Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS DENGAN KLIEN CEDERA

KEPELA POST TREPANASI

OLEH

KELOMPOK 3

NAMA KLOMPOK :

1. ADERIANI NDRURU
2. ALDONNA BR. SEMBIRING
3. ARISA M. LUMBAN GAOL
4. ATASI KRISMON NDRURU
5. BUNGA INTAN MANIK
6. DELTHA E.SIMBOLON
7. DESI S.K.P. PARDOSI
8. DIANA DEBORA SIBUEA
9. EBI W. MANALU
10. EFFRIDA S. SIHOMBING
11. ENI RADIKA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STKES SANTA ELISABETH MEDAN
T.A. 2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan yang maha Esa atas kehadiratnya
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS
DENGAN CEDERA KEPELA POST TRERPANASI. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua ,tidak lepas dari makalah kami ini masih banyak kekurangan semoga dosen
dapat memberikan kritik yang dapat membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.

Demikianlah makalah yang kami buat kami ucapakan terimakasih .

Medan, 15 Januari 2021

Penulis

Kelompok 3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Cedera kepala adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara
langsung atautidak langsung yang kemudian dapat berakibat pada gangguan fungsi
neurologis, fungsi fisik,kognitif, psikososial, yang dapat bersifat temporer ataupun
permanen.

Menurut Brain Injury Assosiation of America, cedera kepala adalah suatu


kerusakan padakepala,bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi
disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau
mengubah kesadaran, sehinggamenimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi
fisik.
Cedera kepala merupakan peristiwa yang sering terjadi dan mengakibatkan
kelainan neurologis yang serius serta telah mencapai proporsi epidemik sebagai akibat
dari kecelakaan kendaraan. Kadar alkhohol darah yang melebihi kadar aman telah
ditemukan pada lebih dari 50 % pasien cedera kepala yang ditangani di bagian
kedaruratan. Sedikitnya separuh dari pasien dengan cedera kepala berat mengalami
cedera yang signifikan pada bagian tubuh lainnya (Baughman dan Hackley, 2000).
Di Inggris, setiap tahun sekitar 100.000 kunjungan pasien ke rumah sakit
berkaitan dengan trauma kepala yang 20% di antaranya terpaksa memerlukan rawat
inap. Dua pertiga dari kasus ini berusia di bawah umur 30 tahun, dengan jumlah laki-
laki lebih banyak dari wanita. Di Amerika Serikat, kejadian cedera kepala setiap
tahunnya diperkirakan mencapai 500.000 kasus dan dari jumlah tersebut 10%
meninggal sebelum tiba di rumah sakit serta yang sampai di rumah sakit, 80%
dikelompokkan sebagai cedera kepala ringan (CKR), 10% termasuk cedera kepala
sedang (CKS) dan 10% sisanya adalah cedera kepala berat (CKB). Insiden cedera
kepala terutama terjadi pada kelompok usia produktif antara 15-44 tahun.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan akibat
trauma yang mencederai kepala, maka perawat perlu mengenal neuruanatomi,
neurofisiologi, neuropatofisiologi dengan baik agar kelainan dari masalah yang
dikeluhkan atau kelainan dari pengkajian fisik yang didapat bias sekomprehensif
mungkin ditanggapi perawat yang melakukan asuhan pada klien dengan cedera kepala.
Cedera kepala meliputi trauma kepala,tengkorak, dan otak. Secara an atomis otak
dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit kepala, serta tulang dan tentorium atau helem
yang membungkusnya. Tanpa perlindungan ini otak akan mudah sekali terkena cedera
dan mengalami kerusakan. Selain itu, sekali neuron rusak tidak dapat diperbaiki lagi
klien cedera kepala berat mempunyai signifikan cedera terhadap bagian tubuh
lainnya. Adanya syok hipovolemik pada klien cedera kepala biasanya karena cedera
pada bagian tubuh lainnya. Resiko utama klien yang mengalami cedera kepala adalah
kerusakan otak akibat perdarahan atau pembengkakan otak sebagai responds terhadap
cedera dan menyebabkan peningkatan tekanan intracranial.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan umum
Setelah membahas tentang“Asuhan Keperawatan Pada KlienCedera
Kepala”mahasiswa mampu memahami “Asuhan Keperawatan Pada Klien Cedera
Kepala”.

1.2.2. Tujuan khusus


Setelah membahas tentang “Asuhan Keperawatan Cedera Kepala” mahasiswa
mampu :
a. Memahami dan menjelaskan Konsep Penyakit Cedera Kepal
b. Memahami dan menjelaskan Asuhan Keperawatan Cedera Kepala.
c. Memahami dan menjelaskan Asuhan Keperawatan Sesuai Kasus
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Konsep dasar medis

2.1.1. Defenisi

Cedera kepala merupakan proses diman terjadi trauma langsung atau


deselerasi terhasdap kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak. (Pierce Agrace
& Neil R. Borlei, 2006 hal 91).Trauma atau cedera kepala adalah di kenal sebagai cedera otak
gangguan fungsi normal otak karena trauma baik trauma tumpul maupun trauma tajam.
Defisit neurologis terjadi karena robeknya substansia alba, iskemia, dan pengaruh masa
karena hemoragik, serta edema serebral sekitar jaringan otak. (Batticaca Fransisca, 2008, hal
96)Cedera kepala atau cedera otak merupakan suatu gangguan traumatik dari fungsi otak
yang di sertai atau tanpa di sertai perdarahan innterstiil dalm substansi otak tanpa di ikuti
terputusnya kontinuitas otak. (Arif Muttaqin, 2008,)

Trepanasi atau craniotomy adalah operasi untuk membuka tengkorak


'tempurung kepala dengan maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan
otak. 8repanasi/kraniotomi adalah suatu tindakan membuka tulang kepala
yangbertujuan mencapai otak untuk tindakan pembedahan definitif.
 Indikasi
a. Pengangkatan jaringan abnormal
b. Mengurangi tekanan intrakarnial
c. Mengevaluasikan pembekuan darah
d. Mengontrol pembekuan darah
e. Pembenahan organ-organ intracarnial
f. Tumor otak
g. Pendarahan
h. Peradangan dalam otak
i. Trauma pada tengkorak

Berdasarkan Glassgow Coma Scale (GCS) cedera kepala atau otak dapat di bagi
menjadi 3 gradasi :
a.Cedera kepala ringan (CKR)= GCS 13-15
b.Cedera kepala sedang (CKS)= GCS 9-12
c.Cedera kepala berat (CKB)= GCS ≤ 8

2.1.2. Etiologi
Penyebab dari cedera kepala adalah adanya trauma pada kepala meliputi trauma oleh
benda/serpihan tulang yang menembus jaringan otak, efek dari kekuatan atau energi yang
diteruskan ke otak dan efek percepatan dan perlambatan (ekselerasi-deselarasi) pada otak.
Macam-macam Pendarahan pada Otak

a.Intraserebral hematoma (ICH)

Perdarahan intraserebral adalah perdarahan yang terjadi pada jaringan otak biasanya
akibat sobekan pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak.Secara klinis ditandai dengan
adanya penurunan kesadaran yang kadang-kadang disertai lateralisasi, pemeriksaan CT scan
didapatkan adanya daerah hiperdens yang diindikasi dilakukan operasi jika single, diameter
lebih dari 3 cm, perifer, adanya pergerakan garis tengah, dan secara klinis hematoma tersebut
dapat menyebabkan ganguan neurologis /lateralisasi. Operasi yang dilakukan biaSanya
adalah evakuasi hematoma disertai dekompresi dari tulang kepala

b. Subdural hematoma (SDH)

Subdural hematoma adalah terkumpulnya darah antara dura mater dan


jaringan otak, dapat terjadi akut kronis. Terjadi akibat pecahan pembuluh darah vena/jematan
vena yang biasanya terdapat diantara dura mater, perdarahan lambat dan sedikit. Pengertian
lain dari subdural hematoma adalah hematoma yang terletak dibawah lapisan dura mater
dengan sumber perdarahan dapat berasal dari Bridging vein (paling sering), A/V cortical,
sinus venosus duralis.

Berdasarkan waktu terjadinya perdarahan maka subdural hematoma dibagi menjadi


tiga meliputi subdural hematoma akut terjadi kurang dari 3 hari dari kejadian, subdural
hematoma subakut terjadi antara 3 hari-3 minggu, dan subdural hematoma kronis jika
peardarahan terjadi lebih dari 3 minggu.Secara klinis subdural hematoma akut ditandai
dengan adanya penurunan kesadaran, disertai adanya lateralisasi yanag paling sering berupa
hemiparere/hemiplegia dan pemeriksaan CT scan didapatkan gambaran hiperdens yang
berupa bulan sabit (cresent). Indikasi operasi, menurut Europe Brain Injury Commition
(EBIC), pada perdarahan subdural adalah jika perdarahan lebih dari 1 cm. Jika terdapat
pergesaran garis tengah labih dari 5 mm. Operasi yang dilakukan adalah evakuasi hematoma,
menghentikan sumber perdarahan. Bila ada edema serebi biasanya tulang tidak dikemalikan
(dekompresi) dan disimpan sugalea.

c. Epidural hematoma (EDH)


Epidural hematoma adalah hematoma yang terletak antara dura mater dan
tulang, biasanya sumber perdarahannya adalah sobeknya arteri meningica media(paling
sering), vena diploica (oleh karena adanya fraktur kalvaria), vena emmisaria sinus venosus
duralis.Secara klinis ditandai dengan penurunan kesadaran yang disertai lateralisasi (ada
ketidaksamaan antara tanda-tanda neurologis sisi kiri dan kanan tubuh) yanag dapat berupa
hemiparese/hemiplegia, pupil anisokor, adanya refleks patologis satu sisi, adanya lateralisasi
dan jejas pada kepala menunjukan lokasi dari EDH. Pupil anisokor /dilatasi dan jejas pada
kepala letaknya satu sisi dengan lokasi EDH sedangkan hemiparese/hemiplegia letaknya
kontralateral dengan lokasi EDH.

2.1.3. Patofisiologi

Patofisiologis dari cedera kepala traumatic dibagi dalam proses primer dan proses
sekunder. Kerusakan yang terjadi dianggap karena gaya fisika yang berkaitan dengan suatu
trauma yang relative baru terjadi dan bersifat irreversible untuk sebagian besar daerah otak
jejas akson difus pada substasi alba subkortex adalah penyebab utama kehilangan kesadaran
berkepanjangan, gangguan respon motorik dan pemulihan yang tidak komplit yang
merupakan penanda pasien yang menderita cedera kepala traumatik berat

a. Proses Primer
Proses primer timbul langsung pada saat trauma terjadi. Cedera primer biasanya fokal
(perdarahan, konusi) dan difus (jejas akson difus). Proses ini adalah kerusakan otak
tahap awal yang diakibatkan oleh benturan mekanik pada kepala, derajat kerusakan
tergantung pada kuat dan arah benturan, kondisi kepala yang bergerak diam,
percepatan dan perlambatan gerak kepala. Proses primer menyebabkan fraktur
tengkorak, perdarahan segera intrakranial, robekan regangan serabut saraf dan
kematian langsung pada daerah yang terkena
b. Proses Sekunder
Kerusakan sekunder timbul beberapa waktu setelah trauma menyusul kerusakan
primer. Dapat dibagi menjadi penyebab sistemik dari intrakranial. Dari berbagai
gangguan sistemik, hipoksia(kekurangan o2 dlm jaringan) dan hipotensi merupakan
gangguan yang paling berarti. Hipotensi menurunnya tekanan perfusi otak sehingga
mengakibatkan terjadinya iskemi(defisiensi darah suatu bagian) dan infark otak.
Perluasan kerusakan jaringan otak sekunder disebabkan berbagai faktor seperti kerusakan
sawar darahotak, gangguan aliran darah otak metabolisme otak, gangguan hormonal,
pengeluaran bahan bahan neurotrasmiter dan radikal bebas. Trauma saraf proses primer
atau sekunder akan menimbulkan gejala gejala neurologis yang tergantung lokasi
kerusakan.Kerusakan sistem saraf motorik yang berpusat dibagian belakang lobus
frontalis akan mengakibatkan kelumpuhan pada sisi lain. Gejal gejala kerusakan lobus
lobus lainnya baru akan ditemui setelah penderita sadar. Pada kerusakan lobus oksipital
akan dujumpai ganguan sensibilitas kulit pada sisi yang berlawanan. Pada lobus frontalis
mengakibatkan timbulnya seperti dijumpai pada epilepsi lobus temporalis.Kelainan
metabolisme yang dijumpai pada penderita cedera kepala disebabkan adanya kerusakan di
daerah hipotalamus. rusakan dibagian depan hipotalamus akan terjadi hepertermi. Lesi di
regio optika berakibat timbulnya edema paru karena kontraksi sistem vena. Retensi air,
natrium dan klor yang terjadi pada hari pertama setelah trauma tampaknya disebabkan
oleh terlepasnya hormon ADH dari daerah belakang hipotalamus yang berhubungan
dengan hipofisis. Setelah kurang lebih 5 hari natrium dan klor akan dikeluarkan melalui
urine dalam jumlah berlebihan sehingga keseimbangannya menjadi negatif. Hiperglikemi
dan glikosuria yang timbul juga disebabkan keadaan perangsangan pusat pusat yang
mempengaruhi metabolisme karbohidrat didalam batang otak.Batang otak dapat
mengalami kerusakan langsung karena benturan atau sekunder akibat fleksi atau torsi
akut pada sambungan serviks medulla, karena kerusakan pembuluh darah atau karena
penekanan oleh herniasi unkus.
2.1.4.Klasifikasi
Cedera kepala diklasifikasikan dalam berbagai aspek. cara praktis diken al
deskripsikalsifikasi yaitu berdasarkan mekanisme, beratnya cedera kepala, dan
morfologinya
a. Berdasarkan mekanismenya cedera kepala dibagi atas cedera kepala tumpul dan
cedera kepala tembus. Cedera kepala tumpul biasanya berkaitan dengan
kecelakaan mobil atau motor,jatuh atau terkenak pukulan tumpul. Sedangkan
cedera kepela tembus disebabkan oleh peluru atau tusukan. (Bernath,2009)
b. Berdasarkan tingkat keparahan
Berdasarkan cedera kepala berdasarkan tingkat keparahan di sadari atas GCS
dimana GCS ini di bagi 3 komponen yaitu:
 Cedera kepala ringan : nilai GCS nya 13-15 kesadaran hilang 30 menit
Ditandai dengan nyeri kepala,muntah ,vertigo
 Cedera kepala sedang : nilai GCS nya 9-12 kehilangan kesadaran
30menit-24 jam dapat mengalami fraktur tengkorak dan diserontasi
ringan (bingung).
 Cedera kepala berat : nilai GCS nya 3-8 hilang nya kesadaran lebih
dari 24 jam meliputi kontusio serebral, hematoma dan edema serebral.
c. Morfologi cedera
1. Fraktur karnium
Fraktur karnium dapat terjadi pada atap atau dasar tengkorak dan dapat
berbentuk garis atau bintang dan dapat pula terbika dan tertutup. Fraktur dasar
tengkorak biasanya dapat memerlukan pemeriksaan CT-scan untuk
memeperjelas garis frakturnya.
2. Lesi intrakarnial

2.1.5. Pemeriksaan Penunjang


1. CT-scan
Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan, ventrikuler, dan perubahan
jaringan otak
2. MRI
Cerebral angiografi
3. Menunjukan anomaly sirkulasi serebral seperti perubahan jaringan otak skundre
menjadi edema, perdarahan, dan trauma
4. Serial EEG
Dapat melihat perkembangan gelombang patologis
5. Sinar X
Mende teksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis
(perdarahan/edema) fragmen tulang
6. BAER
Mengeroksi batas fungsi korteks dan otak kecil
7. PET
Mendeteksi perubahan aktifititas metabolism otak
8. CSS
Lumbal fungsi dapat dilaku kan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid
9. Kadar elektrolit
Untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit sebagai peningkatan intracranial
10. Screen toxicology
Untuk mendeteksi pengaruh obat yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran
11. Rontgen thorahk 2 arah (PA/AP dan lateral)
Rontgen thorak menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleural
12. Analisa gas darah (A’GD/astrup)
Analisa gas darah (A’GD/astrup) adalah salah satu tes diaknostik untuk menentukan
status status respirasi. Status respirasi dapat digambarkan melalui pemeriksaan AGD
ini adalah status oksigenisasi dan status asam basa
2.1.6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan saat awal trauma pada cedera kepala selain dari faktor
mempertahankan fungsi ABC (airway, breathing, circulation) dan menilai status
neurologis (disability, exposure), maka faktor yang harus diperhitungkan pula adalah
mengurangi iskemia serebri yang terjadi. Keadaan ni dapat dibantu dengan pemberian
oksigen dan glukosa sekalipun pada otak yang mengalami trauma relative
memerlukan oksigen dan glukosa yang lebih rendah.Selain itu perlu dikontrol
kemungkinan intrakranial yang meninggi disebabkan oleh edema serebri. Sekalipun
tidak jarang memerlukan tindakan operasi, tetapi usaha untuk menurunkan tekanan
intracranial, ini dapat dilakukan dengan cara menurunkan PaCO2 dengan
hiperventilasi yang mengurangi asidosis intraserebral dan menambah metabolism
intraserebral
Prinsip ABC dan ventilasi yang teratur dapat mencegah peningkatan tekanan
kraanial. Penatalaksanaan konservatif meliputi :
a. Bedrest tota
b. Observasi tanda-tanda vital (GCS dan tingkat kesadaran)
c. Pemberian obat-obatan

2.2. Konsep dasar keperawatan


2.2.1. Pengkajian
1. Data
a. Nama
b. Tempat tanggal lahir
c. Umur
d. Status
e. Anak
f. Alamat
g. Agama
2. Riwayat kesehatan
a. Dahulu
b. Sekarang

2.2.2. Data fokus


1. Breathing
Pengkajian breathing yaitu : pergerakan otot dada,pergerakan otot bantu napas,
frekuensi nadi teganagan dan irama nadi, suara tambahan, batuk ada, (produktif atau
tidak produktif),sputum(warna dan kosistensi),pemakaian alat bantu napas.
2. Blood
Pengkajian blood meliputi : suara jantung irama jantung ,capillry refill time
(CRT),jugularis vena presurre(JVP), edema.
3. Brain
Pengkajaian brain meliputi : tingkat kesadaran, periksa kepala (raut muka, bibr, mata,
sclera,kornea,eksopthalamus,gerakan bola mata, kornea,presepsi sensorik.)
4. Bladder
Pengkajian bladder meliputi : urin (warna, jumlah , bau, penggunaan kateter,)
5. Bowel
Pemeriksaan bowel meliputi : mukosa bibir, lidah, keadaan gigi, nyeri telan ,didtensi
abdomen, peristalatik usus, mual dan muntah, penggunaan NGT. Diare.
6. Bone
Pengkajian bone meliputi : turgor kulit, pendarahan kulit, ( akral dingin,
panas,hangat.),

2.2.3. Penatalakasanaan medis


1. Praoperasi
Pada penatalaksaan bedah intrakranial praoperasi pasien diterapi
denganmedikasi antikonvulsan (fenitoin) untuk mengurangi resiko kejang
pascaoperasi. Sebelum pembedahan, steroid (deksametason) dapat diberikan untuk
mengurangai edema serebral. Cairan dapat dibatasi. Agens hiperosmotik (manitol)
dan diuretik (furosemid) dapat diberikan secara intravena segera sebelum dan kadang
selama pembedahan bila pasien cenderung menahan air, yang terjadi pada individu
yang mengalami disfungsi intrakranial. Kateter urinarius menetap di pasang sebelum
pasien dibawa ke ruang operasi untuk mengalirkan kandung kemih selama pemberian
diuretik dan untuk memungkinkan haluaran urinarius dipantau. Pasien dapat diberikan
antibiotik bila serebral sempat terkontaminasi atau deazepam pada praoperasi untuk
menghilangkan ansietas.

Kulit kepala di cukur segera sebelum pembedahan (biasanya di ruang operasi)


sehingga adanya abrasi superfisial tidak semua mengalami infeksi.

2. PASCAOPERASI
Jalur arteri dan jalur tekanan vena sentral (CVP) dapat dipasang untuk memantau tekanan
darah dan mengukur CVP. Pasien mungkin atau tidak diintubasi dan mendapat terapi oksigen
tambahan.
 Mengurangi Edema Serebral
Terapi medikasi untuk mengurangi edema serebral meliputi pemberian
manitol, yang meningkatkan osmolalitas serum dan menarik air bebas dari
area otak (dengan sawar darah otak utuh). Cairan ini kemudian dieksresikan
malalui diuresis osmotik.
 Meredakan Nyeri dan Mencegah Kejang
Asetaminofen biasanya diberikan selama suhu di atas 37,50C dan untuk nyeri.
Sering kali pasien akan mengalami sakit kepala setelah kraniotomi, biasanya
sebagai akibat syaraf kulit kepala diregangkan dan diiritasi selama
pembedahan. Kodein, diberikan lewat parenteral, biasanya cukup untuk
menghilangkan sakit kepala.
 Memantau Tekanan Intrakranial
Kateter ventrikel, atau beberapa tipe drainase, sering dipasang pada pasien
yang menjalani pembedahan untuk tumor fossa posterior. Kateter
disambungkan ke sistem drainase eksternal. Kepatenan kateter diperhatikan
melalui pulsasi cairan dalam selang. TIK dapat di kaji dengan menyusun
sistem dengan sambungan stopkok ke selang bertekanan dan tranduser. TIK
dalam dipantau dengan memutar stopkok. Perawatan diperlukan untuk
menjamin bahwa sistem tersebut kencang pada semua sambungan dan bahwa
stopkok ada pada posisi yang tepat untuk menghindari drainase cairan
serebrospinal, yang dapat mengakibatkan kolaps ventrikel bila cairan terlalu
banyak dikeluarkan.

2.2.4. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pasien pasca bedah intrakranial atau
kraniotomi adalah sebagai berikut :
1.Peningkatan tekanan intrakranial
2.Perdarahan dan syok hipovolemik
3.Ketidakseimbangan cairan dan elekrolit
4.Infeksi
5.Kejang
2.2.5. Diagnosa keperawatan
1. Resiko Ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d tumor otak ( mis, gangguan
serebrovaskular, penyakit neurologis, trauma, tumor ) ( 00201)
2. Nyeri kronis b.d infiltrasi otak , (00133)
3. Kesiapan meningkatkan nutrisi (00163) b.d menyatakan keinginan
untukmeningkatakan nutrisi .

2.2.6. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


Keperawatan
1. Resiko S NOC NIC
Ketidakefektifan status sirkulasi Manajemen edema
perfusi jaringan Perfusi jaringan serebral serebral ( 2540) :
otak b.d tumor (0406) Setelah dilakukan 1. Monitoring
otak(mis,ganggu tindakan keperawatan adanaya
an selama 3.x24 jam, klien kebingungan,
serebrovaskular, mampu men-capai : perubahan pikir,
penyakit 1. Status sirkulasi dengan keluhan pusing,
neurologis, indikator: pingsan.
trauma, tumor ) 2. 1. Tekanan darah sistolik 2. Monitoring tanda
( 00201) (040613) –tanda vital
3. 2. Sakit kepala (040603) 3. Monitoring TIK
4. 3. Kegelisahan (040605) dan CPP
5. 4. Kelesuan (040606) 4. Monitoring status
6. 5. Penururnana tingkat pernapasan :
kesadaran (040619) frekuensi irama,
7. kedalaman
8. pernapasan.
9.

2. Nyeri kronis b.d Kontrol nyeri (1605) Manajemen nyeri


infiltrasi otak. ( 00133) Setelah dilakukan asuhan ( 1400)
keperawatan selam 3x 24 1. Lakukan
jam, klien dapat : pengkajian nyeri
Mengontrol nyeri, de-ngan komprehensif
indikator : yang meliputi
1. Menegenali kapan lokasi,
nyeri terjadi karakteristik,
(160502) konsep/durasi,
2. Menggunakan frekuensih,
tindakan kualitas
pengurangan ,intensitas atau
(nyeri) beratnya nyeri
menggunakan dan faktor
nalgesik yang pencetus
terekomedasikan 2. Pastikan
(1600505) perawatan
3. Melaporkan anagelsik bagi
perubahan terhadap pasien dilakukan
gejala nyeri pada pemantauan ketat
profesional 3. Gunakan strategi
kesehatan (160513) komunikasi
4. Melaporkan gejala terapeutik
yang tidak 4. Ajarkan prinsip-
terkontrol pada prinsip
profesional manajemen nyeri
kesehatan (160507) 5. Dorong
5. Melaporkan nyeri mengunakan
yang terkontrol menggunakan
(160511). peneirin nyeri
yang adekuat
6. Kolaborasi
dengan pasien
dan tim
kesehatan
lainnya untuk
implementasi
penururnan
nyari.
3. Kesiapan Status nutrisi asupan nitrisi Manajemen nutrisi
meningkatkan ( 1009). Setelah dilakukan ( 1100)
nutrisi asuhan keperawatan selam 1. Tentukan stasus
(00163)b.d 3x 24 jam, klien dapat : gizi pasien untuk
menyatakan Mengontrol nyeri, de-ngan memenuhi
keinginan indikator : keutuhan gizi
untukmeningkat 1. Asupan kalori 2. Identifikasi
akan nutrisi . ( 100901) adanya alergi
2. Asupan protein 3. Tentukan jumlah
( 100902) kalori dan nutrisi
3. Asupan lemak yang dibutuhkan.
(100903) 4. Atur diet yang di
4. Asupan perlukan
karbonhidrat 5. Ciptakan
( 100904) lingkuangan
5. Asupan serat yang aptimal
( 1009010) 6. Bantu pasien
6. Asupan vitamin memebersihkan
(100905). mulut.
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Cedera kepala merupakan proses diman terjadi trauma langsung atau
deselerasi terhasdap kepala yang menyebabkan kerusakan tenglorak dan otak. (Pierce
Agrace & Neil R. Borlei, 2006 hal 91).Trauma atau cedera kepala adalah di kenal
sebagai cedera otak gangguan fungsi normal otak karena trauma baik trauma tumpul
maupun trauma tajam. Defisit neurologis terjadi karena robeknya substansia alba,
iskemia, dan pengaruh masa karena hemoragik, serta edema serebral sekitar jaringan
otak. (Batticaca Fransisca, 2008, hal 96)Cedera kepala atau cedera otak merupakan
suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang di sertai atau tanpa di sertai
perdarahan innterstiil dalm substansi otak tanpa di ikuti terputusnya kontinuitas otak.
(Arif Muttaqin, 2008,) trepanasi atau craniotomy adalah operasi untuk
membuka tengkorak 'tempurung kepala dengan maksud untuk mengetahui
dan memperbaiki kerusakan otak. 8repanasi/kraniotomi adalah suatu
tindakan membuka tulang kepala yangbertujuan mencapai otak  untuk
tindakan pembedahan definitif.
3.2. Saran
Semoga makala ini dapat memebuka wawasan kita dan menambahkan ilmu
kita,dan jauh dari itu juga masih banayak kekeurangan dari makaslah kami ini
semoga ibu dosen kami dapat memeberikan kritik yang dapat memebangun agar
kami lebih baik lagi untuk menyusunnya.

DAFTAR PUSTAKA

SAVITRI NADIA CITRA,2012, ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S POST


CRANIOTOMY DENGAN DIAGNOSA CEDERA KEPALA BERAT (CKB) DI INTENSIVE
CARE UNIT (ICU) RSUD DR. MOEWARDI DI SURAKARTA, FAKULTAS ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PRASETYO ADHY ,2016, PEMBERIAN DEEP BREATHING EXSERSEIS


TERHADAP STATUS OKSIGENSI PASIEN CESERA KEPALA SEDANG POST
KARNIOTOMI DI RUANG ICU ,SUKARTA.

Jurnal Keperawatan GSH Nugroho Priyo Handono, 1 Januari 2018 ISSN 2088-2734,
EFEKTIVITAS MANAJEMEN NYERI DENGAN GUIDED IMAGERY RELAXATION
PADA PASIEN CEDERA KEPALA DI RSUD DR. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO
WONOGIRI Vol 7. Yang di akses pada tanggal 02 september 2019.

Bulechek, Buku nanda, NIC dan NOC tahun 2016, edisi ke enam , edisi bahasa
indonesia.
ttps://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/0848011716a3e878b229a11
25a88b0f9.pdf

https://www.academia.edu/31353561/HEAD_UP_IN_MANAGEMENT_INTRAC
RANIAL_FOR_HEAD_INJURY

https://www.academia.edu/28519684/Post_op_Trepanasi

https://www.academia.edu/10612648/LPcedera_kepala_dengan_trepanasi

https://docplayer.info/39362532-Perioperative-management-of-epidural-
hemorrhage-due-to-traumatic-brain-injury.html

https://www.academia.edu/10612648/LPcedera_kepala_dengan_trepanasi

https://edoc.pub/askep-kraniotomi-pdf-free.html

Anda mungkin juga menyukai