KEPALA


 Periksa jalan napas (airway), pernapasan (breathing), dan sirkulasi jantung
(circulation) pada orang tersebut. Bila perlu, lakukan bantuan napas dan resusitasi
(CPR).
 Jika orang tersebut masih bernafas dan denyut jantungnya normal, tetapi tidak
sadarkan diri, stabilkan posisi kepala dan leher dengan tangan atau kerah leher
(bila ada). Pastikan kepala dan leher tetap lurus dan sebisa mungkin menghindari
menggerakkan kepala dan leher.
 Bila ada perdarahan, hentikan perdarahan tersebut dengan menekan luka dengan
kuat menggunakan kain bersih. Pastikan untuk tidak menggerakkan kepala orang
yang mengalami cedera kepala tersebut. Jika darah merembes pada kain yang
ditutupkan tersebut, jangan lepaskan kain tersebut, tetapi langsung merangkapnya
dengan kain yang lain.
 Jika dicuriga ada patah tulang tengkorak, jangan tekan luka dan jangan coba
bersihkan luka, tapi langsung tutup luka dengan pembalut luka steril.
 Jika orang dengan cedera kepala tersebut muntah, miringkan posisinya agar tidak
tersedak oleh muntahannya. Pastikan posisi kepala dan leher tetap lurus.
 Boleh juga dilakukan kompres dingin pada area yang bengkak.
 jangan mencoba mencabut benda apapun yang tertancap di kepala. Langsung
bawa ke unit gawat darurat terdekat

BAB 3
Penutup
A. Kesimpulan
Cedera kepala harus selalu tersangka pada setiap korban kecelakaan atau jatuh, terutama
dengan memperhatikan mekanisme terjadinya kecelakaan tersebut dan posisi korban serta
gejala-gejala yang muncul pada korban. Hilangnya kesadaran, meski sebentar, bukan hal
yang normal. Disorientasi (bingung atau tidak tahu waktu, tempat, atau orang), kejang, dan
muntah yang berulang kali menjadi tanda perlunya penanganan medis dengan cepat.

Daftar pustaka
https://doktersehat.com/pertolongan-pertama-untuk-cedera-kepala/
#ixzz4zsXVGguY.

Anda mungkin juga menyukai