Anda di halaman 1dari 15

Makalah

Psikologi Agama
“ Perkembangan Jiwa Keagamaan, Sikap dan Pandangan
Islam pada Usia Dewasa dan Lansia”

Disusun Oleh:
Anggi Amelia ( 1811013)

Dosen Pengampu: Puri Handayani, M.A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)


SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK
BANGKA BELITUNG
TAHUN AJARAN
2019/2020
Kata Pengantar

ِ ْ‫بِس ِْم هللاِ الرَّح‬


‫من ال َّر ِحيْم‬

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas
ridho dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dengan
penuh keyakinan serta usaha maksimal. Semoga dengan terselesaikannya tugas ini dapat
memberi pelajaran positif bagi kita semua.
Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada ibu dosen mata kuliah
Psikologi Agama yang telah memberikan tugas Makalah ini kepada kami sehingga
dapat memicu motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan menggali ilmu lebih
dalam khususnya mengenai “Perkembangan Jiwa keagamaan pada usia Dewasa dan
Usia Lanjut” sehingga dengan kami dapat menemukan hal-hal baru yang belum kami
ketahui.
Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga kami
dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin. Terakhir
kali sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha sekuat tenaga dalam
penyelesaian Makalah ini,  tetapi tetap saja tak luput dari sifat manusiawi yang penuh
khilaf dan salah, oleh karena itu segenap saran penulis harapkan dari semua pihak guna
perbaikan tugas-tugas serupa di masa datang.

Pangkalpinang, 5 November 2020

DAFTAR IS
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
e. Rumusan Masalah.........................................................................................1

BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2

A. Pengertian Masa Dewasa dan Masa Usia Lanjut..........................................2


B. Karakteristik keberagamaan pada Orang Dewasa dan Usia Lanjut..............5
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberagamaan.......................................8
D. Perlakuan Terhadap Usia Lanjut Menurut Islam..........................................9

BAB III..................................................................................................................12
PENUTUP..............................................................................................................12

A. Kesimpulan.................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Psikologi agama meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada seseorang
dan mempelajari berapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah
laku, serta keadaaan hidup pada umumnya, selain itu juga mempelajari pertumbuhan
dan perkembangan jiwa agama pada seseorang, serta faktor-faktor yang mempengaruhi
keyakinan tersebut.
Dengan melihat pengertian psikologi dan agama dapatlah diambil pengertian
bahwa psikologi agama adalah cabang dari psikologi yang meneliti dan menelaah
kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari seberapa besar pengaruh
keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari serta keadaan hidup pada
umumnya. Untuk itu penulis akan mencoba memaparkan tentang perkembangan jiwa
keagamaan orang dewasa serta faktor-faktor yang. mempengaruhi perkembangan
keagamaan tersebut.

B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian usia dewasa dan usia lanjut?
b. Bagaimana perkembangaan keagamaan pada usia dewasa dan usia lanjut?
c. Bagaimana sikap keagaman pada usia dewasa dan usia lanjut?
d. Apa faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan?

C. Tujuan Pembahasan
a. Untuk mengetahui pengertian usia dewasa dan usia lanjut
b. Untuk mengetahui perkembangaan keagamaan pada usia dewasa dan usia lanjut.
c. Untuk mengetahui sikap keagaman pada usia dewasa dan usia lanjut
d. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan jiwa keagamaan pada Masa Dewasa dan Lanjut Usia


1. Agama Pada Masa Dewasa
Sebagai akhir dari masa remaja adalah masa adolesen, walaupun ada juga yang
merumuskan masa adolesen ini kepada masa dewasa, namun demikian dapat disebut
bahwa masa adolesen adalah menginjak dewasa yang mereka mempunyai sikap pada
umumnya yaitu:
a. Dapat menentukan pribadinya.
b. Dapat menggariskan jalan hidupnya.
c. Bertanggung jawab.
d. Menghimpun norma-norma sendiri.1
Dan saat telah menginjak usia dewasa terlihat adanya kematangan jiwa mereka;
“Saya hidup dan saya tahu untuk apa,” menggambarkan bahwa di usia dewasa orang
sudah memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari makna hidup. Dengan kata lain,
orang dewasa berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai yang dipilihnya. Elizabeth B.
Hurlock membagi masa dewasa menjadi tiga bagian, yaitu:
1.) Masa dewasa awal (masa dewasa dini/young adult).
Masa dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif
yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, priode isolasi
social, priode komitmen dan masa ketergantungan perubahan nilai-nilai, kreativitas dan
penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Masalah yang dihadapi adalah memilih
arah hidup yang akan diambil dengan menghadapi godaan berbagai kemungkinan
pilihan.. Kisaran umurnya antara 21 tahun sampai 40 tahun.
2.) Masa dewasa madya (middle adulthood)
Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur empat puluh sampai enam puluh
tahun. Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan social antara lain; masa dewasa madya
merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan
prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu priode dalam kehidupan dengan ciri-ciri
jasmani dan prilaku yang baru. Perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan

1
Supriadi, Manusia Dalam Pandangan Psikologi, (Yogyakarta: CV.Budi Utama, 2020), hlm 15
dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama
ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.2
3.) Masa usia lanjut (masa tua/older adult)
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini
dimulai dari umur enam puluh tahun sampai mati, yang ditandai dengan adanya
perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Adapun ciri-ciri
yang berkaitan dengan penyesuaian pribadi dan sosialnya adalah sebagai berikut;
perubahan yang menyangkut kemampuan motorik, perubahan kekuatan fisik, perubahan
dalam fungsi psikologis, perubahan dalam system syaraf dan perubahan penampilan.
Dan kesederhanaan lebih sangat menonjol pada usia ini.

2.      Agama Pada Usia Lanjut


Dalam perkembangan manusia, yaitu sejak usia bayi hingga mencapai kedewasaan
jasmani terjadi proses perkembangan yang progresif. Pertumbuhan fisik berjalan secara
cepat hingga mencapai titik puncak perkembangannya, yaitu usia dewasa (22-24 tahun).
Perkembangan selanjutnya adalah kemantapan fisik yang sudah dicapai. Sejak
mencapai usia kedewasaan hingga ke usia sekitar 50 tahun, perkembangan fisik manusia
boleh dikatakan tidak mengalami perubahan yang banyak. Barulah diatas usia 50 tahun
mulai terjadi penurunan perkembangan yang drastic hingga mencapai usia lanjut.
Periode ini disebut sebagai periode regresi (penurunan).
Sejalan dengan penurunan tersebut, maka secara psikis terjadi berbagai perubahan
pula. Perubahan-perubahan gejala psikis ini ikut mempengaruhi berbagai aspek
kejiwaan yang terlihat dari pola  tingkah laku yang diperlihatkan.3
Pada tahap kedewasaan awal terlihat krisis psikologi yang dialami oleh karena
adanya pertentangan antara kecenderungan untuk mengetatkan hubungan dengan
kecenderungan untuk mengisolasi diri. Terlihat kecenderungan untuk berbagi perasaan
bertukar pikiran dan memecahkan berbagai problema kehidupan dengan orang lain.
Mereka yang menginjak usia ini (sekitar 25-40 tahun) memiliki kecenderungan besar
untuk berumah tangga, kehidupan sosial yang lebih luas serta memikirkan masalah-
masalah agama yang sejalan dengan latar belakang kehidupannya.

2
Ahmad Saifuddin, Psikologi Agama (Implementasi Psikologi Untuk Memahami Prilaku
Agama), Jakarta Timur: Kencana, hlm 109-112
3
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta:PT Rajagrafindo Persada, 2007), hlm. 105.
Selajutnya pada tingkat kedewasaan menengah (40-65 th) manusia mencapai
puncak periode usia yang paling produktif . Tetapi dalam hubungannya dengan
kejiwaan, maka pada usia ini terjadi krisis akibat pertentangan batin antara keinginan
untuk bangkit dengan kemunduran diri. Karena itu umumnya pemikiran mereka tertuju
pada upaya untuk kepentingan keluarga, masyarakat dan generasi mendatang.
Adapun di usia selanjutnya yaitu setelah usia di atas 65 tahun manusia akan
menghadapi sejumlah permasalahan. Permasalahan pertama adalah penurunan
kemampuan fisik hingga kekuatan fisik berkurang, aktifitas menurun, sering mengalami
gangguan kesehatan yang menyebabkan mereka kehilangan semangat. Selain itu,
umumnya mereka dihadapkan pada konflik batin antara keutuhan dan keputus asaan.
Karena itu mereka cenderung mengingat sukses masa lalu, sehingga umumnya mereka
yang berada pada tingkat usia lanjut ini senang membantu para remaja yang aktif dalam
kegiatan-kegiatan social, termasuk sosial keagamaan.4
Mengenai kehidupan keagamaan pada usia lanjut ini William James menyatakan,
bahwa umur keagamaan yang sangat luar biasa tampaknya justru terdapat pada usia tua,
ketika gejolak kehidupan seksual sudah berakhir. Maksudnya, sikap keberagamaan pada
usia lanjut justru mengalami peningkatan dan untuk proses seksual justru mengalami
penurunan. .5
Berbagai latar belakang yang menjadi penyebab kecenderungan sikap keagamaan
pada manusia usia lanjut, secara garis besar ciri-ciri keberagamaan di usia lanjut adalah:
a. Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan.
b. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.
c. Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara lebih
sungguh-sungguh.
d. Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar sesama
manusia, serta sifat-sifat luhur.
e. Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan pertambahan usia
lanjutnya. .
f. Perasaan takut kepada kematian ini berdampak pada peningkatan pembentukasn sikap
keagamaan dan kepercayaan terhadap adanya kehidupan abadi (akhirat)6
4
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,2004), Cet. 1, hlm. 83.
5
Jalaluddin, 2009, op.cit, hlm. 110
6
Ibid,…. Ilmu Jiwa Agama , hlm. 113.
B. Karakteristik keberagamaan pada Orang Dewasa dan Usia Lanjut
a. Usia Dewasa
Pada usia dewasa orang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari
makna hidup. Dengan kata lain, orang dewasa sudah memahami nilai-nilai yang
dipilihnya dan berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai yang dipilihnya. Orang
dewasa sudah memiliki identitas yang jelas dan kepribadian yang mantap.
Menurut H. Carl Witherington, diperiode adolesen ini pemilihan terhadap
kehidupan mendapat perhatian yang tegas. Sekarang mereka mulai berfikir tentang
tanggung jawab social moral, ekonomis, dan keagamaan. Pada masa adolesen anak-
anak berusaha untuk mencapai suatu cita-cita yang abstrak. Diusia dewasa biasanya
seseorang sudah memliki sifat kepribadian yang stabil. Kemantapan jiwa orang dewasa
ini setidaknya memberikan gambaran tentang bagaimana sikap keberagamaan pada
orang dewasa. Mereka sudah memiliki tanggung jawab terhadap system nilai yang
dipilihnya, baik yang bersumber dari ajaran agama maupun yang bersumber dari norma-
norma lain dalam kehidupan. Pemilihan nilai-nilai tersebut telah didasarkan atas
pertimbangan pemikiran yang matang. Berdasarkan hal ini, maka sikap keberagamaan
seorang di usia dewasa sulit untuk diubah. Jika pun terjadi perubahan mungkin prose
situ terjadi setelah didasarkan atas pertimbangan yang matang.
Dan sebaliknya, jika seorang dewasa memilih nilai yang bersumber dari nilai-nilai
non-agama, itu pun akan dipertahankannya sebagai pandangan hidupnya. Dan jika nilai-
nilai agama yang mereka pilih dijadikan pandangan hidup, maka sikap keberagamaan
akan terlihat pula dalam pola kehidupan mereka. Sikap keberagamaan seorang dewasa
cenderung didasarkan atas pemilihan terhadap ajaran agama yang dapat memberikan
kepuasan batin atas dasar pertimbangan akal sehat.
Beragama, bagi orang dewasa sudah merupakan sikap hidup dan bukan sekedar
ikut-ikutan. Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya, maka sikap keberagamaan
pada orang dewasa antara lain memiliki ciri sebagai berikut:
a. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang,
bukan sekedar ikut-ikutan.
b. Cenderung bersifat realis, sehinggga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan
dalam sikap dan tingkah laku.
c. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama, dan berusaha untuk
mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan.
d. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri
hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup.
e. Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.
f. Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan beragama
selain didasarkan atas pertimbangan pikiran, juga didasarkan atas pertimbangan hati
nurani.
g. Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian masing-
masing, sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam menerima, memahami
serta melaksanakan ajaran agama yang diyakininya.
h. Terlihat adanya hubungan antar sikap keberagamaan dengan kehidupan sosial,
sehingga perhatian terhadap kepentingan organisasi sosial keagamaan sudah
berkembang.7

b. Usia Lanjut
Sebagaimana diketahui bahwa pada usia lanjut seseorang ingin memperoleh
pengakuan kejayaan pada masa mudanya. Seiring dengan pertumbuhan manusia maka
ia akan mengalami masa terjadinya penurunan fungsi beberapa aspek baik itu aspek
psikologis maupun biologis. Usia lanjut adalah masa yang dimaksud, dimana gejala
psikis akan mempengaruhi aspek kejiwaan seseorang. Terkait pola perkembangan
keagamaan pada usia lanjut maka penelitian yang dilakukan oleh Cavan menjadi
penting. Dari hasil penelitiannya, ia berkesimpulan adanya kecenderungan untuk
menerima pendapat keagamaan yang semakin meningkat pada usia lanjut. Dan beberapa
ahli psikologi menyatakan hal serupa dan ditambah adanya penurunan kegairahan
seksual. William James pun menyatakan demikian bahwa dimensi keagamaan akan
tampak menonjol pada usia lanjut ketika kehidupan seksual mulai berakhirAdapun sikap
keberagamaan pada usia lanjut justru mengalami peningkatan dan untuk proses seksual
justru mengalami penurunan.8

7
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm 253
8
Raharjo, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Semarang: PustakaRizki Putra, 2012), hlm 44
Berbagai latar belakang yang menjadi penyebab kecenderungan sikap keagamaan
pada manusia usia lanjut ,secara garis besar ciri-ciri keberagamaan di usia lanjut adalah:
1. Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan
2. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.
3. Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara lebih
sungguh-sungguh.
4. Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar sesama
manusia , serta sifat-sifat luhur.
5. Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan pertanbahan usia
lanjutnya.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberagamaan


Dalam rangka menuju kematangan beragama terdapat beberapa hambatan. Karena
tingkat kematangan beragama juga merupakan suatu perkembangan individu, hal itu
memerlukan waktu, sebab perkembangan kepada kematangan beragama tidak terjadi
secara tiba-tiba. Ada dua factor yang menyebabkan adanya hambatan, yaitu:9
1. Faktor diri sendiri
Factor dari dalam diri sendiri terbagi menjadi dua, yaitu: kapasitas diri dan
pengalaman. Kapasitas ini berupa kemampuan ilmiah (rasio) dalam menerima ajaran-
ajaran itu terlihat perbedaannya antara seseorang yang berkemampuan dan kurang
berkemampuan. Mereka yang mampu menerima dengan rasio akan menghayati dan
kemudian mengamalkan ajaran-ajaran agama tersebut dengan baik, walaupun yang ia
lakukan itu berbada dengan tradisi yang mungkin sudah mendarah daging dalam
kehidupan masyarakat. Dan sebaliknya, orang yang kurang mampu menerima dengan
rasionya, ia akan lebih banyak tergantung pada masyarakat yang ada.
Sedangkan factor pengalaman, semakin luas pengalaman seseorang dalam bidang
keagamaan, maka akan semakin mantap dan stabil dalam mengerjakan aktifitas
keagamaan. Namun, mereka yang mempunyai pengalaman sedikit dan sempit, ia akan
mengalami berbagai macam kesulitan untuk dapat mengerjakan ajaran agama secara
mantap dan stabil.
2. Faktor luar
9
Rusmin Tumanggor, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Prenada Media, 2016), hlm 94
Yang dimaksud dengan factor luar, yaitu beberapa kondisi dan situasi lingkungan
yang tidak banyak memberikan kesempatan untuk berkembang, malah justru
menganggap tidak perlu adanya perkembangan dari apa yang telah ada. Factor-faktor
tersebut antara lain tradisi agama atau pendidikan yang diterima. Dan William James
mengemukakan dua buah factor yang mempengaruhi sikap keagamaan seseorang, yaitu:
a. Factor intern, terdiri dari:
1) Temperamen
2) Gangguan jiwa
3) Konflik dan keraguan
4) Jauh dari Tuhan
b. Factor Ekstern, terdiri dari:
1) Musibah
2) Kejahatan10

D. Perlakuan Terhadap Usia Lanjut Menurut Islam


Manusia usia lanjut dalam penilaian banyak orang adalah manusia yang sudah
tidak produktif lagi. kondisi fisik rata – rata sudah menurun, sehingga dalam kondisi
yang sudah uzur ini berbagai penyakit siap untuk menggerogoti mereka. Dengan
demikian, di usia lanjut ini terkadang muncul semacam pemikiran bahwa mereka berada
pada sisa – sisa umur menunggu datangnya kematian.
Kajian psikologi berhasil mengungkapkan bahwa di usia melewati setengah
baya, arah perhatian mengalami perubahan yang mendasar. Bila sebelumnya perhatian
diarahakan pada kenikmatan materi dan duniawi, maka pada peralihan ke usia tua Ini,
perhatian lebih tertuju kepada upaya menemukan ketenangan batin. Sejalan dengan
perubahan itu maka masalah – masalah yang berkaitan dengan kehidupan akhirat mulai
menarik perhatian mereka.
Perubahan orientasi ini antara lain disebabakan oleh pengaruh psikologis. Disatu
pihak kemamapuan fisik pada usia tersebut sudah mengalami penurunan. Sebaliknya di
pihak lain, mereka memiliki khazanah penglaman yang kaya. Kejayaan masa lalu yang
pernsh diperoleh sudah tidak lagi memperoleh perhatian, karena secara fisik mereka

10
Yusron Masduki dan Idi Warsah, Psikologi Agama, (Palembang: Tunas Gemilang Press,
2020), hlm 248
dinilai sudah lemah. Kesenjangan ini menimbulkan gejolak dan kegelisahan –
kegelisahan batin.
Pada usia senja ini, lazimnya manusia manusia masih ingin memperoleh pengakuan
kejayaan dan prestasi masa lalu yang pernah dicapainya. Tetapi setelah kejayaan itu
lepas, baik karena pension ataupun tidak aktif lagi dalam berbagai aktivitas
kemasyarakatan. Bila selama karir kepegawaian ia pernah menjadi pejabat, maka
setelah pension ia sama sekali tidak memiliki kekuasaan lagi. Perintah atau acuan
telunjuknya sudah hambar, karena sudah kehilangan anak buah dan bawahan. Demikian
pula bila kasus seperti itu terjadi pada tokoh masyarakat yang pernah dielu – elukan.
Setelah mencapai usia senja akan timbul perasaan diasingkan.
Pergulatan antara kejayaan dan ketidakberdayaan diri seperti itu, merupakan situasi
batin yang dialami manusia usia senja. Makin bertambah usia akan semakin tersiksa
dirinya. Untuk mengatasi kendala psikologis seperti ini, umumnya manusia usia lanjut
ini akan menempuh berbagai jalan yang diperkirakan dpat meredam gejolak batinnya.
Diantara alternative yang cenderung dipilih adalah ikut aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan, kegiatan sosial keagamaan, ikut dalam kegiatan organisasi politik
ataupun menulis autobiografi.
Selain itu, gejala psikologis yang ditampilkan manusia usia senja ini adalah berupa
pernyataan – pernyataan controversial dan kritik terhadap hasil kerja generasi muda.
Mereka seakan sulit mengemukakan pujian terhadap sukses maupun prestasi yang
dicapai oleh generasi muda ini dalam berbagai bidang. Oleh karena itu, kelompok usia
ini sulit hidup akur dan berdampingan dengan generasi muda. Ada semacam
kecenderungan dalam diri mereka untuk senantias dipuji dan dibanggakan.11
Dalam konsep islam perlakuan terhadap manusia usia lanjut dianjurkan seteliti dan
setelaten mungkin. Perlakuan terhadap orang tua yang berusia lanjut dibebankan kepada
anak – anak mereka, bukan kepada badan atau panti asuhan, termasuk panti jompo.
Penrlakuan terhadap orang tua menurut tuntunan islam berawal dari rumah tangga.
Allah menyebutkan pemeliharaan secar khusus orantua yang lanjut usia dengan
memerintahkan kepada anak – anak mereka untuk memperlakukan kedua orang tua
mereka dengan kasih sayang.

11
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hlm 113
Islam mengajarkan bahwa dalam perkembangannya, manusia mengalami
penurunan kemampuan sejalan dengan pertambahan usia mereka.
Artinya: “Dan Barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami
kembalikan Dia kepada kejadian(nya)]. Maka Apakah mereka tidak memikirkan?”
Dalam Alquran dan terjemahannya dikemukakan bahwa kami kembalikan kepada
kejadiannya, yaitu dikembalikan kepadakepada keadaan manusia ketika ia baru
dilahirkan, yaitu lemah fisik dan kurang akal. Yang dikatakan maksud dengan ayat
tersebut adalah, bila manusia dipanjangkan umurnya ke usia lanjut, maka ia akan
kembali menjadi seperti bayi, yaitu tidak mengetahui sesuatupun. Manusia usia lanjut
itu juga layaknya seorang bayi yang kekuatannya menjadi melemah, hanya secara fisik
saja terlihat lebih besar dari bayi
Dari penjelasan diatas tergambar bagaimana perlakuan terhadap manusia usia lanjut
menuut ajaran islam. Manusia usia lanjut dipandang tak ubahnya seorag bayi yang
memerlukan pemeliharaan dan perawatan serta perhatian khusus dengan penuh kasih
sayang. Perlakuan yang demikian it tidak dapat diwakilkan kepada siapapun, melainkan
menjadi tanggung jawab anak – anak mereka. Perlakuan yang baik dan penuh kesabaran
serta kasih sayang yang dinilai sebagai kebaktian. Sebaliknya, perlakuan yang tercela
dinilai sebagai kedurhakaan.
Penjelasan ini menunjukkan bahwa perlakuan terhadap manusia usia lanjut menurut
islam merupakan kewajiban agama, maka sangat tercela dan dipandang durhaka bila
seorang anak tega menempatkan orangtuanya di tempat penampungan atau panti jompo.
Alas an apapun tak dapat diterima bagi perlakuan.12

12
Ibid…., Psikologi Agama, hlm 114
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Usia lanjut adalah usia daripada puncak dari segala usia dalam hidup ini,
beruntunglah orang yang diberi Allah hidayah dengan umur yang panjang hingga ia bias
mencapai usia lanjut yaitu usia 65 -70 tahun.
Pada masa ini adalah puncak dari kematangan beragama, ia sudah dapat
menerima ajran gama itu seluruhnya, ini juga krenai ia yakin bahwa kematian itu sudah
semakin dekat dengannya.
Oleh karena itu diharapkan pada masa ini manusia harus sadar bahwa
kemampuan motoriknya ssudah banyak berkurang, sehingga sudah saatnya
perbanyaklah persiapan buat ke akhirat, maslah keduniaan ini serahkanlah kepada yng
lebih muda, selayaknya ia hanya sebagai pemantau dan pengoreksi bagi kaum muda.
DAFTAR PUSTAKA

Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana


Jalaludin.2003. Psikologi Agama. Jakarta. Raja GrafindoPersada
Masduki, Yusron, Idi Warsah. 2020. Psikologi Agama. (Palembang: Tunas Gemilang
Press
Raharjo.2012. PengantarIlmuJiwa Agama. Semarang. PustakaRizki Putra
Saifuddin, Ahmad. 2017. Psikologi Agama (Implementasi Psikologi Untuk Memahami
Prilaku Agama). Jakarta Timur: Kencana
Supriadi. 2020. Manusia Dalam Pandangan Psikologi. Yogyakarta: CV.Budi Utama
Sururin. 2004. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta. Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai