Anda di halaman 1dari 13

Makalah

PERKEMBANGAN KEBERAGAMAAN INDIVIDU


PADA USIA 30-50 TAHUN DAN 50 TAHUN KE ATAS
Diajukan untuk memenuhi salah-satu tugas Mata Kuliah Psikologi Agama
Dosen Pengampu: Elis Trisnawati, S.Si., M.Pd.

Disusun Oleh:
Hari Bukhori Muslim 19201011042
Sari Tati 19201011011
Zay Jayyinul Haq 19201011039

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEMESTER 7
FAKULTAS ILMU KEISLAMAN
UNIVERSIITAS ISLAM AL IHYA KUNINGAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul.
“Perkembangan Keberagamaan Individu pada Usia 30-50 Tahun dan 50 Tahun ke
Atas” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Kelompok Mata Kuliah Psikologi Agama. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan mengenai perkembangan keberagamaan Individu pada
usia 30-50 tahun dan 50 tahun ke atas bagi pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Elis Trisnawati, S.Si., M.Pd
selaku Dosen Mata Kuliah Psikologi Agama yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang penulis tekuni.

Penulis menyadari, makalah yang penulis tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan penulis
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Kuningan, 19 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................iii
BAB I PENDAHLUAN...........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Pengertian Dewasa dan Ciri-ciri Kedewasaan..........................................3
B. Karakteristik Sikap Keberagamaan Pada Masa Dewasa...........................5
C. Masalah-masalah Keberagamaan Pada Masa Dewasa..............................6
D. Perkembangan Agama Pada Masa Dewasa...............................................6
BAB III PENUTUP.................................................................................................8
A. Kesimpulan................................................................................................8
B. Saran..........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9

iii
BAB I PENDAHLUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dengan berakhirnya masa remaja, maka berakhir pulalah
kegoncangan kegoncangan jiwa yang menyertai pertumbuhan remaja itu.
Yang berarti bahwa orang yang telah melewati usia remaja, mempunyai
ketentraman jiwa, ketetapan hati dan kepercayaan yang tegas, baik dalam
bentuk positif, maupun negatif. Kendatipun demikian, dalam kenyataan
hidup sehari-hari, masih banyak orang yang merasakan kegoncangan jiwa
pada usia dewasa. Bahkan perubahan-perubahan kepercayaan dan
keyakinan kadang-kadang masih terjadi saja. Keadaan dan kejadian-
kejadian itu, sangat menarik perhatian ahli agama, sehingga mereka
berusaha terus-menerus mengajak orang untuk beriman kepada Allah dan
berusaha memberikan pengertian-pengertian tentang agama.
Menurut H. Carl Witherington, diperiode adolesen ini pemilihan
terhadap kehidupan mendapat perhatian yang tegas. Sekarang mereka
mulai berfikir tentang tanggung jawab social moral, ekonomis, dan
keagamaan. Pada masa adolesen anak-anak berusaha untuk mencapai
suatu cita-cita yang abstrak. Diusia dewasa biasanya seseorang sudah
memliki sifat kepribadian yang stabil.
Saat telah menginjak usia dewasa terlihat adanya kematangan jiwa
mereka; “Saya hidup dan saya tahu untuk apa,” menggambarkan bahwa di
usia dewasa orang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari
makna hidup. Dengan kata lain, orang dewasa berusaha untuk
mempertahankan nila-inilai yang dipilihnya. Sikap keberagamaan orang
dewasa memiliki perspektif yang luas didasarkan atas nilai-nilai yang
dipilihnya. Selain itu sikap keberagamaan ini umumnya juga dilandasi
oleh pendalaman pengertian dan perluasan pemahaman tentang ajaran
agama yang dianutnya. Beragama bagi orang dewasa sudah merupakan
sikap hidup dan bukan sekadar ikut-ikutan.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Apa pengertian dewasa dan ciri-ciri kedewasaan?
2. Apa karakteristik sikap keberagamaan pada masa dewasa?
3. Apa saja masalah-masalah keberagamaan pada masa dewasa?
4. Bagaimana perkembangan agama pada masa dewasa?

C. Tujuan
Adapuntujuandaripembuatanmakalahiniyaitu:
1. Mengetahui pengertian dewasa dan ciri-ciri kedewasaan.
2. Mengetahui karakteristik sikap keberagamaan pada masa dewasa.
3. Mengetahui masalah-masalah keberagamaan pada masa dewasa.
4. Mengetahui perkembangan agama pada masa dewasa.

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Dewasa dan Ciri-ciri Kedewasaan


Dewasa merupakan tahapan perkembangan pasca seseorang
menginjak remaja. Dalam psikologi perkembangan, fase dewasa dimulai
dari usia 20 tahun. Menurut Cijns & Reksosiswojo (1952), seseorang yang
sudah mencapai usia dewasa salah satu cirinya adalah memahami faktor
dan dampak atas perilakunya. Di sisi lain, Witherington (1982)
menuliskan bahwa salah satu ciri orang dewasa adalah memilki ketegasan
dalam memilih bentuk kehidupan. Masa dewasa membuat seseorang juga
memikirkan lebih banyak hal dari pada masa remaja dan anak-anak.
Misalkan memikirkan tanggung jawab sosial, moral, ekonomi, termasuk
memikirkan keagamaan (Jalaludin, 2012). Ada beberapa ciri penting di
masa dewasa yang menjadi kelanjutan proses kematangan dari masa-masa
sebelumnya. Beberapa ciri merupakan identitas khusus yang membedakan
dengan masa-masa sebelumnya, diantaranya adalah: terjadinya perubahan
sikap dan tanggung jawab karena adanya kepercayaan yang diberikan oleh
orang-orang disekitarnya, kehidupannya semakin realistis, dan
melonjaknya berbagai persoalan hidup yang menyebabkan ketegangan
pada dirinya (Saifudin 2019).1
Saat telah menginjak usia dewasa terlihat adanya kematangan jiwa
mereka; “Saya hidup dan saya tahu untuk apa,” menggambarkan bahwa di
usia dewasa orang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari
makna hidup. Dengan kata lain, orang dewasa nilai-nilai yang yang
dipilihnya dan berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai yang
dipilihnya. Elizabeth B. Hurlock membagi masa dewasa menjadi tiga
bagian:

1
Surawan, Majrur, Psikologi Perkembangan Agama: Sebuah Tahapan Perkembangan Agama
Manusia (Yogyakarta: K-Media: 2020), Hal 67.

3
1. Masa dewasa awal (masa dewasa dini/young adult)
Masa dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan dan masa
reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan
ketegangan emosional, priode isolasi social, priode komitmen dan
masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan
penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Kisaran umurnya antara
21 tahun sampai 40 tahun.
2. Masa dewasa madya (middle adulthood)
Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur empat puluh
sampai enam puluh tahun. Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan
social antara lain; masa dewasa madya merupakan masa transisi,
dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan prilaku
masa dewasanya dan memasuki suatu priode dalam kehidupan dengan
ciri-ciri jasmani dan prilaku yang baru. Perhatian terhadap agama lebih
besar dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang
minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan
pribadi dan sosial.
3. Masa usia lanjut (masa tua/older adult)
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang.
Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai mati, yang
ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis
yang semakin menurun. Adapun ciri-ciri yang berkaitan dengan
penyesuaian pribadi dan sosialnya adalah sebagai berikut; perubahan
yang menyangkut kemampuan motorik, peruban kekuatan fisik,
perubahan dalam fungsi psikologis, perubahan dalam system syaraf,
perubahan penampilan.2
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa seseorang dapat disebut
dewasa apabila telah sempurna pertumbuhan fisiknya dan mencapai
kematangan psikologis sehingga mampu hidup dan berperan bersama-

2
Sururin, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 83.

4
sama orang dewasa lainnya. Umumnya psikolog menetapkan sekitar
usia 20 tahun sebagai awal masa dewasa dan berlangsung sampai
sekitar usia 40-45 tahun, dan pertengahan masa dewasa berlangsung
dari sekitar usia 40-45 sampai sekitar usia 65 tahun, serta masa dewasa
lanjut atau masa tua berlangsung dari sekitar usia 65 tahun sampai
meninggal.

B. Karakteristik Sikap Keberagamaan Pada Masa Dewasa


Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya, maka sikap
keberagamaan pada orang dewasa antara lain memiliki ciri sebagai
berikut:
1. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran
yang matang, bukan sekedar ikut-ikutan.
2. Cenderung bersifat realitas, sehinggga norma-norma agama lebih
banyak diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku.
3. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama, dan
berusaha untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman
keagamaan.
4. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan
tanggung jawab diri hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi
dari sikap hidup.
5. Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.
6. Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga
kemantapan beragama selain didasarkan atas pertimbangan pikiran,
juga didasarkan atas pertimbangan hati nurani.
7. Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian
masing-masing, sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam
menerima, memahami serta melaksanakan ajaran agama yang
diyakininya.

5
8. Terlihat adanya hubungan antar sikap keberagamaan dengan
kehidupan social, sehingga perhatian terhadap kepentingan organisasi
sosial keagamaan sudah berkembang.3

C. Masalah-masalah Keberagamaan Pada Masa Dewasa


Seorang ahli psikologi Lewis Sherril, membagi masalah-masalah
keberagamaan pada masa dewasa sebagai berikut:
1. Masa dewasa awal, masalah yang dihadapi adalah memilih arah hidup
yang akan diambil dengan menghadapi godaan berbagai kemungkinan
pilihan.
2. Masa dewasa tengah, masalah sentral pada masa ini adalah mencapai
pandangan hidup yang matang dan utuh yang dapat menjadi dasar
dalam membuat keputusan secara konsisten.
3. Masa dewasa akhir, ciri utamanya adalah ‘pasrah’. Pada masa ini,
minat dan kegiatan kurang beragama. Hidup menjadi kurang rumit dan
lebih berpusat pada hal-hal yang sungguh-sungguh berarti.
Kesederhanaan lebih sangat menonjol pada usia tua.4

D. Perkembangan Agama Pada Masa Dewasa


Dari segi Ilmu Jiwa Agama, dapat dikatakan bahwa perubahan
keyakinan atau perubahan jiwa agama pada orang dewasa bukanlah suatu
hal yang terjadi secara kebetulan saja, dan tidak pula merupakan
pertumbuhan yang wajar, akan tetapi adalah suatu kejadian yang didahului
oleh berbagai proses dan kondisi yang dapat diteliti dan dipelajari.
Perkembangan jiwa agama pada orang dewasa, yang terpenting ialah yang
dinamakan “Konversi Agama”, keyakinan yang berupa mistik; dan
perubahan ke arah acuh tak acuh terhadap ajaran agama.
Pada masa dewasa dini, agama mulai dipandang sebagai bagian
terpenting dalam hidupnya. Sedangkan pengkajian nilai diharapkan untuk
menjadi pedoman yang lebih kokoh untuk menghadapi tugas-tugas didunia
dan jadi pedoman utama menghadapi kematian dan hidup di akhirat kelak.
3
Jalaludin, Psikologi Agama (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 107- 108.
4
Wahyu Eka Nur Tati, Sari Restu Pamuji, Perkembangan Keberagamaan Individu pada Usia 30-
50 (2019), Hal 4.

6
Pekerjaan, ideologi, kegiatan sosial, biasanya akan dikaitkan dengan
tuntunan agama. Kualitas ibadah saat ini akan terlihat secara jelas.
Sedangkan yang nilai agamanya kurang disebabkan pendidikan dasar
agama yang diperoleh sebelumnya rendah, dan akan mewujudkan tingkah
laku agama yang rendah pula. Orang dewasa dini lebih memperhatikan
hal-hal keagamaan jika tetangga-tetangga dan teman-temannya aktif dalam
organisasi-organisasi keagamaan. Dan pada masa ini kegagalan-kegagalan
hidup mulai diatasi dengan bantuan agama, sekalipun dia selama hidupnya
kurang mengamalkan agama atau kurang keyakinannya.
Orang-orang dewasa yang cemas akan kematian atau mereka yang
sangat memikirkan hal kematian cenderung lebih memperhatikan agama
daripada orang yang bersikap lebih realistic. Semakin otoriter pola
kepribadian seseorang, semakin banyak perhatiannya pada agama dan
semakin kaku sikapnya terhadap agama-agama lainnya. Sebaliknya, orang
yang memiliki pribadi yang berpandangan seimbang lebih luwes terhadap
agama-agama lain dan biasanya lebih aktif dalam kegiatan agamanya.
(Tumanggor,2001:72;Hurlock,1980:258)
Pada masa dewasa madya adalah masa keinginan yang sangat
tinggi untuk beribadah. Banyak orang berusia madya (laki-laki dan
perempuan) yang tertarik kepada tempat ibadah (seperti: masjid) dan
kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan daripada yang pernah
mereka kerjakan pada waktu masih muda. Walaupun keinginannya ini
mungkin bukan karena alasan keagamaan. Contohnya banyak orang usia
madya, terutama wanita menganggap bahwa kegiatan keagamaan atau
sosial dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Keinginannya
untuk lebih terlibat dengan kegiatan keagamaan akan semakin besar
setelah seseorang kehilangan anggota keluarga atau teman dekatnya.5

5
Wahyu Eka Nur Tati, Sari Restu Pamuji, Perkembangan Keberagamaan Individu pada Usia 30-
50 (2019), Hal 4-5.

7
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa seseorang dapat disebut
dewasa apabila telah sempurna pertumbuhan fisiknya dan mencapai
kematangan psikologis sehingga mampu hidup dan berperan bersama-
sama orang dewasa lainnya. Dari segi Ilmu Jiwa Agama, dapat dikatakan
bahwa perubahan keyakinan atau perubahan jiwa agama pada orang
dewasa bukanlah suatu hal yang terjadi secara kebetulan saja, dan tidak
pula merupakan pertumbuhan yang wajar, akan tetapi adalah suatu
kejadian yang didahului oleh berbagai proses dan kondisi yang dapat
diteliti dan dipelajari.
Beragama bagi orang dewasa dan lanjut usia sudah merupakan
sikap hidup dan bukan sekedar ikut-ikutan oleh karena itu, kemampuan
orang dewasa dan lanjut usia mengenali atau memahami nilai ajaran
agama terletak pada nilai-nilai luhur yang hakiki sehingga menjadikan
nilai-nilai tersebut dalam bersikap dan bertingkah laku merupakan ciri dari
kematangan beragama. Dengan demikian kematangan beragama terlihat
dari kemampuan seseorang untuk memahami, menghayati serta
mengaplikasikan nilai-nilai luhur ajaran agama dalam kehidupan sehari-
hari tidak hanya sebatas kehidupan dunia tetapi kehidupan yang lebih
abadi itulah kehidupan ukhrawi.

B. Saran
Dalam penulisan tulisan ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa
tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu berbagai saran
dan kritik dari pembaca yang bersifat konstruktif sangat diharapkan sekali,
guna untuk kesempurnaan tulisan ini, atas saran dan kritik yang bersifat
membagun dari pembaca diucapkan terima kasih. Akhirnya hanya kepada
Allah yang maha sempurna, kita berserah diri, semoga semua aktivitas

8
yang kita lakukan bernilai ibadah di sisi-Nya dan memperoleh pahala dan
amal saleh hendaknya Amiien Yarabbal A’lamin.

9
DAFTAR PUSTAKA

Jalaludin. (2007). Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.


Surawan, Majrur. (2020). Psikologi Perkembangan Agama: Sebuah Tahapan
Perkembangan Agama Manusia. Yogyakarta: K-Media.
Sururin. (2004). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wahyu Eka Nur Tati, Sari Restu Pamuji. (2019). Perkembangan Keberagamaan
Individu pada Usia 30-50 .

10

Anda mungkin juga menyukai