Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN

SISTEM CARDIOVASKULAR PADA ANAK DENGAN KASUS


REUMATOID HEART DISEASE (RHD)

Oleh:

Kelompok 4

Irnawati (A.19.11.018)

Isla (A.19.11.019)

Izza Arfa Hunnisa (A.19.11.020)

Jusriani ( A.19.11.021)

Kasmira (A.19.11.022)

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA

PRODI SI KEPERAWATAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya
kami bisa menyelesaikan tugas Keperawatan Anak II tentang “Laporan Pendahuluan Dan
Asuhan Keperawatan Reumatoid Heart Disease Pada Anak”.Makalah ini di ajukan guna
memenuhi tugas mata kuliah.

Kami mengucapkan terima kasih kepada

Ibu Dosen yang telah membimbing dan semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya.Makalah ini masih jauh dari sempurna oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya
makalah ini.Semoga makalah ini memberikan informasi bagi semua dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Bulukumba, 8,juli,2021

Penyusun
Daftar Isi

Cover...............................................................................................................................................1
Daftar Isi.........................................................................................................................................3
BAB 1..............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................4
1.3 Tujuan..............................................................................................................................4
BAB 2..............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.............................................................................................................................5
2.1 Definisi...................................................................................................................................5
2.2 Etiologi..................................................................................................................................5
2.3 Patofisiologi...........................................................................................................................8
2.4 Manifestasi Klinis................................................................................................................9
2.5 Komplikasi..........................................................................................................................10
2.6 Penatalaksanaan.................................................................................................................10
BAB 3............................................................................................................................................11
ASUHAN KEPERAWATAN RHD PADA ANAK...................................................................11
3.1 Pengkajian Keperawatan..................................................................................................11
3.2 Diagnosa Keperawatan......................................................................................................13
3.3Intervensi Keperawatan.....................................................................................................13
BAB 4............................................................................................................................................21
PENUTUP....................................................................................................................................21
4.1 Kesimpulan.........................................................................................................................21
4.2 Saran...................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................22
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rematoid heart disease (RHD) merupakan penyebab terpenting dari penyakit jantung
yang didapat,baik pada anak maupun pada dewasa. Rematoid fever adalah peradangan akut
yang sering diawali oleh peradangan pada farings. Sedangkan RHD adalah penyakit
berulang dan kronis. Pada umumnya seseorang menderita penyakit rematoid fever akut kira-
kira dua minggu sebelumnya pernah menderita radang tenggorokan.

Reumatoid heart disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringan-
jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh
organisme streptococcus hemolitic-b grup A (Pusdiknakes, 1993).RHD adalah suatu
penyakit peradangan autoimun yang mengenai jaringan konektif seperti pada jantung,tulang,
jaringan subcutan pembuluh darah dan pada sistem pernapasan yang diakibatkan oleh
infeksi streptococcus hemolitic-b grup A.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Rematoid Heart Disease ?

2. Apa penyebab Rematoid Heart Disease ?

3. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari Rematoid Heart Disease ?

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi Rematoid Heart Disease.


2. Mahasiswa mampu mengetahui penyebab Rematoid Heart Disease.
3. Mahasiswa mampu mengulas tentang Asuhan Keperawatan dari Rematoid Heart Disease.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Penyakit jantung reumatik merupakan proses imun sistemik sebagai reaksi terhadap
infeksi streptokokus hemolitikus di faring (Brunner & Suddarth, 2001).Penyakit jantung
reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau kronik yang merupakan suatu
reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A yang mekanisme
perjalanannya belum diketahui, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis
migrans akut, Karditis, Koreaminor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum (Lawrence
M. Tierney, 2002).

Penyakit jantung rematik adalah penyakit yang ditandai dengan kerusakan pada
katup jantung akibat serangan karditis rematik akut yang berulang kali (Arif Mansjoer,
2002).Penyakit jantung rematik (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai
jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh
organisme streptococcus hemolitic-β grup A (Sunoto Pratanu, 2000).

Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan
pada katup jantung yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral
(stenosis katup mitral) sebagai akibat adanya gejala sisa dari Demam Rematik (DR).

2.2 Etiologi

Demam reumatik, seperti halnya dengan penyakit lain merupakan akibat interaksi
individu, penyebab penyakit dan faktor lingkungan. Penyakit ini berhubungan erat dengan
infeksi saluran nafas bagian atas oleh Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A berbeda
dengan glomerulonefritis yang berhubungan dengan infeksi streptococcus di kulit maupun
disaluran nafas, demam reumatik agaknya tidak berhubungan dengan infeksi streptococcus
dikulit.

Faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada timbulnya demam reumatik dan


penyakit jantung reumatik terdapat pada individunya sendiri serta pada keadaan lingkungan.
1. Faktor-faktor pada individu :
a. Faktor genetic
Adanya antigen limfosit manusia (HLA) yang tinggi.HLA terhadap
demam rematik menunjukkan hubungan dengan aloantigen sel B spesifik dikenal
dengan antibodymonoklonal dengan status reumatikus.
b. Jenis kelamin
Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan
dengan anak laki-laki.Tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak ada
perbedaan jeniskelamin, meskipun manifestasi tertentu mungkin lebih sering
ditemukan pada satujenis kelamin.
c. Golongan etnik dan ras
Data di Amerika Utara menunjukkan bahwa serangan pertama maupun
ulang demam reumatik lebih sering didapatkan pada orang kulit hitam dibanding
dengan orang kulit putih. Tetapi data ini harus dinilai hati-hati, sebab mungkin
berbagai faktor lingkungan yang berbeda pada kedua golongan tersebut ikut
berperan atau bahkanmerupakan sebab yang sebenarnya.
d. Umur
Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya
demamreumatik/penyakit jantung reumatik. Penyakit ini paling sering mengenai
anak umur antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun.Tidak biasa
ditemukan padaanak antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang sebelum anak
berumur 3 tahun atausetelah 20 tahun.
Distribusi umur ini dikatakan sesuai dengan insidens infeksistreptococcus
pada anak usia sekolah. Tetapi Markowitz menemukan bahwapenderita infeksi
streptococcus adalah mereka yang berumur 2-6 tahun.
e. Keadaan gizi dan lain-lain
Keadaan gizi serta adanya penyakit-penyakit lain belum dapat ditentukan
apakahmerupakan faktor predisposisi untuk timbulnya demam reumatik.

f. Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian
dinding selstreptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam
katub mungkin ini mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik
fever.
2. Faktor-faktor lingkungan :
a. Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Merupakan faktor lingkungan yang terpenting sebagai predisposisiuntuk
terjadinya demam reumatik.Insidens demam reumatik di negara-negara
yangsudah maju, jelas menurun sebelum era antibiotik termasuk dalam keadaan
sosialekonomi yang buruk, sanitasi lingkungan yang buruk, rumah-rumah
denganpenghuni padat, rendahnya pendidikan.
Sehingga pengertian untuk segera mengobatianak yang menderita sakit
sangat kurang pendapatan yang rendah sehingga biayauntuk perawatan kesehatan
kurang dan lain-lain. Semua hal ini merupakan faktor-faktor yang memudahkan
timbulnya demam reumatik.
b. Iklim dan geografi
Demam reumatik merupakan penyakit kosmopolit. Penyakit terbanyak
didapatkandidaerah yang beriklim sedang, tetapi data akhir-akhir ini
menunjukkan bahwadaerah tropis pun mempunyai insidens yang tinggi, lebih
tinggi dari yang didugasemula. Didaerah yang letaknya agak tinggi agaknya
insidens demam reumatik lebihtinggi daripada didataran rendah.
c. Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi
saluran nafas bagian atas meningkat, sehingga insidens demam reumatik juga
meningkat.

2.3 Patofisiologi

Demam reumatik adalah suatu hasil respon imunologi abnormal yang disebabkan
oleh kelompok kuman A beta-hemolitic treptococcus yang menyerang pada
pharynx.Streptococcus diketahui dapat menghasilkan tidak kurang dari 20 produk ekstrasel
yang terpenting diantaranya ialah streptolisin O, streptolisin S, hialuronidase, streptokinase,
difosforidin nukleotidase, deoksiribonuklease serta streptococca erythrogenic toxin. Produk-
produk tersebut merangsang timbulnya antibodi.
Demam reumatik yang terjadi diduga akibat kepekaan tubuh yang berlebihan
terhadap beberapa produk tersebut.Sensitivitas sel B antibodi memproduksi
antistreptococcus yang membentuk imun kompleks. Reaksi silang imun kompleks tersebut
dengan sarcolema kardiak menimbulkan respon peradangan myocardial dan valvular.
Peradangan biasanya terjadi pada katup mitral, yang mana akan menjadi skar dan kerusakan
permanen.
Demam reumatik terjadi 2-6 minggu setelah tidak ada pengobatan atau
pengobatan yang tidak tuntas karena infeksi saluran nafas atas oleh kelompok kuman A
betahemolytic.Mungkin ada predisposisi genetik, dan ruangan yang sesak khususnya di
ruang kelas atau tempat tinggal yang dapat meningkatkan risiko. Penyebab utama morbiditas
dan mortalitas adalah fase akut dan kronik dengan karditis.

2.4 Manifestasi Klinis

Gejala jantung yang muncul tergantung pada bagian jantung yang terkena.Katup
mitral adalah yang sering terkena, menimbulkan gejala gagal jantung kirisesak napas
dengan krekels dan wheezing pada paru.Beratnya gejala tergantung pada ukuran dan lokasi
lesi.
Gejala sistemik yang terjadi akan sesuai dengan virulensi organisme yang
menyerang. Bila ditemukan murmur pada seseorang yang menderita infeksi sistemik, maka
harus dicurigai adanya infeksi endocarditis.
Penderita umumnya megalami sesak nafas yang disebabkan jantungnya sudah
mengalami gangguan, nyeri sendi yang berpindah- pindah, bercak kemerahan di kulit yang
berbatas, gerakan tangan yang tak beraturan dan tak terkendali (korea), atau benjolan kecil-
kecil dibawah kulit. Selain itu tanda yang juga turut menyertainya adalah nyeri perut,
kehilangan berat badan, cepat lelah dan tentu saja demam. Berikut ini ialah tanda-tandanya
dan kriteria diagnosis :
1. Kriteria Mayor
a. Carditis
b. Polyarthritis
c. Khorea Syndenham
d. Eritema Marginatum
e. Nodul Subcutan
2. Kriteria Minor
a. Memang mempunyai riwayat RHD
b. Nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi, klien kadang-kadang
sulit menggerakkan tungkainya
c. Demam namun tidak lebih dari 39 derajat celcius dan pola tidak tentu
d. Leukositosis
e. Peningkatan laju endap darah (LED)
f. C- reaktif Protein (CRP) positif
g. P-R interval memanjang
h. Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur (sleeping pulse)
i. Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO)

2.5 Komplikasi

Penyakit jantung rematik merupakan komplikasi dari demam rematik dan biasanya terjadi
setelah serangan demam rematik.Insiden penyakit jantung rematik telah dikurangi dengan
luas penggunaan antibiotic efektif terhadap streptokokal bakteri yang menyebabakan demam
rematik.

2.6 Penatalaksanaan

Penderita dianjurkan untuk tirah baring dirumah sakit, selain itu Tim Medis akan
terpikir tentang penanganan kemungkinan terjadinya komplikasi seperti gagal jantung,
endokarditis bakteri atau trombo-emboli. Pasien akan diberikan diet bergizi tinggi yang
mengandung cukup vitamin.
Penderita Penyakit Jantung Rematik (PJR) tanpa gejala tidak memerlukan
terapi.Penderita dengan gejala gagal jantung yang ringan memerlukan terapi medik untuk
mengatasi keluhannya.Penderita yang simtomatis memerlukan terapi surgikal atau intervensi
invasif. Tetapi terapi surgikal dan intervensi ini masih terbatas tersedia serta memerlukan
biaya yang relatif mahal dan memerlukan follow up jangka panjang.
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN RHD PADA ANAK

3.1 Pengkajian Keperawatan

A.pengkajian

1.identitas pasien

Nama:anak N

Umur:6 tahun

Jenis kelamin:perempuan

Alamat:jl.kenanga

2.Riwayat Keperawatan.
a. Awalan Serangan
Asal mula perkembangan suatu penyakit.
b. Keluhan Utama
Yang menjadi keluhan utama saat ini di derita oleh pasien.

3.Riwayat Kesehatan Masa Lalu.

Riwayat penyakit yang pernah diderita pasien.

4.Riwayat Psikososial Keluarga.

Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga,
kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak,
setelah menyadari penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa
bersalah.
5.Pengkajian Pola Gordon (Pola Fungsi Kesehatan).

a. Pola eliminasi akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK
sedikit atau jarang.
b. Pola nutrisi diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan penurunan berat
badan dan hemoglobin pasien.
c. Pola tidur dan istirahat akan terganggu adanya takikardia karena riwayat infeksi
saluran nafas yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
d. Aktivitas akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibatgangguan fungsi sendi dan kelemahan otot yakni dibantu oleh orang lain.
e. Persepsi kesehatan pasien tidak mengetahui penyebab penyakitnya, higienitas pasien
sehari-sehari kurang baik.
f. Kognitif atau perceptual pasien masih dapat menerima informasi namun kurang
berkonsentrasi karena tekanan darah menurun, denyut nadi meningkat, dada
berdebar-debar.
g. Persepsi diri atau konsep diri pasien mengalami gangguan konsep diri karena
kebutuhan fisiologisnya terganggu sehingga aktualisasi diri tidak tercapai pada fase
sakit.
h. Peran hubunganpasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan peran
pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan.
i. Manajemen koping atau stress pasien mengalami kecemasan yang berangsur-angsur
dapat menjadi pencetus stress. Pasien memiliki koping yang adekuat.
j. Keyakinan atau nilai pasien memiliki kepercayaan, pasien masih tahap belajar
beribadah.

6.Pengkajian ADL (Activity Dailiy Living)

7.Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan Psikologis yakni keadaan umum yang tampak lemah, kesadaran


composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, adanya sesak
nafas, nyeri abdomen, mual, anoreksia, penurunan hemoglobin, kelemahan otot,
akral dingin.     
b. Pemeriksaan Sistematik
a) Inspeksi : Mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir
kering, berat badan menurun, dada berdebar-debar.
b) Perkusi : Adanya distensi abdomen dan nyeri tekan sendi.
c) Palpasi : Turgor kulit kurang elastis, denyut nadi meningkat.
d) Auskultasi : Terdengarnya suara bising katup, perubahan suara jantung.

8.Pemeriksaan Tingkat Tumbuh Kembang.

Pada anak RHDakan mengalami gangguan karena anak malnutrisi sehingga berat badan
menurun.

9.Pemeriksaan Penunjang.

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan laboratorium
Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan peningkatan ASTO,
peningkatan laju endap darah (LED), terjadi leukositosis, dan dapat terjadi
penurunan hemoglobin.
2. Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada jantung.
3. Pemeriksaan Echokardiogram
Menunjukan pembesaran pada jantung dan terdapat lesi.
4. Pemeriksaan Elektrokardiogram

3.2 Diagnosis keperawatan

1. Deficit nutrisi
Definisi:
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
Penyebab:
 Ketidakmampuan menelan makanan
 Ketidakmampuan mencerna makanan
 Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient
 Peningkatan kebutuhan metabolisme
 Factor ekonomis
 Factor psikologis(mis.stress,keenggangan untuk makan)

Gejala dan tanda mayor

Subjektif:

Objektif:

 Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal

Gejala dan tanda minor:

Subjektif:

 Cepat kenyang setelah makan


 Kram atau nyeri abdomen
 Nafsu makan menurun

Objektif:

 Bising usus hiperaktif


 Otot pengunyah lemah
 Otot menelan lemah
 Membrane mukosa
 Sariawan
 Serum albumin turun
 Rambut rontok berlebihan
 diare
2. nyeri akut
definisi:
pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual
atau fungsional ,dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
penyebab:
 agen pencedera fisiologis(mis.inflamasi ,iskemia,neoplasma)
 agen pencedera kimiawi(mis.terbakar,bahan kimia iritan)
 agen pencedera fisik(mis.abses,amputasi,terbakar,terpotong,mengangkat
beban,prosedur operasi,trauma,latihan fisik berlebihan)

gejala dan tanda mayor

subjektif:

 mengeluh nyeri

objektif:

 tampak meringis
 bersikap protektif(mis.waspada,posisi menghindari nyeri)
 gelisah
 frekuensi nadi meningkat
 sulit tidur

gejala dan tanda minor

subjektif:

Objektif:

 tekanan darah meningkat


 pola nafas meningkat
 nafsu makan berubah
 proses berfikir terganggu
 menrik diri
 berfokus pada diri sendiri
 diaforesis
3. intoleransi aktivitas
definisi:

ketidakcukupan energy untuk melakukan aktivitas sehari-hari

penyebab:

 ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen


 tirah baring
 kelemahan
 imobilitas
 gaya hidup monoton

gejala dan tanda mayor


subjektif:

 mengeluh lelah

objektif:

 frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istrahat

gejala dan tanda mayor

subjektif:

 dispnea saat/setelan aktivitas


 merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
 merasa lemah

objektif:

 tekanan darah berubah >20% dari kondisi istrahat


 gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah beraktivitas
 gambaran EKG menunjukkan iskemia
 sianosis

3.3 Intervensi Keperawatan

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah.
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ketidakseimbangan nutrisi dapat
teratasi
Kriteria Hasil :
a. Anak mampu menghabiskan makanan yang telah disediakan.
b. Anak tidak mual dan muntah
Intervensi :
a. Kaji faktor-faktor penyebab.
Rasional:
Penentuan faktor penyebab, akan menentukan intervensi/ tindakan selanjutnya.
b. Anjurkan anak untuk makan dalam porsi kecil dan sering, jika tidak muntah teruskan.
Rasional :
Menghindari mual dan muntah dan distensi perut yang berlebihan.
c. Jelaskan pentingnya nutrisi yang cukup.
Rasional :
Meningkatkan pengetahuan anak dan keluarga anak termotivasi untuk
mengkonsumsi makanan.
d. Catat jumlah porsi yang dihabiskan.
Rasional :
Mengetahui jumlah asupan / pemenuhan nutrisi anak.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen-agens penyebab cedera
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri pada sendi berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :
a. Anak akan mempertahankan tingkat nyeri pada skala 3 atau kurang pada daerah
sendi.
b. Anak memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai
kenyamanan.
c. Anak akan melaporkan pola tidur yang baik.
Intervensi :
a. Catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan
tanda-tanda rasa sakit nonverbal.
Rasional :
Membantu dalam menentukan kebutuhan manjemen nyeri dan keefektifan dan
keefektifan program.
b. Biarkan anak mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi.
Rasional :
Pada penyakit berat/eksaserbasi, tirah baring mungkin diperlukan untuk
membatasi nyeri atau cedera sendi.
c. Berikan masase yang lembut.
Rasional :
Meningkatkan relaksasi/mengurangi tegangan otot.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot, tirah baring atau imobilisasi
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan intoleransi aktivitas dapat teratasi.
Kriteria hasil :
a. Anak tidak mudah lelah.
b. Anak dapat melakukan aktivitas sesuai batas toleransi.
Intervensi :
a. Catat respon kardiopulmonal terhadap aktifitas, catat takikardi, disritmia, dispnea,
berkeringat, pucat.
Rasional :
Penurunan atau ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume
sekuncup selama aktivitas, dapat menyebabkan peningkatan segera pada frekuensi
jantung dan kebutuhan oksigen, juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.
b. Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.
Rasional :
Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas.
c. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila pasien
menggunakan vasolidator, diuretik, penyekat beta.
Rasional :
Hipertensi ortostatik dapat terjadidengan aktivitas karena efek obat (vasodilasi),
perpindahan cairan (diuretik) atau pengaruh fungsi jantung.
4. Kerusakan integritas kulit behubungan dengan peradangan pada kulit dan jaringan
subcutan.
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kerusakan integritas kulit dapat
teratasi.
Kriteria Hasil :
Mempertahanakan integritas kulit.
Intervensi
a. Kaji tingkat kerusakan kulit.
Rasional :
Memberikan pedoman untuk memberikan intervensi yang tepat.
b. Berikan perawatan kulit sering, minimalkan dengan kelembaban/ekskresi.
Rasional :
Terlalu kering dan lembab merusak kulit dan mempercepat kerusakan.
c. Ubah posisi sering di tempat tidur / kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/aktif
Rasional :
Memperbaiki sirkulasi/ menurunkan waktu satu area yang mengganggu aliran darah.
d. Berikan bantalan yang lembut pada badan.
Rasional :
Mencegah penekanan pada eritema sehingga tidak meluas.
e. Kolaborasi untuk pemberian obat.
Rasional :
Mempercepat proses kesembuhan.
5. Penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan kontraktilitas.
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pompa jantung berkurang.
Kriteria Hasil :
a. Menunjukkan TTV yang normal.
b. Edema ekstermitas bawah berkurang.
Intervensi :
a. Observasi KU dan TTV.
Rasional :
Mengetahui keaadaan anak agar dapat melakukan tindakan selanjutnya.
b. Anjurkan anak untuk berlatih berdiri dan berjalan.
Rasional :
Agar edema pada ekstremitas bawah anak berkurang.
c. Kolaborasi dalam pemberian obat
Rasional :
Mempercepat proses penyembuhan
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan berkurangnya substansi O2 menuju paru-
paru.
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ketidakefektifan pola nafas pasien
dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
a. Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas normal.
b. Bunyi nafas terdengar jelas.
Intervensi :
a. Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, laporkan setiap perubahan yang
terjadi.
Rasional :
Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, kita dapat
mengetahui sejauh mana perubahan kondisi anak.
b. Baringkan anak dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk, dengan kepala tempat
tidur ditinggikan 60-90 derajat.
Rasional :
Penurunan diafragma memperluas daerah dada sehingga ekspansi paru bisa maksimal.
c. Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, RR dan respon anak).
Rasional :
Peningkatan RR dan tachcardi merupakan indikasi adanya penurunan fungsi paru.
d. Bantu dan ajarkan anak untuk nafas dalam yang efektif.
Rasional :
Memberikan rasa nyaman saat anak menarik nafas.
e. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2 dan obat-obatan.
Rasional :
Pemberian oksigen dapat menurunkan beban pernafasan dan mencegah terjadinya
sianosis akibat hiponia.
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Rematoid heart disease (RHD) merupakan penyebab terpenting dari penyakit jantung
yang didapat,baik pada anak maupun pada dewasa. Rematoid fever adalah peradangan akut
yang sering diawali oleh peradangan pada farings. Sedangkan RHD adalah penyakit
berulang dan kronis. Pada umumnya seseorang menderita penyakit rematoid fever akut kira-
kira dua minggu sebelumnya pernah menderita radang tenggorokan. Ada faktor mayor dan
minor dalam penyakit RHD.

RHD merupakan komplikasi dari demam rematik dan biasanya terjadi setelah serangan
demam rematik. Insiden penyakit jantung rematik telah dikurangi dengan luas penggunaan
antibiotic efektif terhadap streptokokal bakteri yang menyebabakan demam rematik.

4.2 Saran

Jika kita lihat di atas bahwa penyakit RHD sangat mungkin terjadi dengan adanya
kejadian awal yaitu demam rematik (DR).Tentu saja pencegahan yang terbaik adalah
bagaimana upaya kita jangan sampai mengalami demam rematik (terserang infeksi kuman
streptokokus beta hemolyticus). Ada beberapa factor yang dapat mendukung seseorang
terserang kuman tersebut, diantaranya factor lingkungan seperti kondisi kehidupan yang
jelek, kondisi tinggal yang berdesakan dan akses kesehatan yang kurang merupakan
determinan yang signifikan dalam distribusi penyakit ini.

Variasi cuaca juga mempunyai peranan yang besar dalam terjadinya infeksi streptokokus
untuk terjadi DR.Seseorang yang terinfeksi kuman streptokokus beta hemolyticus dan
mengalami demam rematik harus diberikan terapi yang maksimal dengan antibiotiknya.Hal
ini menghindarkan kemungkinan serangan kedua kalinya atau bahkan menyebabkan
penyakit jantung rematik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito, Lynda Juall, Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6,
Penerbit Buku Kedokteran EGC,;1995

2. Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC


3. Price, Sylvia A. Dkk.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
Volume 1. EGC, Jakarta
4. Smeltzer, Suzanna C. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan
Suddarth Edisi 8 Volume 2. EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai