Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

CEDERA KEPALA

A. Konsep Cedera Kepala


1. Pengertian
Cedera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan
bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan
perlambatan (accelerasi-deceleasi) yang merupakan perubahan bentuk
dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan factor dan
penurunan kecepatan, serta notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan
juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan.

Cedera kepala merupakan cedera yang meliputi trauma kulit


kepala, tengkorak, dan otak. Cedera kepala adalah suatu gangguan
traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan
interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak.

2. Etiologi
Penyebab utama terjadinya cedera kepala adalah sebagai berikut:
a. Kecelakaan lalu lintas
Kecelakaan lalu lintas adalah dimana sebuah kendaraan bermotor
bertabrakan dengan kendaraan yang lain atau benda lain sehingga
menyebabkan kerusakan atau kecederaan kepada pengguna jalan raya.
b. Jatuh

Menurut KBBI, jatuh didefenisikan sebagai (terlepas) turun atau


meluncur ke bawah dengan cepat karena gravitasi bumi, baik ketika
masih di gerakkan turun turun maupun sesudah sampai ke tanah
c. Kekerasan
Menurut KBBI, kekerasan di defenisikan sebagai suatu perihal atau
perbuatan seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera atau
matinya orang lain, atau menyebabkan kerusakan fisik pada barang
atau orang lain (secara paksa).
Beberapa mekanisme yang timbul terjadi cedera kepala adalah seperti
translasi yang terdiri dari akselerasi dan deselerasi. Akselerasi apabila
kepala bergerak ke suatu arah atau tidak bergerak dengan tiba-tiba suatu
gaya yang kuat searah dengan gerakan kepala, maka kepala akan
mendapat percepatan (akselerasi) pada arah tersebut.

Menurut Andra Saferi Wijaya, Yessie Mariza Putri (2013). Ada 2 macam
cedera kepala yaitu:
a. Trauma tajam
Adalah trauma oleh benda tajam yang menyebabkan cedera setempat
dan menimbulkan cedera lokal. Kerusakan lokal meliputi Contusio
serebral, hematom serebral, kerusakan otak sekunder yang disebabkan
perluasan masa lesi, pergeseran otak atau hernia.
b. Trauma tumpul
Adalah trauma oleh benda tumpul dan menyebabkan cedera
menyeluruh (difusi). Kerusakannya menyebar secara luas dan terjadi
dalam 4 bentuk: cedera akson, kerusakan otak hipoksia,
pembengkakan otak menyebar, hemoragi kecil multiple pada otak
koma terjadi karena cedera menyebar pada hemisfer cerebral, batang
otak atau kedua-duanya.

3. Patofisiologi
Trauma kranio serebral menyebabkan cedera pada kulit, tengkorak dan
jaringan otak. Ini bisa sendiri atau secara bersama-sama. Beberapa
keadaan yang dapat empengeruhi luasnya cedera kepala pada kepala
yaitu:
a. Lokasi dari tempat benturan lansung
b. Kecepatan dan energi yang dipindahkan
c. Daerah permukaan energy yang dipindahkan
d. Keadaan kepala saat benturan (Wahyu Widagdo, dkk, 2007)

Otak dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit dan tulang yang
membungkusnya. Tanpa perlindungan ini, otak yang lembut akan mudah
untuk mengalami cedera dan kerusakan. Cedera kepala dapat
mengakibatkan malapetakan besar bagi seseorang. Tepat diatas tengkorak
terletak galea aponeurotika, yaitu jaringan fibrosa padat, dapat digerakkan
dengan bebas yang membantu menyerap kekuatan trauma eksternal
diantara kulit dan galea terdapat suatu lapisan lemak dan lapisan membran
dalam yang mengandung pembuluh-pembuluh besar. Bila robek
pembuluh-pembuluh ini sukar mengadakan vasokonstriksi dan dapat
menyebabkan kehilangan darah bermakna pada penderita laserasi kulit
kepala.
Apabila fraktur tulang tengkorak menyebabkan terkoyaknya salah satu
dari arteri, perdarahan arteri yang diakibatkan tertimbun dalam ruang
epidural bisa mengakibatkan fatal. Kerusakan neurologik disebabkan oleh
suatu benda atau serpihan tulang yang menembus dan merobek jaringan
otak oleh pengaruh kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak dan oleh
efek akselerasi - deselerasi pada otak. Derajat kerusakan yang disebabkan
bergantung pada kekuatan yang menimpa, makin besar kekuatan maka
makin parah kerusakan yang terjadi.

Kerusakan yang tejadi karena benda tajam berkecepatan rendah dengan


sedikit tenaga. Kerusakan fungsi neurologik terjadi pada tempat tertentu
dan disebabkan oleh benda atau fragmen tulang yang menembus
duramater pada tempat serangan. Cedera menyeluruh sering dijumpai pada
trauma tumpul kepala. Kerusakan terjadi waktu energi atau kekuatan
diteruskan ke otak. Banyak energi yang diserap oleh lapisan pelindung
yaitu rambut, kulit kepala dan tengkorak, tetapi pada trauma hebat
penyerapan ini tidak cukup untuk melindungi otak. Bila kepala bergerak
dan berhenti secara mendadak dan kasar (pada kecelakaan) kerusakan
tidak hanya terjadi akibat cedera setempat pada jaringan saja tetapi juga
akibat akselerasi dan deselerasi.

Kekuatan akselerasi dan deselerasi menyebabkan bergeraknya isi dalam


tengkorak sehingga memaksa otak membentur permukaan dalam
tengkorak pada tempat yang berlawanan dengan benturan. Apabila bagian
otak yang kasar bergerak melewati daerah krista sfenoidalis, bagian ini
akan dirobek dan mengoyak jaringan. Kerusakan akan diperparah lagi bila
trauma juga menyebabkan rotasi tengkorak. Bagian otak yang akan
mengalami cedera yaitu bagian anterior lobus frontalis dan temporalis,
bagian posterior lobus oksipitalis, dan bagian atas mesonfalon. Kerusakan
sekunder terhadap otak disebabkan oleh siklus pembengkakan dan iskemia
otak yang menyebabkan timbulnya efek kaskade yang barakibat merusak
otak. (Price & Wilson. 2012)

Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa
dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan di dalam sel-sel saraf hampir
seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan
oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan
menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa
sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg%,
karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari
seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma
turun sampai 70% akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi serebral.

4. Gejala klinis cedera kepala


Tanda-tanda ataugejala klinis untuk yang trauma kepala ringan
a. Pasien tertidur atau kesadaran yang menurun untuk beberapa saat
kemudian sembuh
b. Sakit kepala yang menetap atau berkepanjangan
c. Mual atau muntah
d. Gangguan tidur dan nafsu makan yang menurun
e. Perubahan kepribadian diri
f. Letargik

Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala berat


a. Gejala atau tanda-tanda kardinal yang menunjukkan peningkatan di
otak menurun atau meningkat
b. Perubahan ukuran pupil (anisokoria)
c. Triad Cushing (denyut jantung menurun, hipertensi, depresi
pernapasan)
d. Apabila meningkatnya tekanan intracranial terdapat pergerakan atau
posisi abnormal ekstermitas
5. Pathway Cedera Kepala

Trauma kepala, benturan akselerasi

Kontak dengan jaringan sekitar

Terputusnya kontinuitas jaringan

Tranduksi stimulus : stimulus Adanya Luka Lecet


diubah menjadi impuls

Kerusakan Integritas Kulit Penurunan Kondisi Tubuh


Transmisi : melalui serabut saraf A
dan serabut saraf C
Rawat Inap di RS

Impuls ke batang otak


Hospitalisasi

Dari thalamus disebarkan ke daerah


somasensorius (korteks serebral)
Ansietas

Sensasi nyeri di persepsi

Nyeri Akut
6. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan pasien dengan cedera kepala meliputi sebagai berikut :
a. Non pembedahan
1.) Glukokortikoid (dexamethazone) untuk mengurangi edema
2.) Diuretic osmotic (manitol) diberikan melalui jarum dengan filter
untuk mengeluarkan kristal-kristal mikroskopis
3.) Diuretic loop (misalnya furosemide) untuk mengatasi peningkatan
tekanan intracranial
4.) Obat paralitik (pancuronium) digunakan jika klien dengan
ventilasi mekanik untuk megontrol kegelisahan atau agitasi yang
dapat meningkatkan resiko peningkatan tekanan intracranial
b. Pembedahan
Kraniotomi di indikasikan untuk:
1.) Mengatasi subdural atau epidural hematoma
2.) Mengatasi peningkatan tekanan cranial yang tidak terkontrol
3.) Mengobati hidrosefalus

B. Konsep Asuhan Keperawatan Cedera Kepala


Proses keperawatan adalah penerapan pemecahan masalah keperawatan
secara ilmiah yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah- masalah
pasien, merencanakan secara sistematis dan melaksanakannya serta
mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (Nasrul
Effendy dalam Andra, dkk. 2013).

Menurut Rendi dan Margareth. ( 2012 ), asuhan keperawatan pada pasien


cedera kepala meliputi:
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Berisi biodata pasien yaitu nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal
lahir, golongan darah, pendidikan terakhir, agama, suku, status
perkawinan, pekerjaan, TB/BB, alamat.
b. Identitas penanggung jawab
Berisikan biodata penangguang jawab pasien yaitu nama, umur, jenis
kelamin, agama, suku, hubungan dengan klien, pendidikan terakhir,
pekerjaan, alamat.

c. Keluhan utama
Keluhan yang sering menjadi alasan klien untuk memnita pertolongan
kesehatan tergantung dari seberapa jauh dampak trauma kepala disertai
penurunan tingkat kesadaran ( Muttaqin, A. 2008 ). Biasanya klien
akan mengalami penurunan kesadaran dan adanya benturan serta
perdarahan pada bagian kepala klien yang disebabkan oleh kecelakaan
ataupun tindaka kejahatan.
d. Riwayat kesehatan
1.) Riwayat kesehatan sekarang
Berisikan data adanya penurunan kesadaran (GCS <15), letargi,
mual dan muntah, sakit kepala, wajah tidak simetris, lemah,
paralysis, perdarahan, fraktur, hilang keseimbangan, sulit
menggenggam, amnesia seputar kejadian, tidak bias beristirahat,
kesulitan mendengar, mengecap dan mencium bau, sulit
mencerna/menelan makanan
2.) Riwayat kesehatan dahulu
Berisikan data pasien pernah mangalami penyakit system
persyarafan, riwayat trauma masa lalu, riwayat penyakit darah,
riwayat penyakit sistemik/pernafasan cardiovaskuler, riwayat
hipertensi, riwayat cedera kepala sebelumnya, diabetes melitus,
penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-obat antikoagulan,
aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, dan konsumsi alkohol
( Muttaqin, A. 2008 ).
3.) Riwayat kesehatan keluarga
Berisikan data ada tidaknya riwayat penyakit menular seperti
hipertensi, diabetes mellitus, dan lain sebagainya
e. Permeriksaan fisik
1.) Tingkat kesadaran

(1) Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar


sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya, nilai GCS: 15 - 14.
(2) Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh, nilai GCS: 13 - 12.
(3) Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal,
nilai GCS: 11-10.
(4) Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun,
respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun
kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan)
tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal, nilai
GCS: 9 – 7.
(5) Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi
ada respon terhadap nyeri, nilai GCS: 6 – 4.
(6) Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun
reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap
cahaya), nilai GCS: ≤ 3
f. Aspek neurologis
1.) Kaji GCS (cedera kepala ringan 14-15, cedera kepala sedang 9-13,
cedera kepala berat 3-8).
2.) Disorientasi tempat/waktu
3.) Reflek patologis dan fisiologis
4.) Perubahan status mental
5.) Nervus Cranial XII (sensasi, pola bicara abnormal)
6.) Perubahan pupil/penglihatan kabur, diplopia, fotophobia,
kehilangan sebagian lapang pandang
7.) Perubahan tanda-tanda vital
8.) Gangguan pengecapan dan penciuman, serta pendengaran
9.) Tanda-tanda peningkatan TIK
a.) Penurunan kesadaran
b.) Gelisah letargi
c.) Sakit kepala
d.) Muntah proyektil
e.) Pupil edema
f.) Pelambatan nadi
g.) Pelebaran tekanan nadi
h.) Peningkatan tekanan darah systole
g. Aspek kardiovaskuler
1.) Peubahan tekanan darah (menurun/meningkat)
2.) Denyut nadi (bradikardi, tachi kardi, irama tidak teratur)
3.) TD naik, TIK naik
h. System pernafasan
1.) Perubahan poa nafas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi),
nafas berbunyi stridor, tersedak
2.) Irama, frekuensi, kedalaman, bunyi nafas
3.) Ronki, mengi positif
i. Kebutuhan dasar
1.) Eliminasi : perubahan pada BAB/BAK (inkontinensia, obstipasi,
hematuri)
2.) Nutrisi : mual, muntah, gangguan pencernaan/menelan makanan,
kaji bising usus
3.) Istirahat : kelemahan, mobilisasi, kelelahan, tidur kurang
j. Pengkajian psikologis
1.) Gangguan emosi/apatis, delirium
2.) Perubahan tingkah laku atau kepribadian
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis kontraktur
(terputusnya kontinuitas jaringan)
b. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan
c. Ansietas berhubungan dengan dampak hospitalisasi
3. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan


1 Nyeri akut NOC : NIC :
Definisi : pengalaman sensori dan  Pain level Pain Management
emosional yang tidak menyenangkan  Pain control - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
yang muncul akibat kerusakan jaringan  Comfort level termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekwensi,
yang aktual atau potensial atau Kriteria hasil : kualitas, dan faktor presipitasi
digambarkan dalam hal kerusakan  Mampu mengontrol nyeri (tahu - Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
sedemikian rupa (International penyebab nyeri, mampu menggunakan - Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk
Association for the study of pain) : tehnik nonfarmakologi untuk mngetahui pengalaman nyeri pasien
awitan yang tiba-tiba atau lambat dari mengurangi nyeri, mencari bantuan) - Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
intensitas ringan hingga berat dengan  Melapoorkan bahwa nyri berkurang - Evaluasi pengalaman nyeri
akhir yang dapat di antisipasi atau di dengan menggunakan manajemen nyeri masa lampau
prediksi dan berlangsung <6 bulan.  Mampu mengenali nyeri (skala, - Evaluasi bersama pasien dan im kesehatan lain
Batasan karakteristik : intensitas, frekwensi, dan tanda nyeri) tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
 Perubahan selera makan Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri lampau
 Perubahan tekanan darah berkurang - Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
 Perubahan frekwensi janung menemukan dukungan
 Perubahan frekwensi pernapasan - Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
 Laporan isyarat nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
 Diaforesis kebisingan
 Perilaku distraksi (mis. berjalan - Kurangi faktor prepitasi nyeri
mondar mandir mencari orang lain - Plih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,
dan atau aktivitas lain, aktivitas yang nonfarmakologi dan interpersonal)
berulang) - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
 Mengekspresikan perilaku (mis. itervensi
gelisah, merengek, menangis) - Ajarkan tentang tehnik nonfarmakologi
 Masker wajah (mis. mata kurang - Berikan analgetk untuk mengurangi nyeri
bercahaya, tampak kacau, gerakan - Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
mata berpencar atau tetap pada 1 - Tingkatkan istirahat
fokus meringis) - Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan
 Sikap melindungi area nyeri dan tindakan nyeri tidak berhasil
 Fokus menyempit (mis. gangguan - Monitor penerimaan pasien tentang manajemen
persepsi nyeri, hambatan proses nyeri
berpikir, penurunan interaksi dengan Analgesic Administration
orang dan lingkungan) - Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat
 Indikasi nyeri yang dapat diamati nyeri sebelum pemberian obat
 Perubahan posisi untuk menghindari - Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan
nyeri frekwensi
 Sikap tubuh melindungi - Cek riwayat alergi
 Dilatasi pupil - Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi
 Melaporkan nyeri secara verbal dari analgesik ketika pemberian lebih dari 1
 Gangguan tidur - Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan
Faktor yang berhubungan : beratnya nyeri
 Agen cedera (mis. biologis, zat kimia, - Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian dan
fisik, psikologis) dosis optimal
- Pilih rute pemiberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah saat nyeri
hebat
- Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala.

2 Kerusakan integritas kulit NOC NIC


Definisi : Perubahan / gangguan - Tissue Integrity : Skin and Mucous Pressure Management
epidermis dan / atau dermis Membranes - Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian
- Hemodyalis akses yang longgar
Batasan Karakteristik : - Hindari kerutan pada tempat tidur
- Kerusakan lapisan kulit (dermis) Kriteria Hasil : - Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
- Integritas kulit yang baik bisa - Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua
- Gangguan permukaan kulit
dipertahankan (sensasi, elastisitas, jam sekali
(epidermis) temperatur, hidrasi, pigmentasi)
- Monitor kulit akan adanya kemerahan
- Invasi struktur tubuh - Tidak ada luka/lesi pada kulit
- Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah
- Perfusi jaringan baik yang tertekan
Faktor Yang Berhubungan : - Menunjukkan pemahaman dalam - Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
Eksternal : proses perbaikan kulit dan mencegah
- Zat kimia, Radiasi terjadinya cedera berulang - Monitor status nutrisi pasien

- Usia yang ekstrim - Mampu melindungi kulit dan - Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
·        
mempertahankan kelembaban kulit dan Insision site care
- Kelembapan Membersihkan, memantau dan meningkatkan proses
perawatan alami
- Hipertermia, Hipotermia penyembuhan pada luka yang ditutup dengan jahitan,
klip atau straples
- Faktor mekanik (mis..gaya gunting
Monitor proses kesembuhan area insisi
[shearing forces])
Monitor tanda dan gejala infeksi pada area insisi
- Medikasi
Bersihkan area sekitar jahitan atau staples,
- Lembab menggunakan lidi kapas steril
- Imobilitasi fisik Gunakan preparat antiseptic, sesuai program
Internal: Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai atau
- Perubahan status cairan biarkan luka tetap terbuka (tidak dibalut) sesuai
program
- Perubahan pigmentasi
Dialysis Acces Maintenance
- Perubahan turgor
- Faktor perkembangan
- Kondisi ketidakseimbangan nutrisi
(mis.obesitas, emasiasi)
- Penurunan imunologis
- Penurunan sirkulasi
- Kondisi gangguan metabolik
- Gangguan sensasi
- Tonjolan tulang
3 Ansietas NOC NIC
Definisi : perasaan tidak nyaman atau  Anxiety self-control Anxiety reduction (penurunan kecemasan)
kekhwatiran yang samar disertai
 Anxiety level - Gunakan pendekatan menenangkan
respon autonomy (sumber sering kali
tidak spesifik atau tidak diketahui oleh  Coping - Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku
individu), perasaan takut yang Kriteria hasil: pasien
disebabkan oleh anstipasi terhadap
 Klien mampu mengidentifikasi dan - Jelakan semua prosedur dan apa yang dirasakan
bahaya hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan mengungkapkan gejala cemas selama prosedur
individu akan adanya bahaya dan  Mengidentifikasi, mengungkapkan dan - Pahami prespektif pasien terhadap situasi stress
memampukan individu untuk
menunjukkan teknik untuk mengontrol - Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
bertindak menghadapi ancaman.
Batasan karakteristik : cemas mengurangi takut
- Perilaku  Vital sign dalam batas normal - Dorong keluarga untuk menemani anak
- Penurunan produktivitas  Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa - Lakukan back / neck rub
- Gerakan yang ireleven
tubuh, dan tingkat aktivitas menunjukkan - Dengarkan dengan penuh perhatian
- Gelisah
- Melihat sepintas berkurangnya kecemasan - Identifikasi tingkat kecemasan
- Insomnia - Bantu pasien mengenai situasi yang menimbulkan
- Kontak mata yang buruk
kecemasan
- Mengekspresikan kekhwatiran
karena perubahan alam peristiwa - Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
hidup ketakutan, persepsi
- Agitasi
- Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
- Mengintai
- Tampak waspada - Berikan obat untuk kecemasan
- Affektif
- Gelisah, distress
- Ketakutan
- Perasaan tidak adekuat
- Rasa nyeri yang meningkat
ketidakberdayaan
- khawatir
- Fisiologis
- Wajah tegang, tremor tangan
- Peningkatan keringat
- Gemetar
- Simpatik
- Anoreksia
- Diare, mulut kring
- Wajah merah
- Jantung berdebar-debar
- Peningkatan TD
- Peningkatan denyut nadi
- Peningkatan frekuwensi
pernapasan
- Kesulitan bernapas
- Lemah
- Parasimpatik
- Nyeri abdomen
- Penurunan TD
- Diare, mual
- Letih, gangguan tidu
- Kognitif
- Kesulitan berkonsentrasi
- Penurunan kemampuan untuk
belajar
- Penurunan kemampuan untuk
memecahkan masaalah
- Ketakutan
- Lupa, gangguan perhatian
- Melamun
- Cenderung menyalahkan orang lain
Faktor yang berhubungan
- Infeksi
- Stress, ancaman kematian
- Kebutuhan yang tidak dipenuhi
- Penularan penyakit interpersonal
DAFTAR PUSTAKA

Andra & Yessie. 2013, KMB I Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa).
Yogyakarta: Nuha Medika.

DIII Keperawatan, Tim Dosen. 2017, Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah : Studi
Kasus Progam Studi D-III Keperawatan. Jombang: STIKes ICMe.

Herdman & Kamitsuru. 2015, NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi
2015-2017. Edisi 10. Jakarta: EGC.

Hidayat, Aziz Alimul. 2012, Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia (KDM).
Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya: Healt Books Publishing.

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015, Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi Revisi Jilid 2.
Yogyakarta: Mediaction.

Nurarif, Kusuma. 2016, Asuhan Keperawatan Praktis : Berdasarkan Penerapan


Diagnosa Nanda, Nic, Noc dalam Berbagai Kasus. Jilid 1. Jogjakarta:
Mediaction

Anda mungkin juga menyukai