OLEH :
NIM.02026022
PRODI D3 KEPERAWATAN
2020/2021
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Cedera kepala adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara
langsung atau tidak langsung yang kemudian dapat berakibat kepada gangguan
fungsi neurologis, fungsi fisik, kognitif, psikososial, bersifat temporer atau
permanent. (Irwana,2009)
Cidera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau
tanpa disertai perdarahan interstiil dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak.(Budi,hendri,2008)
Menurut Brain Injury Assosiation of America, cedera kepala adalah suatu kerusakan
pada kepala, bukan bersifat congenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh
serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran
yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.
2. Etiologi
3. Manifestasi Klinis
1. Cedera kepala ringan-sedang
a. Disoerientasi ringan
Disorientasi adalah kondisi mental yang berubah dimana seseorang yang
mengalami ini tidak mengetahui waktu atau tempat mereka berada saat itu,
bahkan bisa saja tidak mengenal dirinya sendiri.
b. Amnesia post traumatik
Amnesia post traumatik adalah tahap pemulihan setelah cedera otak traumatis
ketika seseorang muncul kehilangan kesadaran atau koma.
c. Sakit kepala
Sakit kepala atau nyeri dikepala, yang bisa muncul secara bertahap atau
mendadak.
d. Mual dan muntah
Mual adalah perasaan ingin muntah, tetapi tidak mengeluarkan isi perut,
sedangkan muntah adalah kondisi perut yang tidak dapat dikontrol sehingga
menyebabkan perut mengeluarkanisinya secara paksa melalui mulut.
e. Gangguan pendengaran
Gangguan pendengaran adalah salah suatu keadaan yang umumnya disebabkan
oleh factor usia atau sering terpapar suara yang nyaring atau keras.
2. Cedera kepala sedang-berat
a. Oedema pulmonal
Edema paru adalah suatu kondisi saat terjadi penumpukan cairan diparu-paru
yang dapat mengganggu fungsi paru-paru. Biasanya ditandai dengan gejala
sulit bernafas.
b. Kejang infeksi
Kejang infeksi adalah kejang yang disebabkan oleh infeksi kumandi dalam
saraf pusat.
c. Tanda herniasi otak
Herniasi otak adalah kondisi ketika jaringan otak dan cairan otak bergeser dari
posisi normalnya. Kondisi ini dipicu oleh pembengkakan otak akibat cedera
kepala, stroke, atau tumor otak.
d. Hemiparase
Hemiparase adalah kondisi ketika salah satu sisi tubuh mengalami kelemahan
yang dapat mempengaruhi lengan, kaki, dan otot wajah sehingga sulit untuk
digerakkan.
e. Gangguan akibat saraf kranial
4. Patofisiologi
Trauma yang disebabkan oleh benda tumpul dan benda tajam atau kecelakaan
dapat menyebabkan cedera kepala. Cedera otak primer adalah cedera otak yang terjadi
segera setelah trauma. Cedera kepala primer dapat menyebabkan kontusio dan laserasi.
Cedera kepala ini dapat berlanjut menjadi cedera sekunder. Akibat trauma terjadi
peningkatan kerusakan sel otak sehingga menimbulkan gangguan autoregulasi.
Penurunan aliran darah ke otak menyebabkan penurunan suplai oksigen ke otak dan
terjadi gangguan metabolisme dan perfusi otak. Peningkatan rangsangan simpatis
menyebabkan peningkatan tahanan vaskuler sistematik dan peningkatan tekanan darah.
Penurunan tekanan pembuluh darah di daerah pulmonal mengakibatkan peningkatan
tekanan hidrolistik sehingga terjadi kebocoran cairan kapiler. Trauma kepala dapat
menyebabkan odeme dan hematoma pada serebral sehingga menyebabkan peningkatan
tekanan intra kranial. Sehingga pasien akan mengeluhkan pusing serta nyeri hebat pada
daerah kepala (Padila, 2012).
Pada cedera kepala, kerusakan otak dapat terjadi dalam dua tahap yaitu cedera
primer dan cedera sekunder. Cedera primer merupakan cedera pada kepala sebagai
akibat langsung dari suatu ruda paksa, dapat disebabkan oleh benturan langsung kepala
dengan suatu benda keras maupun oleh proses akselerasi-deselerasi gerakan kepala
( Gennarelli, 1996 dalam Israr dkk, 2009 ). Pada trauma kapitis, dapat timbul suatu lesi
yang bisa berupa perdarahan pada permukaan otak yang berbentuk titik-titik besar dan
kecil, tanpa kerusakan pada duramater, dan dinamakan lesi kontusio. Akselerasi-
deselerasi terjadi karena kepala bergerak dan berhenti secara mendadak dan kasar saat
terjadi trauma. Perbedaan densitas antara tulang tengkorak (substansi solid) dan otak
(substansi semi solid) menyebabkan tengkorak bergerak lebih cepat dari muatan intra
kranialnya. Bergeraknya isi dalam tengkorak memaksa otak membentur permukaan
dalam tengkorak pada tempat yang berlawanan dari benturan (countrecoup) (Hickey,
2003 dalam Israr dkk,2009).
b. Seizure.
Pederita yang mengalami cedera kepala akan mengalami sekurang-kurangnya
sekali seizure pada masa minggu pertama setelah cedera. Meskipun demikian,
keadaan ini berkembang menjadi epilepsy
c. Infeksi.
Faktur tengkorak atau luka terbuka dapat merobekan membran (meningen)
sehingga kuman dapat masuk. Infeksi meningen ini biasanya berbahaya karena
keadaan ini memiliki potensial untuk menyebar ke sistem saraf yang lain
d. Kerusakan saraf.
Cedera pada basis tengkorak dapat menyebabkan kerusakan pada nervus facialis.
Sehingga terjadi paralysis dari otot-otot facialis atau kerusakan dari saraf untuk
pergerakan bola mata yang menyebabkan terjadinya penglihatan ganda
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Umur : 65 th
Pekerjaan : Buruh
2. Alasan Masuk
Pasien datang ke IGD Dr. Achmad Mocthar Bukittinggi pada tanggal 15 juni 2019
dengan keluhan hidung berdarah, telinga berdarah, pasien sempat pingsan saat
kecelakaan, bengkak di belakang kepala bagian kanan, lecet di batang hidung
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 19 Juni
2019, pasien mengatakan sudah hari ke 6 dirawat di ruang ambun suri lantai 2,
pasien mengatakan nyeri pada bagian kepala belakang. nyeri seperti di tusuk-tusuk.
Skala nyeri 4, pasien mengatakan tidak ada mandi selama dirawat di RS, rambut
pasien tampak kotor ditandai dengan adanya ketombe, mulut dan gigi pasien kotor
ditandai dengan mulut berbau dan telinga pasien tampak kotor ditandai dengan
adanya serumen, pasien mengatakan badan terasa lemas, pasien mengatakan BB
sebelum sakit 57 kg dan Lingkar lengan atas 2,35 cm, pasien mengatakan nafsu
makan menurun dan menghabiskan porsi makan sebanyak ½ saja, pasien
mengatakan tidur tidak nyenyak, mata pasien tampak cekung, Tidur siang selama 3-
5 jam, sedangkan malam hari hanya 2-4 jam karena nyeri pada kepala bagian
belakang tersebut sering dirasakan pada malam hari.
Keterangan :
: laki laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
1. Pemeriksaan fisik
b. GCS : E4 V5 M6 = 15
N = 80x/i Rr =
22x/i S = 36 º C
2.
a. Kepala
Inspeksi : rambut pasien tampak berwarna hitam, rambut pasien tampak
kotor ditandai dengan adanya ketombe
Palpasi : terdapat benjolan di belakang kepala sebelah kanan
b. Mata
Simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sklera normal tidak ada
perubahan warna, tidak ada menggunakan alat bantu penglihatan (
kacamata ), reflek pupil isokor, saat dilakukan pemeriksaan dengan cara
lapang pandang pasien bisa menyebutkan apa yang diperagakan dengan
dilihat sama.
c. Telinga
Simetris kiri dan kanan, telinga pasien tampak kotor ditandai dengan adanya
serumen, telinga pasien kurang berfungsi dengan baik
d. Hidung
hidung pasien berfungsi dengan baik, terdapat luka di batang hidung pasien
f. Leher
Simetris kiri dan kanan, vena jugularis tidak terlihat tapi teraba, dan tidak
ada pembengkakan kelenjar tiroid dan tidak ada terdapat lesi
3. Thorax
a. Paru-paru
I : dada simetris kiri dan kanan, pergerakan dada normal, frekuensi nafas
22x/i, irama pernafasan teratur, tidak ada penonjolan tulang dan lesi,
tidak ada terdapat sianosis, tidak ada penarikan dinding dada ( retraksi ),
tidak ada bekas luka lecet, tidak ada menggunakan otot bantu pernafasan
seperti otot perut.
P : tidak ada nyeri tekan
P : terdengar bunyi sonor di kedua lapang paru
A : terdengar bunyi nafas vesikuler , tidak ada suara tambahan
b. Jantung
I : dada simetris kiri dan kanan, iktus kordis tidak tampak, tidak ada
bekas luka, tidak terdapat sianosis
P : tidak ada pembengkakan/ benjolan
c. Abdomen
I : Simetris kiri dan kanan, tidak ada bekas operasi, tidak ada terdapat lesi
A : bising usus 12x/i di kuadran ke 3 kanan bawah abdomen
P : tidak ada pembesaran hepar, tidak ada nyeri tekan abdomen
P : terdengar bunyi timpani pada lapang abdomen
d. Punggung
Tidak teraba bengkak, simetris kiri dan kanan, dan tidak ada lesi pada
punggung, dan juga tidak ada dekubitus pada punggung
e. Ekstermitas
Bagian atas : Tangan sebelah kiri dan kanan masih bisa bergerak normal,
terpasang infus sebelah kiri Nacl 0,9 20 tetes . keadaan selang infus bersih
Bagian bawah : tidak terdapat luka lecet, tidak ada massa
Kekuatan otot
5555 5555
5555 5555
5555 5555
a. Genetalia
genetalia bersih
b. Integumen
Kulit tampak kotor, kulit pasien sawo matang, turgor kulit kering,
b) DO :
6. Gigi dan mulut pasien tampak kotor ditandai dengan mulut berbau
8. Skala nyeri 4
2 DS
- Pasien mengatakan belum ada
mandi selama di rawat di RS
DO
- Rambut pasien tampak kotor Defisit Perawatan Kelemahan
d.d adanya ketombe Diri
- Gigi dan mulut pasien tampak
kotor d.d mulut berbau
- Telinga pasien tampak kotor
d.d adanya serumen
3 DS
- Pasien Mengatakan Lemas
- Pasien Mengatakan nafsu
makan menurun Resiko Defisit Peningkatan
DO Nutrisi kebutuhan
- Pasien tampak lemas metabolisme
- Pasien tampak menghabiskan
makanan ½ saja
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
C. INTERVENSI
NO. DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
Ajarkan keterampilan
koping untuk
penyelesaian masalah
perilaku makan
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang target berat
badan, kebutuhan
kalori dan pilihan
makanan
D. EVALUASI
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
3. S:
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dilanjutkan