Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN

SISTEM PERNAFASAN

“pada pasien penderita Asma”

Oleh :

Nama: JUSRIANI

Nim: A.19.11.021

Prodi : S1 keperawatan

Semester 4

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA

2020/2021

PEDOMAN LAPORAN PENDAHULUAN


A. TINJAUAN TEORI
1. KonsepMedis
a. Defenisi
Asma bronkhial merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan yang banyak
dijumpai di masyarakat. Asma adalah penyakit saluran nafas ditandai oleh peningkatan
daya responsif percabangan trakeobronkial terhadap berbagai jenis stimulus
(isselbacher et al, 2015).
Asma adalah suatu penyakit heterogen dengan interaksi berbagai yaitu faktor genetik
yang meliputi predisposisi genetik, atopi, dan hipersensitivitas saluran nafas dan faktor
lingkungan yang meliputi alergen dalam rumah, alergen luar rumah, lingkungan kerja,
perokok pasif dan infeksi saluran nafas (Loscanzo, 2016).
Ketidakefektifan pola napas adalah masalah utama pada klien asma bronkhial.
Apabila tidak segera ditangani akan menimbulkan kematian pada klien asma, karena
masalah pertukaran gas yang disebabkan oleh obtruksi saluran napas (Mutaqqin, 2014).
b. Etiologi
Penyebab asma bronkhial menurut Murwani (2014), yaitu
1. Ekstrinsik : faktor alergi
a. Inhalan hirupan dari bahan-bahan debu, bulu hewan, tumbuhtumbuhan.
b. Ingestan lewat makanan / obat-obatan.
c. Ikan laut/ ikan tawar, telur dan obat-obatan .
d. Kontaktan bersinggungan perhiasan.
2. Intrinsik : faktor non alergi.
a. Biasanya tidak jelas faktor alerginya.
b. Biasanya ada peradangan.
3. Psikologis: kejiwaan.
a. Pada orang yang banyak marah.
b. Pada orang yang banyak masalah.
c. Pada orang yang iri hati dan dendam.
4. Genetik: faktor keturunan
a. Kurang jelas.
b. Terjadi keluarga yang menderita.
c. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersesitivitas
bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe
alergi diduga terjadi dengan cara, seorng yang alergi mempunyai kecenderungan
untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibody
ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spefisikasinya (Prasetyo,
2014).
Antibody ini terutama melekat pada sel yang terdapat pada interstisial paru
yang berhubungan erat dengan bronkhiolus dan bronkhus keil. Seseorang yang
menghirup alergen bereaksi dengan antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen
bereaksi dengan antibody yang telah terlekat pada sel dan menyebabkan sel ini akan
mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin. Efek gabungan dari semua
faktor-faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhiolus kecil
maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhiolus dan spasma otot polos
bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat
(Prasetyo, 2014).
d. ManifestasiKlinik
Manifestasi klinis menurut (Brunner & Suddarth 2016), yaitu:
1. Batuk, dengan atau tanpa disertai produksi mukus.
2. Dispnea dan mengi, pertama-tama pada ekspirasi, kemudian bisa juga terjadi
selama inspirasi.
3. Sesak napas.
4. Diperlukan usaha untuk melakukan ekspirasi memanjang.
5. Eksaserbasi asma sering kali didahului oeh peningkatan gejala selama berhari-hari,
namun dapat pula terjadi secara mendadak.
6. Takikardi
e. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari asma bronkhial menurut (Mansjoer, 2015) meliputi:
1. Pneumotoraks Pneumothoraks adalah keadaan dimana adanya udara dalam rongga
pleura yang dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada.
2. Atelectasis Atelectasis adalah pengerutan atau seluruh paru- paru akibat
penyumbatan saluran udara atau akibat dari pernafasan yang sangat dangkal.
3. Aspergilos Aspergilosis merupakan penyakit pernafasan yang disebabkan dari
jamur yaitu Aspergillus sp. 12
4. Gagal nafas Gagal napas diakibatkan karena pertukaran oksigen dengan
karbondioksida dalam paru- paru yang tidak dapat mengontrol konsumsi oksigen dan
pembentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh.
5. Bronkhitis Bronkhitis atau radang paru- paru adalah kondisi dimana lapisan bagian
dalam saluran pernafasan yang kecil (bronkhiolis) mengalami bengkak.
f. PemeriksaanDiagnostik
Pemeriksaan diagnotik asma bronkhial menurut (Huda Nurarif, 2015) meliputi:
1. Pengukuran fungsi paru (Spirometri)
Pengukuran ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol
golongan adrenergik. Menunjukkan diagnotik asma jika adanya peningkatan pada
nilai FEV dan FVC sebanyak lebih dari 20%.
2. Tes provokasi
bronkhus Tes ini dilakukan pada Spirometri internal. Penurunan FEV sebesar 20%
atau bahkan lebih setelah tes provoksi dan denyut jantung 80- 90% dari maksimum
dianggap bermakna bila menimbulkan penurunan PEFR 10% atau lebih. 13
3. Pemeriksan kulit
Pemeriksaan kulit ini dilakukan untuk menunjukkan adanya antibody IgE
hypersensitive yang spesifik dalam tubuh.
4. Pemeriksaan laboratorium
a. Analisa gas darah (AGD/ Astrup) Hanya dilakukan pada klien dengan serangan
asma berat karena terjadi hipoksemia, hiperksemia, dan asidosis respiratorik.
b. Sputum Adanya badan kreola adalah salah satu karakteristik untuk serangan
asmabronkhial yang berat, karena hanya reaksi yang hebat yang akan
menyebabkan transudasi dari edema mukosa, sehingga terlepas sekelompok sel- sel
epitel dari perlekatannya.
c. Sel eosinofil Sel eosinofil pada klien asma dapat mencapai 1000- 1500/mm2
dengan nilai sel eosinofil normal adalah 100-200/mm2
d. Pemeriksaan darah rutin dan kimia. Menunjukkan asmabronkhial jika jumlah sel
eosinofil yang lebih dari 15.000/mm2 terjadi karena adanya insfeksi. Serta nilai
SGOT dan SGPT meningkat disebabkan hati akibat hipoksia atau hyperkapnea.
5. Pemeriksaan radiologi
Hasil pemeriksaan radiologi biasanya normal tetapi ini merupakan prosedur yang
harus dilakukan dalam pemeriksaan diagnostik dengan tujuan tidak adanya
kemungkinan penyakit patologi di paru serta komplikasi asma bronkhial.
g. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asma menurut (Brunner & Suddarth, 2016) yaitu:
1. Penatalaksanaan medis
a. Agonis adrenergik-beta2 kerja-pendek
b. Antikolinergik
c. Kortikostereoid: inhaler dosis-terukur
d. Inhibitor pemodifikasi leukotrien/ antileukotrien
e. Metilxantin
2. Penatalaksanaan keperawatan menurut (Claudia, 2014) yaitu:
a. Penyuluhan Penyuluhan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan klien
tentang penyakit asma sehingga klien secara sadar akan menghindari faktor-faktor
pencetus asma, menggunakan obat secara benar, dan berkonsultasi pada tim
kesehatan.
b. Menghindari faktor pencetus Klien perlu mengidentifikasi pencetus asma yang
ada pada lingkungannya, diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor
pencetus asma termasuk intake cairan yang cukup.
c. Fisioterapi dan latihan pernapasan.
2. KonsepAsuhanKeperawatan
a. Pengkajian
1. biodata
 Identitas klien
Meliputi nama,umur,jenis kelamin,agama,suku/bangsa,pekerjaan,tanggal masuk
rumah sakit,tanggal pengkajian,nomor register,diagnose medic dan alamat
 Identitas penanggung jawab
Meliputi nama,umur,agama,pendidikan,jenis kelamin,pekerjaan,hubungan
dengan klien,dan alamat
2. riwayat kesehatan sekarang
 keluhan utama : merupakan keluhan yang dirasakan klien saat dilakukan
pengkajian,biasanya keluhan utama pada klien dengan asma bronchiale
adalah:sesak napas,batuk berdahak
 riwayat kesehatan dahulu : pada riwayat kesehatan dahulu ,pernahkah klien
menderita penyakit yang sama,apakah klien pernah mengalami penyakit yang
berat atau suatu penyakit tertentu yang memungkinkan akan berpengaruh pada
kesehatannya sekarang,apakah klien mempunyai riwayat-riwayat alergi.
 Riwayat kesehatan keluarga : dengan menggunakan genogram tiga generasi,
apakah dalam keluarga klien , apakah ada yang pernah menderita penyakit yang
sama dengan klien.
3. Pengkajian psiko-sosio-kultural
Kecemasan dan koping tidak efektif, status ekonomi yang berdampak pada asuhan
kesehatan dan perubahan mekanisme peran dalam keluarga serta faktor gangguan
emosional yang bisa menjadi pencetus terjadinya serangan asma.
4. Pola Resepsi dan tata laksana
hidup sehat Gejala asma dapat membatasi klien dalam berperilaku hidup normal
sehingga klien dengan asma harus mengubah gaya hidupnya agar serangan asma
tidak muncul.
5. Pola hubungan dan peran
Gejala asma dapat membatasi klien untuk menjalani kehidupannya secara normal
sehingga klien harus menyesuaikan kondisinya dengan hubungan dan peran klien.
6. Pola persepsi dan konsep diri
Persepsi yang salah dapat menghambat respons kooperatif pada diri klien
sehingga dapat meningkatkan kemungkinan serangan asma yang berulang.
7. Pola Penanggulangan dan Stress
Stress dan ketegangan emosional merupakan faktor instrinsik pencetus serangan
asma sehingga diperlukan pengkajian penyebab dari asma.
8. Pola Sensorik dan Kognitif
Kelainan pada pola persepsi dan kognitif akan mempengaruhi konsep diri klien
yang akan mempengaruhi jumlah stressor sehingga kemungkinan serangan asma
berulang pun akan semakin tinggi.
9. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Kedekatan klien dengan apa yang diyakini di dunia ini dipercaya dapat
meningkatkan kekuatan jiwa klien sehingga dapat menjadi penanggulangan stress
yang konstruktif.
b. Diagnosis Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
secret
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret ditandai
dengan penumpukan secret
3. Ganguan pola tidur berhubungan dengan sesak dan batuk
4. Ansietas berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
c. RencanaAsuhanKeperawatan
1. Latihan batuk efektif
2. Manajemen jalan napas
3. Dukungan tidur
4. Reduksi ansietas
d. Evaluasi
Menurut Dion dan Betan (2013) evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari
proses keperawatan yang merupakan perbandingan sistematis dan terencana antara
hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien
dan keluarga. Evaluasi bertujuan untuk melihat kemampuan keluarga dalam mencapai
tujuan.

Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu:

a. Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan
keperawatan. Evaluasi ini dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan
rencanan keperawatan guna menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
b. Evaluasi Sumatif
Evaluasi Sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktifitas
proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan
memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan.
e. Pathway
Factor pencetus

Ekstinsik

Respon radang

Inflamasi sal. napas

Mekanisme neurologic

Respon para simpatis

Hiperaktivitas sel napas

Asma bronchial

Sal.napas terdapat mukus


↓ Obstruksi saluran napas
Alveolus tertutup mukus ↓
↓ Hipersekresi mukosa
Bronkus menyempit ↓
↓ Secret tidak keluar
bronkospasme ↓
↓ Batuk tidak efektif
wheezing ↓

MK:bersihan jalan
napas tidak efektif
MK: pola napas tidak
efektif
Sesak napas

MK: gangguan pola tidur


Perubahan status kesehatan

kurang terpapar informasi mekanisme koping tidak efektif

MK: Ansietas
PEDOMAN RESUME JURNAL

Ruangan : Preceptor Klinik :


Hari/Tanggal : Preceptor Institusi :

Jam :

Nama Preceptee : 1. jusriani

Judul : teknik relaksasi otot progresif untuk mengurangi stress pada


penderita asma

1. Populasi dan Sampel


Populasi: penderita penyakit asma
Sampel : 2orang
2. Intervensi
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan self report,peneliti juga
mengunakan wawancara sebagai metode pengumpulan data.wawancara dilakukan
saat pra terapi sebagai assessment awal ,proses selama terapi,pasca terapi dan tindak
lanjut.
3. Comparation
Tidak ada perbandingan
4. Out Come
Dari hasil penelitian di dapatkan hasil ,teknik relaksasi otot progresif yang diberikan
dapat membantu mengurangi tingkat stress dan gejala stress yang dirasakan oleh
kedua subjek yang mempunyai penyakit asma
5. Critikal Thingking
Teknik relaksasi otot progresif terbukti mengurangi stress bagi penderita asma

Preceptor Institusi Preceptor Klinik

……………………………….. ……………………………………

FORMAT PENGKAJIAN

Nama Preceptee : jusriani NIM :A.19.11.021


No. RM :-

Tanggal : selasa,27 juli 2021

Ruangan :-

I. DATA UMUM

1. IdentitasKlien

Nama : NY.H Umur : 56 tahun

Tempat/Tanggallahir : bantaeng/07-05-1965 Jeniskelamin : perempuan

Status perkawinan : menikah Agama : islam

Pendidikan terakhir : SD sederajat Suku : makassar

Pekerjaan : IRT Alamat : papanloe

Telp. : - Tanggalmasuk RS : 27 juli 2021

Golongan darah : O Sumber info : keluarga klien

2. Penanggungjawab / pengantar

Nama : Ulva Umur : 15 tahun

Pendidikan terakhir : SD sederajat Pekerjaan : pelajar

Hubungandenganklien : cucu klien Alamat : papanloe

Telp. : 085xxxxxxx

II. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI

1. Keluhan utama : klien mengatakan sesak napas,batuk-batuk,mudah lelah,gelisah


dan juga keringat berlebih

2. Alasan masuk RS : pasien mengatakan adanya rasa sakit saat bernafas pada
daerah dada,dan bunyi mengi,dan sering terbangun pada malam hari karena sesak
napas dan batuk

3. Riwayat Penyakit

Provocative/Palliative : nyeri pada daerah dada saat melakukan aktivitas


Quality : hilang timbul

Region : pada dada

Severity : skala 5

Timing : tiap 3 jam saat melakukan aktivitas

4. Data Medik

A. Dikirim oleh : UGD Dokter Praktek

B. Diagnosa Medik

o Saat masuk : Asma

Asma
o Saatpengkajian :

III.RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

1. Penyakit yang pernahdialami

Saatkecil / kanak-kanak : batuk dan demam

Penyebab : karena adanya infeksi atau virus

Riwayat perawatan : klien mengatakan tidak pernah menjalani perawatan

Riwayat operasi : klien mengatakan tidak pernah melakukan tindakan operasi

Riwayat pengobatan : klien mengatakan tidak ada riwayat pengobatan

Riwayat alergi : klien mengatakan tidak ada riwayat alergi makanan maupun
obat-obatan

2. Riwayat immunisasi : klien mengatakan tidak ada riwayat imunisasi

3. Lain-lain : tidak pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya

IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit yang sama
dengan klien
:laki-laki

:perempuan

:klien

Χ :meninggal

:garis pernikahan

:garis keturunan

V. RIWAYAT PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL

1. Pola koping : klien mengatakan dalam mengatasi nyeri yang di


rasakan biasanya klien minum air hangat

2. Harapan klien thd keadaan penyakitnya : klien mengatakan agar bisa sembuh dari
penyakitnya dan bisa beraktivitas kembali dengan leluasa tanpa gangguan
3. Faktor stressor : klien mengatakan merasa pusing jika tidak
bisa melakukan kegiatannya sehari-hari selama sakit

4. Konsep diri : klien merasa dirinya susah untuk beraktivitas

5. Pengetahuan klien ttg penyakitnya :klien mengatakan penyakitnya


membuatnya merasa mudah untuk lelah ketika melakukan sesuatu

6. Adaptasi : klien mudah beradaptasi dengan lingkungan

7. Hubungan dengan anggota keluarga : keluarga klien peduli terhadap

8. Hubungan dengan masyarakat : hubungan klien terjalin rukun

9. Perhatian thd org lain & lawan bicara : klien merespon setiap pertanyaan yang di
berikan

10. Bahasa yang sering digunakan : bahasa yang digunakan mudah di pahami

11. Keadaan lingkungan : lingkungan klien baik sehingga klien


mudah beradaptasi

12. Kegiatan keagamaan / pola ibadah : klien mengatakan kegiatan ibadah nya
terganggu selama sakit

13. Keyakinan tentang kesehatan : klien percaya bisa sembuh dari


penyakitnya

VI. KEBUTUHAN DASAR / POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

1. Makan

Sebelum MRS : frekuensi makan 3 kali sehari,selera makan klien baik,jenis


makanan nasi,sayur dan lauk pauk.tidak ada pantangan
makanan dan tidak ada alergi makanan,klien menyukai semua
jenis makanan.

Setelah MRS : nafsu makan klien menurun dan frekuensi makan 3 kali sehari
dengan jenis makanan bubur.

2. Minum

Sebelum MRS : klien minum 7-8 gelas per hari .

Setelah MRS : klien jarang minum selama sakit

3. Tidur
Sebelum MRS : klien tidur 7 jam per hari,klien jarang tidur siang,hanya
sekali-sekali saja

Setelah MRS : semenjak sakit klien susah tidur ,dank lien sering terbangun
jika tidur.klien mengatakan tidak bisa tidur karena napas
terasa sesak

4. Eliminasi fekal/BAB

Sebelum MRS : BAB normal ,1Χ/hari tapi waktunya tidak tentu,konsistensi


lembek,tidak ada keluhan saat BAB

Setelah MRS : selama sakit klien susah BAB ,biasanya 1 kali dalam 3 hari
tapi waktunya tidak tentu.

5. Eliminasi urine/BAK

Sebelum MRS : BAK normal 4-5 kali perhari,warna urine jernih

Setelah MRS : BAK normal 4-5 kali perhari,hanya jika BAk klien di bantu
oleh keluarga

6. Aktifitas dan latihan

Sebelum MRS :klien membersihkan di rumahnya setiap hari namun apabila


terlalu lama bekerja maka nafasnya akan terasa sesak

Setelah MRS : aktivitas klien terganggu ,semua aktivitas klien dibantu oleh
keluarga

7. Personal hygiene

Sebelum MRS : klien mandi 2 kali sehari menggunakan sabun dengan


melakukannya sendiri

Setelah MRS : klien mandi dengan cara di lap oleh anaknya karena tidak bisa
melakukannya sendiri

VII.PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaanumum

Kehilangan BB : klien mengatakan BB nya menurun selama sakit

Kelemahan : klien tampah lemas


Vital sign :

TD:130/80 mmhg

N: 120 kali permenit

P :30 kali permenit

Suhu: 36,6 °C

Tingkat kesadaran : composmentis(sadar penuh)

2. Head to toe

o Kulit/integumen : suhu kulit lembab,tidak ada nyeri tekan dan tidak ada
massa,warna kulit sawo matang,turgor kulit baik.

o Kepala&rambut : tidak ada benjolan,warna rambut hitam,bersih.

o Kuku : kuku Nampak bersih dan warna kuku nampak pucat.

o Mata/penglihatan : mata simetri kiri dan kanan,konjungtiva merah muda,mata


Nampak sayup,scela putih,tidak ada nyeri tekan pada mata.

o Hidung/penghiduan : bentuk hidung simetris kiri dan kanan,tidak ada secret,tidak


ada polip,tidak ada pernafasan cuping hidung.

o Telinga/pendengaran: telinga simetris kiri dan kanan ,tidak ada secret,tidak ada
serumen.

o Mulut dan gigi : mukosa bibir lembab,lidah dan gigi bersih,sebagian gigi
sudah tanggal,tidak terdapat caries,pergerakan lidah kesegala arah,fungsi
pengunyah dan menelan baik.

o Leher : tidak ada pembengkakan pada leher dan tidak ada nyeri
tekan.

o Dada : bentuk dada simteris kiri dan kanan,adanya nyeri disertai


irama pernapasan cepat dengan frekuensi 30 kali permenit ,terdengar ronchi dan
wheezing

o Abdomen : bentuk abdomen datar,tidak ada nyeri tekan,terdengar


tympani.

o Perineum & genitalia:tidak ada peradangan dan perdarahan


3. Extremitasatas&bawah : pada ekstremitas atas mudah digerakkan, tidak ada
kekakuan,tidak ada luka maupun edema.pada ekstremitas bawah tidak ada
oedem,tidak ada gangguan gerak hanya saja terlihat lemas.

4. Pemeriksaandiagnostik : pemeriksaan laboratorium,analisa gas darah,pemeriksaan


radiologi,uji kulit.

5. PenatalaksanaanMedis/Terapi : a. Agonis adrenergik-beta2 kerja-pendek

b. Antikolinergik
c. Kortikostereoid: inhaler dosis-terukur
d. Inhibitor pemodifikasi leukotrien/ antileukotrien
e. Metilxantin

VIII .PATOFISIOLOGI KEPERAWATAN

Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan
sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersesitivitas bronkhiolus terhadap benda-
benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara,
seorng yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E
abnormal dalam jumlah besar dan antibody ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan
antigen spefisikasinya (Prasetyo, 2014).

Antibody ini terutama melekat pada sel yang terdapat pada interstisial paru yang
berhubungan erat dengan bronkhiolus dan bronkhus keil. Seseorang yang menghirup alergen
bereaksi dengan antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibody
yang telah terlekat pada sel dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,
diantaranya histamin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan edema
lokal pada dinding bronkhiolus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen
bronkhiolus dan spasma otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas
menjadi sangat meningkat (Prasetyo, 2014).

Yang mengkaji, 27 juni 2021

JUSRIANI
NIM :A.1911.021

FORMAT KLASIFIKASI DATA

Nama / umur : NY.H

Ruang / kamar :-

Karegori dan Subkategori Data Subjektif dan Objektif

Fisiologis Respirasi Data subjektif:


 Klien mengatakan sesak
napas
Data objektif:
 Klien Nampak batuk
 Ronchi(+),wheezing(+)
Fisiologis Respirasi Data subjektif:
 Klien mengatakan sesak
napas
Data objektif :
 Klien Nampak sesak
 Pernapasan 30 kali permenit
 Irama pernapasan cepat
Fisiologis Aktivitas dn istrahat Data subjektif:
 Klien mengatakan sulit
untuk tidur
 Klien mengatakan sering
terbangun saat tidur
 Klien mengatakan mudah
berkeringat pada malam
hari
Data objektif:
 Klien Nampak lemah
 Mata Nampak sayu
Psikologis Integritas ego Data subjektif:
 Klien mengatakan cemas
terhadap penyakinya
Data objektif:
 Klien Nampak gelisah

FORMAT ANALISA DATA

Nama / umur : NY.H

Ruang / kamar :-

Tanda dan Gejala Penyebab Masalah

Data subjektif: Reaksi antigen/antibody Bersihan jalan napas tidak


 Klien mengatakan sesak ↓ efektif
napas
Reaksi inflamasi saluran
Data objektif: napas
 Klien Nampak batuk ↓
Ronchi(+),wheezing(+)
Radang/oedema pada jalan
napas

Sekresi meningkat

Peningkatan mukus/secret
pada jalan napas

Bersihan jalan napas tidak
efektif

Data subjektif: Obstruksi saluran napas Pola napas tidak efektif


 Klien mengatakan sesak pada broncus
napas ↓
Data objektif : Bronchospasme
 Klien Nampak sesak

 Pernapasan 30 kali
Penyempitan jalan napas
permenit
secara periodic dan
 Irama pernapasan cepat reversible

Sesak napas

Pola napas tidak efektif
Data subjektif: Rangsangan peningkatan Gangguan pola tidur
 Klien mengatakan sulit respon broncus dan trachea
untuk tidur ↓
 Klien mengatakan sering Manifestasi dari
terbangun saat tidur
penyempitan
 Klien mengatakan mudah

berkeringat pada malam
hari Sesak dan batuk
Data objektif: ↓
 Klien Nampak lemah Mempengaruhi system saraf
Mata Nampak sayu pusat dan korteks cerebri

Merangsang sirkulasi pusat
jaga

Gangguan pola istrahat
Data subjektif: Perubahan status kesehatan Ansietas
 Klien mengatakan cemas ↓
terhadap penyakinya
Kurang terpapar informasi
Data objektif:

 Klien Nampak gelisah
Kurang pengetahuan

Koping tidak tidak efektif

kecemasan

FORMAT DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Nama / umur:NY.H

Ruang / kamar:-

DiagnosisKeperawatan Tgl Ditemukan TglTeratasi


1. Bersihan jalan napas tidak efektif Tgl.27 juli 2021 Tgl.28 juli 2021

berhubungan dengan peningkatan

produksi secret

2. Pola napas tidak efektif berhubungan


Tgl.27 juli 2021 Tgl.28 juli 2021
dengan penumpukan secret

3. Gangguan pola tidur berhubungan


Tgl.27 juli 2021 Tgl.28 juli 2021
dengan sesak dan batuk

4. Ansietas berhubungan dengan


Tgl.27 juli 2021 Tgl.28 juli 2021
kurang terpaparnya informasi
FORMAT INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama / umur :NY.H

Ruangan :-

LuaranKeperawatan Intervensi Keperawatan


Diagnosa
No Ekspektasi :
keperawatan
Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 Observasi Terapeutik Edukasi Kolaborasi
1. Bersihan jalan Setelah diberikan  Identifikasi  Atur posisi  Jelaskan tujuan Kolaborasi
napas tidak tindakan keperawatan kemampuan semi-Fowler dan prosedur pemberian
efektif selama 1Χ24 jam, batuk atau Fowler batuk efektif mukolitik
penumpukan secret atau
 Monitor adanya  Pasang perlak  Anjurkan tarik
saluran napas ekspektoran,
retensi sputum dan bengkok di napas dalam
berkurang dengan jika perlu
 Monitor tanda pangkuan melalui hidung
criteria:
dan gejala pasien selama 4 detik,
 Produksi sputum √ ditahan selama
infeksi saluran  Buang sekret
(5) 2 detik,
napas pada tempat
 Mengi(5) sputum kemudian

 Monitor input keluarkan dari
 Wheezing(5) √ dan output cairan mulut dengan
( mis. jumlah dan bibir mencucu
karakteristik) (dibulatkan)
selama 8 detik
 Anjurkan
mengulangi
tarik napas
dalam hingga 3
kali
 Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung
setelah tarik
napas dalam
yang ke-3
2. Pola napas tidak Setelah diberikan  Monitor pola  Pertahankan  Anjurkan Kolaborasi
efektif tindakan selama 1 napas (frekuensi, kepatenan jalan asupan cairan pemberian
kali 24 kedalaman, napas dengan 2000 ml/hari, bronkodilator,
jam ,penumpukan usaha napas) head-tilt dan jika tidak ekspektoran,
secret saluran napas chin-lift kontraindikasi. mukolitik, jika
 Monitor bunyi
berkurang dengan perlu.
napas tambahan  Posisikan  Ajarkan teknik
criteria:
(mis. Gurgling, semi-Fowler batuk efektif
 Dispnea √ mengi, weezing, atau Fowler
 Bunyi napas √ ronkhi kering)  Berikan minum
tambahan  Monitor sputum hangat
(jumlah, warna,  Lakukan
aroma) fisioterapi
dada, jika perlu
 Lakukan
penghisapan
lendir kurang
dari 15 detik
 Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum
 Penghisapan
endotrakeal
 Keluarkan
sumbatan
benda padat
dengan
forsepMcGill
 Berikan
oksigen, jika
perlu
3. Gangguan pola Setelah diberikan  Identifikasi pola  Modifikasi  Jelaskan
tidur tindakan keperawatan aktivitas dan lingkungan pentingnya
selama 1 hari, waktu tidur tidur cukup
 Batasi waktu
tidur klien meningkat selama sakit
 Identifikasi tidur siang,jika
dengan criteria:
factor perlu  Anjurkan
 Keluhan sulit pengganggu tidur  menepati
Fasilitasi
tidur kebiasaan
 Identifikasi menghilangkan
 Keluhan makanan dan stress sebelum waktu tidur
sering terjaga minuman yang tidur  Anjurkan
 Keluhan tidak mengganggu  Terapkan menghindari
puas tidur tidur jadwal tidur makanan atau
 Identifikasi obat rutin minuman yang
 Keluhan pola mengganggu
tidur berubah tidur yang  Lakukan
digunakan tidur
 Keluhan prosedur untuk
istrahat cukup meningkatkan  Anjurkan
kenyamanan penggunaan
obat tidur
yang tidak
mengandung
supresor
terhadap tidur
REM
 Anjurkan
factor-faktor
yang
berkontribusi
terhadap
gangguan pola
tidur
4. Ansietas Setelah diberikan  Identifikasi saat  Ciptakan  Jelaskan Kolaborasi
tindakan keperawatan tingkat ansietas suasana prosedur, pemberian
selama 24 jam berubah (mis. terapeutik termasuk obat anti
kecemasan berkurang Kondisi, waktu, untuk sensasi yang anxietas, jika
dengan criteria: stressor) menumbuhkan mungkin perlu
 Perilaku √
 Identifikasi kepercayaan dialami
gelisah kemampuan  Temani pasien  Informasikan
mengambil untuk secara factual
keputusan mengurangi mengenai
 Monitor tanda kecemasan , diagnosis,
ansietas (verbal jika pengobatan,
dan non verbal) memungkinkan dan prognosis
 Dengarkan  Anjurkan
dengan penuh keluarga untuk
perhatian tetap bersama
 Gunakan pasien, jika
pedekatan yang perlu
tenang dan  Anjurkan
meyakinkan melakukan
 Motivasi kegiatan yang
mengidentifika tidak
si situasi yang kompetitif,
memicu sesuai
kecemasan kebutuhan

 Diskusikan  Anjurkan
perencanaan mengungkapka
realistis tentang n perasaan dan
peristiwa yang persepsi
akan datang  Latih kegiatan
pengalihan,
untuk
mengurangi
ketegangan
 Latih
penggunaan
mekanisme
pertahanan diri
yang tepat
Latih teknik
relaksasi
FORMAT IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Inisial klien : NY.H Ruangan: -


No. RM :-

No DX. Kep Implementasi Tindakan Keperawatan


Waktu
1. Bersihan 08.00  Mengidentifikasi kemampuan batuk
jalan
 Memonitor adanya retensi sputum
napas
tidak  Memonitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
efektif  Monitor input dan output cairan

2. Pola 08.30  Monitor pola napas (frekuensi napas 30 kali permenit)


napas
 Monitor bunyi napas tambahan (mengi, weezing, ronkhi
tidak
kering)
efektif
 Monitor sputum

3. Gangguan 09.00  Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur


pola tidur
 Mengidentifikasi factor pengganggu tidur(sesak dan batuk)
 Mengidentifikasi makanan dan minuman yang mengganggu
tidur
 Identifikasi obat tidur yang digunakan(tidak pernah
mengonsumsi obat tidur)

4. ansietas 09.30  Mengdentifikasi saat tingkat ansietas berubah


 Mengidentifikasi kemampuan mengambil keputusan
 Monitor tanda ansietas (verbal dan non verbal)
FORMAT EVALUASI KEPERAWATAN

Nama / umur:NY.H

Ruang / kamar:-

Hari/
Waktu Evaluasi (SOAP)
Tgl
Selasa,27 08.00 S: klien mengatakan masih sesak dan masih berlendir
juli 2021 O: klien Nampak sesak,klien Nampak batuk berlendir,terdengar
ronchi dan wheezing
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi 1,2,3,4

Selasa,27 08.30 S: klien mengatakan masih sesak


juli 2021 O: klien Nampak sesak , frekuensi napas 30 kali permenit,KU
lemah
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi 1,2,3

Selasa, 27 09.00 S: klien mengatakan susah tidur


juli 2021 O: KU masih lemah,mata sayu.
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi 1,2,3,4

Selasa,27 09.30 S: klien mengatakan sudah mengerti dan memahami tentang


juli 2021 penyakitnya
O: klien Nampak tenang
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi

Anda mungkin juga menyukai