PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma merupakan suatu penyakit inflamasi kronik pada saluran napas
yang ditandai dengan adanya rasa sesak di dada yang berulang, batuk, mengi
yang merupakan akibat dari penyumbatan saluran pernapasan. Hal-hal
tersebut dapat menyebabkan gangguan dalam hidup penderita, diantaranya
kurang tidur, merasa lelah saat melakukan kegiatan yang nantinya berimbas
pada penurunan kualitas hidup penderita (American Academy of Allergy,
2014).
Kasus asma meningkat insidennya secara signifikan selama lebih dari
lima belas tahun, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Dalam
Global Burden Report of Asthma dinyatakan, saat ini pasien asma di seluruh
dunia mencapai 300 juta orang, dari kalangan semua usia yang berasal dari
berbagai latar belakang suku dan etnis. Jumlah ini diperkirakan akan
bertambah lagi 100 juta orang pada tahun 2025. Prevalensi kesakitan akibat
asma berkisar 15 juta orang per tahun dan kematian akibat asma adalah 1 dari
tiap 250 kematian (GINA, 2004). Sedangkan dalam The Global Asthma
report 2014 perkiraan saat ini 334 juta orang di dunia menderita asma (Asher,
2014).
Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018
mendapatkan hasil prevalensi nasional untuk penyakit asma pada semua
umur adalah 2,4%. Dengan prevalensi asma tertinggi ada pada provinsi DI
Yogyakarta (4,5%) (RISKESDAS, 2018). Menurut WHO (World Health
Organization) tahun 2014, 235 juta orang di seluruh dunia menderita asma
dengan angka kematian lebih dari 8% di negara negara berkembang yang
sebenarnya dapat dicegah (WHO, 2014).
National Center for Health Statistics (NCHS) pada tahun 2011,
mengatakan bahwa prevalensi asma menurut usia sebesar 9,5% pada anak
dan 8,2% pada dewasa, menurut jenis kelamin 7,2% laki-laki dan 9,7%
1
perempuan. Dan usia pada anak dengan persentase tertinggi adalah 5-14
tahun 10,3% (CDC, 2014).
Asma merupakan diagnosis penyakit yang paling sering dikeluhkan di
rumah sakit anak dan mengakibatkan seorang anak kehilangan 5-7 hari
sekolah/tahun. Sebanyak 10-15% anak laki-laki dan 7-10% anak perempuan
dapat menderita asma pada suatu waktu selama masa kanak-kanaknya. Asma
sendiri dapat timbul pada semua umur, dan 30% penderita mulai merasakan
gejalanya pada usia 1 tahun, dan 80-90% anak mengalami gejala asma
pertama kali sebelum usianya 4-5 tahun (Nelson, 2012). Faktor risiko yang
dapat mengakibatkan asma dan memicu untuk terjadinya serangan asma
diantaranya adalah riwayat atopik keluarga (WHO, 2014).
Berdasarkan sebuah studi kohort, apabila seorang anak memiliki satu
orang tua yang memiliki alergi, maka anak tersebut memiliki kemungkinan
untuk menderita alergi sebesar 33 %, dan kemungkinan alergi pada anak
yang kedua orangtuanya menderita alergi sebesar 70%. (Steinke JW, 2006)
Dikarenakan besarnya kemungkinan alergi yang diturunkan akibat riwayat
atopi pada orang tua kepada anak dan penelitian ini sepengetahuan peneliti
belum pernah dilakukan di provinsi sulawesi selatan, maka peneliti tertarik
untuk melihat karakteristik riwayat atopi orangtua terhadap pasien asma
anak.
.Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka kelompok I
tertarik untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang ditugaskan dalam
bentuk laporan seminar kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Nn.
RDengan Diagnosa Medis Asma BronkialDi Ruangan Matahari Interna
RSUD Kabelota KabupatenDonggala”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada
kasus seminar ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Nn. RDengan
Diagnosa Medis Asma Bronkial Di Ruangan Matahari Interna RSUD
Kabelota KabupatenDonggala”
2
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan Asma
Bronchial
melalui asuhan keperawatan yang komprehensif di ruangan Matahari
Interna RSUD Kabelota Kabupaten Donggala
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian terhadap klien dengan Asma Bronchial
di ruangan Matahari Interna RSUD Kabelota, Kabupaten Donggala.
b. Dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan Asma
Bronkial di ruangan Matahari Interna RSUD Kabelota, Kabupaten
Donggala.
c. Dapat membuat perencanaan tindakan keperawatan yang sesuai
dengan masalah keperawatan pada klien dengan Asma Bronkialdi
ruangan Matahari Interna RSUD Kabelota, Kabupaten Donggala.
d. Dapat melaksanakan intervensi keperawatan pada klien dengan
AsmaBronkialdi ruangan Matahari Interna RSUD Kabelota,
Kabupaten Donggala. .
e. Dapat membuat evaluasi dari pelaksanaan tindakan keperawatan yang
telah dilakukan pada klien dengan Asma Bronkial di ruangan
Matahari Interna RSUD Kabelota, Kabupaten Donggala.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Sesak nafas dan mengi menjadi suatu pertanda seseorang mengalami
asma. Asma merupakan gangguan radang kronik pada saluran napas. Saluran
napas yang mengalami radang kronik bersifat peka terhadap rangsangan
tertentu, sehingga apabila terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas
menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi
bronkus,sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang. Dari proses
radang tersebut dapat timbul gejala sesak nafas dan mengi (Almazini, 2012).
Sedangkan menurut Wahid dan Suprapto (2013) Asma adalah suatu penyakit
dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas pada
rangsangan tertentu, yang mengakibatkan peradangan, penyempitan ini
bersifat sementara. Dari beberapa pengertian tersebut penulis dapat
menyimpulkan asma merupakan suatu penyakit saluran pernafasan yang
mengalami penyempitan karena hipereaktivitas oleh faktor risiko tertentu.
Penyempitan ini bersifat sementara serta menimbulkan gejala sesak nafas dan
mengi.
B. Etiologi
Menurut Wijaya & Putri (2014) etiologi asma dapat dibagi atas :
1. Asma ekstrinsik/alergi
Asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui masanya sudah
terdapat semenjak anak-anak seperti alergi terhadap protein, serbuk sari,
bulu halus, binatang dan debu.
2. Asma instrinsik/idiopatik
Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi adanya
faktor-faktor non spesifik seperti : flu, latihan fisik, kecemasan atau emosi
sering memicu serangan asma. Asma ini sering muncul sesudah usia
40tahun setelah menderita infeksi sinus.
4
3. Asma campuran
Asma yang timbul karena adanya komponen ekstrinsik dan intrinsik.
C. Klasifikasi
Menurut Wijaya dan Putri (2014) kasifikasi asma berdasarkan berat
penyakit, antara lain :
a. Tahap I : Intermitten
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :
1) Gejala inermitten < 1 kali dalam seminggu
2) Gejala eksaserbasi singkat (mulai beberapa jam sampai beberapa hari)
3) Gejala serangan asma malam hari < 2 kali dalam sebulan
4) Asimptomatis dan nilai fungsi paru normal diantara periode eksaserbasi
5) PEF atau FEV1 : ≥ 80% dari prediksi, Variabilitas < 20%
6) Pemakaian obat untuk mempertahankan kontrol :
Obat untuk mengurangi gejala intermitten dipakai hanya kapan perlu
inhalasi jangka pendek β2 agonis.
7) Intensitas pengobatan tergantung pada derajat eksaserbasi
kortikosteroid oral mungkin dibutuhkan.
b. Tahap II : Persisten ringan
Penampilan klinik sebelum mendapatkan pengobatan :
1) Gejala ≥ 1 kali seminggu tetapi < 1 kali sehari
2) Gejala eksaserbasi dapat mengganggu aktivitas dan tidur
3) Gejala serangan asma malam hari > 2 kali dalam sebulan
4) PEF atau FEV1 : > 80 % dari prediksi Variabilitas 20-30%
5) Pemakaian obat harian untuk mempertahankan kontrol :
Obat-obatan pengontrol serangan harian mungkin perlu bronkodilator
jangka panjang ditambah dengan obat-obatan antiinflamasi (terutama
untuk serangan asma malam hari.
c. Tahap III : Persisten sedang
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :
1) Gejala harian
5
2) Gejala eksaserbasi mengganggu aktivitas dan tidur
3) Gejala serangan asma malam hari > 1 kali seminggu
4) Pemakaian inhalasi jangka pendek β2 agonis setiap hari
5) PEV atay FEV1 : > 60% - < 80% dari prediksi, Variabilitas > 30%
6) Pemakaian obat-obatan harian untuk mempertahankan kontrol :
Obat-obatan pengontrol serangan harian inhalasi kortikosteroid
bronkodilatorjangka panjang (terutama untuk serangan asma malam
hari)
d. Tahap IV : Persisten berat
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :
1) Gejala terus-menerus
2) Gejala eksaserbasi sering
3) Gejala serangan asma malam hari sering
4) Aktivitas fisik sangat terbatas oleh asma
5) PEF atau FEV1 : ≤ 60% dari prediksi
6) Variabilitas > 30%
D. Faktor Resiko
Obstruksi jalan napas pada asma disebabkan oleh
Kontraksi otot sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan napas.
Pembengkakan membrane bronkus
Bronkus berisi mucus yang kental
Adapun faktor predisposisi pada asma yaitu:
Genetik
Diturunkannya bakat alergi dari keluarga dekat, akibat adanya bakat alergi
ini penderita sangat mudah terkena asma apabila dia terpapar dengan
faktor pencetus.
Adapun faktor pencetus dari asma adalah:
1. Alergen
Merupakan suatu bahan penyebab alergi. Dimana ini dibagi menjadi
tiga, yaitu:
6
a. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu
binatang, serbuk bunga, bakteri, dan polusi.
b. Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan dan obat-obatan
tertentu seperti penisilin, salisilat, beta blocker, kodein, dan sebagainya.
c. Kontaktan, seperti perhiasan, logam, jam tangan, dan aksesoris lainnya
yang masuk melalui kontak dengan kulit.
2. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa yang dingin sering mempengaruhi asma,
perubahan cuaca menjadi pemicu serangan asma.
3. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan faktor pencetus yang menyumbang 2-
15% klien asma. Misalnya orang yang bekerja di pabrik kayu, polisi lalu
lintas, penyapu jalanan.
4. Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapatkan serangan asma bila
sedang bekerja dengan berat/aktivitas berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan asma
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang dapat ditemui pada pasien asma menurut Halim
Danokusumo (2000) dalam Padila (2015) diantaranya ialah :
1. Stadium Dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
a. Batuk berdahak disertai atau tidak dengan pilek
b. Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang
timbul
c. Wheezing belum ada
d. Belum ada kelainan bentuk thorak
e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IgE
f. BGA belum patologis
Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan:
7
a. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
b. Wheezing
c. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
d. Penurunan tekanan parsial O2
2. Stadium lanjut/kronik
a. Batuk, ronchi
b. Sesak napas berat dan dada seolah-olah tertekan
c. Dahak lengket dan sulit dikeluarkan
d. Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
e. Thorak seperti barel chest
f. Tampak tarikan otot stenorkleidomastoideus
g. Sianosis 8) BGA Pa O2 kurang dari 80%
h. Terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kiri dan kanan pada
Rongen paru
i. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik.
F. Patofisiologi
Asma adalah obstruksi jalan nafas difus reversibel. Obstruksi disebabkan
oleh satu atau lebih dari konstraksi otot-otot yang mengelilingi bronkhi, yang
menyempitkan jalan nafas, atau pembengkakan membran yang melapisi
bronkhi, atau penghisap bronkhi dengan mukus yang kental. Selain itu, otot-
otot bronkhial dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental, banyak
dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara terperangkap di
dalam jaringan paru. Mekanisme yang pasti dari perubahan ini belum
diketahui, tetapi ada yang paling diketahui adalah keterlibatan sistem
imunologis dan sisitem otonom.
Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk
terhadap lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian
menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen
8
mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan pelepasan
produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamin, bradikinin, dan
prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS-A).
Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan
kelenjar jalan nafas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membaran
mukosa dan pembentukan mukus yang sangat banyak.
Sistem saraf otonom mempengaruhi paru. Tonus otot bronkial diatur oleh
impuls saraf vagal melalui sistem parasimpatis, Asma idiopatik atau
nonalergik, ketika ujung saraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor seperti
infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi dan polutan, jumlah asetilkolin yang
dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin ini secara langsung menyebabkan
bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan mediator kimiawi yang
dibahas di atas. Individu dengan asma dapat mempunyai toleransi rendah
terhadap respon parasimpatis.
Selain itu, reseptor α- dan β- adrenergik dari sistem saraf simpatis
terletak dalam bronki. Ketika reseptor α- adrenergik dirangsang terjadi
bronkokonstriksi, bronkodilatasi terjadi ketika reseptor β- adregenik yang
dirangsang. Keseimbangan antara reseptor α- dan β- adregenik dikendalikan
terutama oleh siklik adenosin monofosfat (cAMP). Stimulasi reseptor alfa
mengakibatkan penurunan cAMP, mngarah pada peningkatan mediator
kimiawi yang dilepaskan oleh sel mast bronkokonstriksi. Stimulasi reseptor
beta adrenergik mengakibatkan peningkatan tingkat cAMP yang menghambat
pelepasan mediator kimiawi dan menyababkan bronkodilatasi. Teori yang
diajukan adalah bahwa penyekatan βadrenergik terjadi pada individu dengan
asma. Akibatnya asmatik rentan terhadap peningkatan pelepasan mediator
kimiawi dan konstriksi otot polos (Wijaya dan Putri, 2014).
9
G. Pathway
10
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Padila (2015) yaitu :
1. Spirometri
Untuk mengkaji jumlah udara yang dinspirasi
2. Uji provokasi bronkus
3. Pemeriksaan sputum
4. Pemeriksaan cosinofit total
5. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
6. Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
7. Foto thorak
Untuk mengetahui adanya pembengkakan, adanya penyempitan bronkus
dan adanya sumbatan
8. Analisa gas darah
Untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan dengan
oksigenasi.
I. Komplikasi
Komplikasi menurut Wijaya & Putri (2014) yaitu :
1. Pneumothorak
2. Pneumomediastium dan emfisema sub kutis
3. Atelektasis
4. Aspirasi
5. Kegagalan jantung/ gangguan irama jantung
6. Sumbatan saluran nafas yang meluas/gagal nafas asidosis
11
J. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Wijaya & Putri (2014) yaitu :
Non farmakologi, tujuan dari terapi asma :
1. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
2. Mencegah kekambuhan
3. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya
4. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan
exercise
5. Menghindari efek samping obat asma
6. Mencegah obstruksi jalan nafas yang ireversibel
Farmakologi, obat anti asma :
1. Bronchodilator Adrenalin, epedrin, terbutallin, fenotirol
2. Antikolinergin Iptropiem bromid (atrovont)
3. Kortikosteroid Predrison, hidrokortison, orodexon.
4. Mukolitin BPH, OBH, bisolvon, mucapoel dan banyak minum air putih.
12
N DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
O
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Monitor respirasi dan
bersihan jalan tindakan keperawatan status O2
diharapkan klien 2. Posisikam pasien untuk
napas
jalan nafas klien tetap memaksimalkan
berhubungan paten dengan kriteria ventilasi
dengan mucus hasil : 3. Auskultasi suara nafas,
1.mendemonstrasika catat adanya suara nafas
dalam jumlah n batuk efektif dan tambahan
belebihan suara nafas yang 4. Keluarkan secret
bersih, tidak
dengan batuk atau
sianosis dan
dispneu suction
2.menunjukan jalan 5. Identifikasi pasien
napas yang paten perlunya pemasangan
3.mampu alat jalan nafas buatan
mengidentifikasi 6. Berikan bronkodilator
dan mencegah jika perlu
factor yang dapat
menghambat jalan
nafas
13
bahwa nyeri farmakologi
berkurang dengan 6. tingkatkan istirahat
menggunakan 7. kolaborasi pemberian
manajemen nyeri analgetik
3. Implementasi
Suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah
disusun secara matang dan terperinci.
4. Evaluasi
Suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana
suatu kegiatan tertentu telah di capai.
14
BAB III
PERKEMBANGAN KASUS
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. IDENTITAS PASIEN
Identitas Klien
Nama : Nn. R
Umur : 17 Thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : Sma
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
15
Suku : Bugis
Alamat : Lembasada
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. D
Umur : 48 thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : Sd
Pekerjaan : Irt
Agama : Islam
Suku : Bugis
Alamat : Lembasada
Hubungan dengan Keluarga : Ibu Klien
B. RIWAYAT PENYAKIT
1. Keluhan Utama saat Masuk RS
Klien mengatakan Sesak
2. Riwayat Keluhan Utama
Klien masuk RS pada tanggal 26 November 2021 pada pukul 19:30
dengan keluhan sesak napas sejak 2 hari sebelum masuk rs.
3. Keluhan utama Saat Pengkajian
Saat dikaji pada tanggal 27 November 2021, klien mengatakan batuk
berlendir.
4. Keluhan Menyertai
Klien mengatakan batuk berlendir.klien Mengatakan nyeri dada jika
sesak timbul, klien mengatakan nyeri seperti di tusuk-tusuk.,Klien
mengatakan nyeri di bagian dada tengah, skala nyeri 7 (Nyeri berat)
Klien mengatakan sakit di rasakan 1-2 menit dan hilang timbul. Klien
juga mengatakan sering terbangun karena sesak, klien juga
mengatakan sulit tidur.
5. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
16
Saat dikaji klien mengatakan pernah di rawat dengan penyakit yang
sama
6. Riwayat kesehatan keluarga
Saat dikaji klien mengatakan kakaknya juga mempunyai riwayat
penyakit asma
7. Riwayat Alergi
Klien mengatakan alergi makanan mie dan telur, dan tidak ada alergi
obat
C. GENOGRAM
Keterangan
: Laki-laki : Keturunan
: Perempuan :Meninggal
: Menikah : Klien
17
Klien mengatakan klien
hanya makan bubur tapi
Klien mengatakan makan 3-4
porsinya tidak
Pola Metabolik kali sehari dengan jenis
1 dihabiskan. Tetapi jika
Nutrisi makanan nasi, sayur, ikan,
itu makanan kesukaan
dan buah-buahan.
klien porsinya akan
dihabiskan.
Klien mengatakan Klien
Klien mengatakan Klien minum air putih
Pola Metabolik
2 minum air putih sebanyak sebanyak 1500ml/hari,
Cairan
2000ml / hari terpasang IVFD RL 20
TPM
18
bening kekuningan, bau khas urine bening kekuningan,
urine bau khas urine.
Klien mengatakan aktivitas Saat hanya berbaring dan
klien dirumah yaitu, duduk di tempat
7 Pola Aktivitas kesekolah, makan, minum, tidur,klien di bantu
mandi dan BAK, BAB keluarga saat ke kamar
seperti biasa. mandi.
8. Pola Kepercayaan
Ibu Klien mengatakan bahwa klien seorang yang beragama Hindu
seperti kedua orang tuanya sebelum masuk RS ibu klien mengatakan
sering ikut dengan orang tua ibadah.
9. Pola Hubungan Peran
Ibu klien mengatakan anaknya adalah anak kedua dari 2 bersaudara,
dia masih menikmati masa bermin dengan teman-temannya disekolah
10. Pola koping – toleansi stress
Ibu klien mengatakan jika ada masalah klien sering bercerita dank lien
merupakan anak yang manja dengan kedua orang tuanya
E. PEMERIKSAAN FISIK
N = 91 x/menit SB = 36,6℃
R = 28 x/menit
19
Palpasi : Tidak terdapat benjolan dikepala, tidak ada nyeri tekan.
2. Telinga
Inspeksi : Telinga sejajar kiri dan kanan dan fungsi pendengaran
baik, tidak ada kemerahan atau luka pada telinga.
Palpasi : Tidak terdapat pembengkakan, tidak terdapat nyeri saat di
tekan.
3. Mata
Inspeksi : Mata sejajar kiri dan kanan, konjungtiva merah muda,
pupil isokor, sklera putih bersih, klien tidak menggunakan alat
bantu penglihatan, serta fungsi penglihatan dalam keadaan baik.
Kantung mata nampak hitam.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada mata.
4. Hidung
Inspeksi : Tidak ada deviasi septum, lubang hidung dalam keadaan
bersih, tidak terdapat polip, dan penciuman klien dalam keadaan
baik. nampak terpasang 02 nassal kanul 5 liter.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada hidung.
5. Mulut :
Inspeksi : Bibir lembab dan berwarna merah muda, mukosa mulut
nampak berwarna merah muda, gigi bersih dan lidah tidak kotor.
6. Leher :
Inspeksi : Tidak ada pembersaran vena jugularis, dan tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid
Palpasi : Tidak ada nyeri saat ditekan dan klien tidak ada nyeri saat
menelan.
7. Paru :
Inspeksi : Dada simetris antara kiri dan kanan, tidak ada pengunaan
otot bantu pernafasan, tidak ada jejas, pasien nampak sesak.
Nampak memegang area dada yang sakit.
20
Palpasi : Vokal fremitus kanan dan kiri sama. Ekspansi paru kanan
dan kiri sama, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Terdengar bunyi paru sonor
Auskultasi : Suara napas ronchi
8. Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak dari luar
Palpasi : Ictus cordis teraba di ics V
Perkusi : Suara jantung pekak, batas tidak melebar
Auskultasi : BJ 1-2 normal (lub-dup)
9. Abdomen :
Inspeksi : Simestris kiri dan kanan , tidak terdapat pembengkan
pada bagian perut, tidak terdapat lesi, dan warna kulit sama dengan
warna kulit yang lainnya. Turgor kulit baik.
Auskultasi : Terdengar suara bising usu 10 x/menit
Perkusi : Bunyi abdomen pekak
Palpasi : Tidak terjadi pembesaran hati dan limfe. Terdapat nyeri
tekan pada saat ditekan.
10. Ekstermitas atas :
Inspeksi : Terpasang IVFD pada tangan kiri dan kanan, tidak ada
luka atau pembengakakan pada kedua tangan, dan tidak ada fraktur,
kulit nampak lembab.
Palpasi : Tonus otot cukup, klien mampu mengangkat kedua tangan
tampa bantuan keluarga,
11. Ekstermitas bawah :
Inspeksi : Kedua kaki tidak terdapat luka maupun pembengkakan,
kulit nampak lembab
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada edema.
12. Kulit :
Turgor kulit dalam keadaan baik, warna kulit nampak sawomatang
21
F. DATA PENUNJANG
1.Pemeiksaan Darah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
22
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Berhubungan Dengan Mukus
Dalam Jumlah Berlebihan
DS :
- Klien mengatakan mengeluh sesak napas.
- Klien mengeluh batuk berlendir.
DO :
- Suara napas ronchi
- Nampak terpasang 02 nassal kanul 5 liter.
- Tanda-tanda vital
- TD : 110/70 mmHg
- SB : 36,6OC
- N : 91 x/m
- RR ; 28 x/m
- Sp02 : 95%
2. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Kurangnya Suplai O2
DS :
- Klien mengatakan nyeri dada jika sesak timbul.
- Klien mengatakan nyeri seperti di tusuk tusuk.
- Klien mengatakan nyeri di bagian dada tengah.
- Skala nyeri 7 ( Nyeri berat)
- Klien mengatakan sakit di rasakan 1-2 menit dan hilang timbul.
DO :
- Klien nampak meringis.
- Klien nampak memegang area dada yang sakit.
- Tanda-tanda vital
TD : 1l0/70 mmHg
SB : 36,6OC
N : 91 x/m
RR ; 28 x/m
23
- Klien juga mengatakan sulit tidur.
DO :
- Klien nampak mengantuk.
- Kantung mata nampak hitam.
KLASIFIKASI DATA
24
Klien mengatakan mengeluh sesaknapas. Suara napas ronchi
Klien mengeluh batuk berlendir. Nampak terpasang 02 nassal kanul
Klien mengatakan nyeri dada jika sesak 5 liter.
timbul. Tanda-tanda vital
Klien mengatakan nyeri seperti di tusuk TD : 110/70 mmHg
tusuk. SB : 36,6OC
Klien mengatakan nyeri di bagian dada N : 91 x/m
tengah. RR ; 28 x/m
Skala nyeri 7 (Nyeri berat) Sp02 : 95%
ANALISA DATA
25
No Data Etiologi Masalah
1 Data Subjektif: Pencetus serangan Ketidakefektifan
Klien mengatakan mengeluh bersihan jalan napas
Reaksi antigen dan antibodi
sesaknapas.
Klien mengeluh batuk Antigen merangsang IgE di sel
mast, maka terjadi reaksi antigen-
berlendir antibodi
Data Objektif :
Proses pelepasan produk produk
Suara napas ronchi sel mast ( histamine, bradikinin,
Nampak terpasang 02 nassal prostaglandin, anafilaksis)
26
ANALISA DATA
27
ANALISA DATA
Dispnea
Asma
RENCANA KEPERAWATAN
28
Nama Klien : Nn.R
Diagnosa Medis : Asma bronkial
Rencana Keperawatan
No Diagnosa
Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1 Ketidakefektifan bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan 3 x 24 1. Monitor respirasi dan status 02 1.
berhubungan dengan mukus dalam jam diharapkan diagnosa
jumlah berlebihan. ketidakefektifan bersihan jalan 2. Posisikan pasien untuk 2.
Data Subjektif: napas teratasi dengan kriteria memaksimalkan ventilasi
Klien mengatakan mengeluh hasil : 3. Auskultasi suara nafas, catat 3.
sesaknapas. Mendemonstrasikan batuk adanya suara nafas tambahan.
Klien mengeluh batuk berlendir. efektif dan suara nafas yang 4. Keluarkan secret dengan batuk 4.
Data Objektif : bersih, tidak sianosis dan atau suction
Suara napas ronchi dispneu 5. Identifikasi pasien perlunya 5.
Nampak terpasang 02 nassal kanul Menunjukan jalan napas yang pemasangan alat jalan nafas
N : 91 x/m
RR ; 28 x/m
Sp02 : 95%
29
RENCANA KEPERAWATAN
Rencana Keperawatan
No Diagnosa
Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
2 Nyeri akut berhbungan kurangnya Setelah dilakukan tindakan 3 x 24 1. Lakukan pegkajian nyeri secara 1.
suplai 02. jam diharapkan diagnosa kompherensif termasuk lokasi,
Data Subjektif: ketidakefektifan bersihan jalan karakteristik, durasi, frekuensi,
Klien mengatakan nyeri dada jika napas teratasi dengan kriteria kualitasn dan factor presipitasi.
sesak timbul. hasil : 2. Observasi reaksi nonverbal dari 2.
Klien mengatakan nyeri seperti di Mampu mengontrol nyeri (tahu ketidaknyamanan.
tusuk tusuk. penyebab nyeri, mampu 3. Kontrol lingkungan yang dapat 3.
Klien mengatakan nyeri di bagian menggunakan tehnik mempengaruhi nyeri.
dada tengah. nonfarmakologi untuk
Skala nyeri 7 (Nyeri berat) mengurangi nyeri, mencari 4. Pilih dan lakukan penanganan 4.
1-2 menit dan hilang timbul. Melaporkan bahwa nyeri 5. Ajarkan tentang tehnik 5.
30
yang sakit. 7. Kolaborasi pemberian analgetik
Tanda-tanda vital 7.
TD : 1l0/70 mmHg
SB : 36,6OC
N : 91 x/m
RR ; 28 x/m
Sp02 : 95%
RENCANA KEPERAWATAN
Rencana Keperawatan
No Diagnosa
Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
31
3 Gangguan pola tidur berhubungan Setelah dilakukan tindakan 3 x 24 Monitor waktu tidur 1.
dengan factor penyakit. jam diharapkan diagnosa
Data Subjektif: gangguan pola tidur teratasi Ciptakan lingkungan yang 2.
Klien juga sering terbangun karena dengan kriteria hasil : nyaman
sesak. Pola tidur, kualitas dalam Jelaskan pentingnya tidur yang 3.
Klien juga mengatakan sulit tidur. batas normal. adekuat
Data Objektif : Perasaan segar sesudah tidur Instruksikan unutk memonitor 4.
Klien nampak mengantuk. atau istirahat. tidur pasien.
Kantung mata nampak hitam.
32
10.00 suction dengan hasil : sudah di ajarkan tehnik belum terata
batuk efektif pada pasien untuk P:Pertahankan in
10.10
mengeluarkan dahak 1. Monitor respir
e. Mengidentifikasi pasien perlunya 2.Posisikan p
pemasangan alat jalan nafas buatan dengan memaksim
hasil : klien terpasang 02 5 liter. 3.Auskultasi s
f. Melakukan fisioterapi dada jika perlu debgan suara nafas
hasil : dilakukan tindakan fisioterapi dada 4. Keluarkan s
g. Membantu terapy bronkodilator jika perlu suction.
dengan hasil : klien dilakukan nebulisasi 5. Identifikasi
sehari sekali. Ventolin 1x/24 j. pemasanga
6. Berikan bro
33
jika sesak timbul, skala nyeri 7 (Nyeri berat) timbul, d
09.30
lama nyeri sekitar 1-2 menit. sesak be
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari - Klien m
09.35
ketidaknyamanan dengan hasil : klien tusuk-tu
nampak meringis, dan memegang dada yang - Klien m
09.40
sakit. dada ten
09.50 3. Mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam - Klien m
dengan hasil : klien mampu melakukan (Nyeri s
tehnik relaksasi nafas dalam jika sakit timbul - Klien m
4. Meningkatkan istirahat dengan hasil : klien sekitar 1
beristirahat ditempat tidur dengan nayaman O: - Klien na
5. Melakukan kolaborasi pemberian analgetik - Klien na
dengan hasil : di berikan obat ventolin agar yang sak
tidak sesak karena sakitnya timbul karena A:Nyeri akut be
sesak. P:Lanjutkan Inte
1. Lakukan pe
kompheren
2.Observasi r
3.Ajarkan teh
4.Tingkatkan
5. Kolaborasi
34
Diagnosa Medis : Asma Bronkial
35
4. Mengeluarkan secret dengan batuk atau - Nampak
suction dengan hasil : sudah di ajarkan tehnik - Suara na
10.00
batuk efektif pada pasien untuk mengeluarkan
10.10
dahak A:Ketidakefekt
5. Mengidentifikasi pasien perlunya pemasangan belum terata
alat jalan nafas buatan dengan hasil : klien
terpasang 02 5 liter. P:Pertahankan in
6. Melakukan fisioterapi dada jika perlu dengan 1. Monitor res
hasil : dilakukan tindakan fisioterapi dada 2.Posisikan p
7. Membantu terapy bronkodilator jika perlu memaksim
dengan hasil : klien dilakukan nebulisasi 3.Auskultasi s
sehari sekali. Ventolin 1x/24 j suara nafas
4. Keluarkan s
suction.
5. Identifikasi
pemasanga
6. Berikan bro
CACATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : Nn. R
Diagnosa Medis : Asma Bronkial
36
2 Senin , 29 Nyeri akut 09.00 1. Melakukan pengkajian nyeri secara Jam 13.00 T
November
berhubungan kurangnya kompherensif dengan hasil : klien mengeluh S:- Klien me
2021
suplai 02. nyeri dada bagian tengah, nyeri bertambah memper
09.30
jika sesak timbul, skala nyeri 6 ( Nyeri timbul, d
sedang), lama nyeri sekitar 1-2 menit. sesak be
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari - Klien m
09.35
ketidaknyamanan dengan hasil : klien tusuk-tu
nampak meringis, dan memegang dada yang - Klien m
09.40
09.50 sakit. dada ten
3. Mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam - Klien m
dengan hasil : klien mampu melakukan (Nyeri s
tehnik relaksasi nafas dalam jika sakit timbul - Klien m
4. Meningkatkan istirahat dengan hasil : klien sekitar 1
beristirahat ditempat tidur dengan nayaman O: - Klien n
5. Melakukan kolaborasi pemberian analgetik - Klien na
dengan hasil : di berikan obat ventolin agar yang sak
tidak sesak karena sakitnya timbul karena
sesak. A:Nyeri akut be
P:Lanjutkan Inte
1. Lakukan pe
kompheren
2. Observasi r
5. Kolaborasi
37
CACATAN PERKEMBANGAN
CACATAN PERKEMBANGAN
38
berhubungan dengan kanul. - Klien m
mukus dalam jumlah 2. Memposisikan pasien untuk berlendi
21.35
berlebihan. memaksimalkan ventilasi dengan hasil :pasien
21.40
dalam posisi fowler. O: - RR : 26x
3. Melakukan auskultasi suara nafas dengan - Sp02 : 9
hasil : terdengar bunyi nafas tambahan ronchi - Nampak
21.50
pada paru - Suara na
4. Mengeluarkan secret dengan batuk atau
22.00
suction dengan hasil : sudah di ajarkan tehnik A:Ketidakefekt
batuk efektif pada pasien untuk mengeluarkan belum terata
dahak
5. Mengidentifikasi pasien perlunya P:Lanjutkan inte
pemasangan alat jalan nafas buatan dengan 1. Monitor res
hasil : klien terpasang 02 5 liter. 2.Posisikan p
6. Melakukan Fisioterapi dada jika perlu memaksim
dengan hasil : dilakukan tindakan fisioterapi 3.Auskultasi s
dada suara nafas
7. Membantu terapy bronkodilator jika 4. Keluarkan s
perlu dengan hasil : klien dilakukan nebulisasi suction.
sehari sekali. Ventolin 1x/ 24 j 5. Identifikasi
pemasanga
6. Berikan bro
CACATAN PERKEMBANGAN
39
Nama Klien : Nn. R
Diagnosa Medis : Asma Bronkial
P:Lanjutkan Inte
1. Lakukan pe
kompheren
2. Observasi r
3. Mengajarka
dalam
4. Meningkatk
40
5. Melakukan
analgetik
CACATAN PERKEMBANGAN
CACATAN PERKEMBANGAN
41
NO Tanggal Diagnose Keperawatan Jam Implementasi
1 Rabu , 01 Ketidakefektifan 14.00 1. Memonitor respirasi dan status 02, Jam 15.00 T
Desember
bersihan jalan napas dengan hasil : RR : 26x/m. S:- Klien me
2021 14.30
berhubungan dengan 2. Memposisikan pasien untuk merasak
14.35
mukus dalam jumlah memaksimalkan ventilasi dengan hasil :pasien - Klien m
berlebihan. 14.40 dalam posisi Fowler. batuk be
3. Melakukan auskultasi suara nafas dengan
hasil : tidak terdengar bunyi napas tambahan O: - RR : 22x
4. Membantu terapy bronkodilator jika - Sp02 : 1
perlu dengan hasil : klien dilakukan nebulisasi
sehari sekali. Ventolin. A:Ketidakefekt
teratasi
P:Pertahankan in
1. Monitor res
2.Posisikan pa
ventilasi.
3.Auskultasi s
suara nafas
4. Membantu
perlu.
42
CACATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : Nn. R
Diagnosa Medis : Asma Bronkial
CACATAN PERKEMBANGAN
43
sesak.
2. Menciptakan lingkungan yang nyaman O: - Wajah k
14.35 dengan hasil : Tempat tidur rapih lingkungan
nyaman. A:Gangguan po
3. Menginstruksikan untuk memonitor tidur
pasien dengan hasil : Klien tidur siang 3 jam P:Pertahankan In
dan malam 6 jam. 1. Monitor wa
2. Ciptakan li
3.Instruksikan
pasien.
BAB IV
PEMBAHASAN
Asma merupakan suatu penyakit inflamasi kronik pada saluran napas yang
ditandai dengan adanya rasa sesak di dada yang berulang, batuk, mengi yang
merupakan akibat dari penyumbatan saluran pernapasan. Hal-hal tersebut dapat
menyebabkan gangguan dalam hidup penderita, diantaranya kurang tidur, merasa
lelah saat melakukan kegiatan yang nantinya berimbas pada penurunan kualitas hidup
penderita (American Academy of Allergy, 2014).
Dalam pengkajian, kami menggunakan metode wawancara pada Nn. R dan
keluarga., observasi langsung terhadap kemampuann dan perilaku Nn. R serta dari
status Nn. R. Selain itu keluarga juga berperan sebagai sumber data yang mendukung
dalam memberikan asuhan keperawatn pada Nn. R, maka didapatkan data berupa :
Klien mengatakan mengeluh sesak napas. Data Objektif : Suara napas ronchi,
Nampak terpasang 02 nassal kanul 5 liter, TD : 110/70 mmHg, SB : 36,6 OC, N : 91
x/m, RR ; 28 x/m, Sp02 : 95%,, klien nampak meringis, klien nampak memegang
area dada yang sakit., tanda-tanda vital, kien nampak mengantuk, kantung mata
nampak hitam, dan data subjektif : klien mengatakan nyeri dada jika sesak timbul,
klien mengatakan nyeri seperti di tusuk tusuk, klien mengatakan nyeri di bagian dada
44
tengah, skala nyeri 7 ( nyeri berat), klien mengatakan sakit di rasakan 1-2 menit dan
hilang timbul, klien juga sering terbangun karena sesak. klien juga mengatakan sulit
tidur, suara napas ronchi, nampak terpasang 02 nassal kanul 5 liter.
Dampak asma pada kebutuhan manusia sangatlah merugikan, beberapa pasien
asma mempunyai cara yang baik dalam mengontrol asma namun yag lain belum tahu
cara mengontrol asma. Pasien yang belum bisa mengontrol asma, menyebabkan
resiko mengalami ekserbasi akut dan menyebabkan jalan nafas terganggu memicu
diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas (Hodder et. al, 2010).
Penatalaksanaan pada pasien asma dapat dilakukan secara farmakologik dan
non farmakologik. Pengobatan farmakologik seperti bronkodilatordan obat –obatan
untuk penyakit asma. Sedangkan pengobatan secara non farmakologik seperti
penyuluhan mengenai penyakit asma, menghindari faktor pencetus timbulnya asma,
pemberian cairan, fisioterapi dan batuk efektif. (Padila, 2013)
Penatalaksanaan penyakit asma secara non farmakologik salah satunya dengan
fisioterapi dada. Fisioterapi dada merupakan teknik untuk mengeluarkan secret yang
berlebihan atau material yang teraspirasi dari dalam saluran pernafasan. Tujuan
pokok fisioterapi pada asma bronkhial adalah mengembalikan dan memelihara fungsi
otot-otot pernafasan dan membantu membersihkan sekret dari bronkus dan mencegah
penumpukan sekret dengan cara membentuk telapak tangan seperti cuping dan
gunakan kekuatan pergelangan tangan untuk menepuk punggung atau dada. Tujuan
menepuk adalah memfasilitasi mengalirnya sekresi lendir dari saluran paru yang
sempit ke saluran paru yang besar. Reaksi atau efek samping yang biasa timbul
adalah terbatuk-batuk dan terkadang muntah sekresi lendir.
Pada penerapan ke klien dengan intervensi Fisioterapi Dada yang dilakuakn
pada hari pertama yaitu tanggal 27 November 2021 didapatkan hasil klien bisa
mengeluarkan sekret yang tertahan di saluran pernafasan. Hal ini sejalan dengan yang
dilakukan oleh Rafika Hariyanti degan judul “ Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap
Keefektifan Bersihana Jalan Nafas Penderita Asma Bronkhial Di RS Kusta
Sumberglagah Mojokerto” dimana fisioterapi dada berpengaruh terhadap
45
ketidakefektifan bersihan jalan pasien asma bronchial di Rumah Sakit Kusta
Sumberglagah Mojokerto. Pemberian fisioterapi dada pada pasien asma bronchial
dapat membantu pasien dalam mengeluarkan sekret karena mempermudah
pengeluaran sekret pada pasien asma sehingga pernafasan pasien lebih longgal dan
jalan nafas menjadi lebih efektif.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
46
diperioritaskan berdasarkan kebutuhan dasar manusia menurut maslow dan
keluhan klien yang betul-betul mengancam kesehatan klien. Diagnosa yang
diangkat berdasarkan data yang diperoleh yaitu Ketidakefektifan Bersihan
Jalan Nafas, Nyeri Akut, Gangguan Pola Tidur
3. Pada tahap perencanaan, penulis membuat dan menyusun rencana tindakan
yang disusun berdasarkan aplikasi dari teori NANDA NIC-NOC, dan
disesuaikan dengan kebutuhan dan masalah klien untuk mengatasi masalah
pada pasien Asma Bronkial berdasarkan ilmu dan prosedur tindakan
keperawatan.
4. Menunjukan jalan napas yang paten pada pasien yang telah diberi intervensi
non farmakologi teknik batuk efektif
5. Pada tahap implementasi dalam melakukan asuhan keperawatan, disesuaikan
dengan rencana tindakan asuhan keperawatan yang dibuat berdasarkan
aplikasi teori NANDA NIC-NOC sehingga tidak terjadi kesenjangan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan.
6. Pada tahap evaluasi, setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama
5hari klien dirawat di RSUD Kabelota Kabupaten Donggala dengan diagnose
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif, Nyeri Akut, Gangguan Pola Tidur
B. Saran
47
2. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien hendaknya
menggunakan pendekatan proses keperawatan secara komprehensif dengan
melibatkan peran serta aktif keluarga sebagai asuhan keperawatan sehingga
tercapai sesuai tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Global Rights
Hendi Setiawan. 2018. Penerapan Batuk Efektif Sebagai Manajemen Bersihan Jalan
Nafas Pada Pasien Asma Bronkhial Di Ruang Laika Waraka RSUD
Bahteramas Kendari. Politeknik Kesehatan Kendari
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Kriteria Hasil
48
Wahid Dan Suprapto. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan
Wijaya AS, Putri YM. 2014. KMB 1Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan
49