Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PERUBAHAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

AYU ALMUNAWARAH A.19.11.007

JUSRIANI A.19.11.021

MARYANI A.19.11.025

MONIKA ADINDA PUTRI A.19.11.028

NUR FADILAH A.19.11.034

NURHALISA A.19.11.035

YUSNIAR A.19.11.048

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya hingga penulis dapat merampungkan pembuatan makalah
yang berjudul “PERUBAHAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA” Penyusun
mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah mendukung dan
memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini. Penyusun menyadari
bahwa dalam penulisan askep ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan karena faktor batasan pengetahuan penyusun, maka penyusun dengan
senang hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini ini. Akhir kata, melalui kesempatan ini penyusun
makalah mengucapkan banyak terima kasih.

Bulukumba, 16-Oktober-2022

Penulis

KELOMPOK 2
DAFTAR ISI

Daftar Isi...................................................................................................................i

Kata Pengantar…………………………………………………………………….ii

Bab I Pendahuluan...................................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................4

B. Rumusan Masalah.........................................................................................5

Bab II Konsep Medis...............................................................................................5

A. Definisi Lansia..............................................................................................5

B. Teori Psikologis Pada Proses Menua............................................................6

C. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Psikologi Lansia.....................7

D. Masalah Psikologis Pada Lansia.................................................................10

Bab III Konsep Asuhan Keperawatan....................................................................12

A. Pengkajian.......................................................................................................12

B. Diagnosis Keperawatan..................................................................................14

D. Implementasi...................................................................................................18

E. Evaluasi...........................................................................................................18

Bab IV Penutup......................................................................................................19

A. Kesimpulan.................................................................................................19

Daftar Pustaka........................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya
penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi
satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.
Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan
yang dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri yang
merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala
aspek dan masalah lansia, meliputi aspek fisiologis, psikologis, sosial,
kultural, ekonomi dan lain-lain. Menurut Setiawan (1973), timbulnya
perhatian pada orang-orang usia lanjut dikarenakan adanya sifat-sifat atau
faktor-faktor khusus yang mempengaruhi kehidupan pada usia lanjut.
Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan mulai dari bayi sampai menjadi tua. Masa tua merupakan
masa hidup manusia yang terakhir, pada masa ini seseorang mengalami
kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak
dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Lansia banyak menghadapi
berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan
terintegrasi.
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah
mencapai kematangan ukuran dan fungsi. Selain itu lansia juga masa
dimana seseorang akan mengalami kemunduran seiring dengan
berjalannya waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia seseorang
dianggap memasuki masa lansia, yaitu ada yang menetapkan pada umur 60
tahun, 65 tahun, dan ada juga yang 70 tahun. Santrock (2012:224)
mengemukakan bahwa usia 65 tahun merupakan usia penuaan bagi yang
berlangsung secara nyata dan seseorang itu telah disebut lansia. Menurut
ilmu gerontologi orang yang berusia lebih dari 65 tahun dibagi menjadi 3
kelompok: usia tua awal, yaitu mereka yang berusia antara 64 hingga 74
tahun; usia tua menengah yaitu mereka yang berusia antara 75 hingga 84
tahun; dan usia akhir yaitu mereka yang berusia ditas 85 tahun. Kesehatan
masing-masing berbeda dalam berbagai cara (Davison, Neale, dan Kring,
2014:743).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah defisini lanjut usia (lansia) ?
2. Bagaimanakagh teori psikologis pada proses menua ?
3. Apa saja factor-faktor yang berpengaruh terhadap psikologis lansia ?
4. Apa saja masalah yang terjadi pada lansia ?
BAB II

KONSEP MEDIS

A. Definisi Lansia
Menurut Setianto (2004) seseorang dikatakan lanjut usia (lansia)
apabila usianya 65 tahun ke atas dan lansia bukan penyakit namun
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai
dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress
lingkugan.
Masa lanjut usia adalah periode penutup dalam rentang hidup
seseorang. Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai
meninggal, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik
dan psikologis yang semakin menurun. Proses menua (lansia) adalah
proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis
maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain
Usia 65 tahun merupakan titik awal masa dewasa akhir, fase
terakhir kehidupan. Pada usia inilah kebanyakan orang
mendeskripsikan lansia. Di Indonesia telah di tetapkan batasan umur
orang yang berusia lanjut adalah 60 tahun , hal tersebut tertulis pada
UU No.13 Tahun 1998.

B. Teori Psikologis Pada Proses Menua


Memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang
menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada
kerusakan anatomis. Perubahan-perubahan yang terjadi secara
sosiologis dikombinasikan dengan perubahan yang terjadi secara
psikologis (Kholifah, 2016)
1. Teori kepribadian
Teori kepribadian menyatakan terdapat aspek-aspek
pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan harapan atau tugas
spesifik terhadap lansia. Tahap akhir kehidupan sebagai waktu
ketika orang mengambil suatu inventaris dari hidup mereka, suatu
waktu untuk melihat ke belakang dari pada menghadapi kenyataan
hidupnya secara retrospektif.
2. Teori tugas perkembangan
Sebuah aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh
seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya dalam
menggapai penuaan yang sukses.
3. Disengagement theory
Disengagement theory dengan kata lain teori pelepasan
yang menyatakan bahwa pada lansia terjadi penurunan partisipasi
ke dalam masyarakat karena terjadi proses pelepasan ikatan atau
penarikan diri secara perlahan-lahan dari kehidupan sosialnya.
Pensiun merupakan contoh ilustrasi proses pelepasan ikatan yang
memungkinkan seseorang untuk bebas dari tanggung jawab terkait
pekerjaan dan tidak perlu mengejar peran lain untuk mendapatkan
tambahan penghasilan.
4. Teori aktifitas
Teori ini berlawanan dengan teori pelepasan ikatan, teori
ini menjelaskan bahwa lansia yang sukses adalah yang aktif dan
ikut dalam banyak kegiatan sosial. Jika seseorang sebelumnya
sangat aktif, maka pada usia lanjut ia akan tetap menjaga
keaktifannya seperti peran dalam keluarga dan masyarakat dalam
berbagai kegiatan sosial dan keagamaan, karena ia tetap merasa
dirinya berari dan puas di hari tuanya. Bila lansia kehilangan peran
dan tanggung jawab di masyarakat atau keluarga, maka ia harus
segera terlibat dalam kegiatan lain seperti klub atau organisasi yang
sesuai dengan bidang atau minatnya.
5. Teori kontinuitas Gabungan antara teori pelepasan ikatan dan teori
aktivitas. Perubahan diri lansia dipengaruhi oleh tipe
kepribadiannya. Seseorang yang sebelumnya sukses, pada usia
lanjut akan tetap berinteraksi dengan lingkungannya serta tetap
memelihara identitas dan kekuatan egonya karena memiliki tipe
kepribadian yang aktif dalam kegiatan social.

Menurut (Buku Keperawatan Gerontik, 2016) Teori Psikologis


Pada Proses Menua adalah sebagai berikut:
1. Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus
memelihara keaktifannya setelah menua. Sense of integrity yang
dibangun dimasa mudanya tetap terpelihara sampai tua. Teori ini
menyatakan bahwa pada lansia yang sukses adalah mereka yang
aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
2. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada
lansia. Identity pada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam
memelihara hubungan dengan masyarakat, melibatkan diri dengan
masalah di masyarakat, kelurga dan hubungan interpersonal
3. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang secara pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya.

C. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Psikologi Lansia


Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap psikologi
lansia. Faktor-faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga
para lansia dapat menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun
beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi
psikologi mereka adalah sebagai berikut:
1. Penurunan Kondisi Fisik
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai
dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda
(multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, enerji menurun,
kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb.
Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa
lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua
dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik,
psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan
suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain.
2. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia
sering kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti :
Gangguan jantung, Gangguan metabolisme, misal diabetes
millitus, Vaginitis, Baru selesai operasi : misalnya prostatektomi,
Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu
makan sangat kurang dan Penggunaan obat-obat tertentu, seperti
antihipertensi, golongan steroid, tranquilizer
Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :
· Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual
pada lansia
· Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta
diperkuat oleh tradisi dan budaya.
· Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam
kehidupannya.
· Pasangan hidup telah meninggal
· Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah
kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
3. Perubahan Aspek Psikososial
Pemicu perubahan aspek psikososial pada lansia adalah
menurunya fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif yang
merupakan proses belajar, pemahaman ataupun perhatian sehingga
menyebabkan reaksi dan prilaku lansia melambat. Sedangkan
psikomotorik adalah dorongan kehendak meliputi, gerakan,
tindakan, dan koordinasi yang berakibat lansia menjadi kurang
cekatan. Dengan berubahnya kedua aspek tersebut akan berdampak
pada perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan
kepribadian lansia.
4. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun.
Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat
menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam
kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering
diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan,
peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah orang
memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model
kepribadiannya.
5. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran,
penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan
fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya
menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan
kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan.
Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka
melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup,
agar tidak merasa terasing atau diasingkan.
Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak
untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang terus
muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri,
mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek
dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti
anak kecil.
D. Masalah Psikologis Pada Lansia
Berbagai bentuk psikosis bisa terdapat pada usia lanjut, baik
sebagai kelanjutan keadaan pada dewasa muda atau yang timbul pada
usia lanjut. pada dasarnya jenis dan penatalaksanaanya hampir tidak
berbeda dengan yang terdapat pada populasi dewasa muda. Walaupun
beberapa jenis khusu akan disinggung sedikit, berikit ini :
1. Parafrenia
Parafrenia adalah suatu bentuk skizofrenia lanjut yang
sering terdapat pada lanjut usia yang ditandai dengan waham
(biasanya waham curiga, dan menuduh). Penderita sering merasa
tetangga mencuri barang – barangnya atau tetangga berniat
membunuhnya (Blocklehhurst – Allen, 1987). Biasanya terjadi
pada individu yang terisolasi atau menarik diri pada kegiatan
sosial. Apabila waham tersebut menimbulkan keributan antar
tetangga atau bahkan skandal, pemberian terapi dengan derifat
fenotiasin sering bisa menenangkannya (Blocklehhurst – Allen,
1987).
2. Sindroma Diogenes
Sindroma Diogenes adalah suatu keadaan dimana seseorang
lanjut usia menunjukan penampakan perilaku yang sangat
terganggu. Rumah atau kamar sangat kotor, bercak dan bau urin
serta feses dimana – mana (karena sering menderita terlhat bermain
– main dengan feses atau urin), tikus berkeliaran, dan sebagainya.
Penderita menumpuk barang – barangnya tidak teratur (rusuh).
Individu lanjut usia yang menderita keadaan ini biasanya memiliki
IQ yang tinggi, 50 % kasus intelektuanya normal (Blocklehhurst –
Allen, 1987). Mereka biasanya menolak untuk memasukan
diinstitusi. Upaya untuk mengadakan pengaturan tau pembersihan
rumah atau kasar, biasanya akan gagal, karena setelah beberapa
waktu hal tersebut akan terulang Kembali.
3. Kesepian (loneliness), yang dialami oleh lansia pada saat
meninggalnya pasangan hidup, terutama bila dirinya saat itu
mengalami penurunan status kesehatan seperti menderita penyakit
fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama
gangguan pendengaran harus dibedakan antara kesepian dengan
hidup sendiri. Banyak lansia hidup sendiri tidak mengalami
kesepian karena aktivitas sosialnya tinggi, lansia yang hidup
dilingkungan yang beraggota keluarga yang cukup banyak tetapi
mengalami kesepian.
4. Duka cita (bereavement),dimana pada periode duka cita ini
merupakan periode yang sangat rawan bagi lansia. meninggalnya
pasangan hidup, temen dekat, atau bahkan hewan kesayangan bisa
meruntuhkan ketahanan kejiwaan yang sudah rapuh dari seorang
lansia, yang selanjutnya memicu terjadinya gangguan fisik dan
kesehatannya. Adanya perasaan kosong kemudian diikuti dengan
ingin menangis dan kemudian suatu periode depresi. Depresi
akibatnduka cita biasanya bersifat self limiting.
5. Depresi, pada lansia stress lingkungan sering menimbulkan depresi
dan kemampuan beradaptasi sudah menurun.
6. Gangguan cemas, terbagi dalam beberapa golongan yaitu fobia,
gangguan panik, gangguan cemas umum, gangguan stress setelah
trauma dan gangguan obstetif-kompulsif. Pada lansia gangguan
cemas merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan biasanya
berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek
samping obat atau gejala penghentian mendadak suatu obat.
7. Psikosis pada lansia, dimana terbagi dalam bentuk psikosis bisa
terjadi pada lansia, baik sebagai kelanjutan keadaan dari dewasa
muda atau yang timbul pada lansia.
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian keperawatan pada lansia adalah suatu tindakan


peninjauan situasi lansia untuk memperoleh data dengan maksud
menegaskan situasi penyakit, diagnosis masalah, penetapan kekuatan dan
kebutuhan promosi kesehatan lansia. Data yang dikumpulkan mencakup
data subyektif dan data obyektif meliputi data bio, psiko, sosial, dan
spiritual, data yang berhubungan dengan masalah lansia serta data tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang berhubungan dengan masalah
kesehatan lansia seperti data tentang keluarga dan lingkungan yang ada.

1. Pengumpulaan data dengan pemeriksaan fisik :

a. Pengkajian sistem persyarafan: kesimetrisan raut wajah, tingkat


kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak, kebanyakan
mempunyai daya ingatan menurun atau melemah,

b. Mata : pergerakan mata, kejelasan melihat, dan ada tidaknya


katarak.

c. Pupil : kesamaan, dilatasi, ketajaman penglihatan menurun karena


proses pemenuaan

d. Ketajaman pendengaran: apakah menggunakan alat bantu dengar,


tinnitus, serumen telinga bagian luar, kalau ada serumen jangan di
bersihkan, apakah ada rasa sakit atau nyeri ditelinga.

e. Sistem kardiovaskuler: sirkulasi perifer (warna, kehangatan),


auskultasi denyut nadi apical, periksa adanya pembengkakan vena
jugularis, apakah ada keluhan pusing, edema.
f. Sistem gastrointestinal: status gizi (pemasukan diet, anoreksia,
mual, muntah, kesulitan mengunyah dan menelan), keadaan gigi,
rahang dan rongga mulut, auskultasi bising usus, palpasi apakah
perut kembung ada pelebaran kolon, apakah ada konstipasi
(sembelit), diare, dan inkontinensia alvi.

g. Sistem genitourinarius: warna dan bau urine, distensi kandung


kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan buang air kecil),
frekuensi, tekanan, desakan, pemasukan dan pengeluaran cairan.
Rasa sakit saat buang air kecil, kurang minat untuk melaksanakan
hubungan seks, adanya kecacatan sosial yang mengarah ke
aktivitas seksual.

h. Sistem kulit/integumen: kulit (temperatur, tingkat kelembaban),


keutuhan luka, luka terbuka, robekan, perubahan pigmen, adanya
jaringan parut, keadaan kuku, keadaan rambut, apakah ada
gangguan-gangguan umum.

i. Sistem muskuloskeletal: kaku sendi, pengecilan otot, mengecilnya


tendon, gerakan sendi yang tidak adekuat, bergerak dengan atau
tanpa bantuan/peralatan, keterbatasan gerak, kekuatan otot,
kemampuan melangkah atau berjalan, kelumpuhan dan bungkuk

2. Ajukan pertanyaan-pertanyaan pengkajian keperawatan

Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga. Lakukan observasi


langsung terhadap :

a. Perilaku. Bagaimana kemampuan klien mengurus diri sendiri dan


melakukan aktivitas hidup sehari-hari? Apakah klien menunjukkan
perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial? Apakah klien
sering mengluyur dan mondar¬mandir? Apakah ia menunjukkan
sundown sindrom atau perseveration phenomena?
b. Afek. Apakah kilen menunjukkan ansietas? Labilitas emosi?
Depresi atau apatis? lritabilitas? Curiga? Tidak berdaya? Frustasi?
Luangkan waktu bersama pemberi asuhan atau keluarga

c. Identifikasi pemberian asuhan primer dan tentukan berapa lama ia


sudah menjadi pemberi asuhan dikeluarga tersebut. (demensia
jenis alzheimer tahap akhir dapat sangat menyulitkan karena
sumber daya keluarga mungkin sudah habis).

d. ldentifikasi sistem pendukung yang ada bagi pemberi asuhan dan


anggota keluarga yang lain.

e. Identifikasi pengetahuan dasar tentang perawatan klien dan


sumber daya komunitas (catat hal-hal yang perlu diajarkan).

f. Identifikasi sistem pendukung spiritual bagi keluarga.

g. Identilikasi kekhawatiran tertentu tentang klien dan kekhawatiran


pemberi asuhan tentang dirinya sendiri.

B. Diagnosis Keperawatan

1. Gangguan Identitas Diri b.d gangguan peran social

2. Gangguan citra tubuh b.d. perubahan struktur tubuh, perubahan fungsi


tubuh

C. Intervensi Keperawatan

N
Diagnosis Keperawatan Intervensi Keperawatan
O

1. Orientasi Realita
Gangguan Identitas Diri b.d
Observasi
gangguan peran social
 Monitor perubahan orientasi
 Monitor perubahan kognitif dan perilaku
Terapeutik
 Perkenalkan nama saat memulai interaksi
 Orientasikan orang, tempat, dan waktu
 Hadirkan realita (mis. beri penjelasan alternatif,
hindari perdebatan)
 Sediakan lingkungan dan rutinitas secara konsisten
 Atur stimulus sensorik dan lingkungan (mis.
kunjungan, pemandangan, suara, pencahayaan,
bau, dan sentuhan) Gunakan simbol dalam
mengorientasikan lingkungan (mis. tanda, gambar,
warna)
 Libatkan dalam terapi kelompok orientasi
 Berikan waktu istirahat dan tidur yang cukup,
sesuai kebutuhan Fasilitasi akses informasi (mis.
televisi, surat kabar, radio), jika perlu
Edukasi
 Anjurkan perawatan diri secara mandiri Anjurkan
penggunaan alat bantu (mis. kacamata, alat bantu
dengar, gigi palsu)
 Ajarkan keluarga dalam perawatan orientasi realita

Promosi Koping

Observasi

Identifikasi kegiatan jangka pendek dan panjang sesuai


tujuan
Identifikasi kemampuan yang dimiliki
Identifikasi sumber daya yang tersedia untuk memenuhi
tujuan
Identifikasi pemahaman proses penyakit
Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan
Identifikasi metode penyelesaian masalah
Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap
Terapeutik
 Diskusikan perubahan peran yang dialami
dukungan social
 Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
 Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
 Diskusian untuk mengklarifikasi kesalahpahaman
dan mengevaluasi perilaku sendiri
 Diskusikan konsekuensi tidak menggunakan rasa
bersalah dan rasa malu
 Diskusikan risiko yang menimbulkan bahaya pada
diri sendiri
 Fasilitasi dalam memperoleh informasi yang
dibutuhkan
 Berikan pilihan realistis mengenal aspek-aspek
tertentu dalam perawatan
 Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis
 Tinjau kembali kemampuan dalam pengambilan
keputusan
 Hindari mengambil keputusan saat pasien berada di
bawah tekanan
 Motivasi terlibat dalam kegiatan social
 Motivasi mengidentifikasi sistem pendukung yang
tersedia
 Dampingi saat berduka (mis. penyakit kronis,
kecacatan)
 Perkenalkan dengan orang atau kelompok yang
berhasil mengalami pengalaman sama
 Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yang
tepat
 Kurangi rangsangan lingkungan yang
mengancaman
Edukasi
 Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki
kepentingan dan tujuan sama
 Anjurkan penggunaan sumber spiritual, jika perlu
 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
 Anjurkan keluarga terlibat
 Anjurkan membuat tujuan yang lebih spesifik
 Ajarkan cara memecahkan masalah secara
konstruktif
 Latih penggunaan teknik relaksasi
 Latih keterampilan sosial, sesuai kebutuhan
 Latih mengembangkan penilaian obyektif

2. Promosi Citra Tubuh


Gangguan citra tubuh b.d.
Observasi
perubahan struktur tubuh,
 Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap
perubahan fungsi tubuh
perkembangan
 Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan
umur terkait citra tubuh
 Identifikasi perubahan citra tubuh yang
mengakibatkan isolasi social
 Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri
sendiri
 Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh
yang berubah
Terapeutik
 Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
 Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap
harga diri
 Diskusikan perubahan akibat pubertas, kehamilan
dan penuaan
 Diskusikan kondisi stres yang mempengaruhi citra
tubuh (mis. luka, penyakit, pembedahan)
 Diskusikan cara mengembangkan harapan citra
tubuh secara realistis
 Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang
perubahan citra tubuh
Edukasi
 Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan
perubahan citra tubuh
 Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap
citra tubuh
 Anjurkan menggunakan alat bantu (mis. pakaian,
wig, kosmetik)
 Anjurkan mengikuti kelompok pendukung (mis.
kelompok sebaya)
 Latih fungsi tubuh yang dimiliki
 Latih peningkatan penapilan diri (mis, berdandan)
 Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang
lain maupun kelompok
D. Implementasi

Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah


kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dn hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dapat
dilakukan dan diselesaikan dengan baik.

Implementasi mencakup melakukan, membantu dan atau mengarahkan


kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari, memberika arahan perawatan untuk
mencapai tujuan yang berpusat pada klien, mengevaluasi kinerja para staf. dan
mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan
perawatan kesehatan yang berlanjut dari klien.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu tindakn intelektual untuk melengkapi suatu proses


keperawatan yang menandakan keberhasilan dari tindakan keberhasilan dari
diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, rencana intervensi, dan
implementasinya (Nursalam, 2008).

Langkah evaluasi dari suatu proses keperawatan mengukur respon klien


terhadap tindakan keperawatan dan juga kemajuan klien kearah pencapaian
tujuan (Patricia A. Potter, 2005).
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun
ke atas dan lansia bukan penyakit namun merupakan tahap lanjut dari
suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan
tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkugan.
DAFTAR PUSTAKA

Nadila, I., Agustina, L., & Fitriyani, N. (2019). Makalah Keperwatan Gerontik
Perubahan Psikologis Pada Lansia.
https://www.scribd.com/document/402341314/MAKALAH-
PERUBAHAN-PSIKOLOGIS-LANSIA-KELAS-3A-KELOMPOK-2-
docx

Perdana, M. H., Rahma, N., Rahmat, U. A., & Kahar, K. (n.d.). Permasalahan
Psikologi Lansia.
https://www.academia.edu/25415096/Makalah_Permasalahan_Psikologi_
Lansia

Pradana, A. A., Wibowo, E. A., & Adityawan, J. (2013). Makalah Masalah


Psikologis Pada Lansia.
https://id.scribd.com/document/360486657/Makalah-Masalah-Psikologis-
Pada-Lansia

Reswarini, A., Kuswandari, L., & Supriyati, L. (2017/2018). Makalah Perubahan


Psikologis Pada Lansia Dan Perubahan Psikososial Pada Lansia.
https://www.scribd.com/document/373889709/MAKALAH-psikologi-
lansia-kelompok-2-gerontik-docx

Sitompul, N., Hutagoal, G. M., Zega, A. I., & Zebua, H. A. (2020). Perubahan
Psikologis Yang Lazim Terjadi Pada Proses Menua.
https://id.scribd.com/document/484514061/Kelompok-2-A-
PERUBAHAN-PSIKOLOGIS-YANG-LAZIM-TERJADI-PADA-
PROSES-MENUA-Tugas-Buat-PPt

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan


Pengurus Pusat PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesi. Jakarta Selatan: Dewan


Pengurus Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai