Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“PERKEMBANGAN MORAL DAN MASA DEWASA DINI, MADYA, DAN


LANSIA”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 13

1. DIAN SYAHRANI (5021020)


2. YESHA DWI AFRILIA (5021242)
3. ANGELIA DWI ASTUTI (5021238)

Mata Kuliah : Perkembangan Peserta Didik


Dosen Pengampu : Candres Abadi, M.Pd. Kons
Kelas :2F

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI
KOTA LUBUKLINGGAU
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran Allah SWT karena atas segala rahmat dan
karunia-Nya tugas makalah ini dapat tersusun dengan baik. Tidak lupa juga kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Orang Tua yang telah memberikan motivasi dan doa.


2. Bapak Candes Abadi, M.Pd,Kons selaku dosen pegampu yang telah membimbing
dalam pembuatan tugas ini.
3. Serta teman-teman yang telah memberikan dukungan.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam penyusunan tugas ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Dan harapan
kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Untuk semua perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Lubuk linggau, 23 Mei 2022

Kelompok 13
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i

KATA PENGANTAR......................................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I.......................................................................................................................

A.Latar Belakang....................................................................................................

B.Rumusan Masalah................................................................................................

C. Tujuan....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................

A. Perkembangan Moral...........................................................................................

B. Masa Dewasa Dini, Madya, dan Lansia..................................................................

C. Ciri-ciri Masa Dewasa Dini, Madya, dan Lanjut usia............................................

BAB III PENUTUP..............................................................................................

A.Kesimpulan............................................................................................................

B. Saran......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan
konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya
dengan orang lain (Santrock, 1995). Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral
(imoral). Dan dalam perkembangan moral terdapat beberapa tahapan yaitu sebagai
berikut:
1. Tahap-tahap Perkembangan Moral Menurut Teori Psikoanalisa
2. Tahap-tahap Perkembangan Moral Menurut Teori Kognitif Piaget
3. Tahap-tahap Perkembangan Moral Menurut Teori Kohlberg
4. Tahap-tahap Perkembangan Moral Menurut Teori Kohlberg

Batasan dan ciri- ciri Usia Masa Dewasa Dini, Madya, Lanjut Usia :

1. Masa Dewasa Dini


Secara usia, masa dewasa dini dimulai dari umur 18 tahun sampai sekitar umur 40
tahun. Saat itu terjadi perubahan-perubahan fisik dan psikologis, yang disertai dengan
berkurangnya kemampuan reproduktif. Hurlock menyebutnya sebagai masa penyesuaian
pribadi dan sosial. Berikut ini adalah beberapa ciri masa dewasa dini yaitu:
a. Masa dewasa dini sebagai masa pengaturan
b. Masa dewasa dini sebagai usia reproduktif
c. Masa dewasa dini sebagai masa bermasalah
d. Masa dewasa dini sebagai masa ketegangan emosional
e. Masa dewasa dini sebagai masa keterasingan sosial
f. Masa dewasa dini sebagai masa komitmen
g. Masa dewasa dini Sering merupakan masa ketergantungan
h. Masa dewasa dini sebagai masa perubahan nilai
i. Masa dewasa dini sebagai masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru
j. Masa dewasa dini sebagai masa kreatif.
2. Masa Dewasa Madya
Masa dewasa madya dimulai dari umur 40 tahun sampai sekitar umur 60 tahun, yaitu
menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas tampak pada setiap orang.

Berikut ini adalah beberapa ciri masa dewasa madya yaitu:


a. Masa Transisi dan Stres
b. Usia yang Berbahaya dan Menakutkan
c. Masa Berprestasi
d. Masa Evaluasi Diri
e. Masa Jenuh
f. Masa Sepi

3. Masa Dewasa Lanjut (Usia Lanjut)


Masa dewasa lanjut, atau senescence dan/atau usia lanjut dimulai dari umur 60 tahun
sampai kematian. Pada saat ini, baik kemampuan fisik maupun psikologis cepat
menurun, tetapi teknik pengobatan modern serta upaya dalam hal berpakaian dan
berdandan, memungkinkan pria dan wanita bertindak dan berperasaan seperti mereka
masih muda.
Berikut ini adalah beberapa ciri masa lanjut usia yaitu:
a. Periode Kemunduran
b. Memiliki Status Kelompok Minoritas
c. Membutuhkan Perubahan Peran
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja tahap-tahap perkembangan moral ?
2. Apa saja batasan usia pada masa dewasa dini, madya, dan lanjut usia ?
3. Apa saja ciri-ciri masa dewasa dini, madya, dan lanjut usia ?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa saja tahap-tahap perkembangan moral
2. Mengetahui apa saja batasan usia pada masa dewasa dini, madya, dan lanjut
usia
3. Mengetahui apa saja ciri-ciri masa dewasa dini, madya, dan lanjut usia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Moral

Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan


konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya
dengan orang lain (Santrock, 1995). Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral
(imoral). Tetapi dalam dirinya terdapat potensi moral yang siap untuk dikembangkan.
Karena itu, melalui pengalamannya berinteraksi dengan orang lain (dengan orang tua,
saudara, teman sebaya atau guru), anak belajar memahami tentang perilaku mana yang
baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah laku mana yang buruk, yang tidak boleh
dikerjakan.

Dan perkembangan moral adalah mencakup perkembangan pikiran perasaan dan


perilaku menurut aturan atau kebiasaan mengenai hal-hal yang seharusnya dilakukan
seseorang ketika berinteraksi dengan orang lain (Hurlock). Perkembangan moral sangat
berpengaruh terhadap lingkungan sehingga pada masa anak-anak ini orang tua dan
lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan moral anak, moral yang positif
akan berdampak baik untuk kedepannya dan begitu sebaliknya jika anak kecil hanya
menerima moral yang negatif maka si anak akan berkembang tidak sesuai dengan yang
diharapkan oleh orangtuanya. Dan dalam perkembangan moral terdapat beberapa
tahapan yaitu sebagai berikut:

1. Tahap-tahap Perkembangan Moral Menurut Teori Psikoanalisa

Dalam menggambarkan perkembangan moral teori psikoanalisa dengan pembagian


struktur kepribadian manusia atas 3 yaitu ide ego, dan superego. Ide adalah struktur
kepribadian yang terdiri atas aspek biologis yang irasional dan tidak. Ego adalah struktur
kepribadian yang terdiri atas aspek psikologis, yaitu subsistem ego yang rasional dan
disadari, namun tidak memiliki moralitas. Superego adalah struktur kepribadian yang
terdiri atas aspek sosial yang berisikan sistem nilai dan moral, yang benar-benar
memperhitungkan” benar” atau” salahnya” sesuatu.
Menurut teori psikoanalisa klasik Freud, semua orang mengalami konflik oedipus.
Konflik ini akan menghasilkan pembentukan struktur kepribadian yang dinamakan Freud
sebagai superego. Ketika anak mengatasi konflik oedipus ini, maka perkembangan moral
mulai. Salah satu alasan mengapa anak mengatasi konflik oedipus ini adalah perasaan
khawatir akan kehilangan kasih sayang orang tua dan ketakutan akan dihukum karena
keinginan seksual mereka yang tidak dapat diterima terhadap orang tua yang berbeda
jenis kelamin. Untuk mengurangi kecemasan, menghindari hukuman, dan
mempertahankan kasih sayang orang tua, anak-anak membentuk suatu superego dengan
mengidentifikasi diri dengan orang tua yang sama jenis kelamin menginternalisasi
standar-standar benar dan salah orang tua.

Struktur superego ini mempunyai dua komponen yaitu ego ideal kata hati
(conscience). Kata hati menggambarkan bagian dalam atau kehidupan mental seseorang,
peraturan-peraturan masyarakat, hukum, kode, etika, dan moral. Pada usia kira-kira 5
tahun perkembangan superego secara khas akan menjadi sempurna. Ketika hal ini terjadi,
maka suara hati terbentuk. Ini berarti bahwa pada usia sekitar 5 tahun orang sudah
menyelesaikan perkembangan moralnya (Lerner & Hultsch, 1983).

2. Tahap-tahap Perkembangan Moral Menurut Teori Kognitif Piaget

Teori kognitif piaget mengenai perkembangan moral melibatkan prinsip-prinsip dan


proses-proses yang sama dengan pertumbuhan kognitif yang ditemui dalam teorinya
tentang perkembangan intelektual. Bagi piaget, perkembangan moral digambarkan
melalui aturan permainan. Karena itu, hakikat moralitas adalah kecenderungan untuk
menerima dan menaati sistem peraturan. Berdasarkan hasil observasi nya terhadap aturan
aturan permainan yang digunakan anak-anak, piaget menyimpulkan bahwa pemikiran
anak-anak tentang moralitas dapat dibedakan atas dua tahap, yaitu tahap heteronomous
morality dan autonomous morality (Siefert & Hoffnung, 1994).

Heteronomous morality atau morality of constraint ialah tahap perkembangan moral


yang terjadi pada anak usia kira-kira 6 hingga 9 tahun. Dalam tahap berpikir ini anak-
anak menghormati ketentuan-ketentuan suatu permainan sebagai sesuatu yang bersifat
suci dan tidak dapat dirubah, karena berasal dari otoritas yang dihormatinya. Anak-anak
pada masa ini yakin akan keadilan immanen,yaitu konsep bahwa bila suatu aturan
dilanggar, hukuman akan segera dijatuhkan. Mereka percaya bahwa pelanggaran
diasosiasikan secara otomatis dengan hukuman, dan setiap pelanggaran akan dihukum
menurut tingkat kesalahan yang dilakukan seorang anak dengan mengabaikan apakah
kesalahan itu disengaja atau kebetulan.

Autonomous morality atau morality of cooperation ialah tahap perkembangan moral


yang terjadi pada anak-anak usia kira-kira 9 hingga 12 tahun. Pada tahap ini anak mulai
sadar bahwa aturan-aturan dan hukum-hukum merupakan ciptaan manusia dan dalam
menerapkan suatu hukuman atas suatu tindakan harus mempertimbangkan maksud
pelaku serta akibat-akibatnya. Bagi anak-anak dalam tahap ini, peraturan-peraturan
hanyalah masalah kenyamanan dan kontrak sosial yang telah disetujui bersama, sehingga
mereka menerima dan mengakui perubahan menurut kesepakatan.dalam tahap ini, anak
juga meninggalkan penghormatan sepihak kepada otoritas dan mengembangkan
penghormatan kepada teman sebayanya. Mereka nampak membandel kepada otoritas,
serta lebih mentaati peraturan kelompok sebaya atau pimpinannya.

3. Tahap-tahap Perkembangan Moral Menurut Teori Kohlberg

Teori Kohlberg tentang perkembangan moral merupakan perluas, modifikasi, dan


redefinisi atas teori piaget.teori ini didasarkan atas analisisnya terhadap hasil wawancara
dengan anak laki-laki usia 10 hingga 16 tahun yang dihadapkan pada suatu dilema moral,
di mana mereka harus memilih antara tindakan mentaati peraturan atau memenuhi
kebutuhan hidup dengan cara yang bertentangan dengan peraturan.

Berdasarkan pertimbangan yang diberikan atas pertanyaan kasus dilematis yang


dihadapi seseorang, Kohlberg mengklasifikasikan perkembangan moral atas tiga tingkatan
(level), yang kemudian dibagi lagi menjadi 6 tahap (stage). Kohlberg setuju dengan piaget
yang menjelaskan bahwa sikap moral bukan hasil sosialisasi atau pelajaran yang diperoleh
dari pengalaman. Tetapi, tahap-tahap perkembangan moral terjadi dari aktivitas spontan
dari anak-anak. Anak-anak memang berkembang melalui interaksi sosial, namun interaksi
ini memiliki corak khusus, di mana faktor pribadi yaitu aktivitas-aktivitas anak ikut
berperan.

Hal penting lain dari teori perkembangan moral Kohlberg adalah orientasinya untuk
mengungkapkan moral yang hanya ada dalam pikiran dan yang dibedakan dengan tingkah
laku moral dalam arti perbuatan nyata. Semakin tinggi tahap perkembangan moral
seseorang, akan semakin terlihat moralitas yang lebih mantap dan bertanggung jawab dari
perbuatan-perbuatannya.
Tingkat dan tahap perkembangan moral menurut kohlberg yaitu sebagai berikut:

a. Prakonvensional moralitas,pada level ini anak mengenal moralitas berdasarkan


dampak yang ditimbulkan oleh suatu perbuatan, yaitu menyenangkan (hadiah)
atau menyakitkan (hukuman). Anak tidak melanggar aturan karena takut akan
ancaman hukuman dari otoritas. Tahapan dari kohlberg ini orientasi kepatuhan
dan hukuman pemahaman anak tentang baik dan buruk ditentukan oleh otoritas.
Kepatuhan terhadap aturan adalah untuk menghindari hukuman dari otoritas.
b. Konvensional,suatu perbuatan dinilai baik oleh anak apabila mematuhi harapan
otoritas atau kelompok sebaya. Tahapan dari masa ini orientasi hedonistik
instrumental suatu perbuatan dinilai baik apabila berfungsi sebagai instrumen
untuk memenuhi kebutuhan atau kepuasan diri.

Manusia tidak terlalu terlalu mengembangkan nafsu saja dan juga tidak terlalu
cenderung pada hal-hal yang idealis dan moralis, perlu ada imbangan melalui dunia
kenyataan atau dijembatani oleh ego.

4. Tahap-tahap Perkembangan Moral Menurut Teori Behavioristik

Behavioristik adalah sebuah aliran dalam pemahaman tingkah laku manusia yang
dikembangkan oleh John B.Watson (1878-1958), seorang ahli psikologi Amerika, pada
tahun 1930, sebagai reaksi atas teori psikodinamika. Perspektif behavioral ini berfokus
pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah laku manusia. Asumsi dasar mengenai
tingkah laku menurut teori ini adalah bahwa tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh
aturan-aturan, bisa diramalkan, dan bisa dikendalikan.

Watson dan teoritikus behavioristik lainnya, seperti skinner (1904-1990 ) meyakini


bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil dari pembawaan genetis dan pengaruh
lingkungan atau situasional. Kalau Freud melihat bahwa tingkah laku kita dikendalikan
oleh kekuatan-kekuatan yang tidak rasional, teoritikus behavioristik melihat kita sebagai
hasil pengaruh lingkungan yang membentuk dan memanipulasi tingkah laku kita. Menurut
teoritikus behavioristik, manusia sepenuhnya adalah makhluk reaktif, yang tingkah
lakunya dikontrol oleh faktor-faktor yang berasal dari luar. Faktor lingkungan inilah yang
menjadi penentu terpenting dari tingkah laku manusia. Berdasarkan pemahaman ini maka
kepribadian individu menurut teori ini dapat dikembalikan kepada hubungan antara
individu dan lingkungannya. Manusia datang ke dunia ini tidak dengan membawa ciri-ciri
yang pada dasarnya “baik atau buruk”. Tetapi netral hal-hal yang mempengaruhi
perkembangan kepribadian individu selanjutnya semata-mata bergantung pada
lingkungannya.

Menurut teori ini, orang terlibat di dalam tingkah laku tertentu karena mereka telah
mempelajarinya, melalui pengalaman-pengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah
laku tersebut dengan hadiah-hadiah. Orang menghentikan suatu tingkah laku, mungkin
karena tingkah laku tersebut belum diberi hadiah atau telah mendapat hukuman. Semua
tingkah laku, baik bermanfaat ataupun merusak, merupakan tingkah laku yang dipelajari.

Gagasan utama dalam aliran behavioristik ini adalah bahwa untuk memahami tingkah
laku manusia diperlukan pendekatan yang objektif, mekanistik dan materialistik, sehingga
perubahan tingkah laku pada diri seseorang dapat dilakukan melalui upaya pengondisian.
Dengan perkataan lain, mempelajari tingkah laku seseorang seharusnya dilakukan melalui
pengujian dan pengamatan atas tingkah laku yang tampak, bukan dengan mengamati
kegiatan bagian dalam tubuh. Menurut Watson adalah tidak bertanggung jawab dan tidak
ilmiah mempelajari tingkah laku manusia semata-mata didasarkan atas kejadian-kejadian
subjektif, yakni kejadian-kejadian yang diperkirakan terjadi di dalam pikiran, tetapi tidak
dapat di amati dan diukur.

Dapat disimpulkan bahwa perkembangan moral adalah perubahan penalaran, perasaan,


dan perilaku tentang standar mengenai benar dan salah. Perkembangan moral adalah bahwa
seseorang telah mengalami perkembangan moral apabila ia memperlihatkan adanya
perilaku yang sesuai dengan aturan-aturan yang ada di dalam masyarakatnya. Dengan kata
lain perkembangan moral berkorelasi dengan kemampuan penyesuaian diri individu. Dan
memiliki beberapa tahapan yaitu sebagai berikut:

1. Tahap-tahap Perkembangan Moral Menurut Teori Psikoanalisa


2. Tahap-tahap Perkembangan Moral Menurut Teori Kognitif Piaget
3. Tahap-tahap Perkembangan Moral Menurut Teori Kohlberg
4. Tahap-tahap Perkembangan Moral Menurut Teori Behavioristik
B. Masa Dewasa Dini, Madya, dan Lansia

Menurut Elizabeth Bergner Hurlock (1991:46) masa dewasa biasa dikelompokkan


pada periode yang menunjukkan perubahan bersamaan dengan masalah penyesuaian diri
dan tekanan berdaya, serta harapan yang timbul akibat perubahan tersebut. Hurlock
membagi masa dewasa dalam tiga kelompok.

1. Masa Dewasa Dini


Secara usia, masa dewasa dini dimulai dari umur 18 tahun sampai sekitar umur 40
tahun. Saat itu terjadi perubahan-perubahan fisik dan psikologis, yang disertai dengan
berkurangnya kemampuan reproduktif. Hurlock menyebutnya sebagai masa penyesuaian
pribadi dan sosial.

2. Masa Dewasa Madya


Masa dewasa madya dimulai dari umur 40 tahun sampai sekitar umur 60 tahun, yaitu
menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas tampak pada setiap orang.

3. Masa Dewasa Lanjut (Usia Lanjut)


Masa dewasa lanjut, atau senescence dan/atau usia lanjut dimulai dari umur 60 tahun
sampai kematian. Pada saat ini, baik kemampuan fisik maupun psikologis cepat
menurun, tetapi teknik pengobatan modern serta upaya dalam hal berpakaian dan
berdandan, memungkinkan pria dan wanita bertindak dan berperasaan seperti mereka
masih muda.

Akhir masa remaja adalah masa dewasa atau disebut dengan masa adolescence.
Ketika manusia menginjak masa dewasa, tampak adanya kematangan dalam dirinya.
Kematangan jiwa tersebut menggambarkan bahwa manusia tersebut sudah menyadari
makna hidupnya. Dengan kata lain, manusia dewasa sudah mulai memilih nilai-nilai atau
norma yang telah dianggap baik untuk dirinya serta mereka berusaha untuk memper
tahankan nilai-nilai atau norma-norma yang telah dipilihnya. Apabila dibandingkan
dengan masa-masa sebelumnya, masa dewasa adalah waktu yang paling lama dalam
rentang hidup, yang ditandai dengan pembagiannya menjadi tiga fase, yaitu masa dewasa
dini, masa dewasa madya, dan masa dewasa lanjut (usia lanjut).
Masa dewasa dini biasanya dimulai sejak usia 18 tahun sampai dengan sekitar usia
40 tahun dan biasanya ditandai dengan selesainya pertumbuhan pubertas dan
berkembangnya organ kelamin sehingga mampu berproduksi. Pada masa ini'individu
akan mengalami perubahan fisik dan psikologis tertentu bersamaan dengan masalah
penyesuaian diri dan harapan terhadap perubahan tersebut. Hurlock menyebutnya masa
dewasa sebagai masa usia lanjut yang meliputi penyesuaian pribadi dan sosial serta
penyesuaian pekerjaan dan keluarga.

Dalam pandangan Moonks, perubahan tersebut terjadi pada fungsi biologis dan
motoris, pengamatan berpikir, motif-motif dan kehidupan efeksi, hubungan sosial serta
integrasi masyarakat. Perubahan fisik yang menyebabkan harapan hidupnya disebut
proses menjadi tua. Proses dewasa dini merupakan bagian dari keseluruhan proses
menjadi tua. Proses ini dipengaruhi oleh faktor-faktor pribadi orang itu sendiri, yaitu
regulasi diri sendiri.

Dalam mengkaji perkembangan masa dewasa dini, Hurlock mengategorikan masa


dewasa dini pada dua bagian, yaitu masa dewasa dini dalam konteks penyesuaian pribadi
dan sosial serta masa dewasa dini dalam konteks penyesuaian pekerjaan dan keluarga.

Masa dewasa adalah masa pencarian kemantapan dan masa reproduktif, yaitu masa
yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi, periode
komitmen dan masa kebergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas, dan penyesuaian
diri pada pola hidup yang baru.

Menurut Elizabeth Bergner Hurlock (1991:184) secara etimologis, istilah dewasa


berkaitan erat dengan istilah "adult" yang berasal dari kata kerja bahasa Latin, seperti
halnya istilah "adolesene adolescere"- yang berarti "tumbuh menjadi kedewasaan. Dalam
konteks lain, "adult" berasal dari kata kerja adultus dapat diartikan "telah tumbuh
menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Oleh karena itu,
orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhan sebelumnya dan
siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama orang dewasa lainnya.

Erickson mengatakan bahwa seseorang yang digolongkan dalam usia dewasa awal
berada dalam tahap hubungan hangat dekat dan komunikatif dengan atau tidak
melibatkan kontak seksual. Apabila gagal dalam bentuk keintiman, ia akan mengalami
isolasi (merasa tersisihkan dari orang lain, kesepian, menyalahkan diri karena berbeda
dengan orang lain)."

Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (1999:199), orang dewasa


muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik (physically trantition) transisi
secara intelektual (cognitive trantition), serta transisi peran sosial (social role trantition).

Agoes Soejanto memandang masa adolescence, sebagai masa peralihan dari masa
remaja atau masa pemuda ke masa dewasa. Masa ini berlangsung cepat. Dengan
tercapainya masa ini, seseorang dalam waktu yang relatifsingkat sampai ke masa dewasa.
Bahkan, gejala dan sifat-sifatnya tampak dalam sikapnya menyerupai sifat dan sikap
orang dewasa.

C. Ciri-ciri Masa Dewasa Dini, Madya, dan Lanjut usia

1. Makna Masa Dewasa Dini (Dewasa Awal)

Menurut Hurlock (1991:246) masa dewasa dini atau masa dewasa awal merupakan
masa penuh konflik di antara ketiga pola (masa dewasa awal, madya, dan masa tua).
Hurlock mendefinisikan masa dewasa dini sebagai periode penyesuaian diri terhadap
pola kehidupan baru dan harapan sosial baru. Orang dewasa muda diharapkan dapat
memainkan peran baru, separti peran suami istri, orang tua, pencari nafkah, dan
mengembangkan sikap baru, keinginan baru, dan nilai-nilai baru, sesuai dengan tugas
baru ini. Penyesuaian diri menjadikan periode ini sebagai suatu periode khusus dan sulit
dari rentang hidup seseorang.

a. Batasan Usia Masa Dewasa Dini

Secara usia, masa dewasa dini dimulai dari umur 18 tahun sampai sekitar umur 40
tahun. Saat itu terjadi perubahan-perubahan fisik dan psikologis, yang disertai dengan
berkurangnya kemampuan reproduktif. Hurlock menyebutnya sebagai masa penyesuaian
pribadi dan sosial.

Memahami fase perkembanga:. manusia secara psikologis perlu dilengkapi dengan


konsep berpikir bahwa setiap fase harus dilewati dengan baik dan tuntas. Stagnansi atau
tidak selesainya tugas-tugas pada suatu fase cenderung mengembalikan orang pada fase
tersebut meskipun ia sudah dewasa, bahkan lanjut usia. Tulisan ini hanya memaparkan
sebagian kecil dari psikologi perkembangan manusia yang kompleks.
Fase dewasa terdiri atas dewasa muda, yakni 21-40 tahun, dewasa madya, 40-64
tahun, dan lanjut usia di atas 64 tahun. Setiap pembagian fase memiliki ciri-ciri khusus
yang unik. Dalam pandangan Islam, fase dewasa disebut fase kearifan dan kebijakan;
fase ketika seseorang telah memiliki tingkat kesadaran dan kecerdasan emosional, moral,
spiritual, dan agama secara mendalam. Fase ini dimulai usia 40 sampai meninggal
dunia."

Tugas-tugas perkembangan fase ini adalah: (a) transinternalisasi sifat-sifat Rasul


yang agung (shidiq, amanah, fathanah, tabligh); (b) meningkatkan kesadaran peran sosial
dengan niatan amal saleh; (c) meningkatkan ketakwaan dan kedekatan (taqarrub) kepada
Allah SWT; (d) mempersiapkan diri sebaik mungkin, sebab usia-usia seperti ini
mendekati kematian. Pada fase ini seseorang kadang-kadang tidak mampu meng
aktualisasikan potensinya, dan kesadarannya menurun, bahkan menghilang. Kondisi ini
disebabkan menurunnya saraf-saraf atau organ tubuh lainnya seningga menjadikan
kepikunan. Dewasa muda biasanya membuka pergaulan, mancari teman intim, dan
meniti karier. Kegagalan dalam berteman intim akan membuatnya meng isolasi diri
selama beberapa waktu. Perasaan kosong dan tidak bermakna juga muncul pada usia ini.

Islam memandang masa dewasa dini sebagai masa pencarian kemantapan, yaitu masa
yang penuh masalah dan ketegangan emosional, perubahan nilai, dan penyesuaian diri
pada pola hidup yang baru. Masa ini dimulai pada umur 18 hingga sekitar 24 tahun.
Perubahan yang terbesar adalah pengurangan keragaman minat. Minat pribadi pada masa
dewasa dini meliputi perhatian pada penampilan, pakaian dan tata rias, lambang
kedewasaan, status, uang, dan agama. Penyesuaian keluarga dan pekerjaan, khususnya
pada masa ini sangat sulit karena pada umumnya orang dewasa muda dituntut
membangun penyesuaian. Ketika menikah, ia akan membatasi diri dan berusaha untuk
mencari pasangan yang menurutnya sesuai dengan statusnya.

b. Ciri-ciri Masa Dewasa Dini

Berikut ini adalah beberapa ciri masa dewasa dini yaitu:

a. Masa dewasa dini sebagai masa pengaturan


b. Masa dewasa dini sebagai usia reproduktif
c. Masa dewasa dini sebagai masa bermasalah
d. Masa dewasa dini sebagai masa ketegangan emosional
e. Masa dewasa dini sebagai masa keterasingan sosial
f. Masa dewasa dini sebagai masa komitmen
g. Masa dewasa dini Sering merupakan masa ketergantungan
h. Masa dewasa dini sebagai masa perubahan nilai
i. Masa dewasa dini sebagai masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru
j. Masa dewasa dini sebagai masa kreatif.

2. Makna Masa Dewasa Madya


Menurur Hurlock (1991:320) dewasa madya atau yang populer dengan istilah
setengah baya, dari sudut posisi usia dan terjadinya perubahan fisik ataupun psikologis,
memiliki banyak kesamaan dengan masa remaja. Jika masa remaja merupakan masa
peralihan, dalam arti bukan lagi masa kanak-kanak, tetapi belum bisa disebut dewasa,
pada setengah baya tidak dapat lagi disebut muda, namun juga belum bisa dikatakan tua.
Menurut Hurlock, masa setengah baya merupakan masa panjang dalam menjalani
kehidupan dewasa, yaitu berlangsung sejak usia 40-60 tahun. Penyesuaian yang
menonjol dalam kehidupan manusia pada usia setengah baya atau masa dewasa madya
agak berbeda dengan penyesuaian yang dilakukan pada awal masa dewasa.

Secara fisik pada masa remaja terjadi perubahan yang pesat (menuju ke arah
kesempurnaan/kemajuan) yang berpengaruh pada kondisi psikologisnya. Demikian pula,
individu setengah baya juga mengalami perubahan kondisi fisik, tetapi dalam pengertian
terjadi penurunan/ kemunduran.

Dengan bahasa berbeda, Sunardi Nur (2007:105) menjelaskan bahwa masa dewasa
madya ini berlangsung dari umur 40-60 tahun. Dewasa madya adalah masa transisi
seorang individu, yaitu pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa
dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan
perilaku yang baru. Perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa
sebelumnya dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi
kebutuhan pribadi dan sosial. Pada masa dewasa madya, menurut Sl afi' dan Subandi
(1996:105), terjadi perubahan fungsi fisik yang tidak mampu berfungsi seperti sedia kala
dan beberapa organ tubuh tertentu mulai kehilangan (menurun) fungsinya.

Melihat dan mendengar merupakan dua perubahan yang paling menyusahkan, yang
terjadi pada dewasa tengah. Daya akomodasi mata untuk memfokuskan dan
mempertahankan gambar pada retina akan mengalami penurunan tajam antara usia 40
tahun ke atas. Karena pada usia tersebut aliran darah pada mata juga berkurang.
Pendengaran mungkin juga mulai menurun pada usia ini. Meskipun kemampuan untuk
mendengar suara-suara bernada rendah tidak begitu terlihat. Laki-laki biasanya
kehilangan sensitivitasnya terhadap suara bernada tinggi lebih dahulu daripada
perempuan. Hal ini disebabkan oleh lebih besarnya pengalaman laki-laki terhadap suara
gaduh dalam pekerjaan. Pada masa ini, baik pria maupun wanita selalu dihantui
ketakutan karena penampilannya pada masa ini akan menghambat kemampuannya untuk
mempertahankan pasangan mereka atau mengurangi daya tarik lawan jenis.

Menurut Shafi'i dan Subandi (1996:105-107), beberapa perubahan yang terjadi pada
masa dewasa madya adalah perubahan fisik, seperti:
a. tumbuhnya uban;
b. kulit mulai keriput;
c. gigi yang menguning;
d. tulang-tulang bergeser lebih dekat antara yang satu dan yang lainnya, sulit melihat
objek-objek yang dekat;
e. penurunan pada sensitivitas pendengaran;
f. menopause (reproduksi haid akan mulai berhenti).
Menurut Sunardi Nur (2007:109), perkembangan kognitif, pada tahap ini sudah
mencapai titik akhir puncaknya yang sama dengan perkembangan tahap sebelumnya.
Pada masa ini individu dalam menyelesaikan masalahnya setelah memikirkannya secara
teoretis. Ia menganalisis masalahnya dengan penyelesaian berbagai hipotesis yang
mungkin ada. Berdasarkan analisis ini, seorang individu kemudian membuat suatu
strategi penyelesaian.

a. Batasan Usia Masa Dewasa Madya

Pada umumnya usia madya atau usia setengah baya dipandang sebagai masa usia
antara 40-60 tahun. Masa tersebut ditanc ai oleh perubahan jasmani dan mental. Pada
usia 60 tahun terjadi penurunan kekuatan fisik yang sering diikuti oleh penurunan daya
ingat. Walaupun banyak yang mengalami perubahan-perubahan tersebut lebih lambat
dari pada masa lalu, garis batas tradisionalnya masih tampak. Meningkatnya
kecenderungan untuk pensiun pada usia 60-an sengaja atau tidak sengaja menganggap
usia 60-an sebagai garis batas antara usia lanjut dan usia madya.
b. Ciri-ciri Masa Dewasa Madya

Masa usia madya merupakan masa yang berlangsung dalam rentang waktu yang
cukup panjang sehingga masa usia madya atau masa setengah baya ini mempunyai
berbagai ciri yang menunjukkan banyaknya per masalahan pada masa ini. Menurut
Hurlock (2007: 320) mengungkapkan bahwa terdapat sejumlah ciri tersebut di antaranya
sebagai berikut:

a. Masa Transisi dan Stres


Penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah menjadikan
stres. Usia madya merupakan usia peralihan dari masa dewasa yang penuh vitalitas ke
masa tua dengan berbagai penurunan fungsi fisik dan psikis, seperti dipahami bahwa
masa transisi selalu berarti perlu penyesuaian diri. Penyesuaian yang radikal terhadap
peran dan pola hidup yang berubah, apalagi disertai dengan berbagai perubahan fisik
yang menurun cenderung merusak keseimbangan manusia, baik dalam emosional
maupun aspek kepribadian yang lain sehingga masa ini juga merupakan masa stres
yang berupa stres somatis, stres budaya, stres ekonomi, ataupun stres psikologis yang
banyak diakibatkan oleh adanya berbagai perubahan tersebut.
b. Usia yang Berbahaya dan Menakutkan
Dalam pengertian sederhana, usia berbahaya adalah usia yang memunculkan
keinginan untuk melampiaskan dan mengekspresikan kekuatan, kekerasan, serta
vitalitasnya sebelum memasuki usia lanjut. Segi lain yang menjadi permasalahan pada
masa ini adalah adanya keluhan fisik sebagal akibat bekerja terlalu keras atau
kecemasan yang berlebihan karena merasa dirinya tidak menarik lagi, takut menjadi
orang yang tidak ber kemampuan atau kecemasan ditinggal pasangannya.
Pada usia ini juga individu menjadi canggung dalam bertingkah laku mengingat
bahwa dirinya sudah tidak muda lagi, tetapi juga belum memasuki usia lanjut.
Perasaan serta kondisi mental yang siap serta tidak mau menerima berbagai perubahan
tersebut sering terwujud dalam perilaku seperti anak muda sehingga usia ini disebut
juga usia yang berbahaya.
c. Masa Berprestasi
Masa ini pada dasarnya merupakan masa kejayaan dalam kehidupan manusia karena
pada umumnya orang mencapai kemapanan ekonomi dan keuangan, puncak
kepuasan, kejayaan dalam karier dan prestise ataupun kedudukan sosial umumnya
dapat diperoleh pada usia ini.
d. Masa Evaluasi Diri
Karena pada usia madya pria dan wanita mencapai puncak kemapanan dan puncak
prestasinya, secara logis masa ini sekaligus juga merupakan waktu yang sangat tepat
untuk melakukan evaluasi diri, yaitu melakukan berbagai penilaian terhadap kondisi
ataupun prestasi dirinya saat ini dan prediksi masa mendatang dengan berdasar pada
aspirasi mereka sendiri dan harapan orang lain.
e. Masa Jenuh
Periode ini juga bersifat negatif, yaitu mulai munculnya kejenuhan yang dialami oleh
hampir seluruh pria dan wanita, sebagai akibat rutinitas kehidupan yang selalu
dituntut oleh tugas dan target dari lingkungan. Kaum pria jenuh dengan berbagai
kegiatan kerja rutin dan kehidupan formal yang hanya sedikit memberikan hiburan,
sedang kaum wanita mulai jenuh dengan kehidupan yang dijalani.
f. Masa Sepi
Ciri negatif dari masa ini adalah masa usia sekitar 50 tahun, kehidupan dalam
keluarga mulai ditandai dengan adanya rasa sepi (empty nest) karena pada masa ini
anak-anak mulai beranjak dewasa dan mulai membina keluarga baru, yang sibuk
dengan urusannya sendiri sehingga keluarga di usia madya mulai ditinggal dari anak-
anak dan mungkin juga oleh pasangannya (karena meninggal atau menikah lagi).
Setelah sekian lama terbiasa hidup bersama keluarga, perpisahan dengan anak dan
pasangan sering menimbulkan kegoncangan dan merupakan proses yang perlu
penyesuaian khusus.

3. Makna Masa Lanjut Usia

Usia lanjut merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap


keterbatasannya, pasti akan dialami oleh seseorang yang panjang umur. Masa tua
merupakan masa hidup manusia yang terakhir, yang pada masa ini seseorang mengalami
kemunduran fisik, mental, dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat
melakukan tugasnya sehari-hari lagi.
Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin meningkat
dari tahun ke tahun. Hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan serta peningkatan
kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna, dan
produktif. Usia lanjut dapat dikatakan usia emas karena tidak semua orang dapat mecapai
usia tersebut. Lanjut usia merupakan tahapan akhir dari perkembangan manusia. Banyak
ahli mengemukakan pendapat masing-masing mengenai kapan masa lanjut usia dimulai.
Pada umumnya para ahli memakai patokan usia kronologis sebagai dasarnya. Usia lanjut
adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari umur 60
tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan
psikologis yang semakin menurun. Proses menua (lansia) adalah proses alami yang
disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis, ataupun sosial yang saling
berinteraksi satu sama lain.

Menurut Hurlock (2002:380), tahap terakhir dalam perkembangan ini dibagi menjadi
usia lanjut dini yang berkisar antara usia 60-70 tahun dan usia lanjut yang dimulai pada
usia 70 tahun hingga akhir kehidupan seseorang. Dengan kata lain, orang tua muda atau
usia tua (usia 65 hingga 74 tahun) dan orang tua yang tua atau usia tua akhir (75 tahun
atau lebih) (Baltes, Smith & Staudinger, Charness & Bosmann) atau orang tua lanjut (85
tahun atau lebih).

Menurut Hurlock, secara umum orang lajut usia dalam meniti kehidupannya dapat
dikategorikan dalam dua macam sikap. Pertama, masa tua akan diterima dengan wajar
melalui kesadaran yang mendalam. Kedua, manusia usia lanjut cenderung menolak
datangnya masa tua, tidak mau menerima realitas yang ada.

Menurut Munandar Utami (1993:55) Perubahan fisiologis ini berpengaruh secara


langsung atau tidak langsung pada fungsi sosial yang juga perubahan peran dalam
statusnya di masyarakat. Misalnya, orang harus mengundurkan diri dari jabatannya
(pensiun), tidak lagi perkasa, tidak bisa lagi menjadi olahragawan dan sebagainya,
perubahan yang terjadi pada manusia lanjut sangat bervariasi dan individu. Individu yang
satu berbeda dari individu yang lain, baik dalam irama maupun intensitas gejalanya.

Berikut beberapa pendapat mengenai pengertian masa tua. Menurut J.W. Santrock, ada
dua pandangan tentang definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan
orang Barat dan orang Indonesia. Pandangan orang Barat, orang yang tergolong lanjut usia
atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun ke atas dan usia ini akan
membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Adapun pandangan orang
Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun
karena pada umumnya di Indonesia digunakan sebagai usia maksimal kerja dan mulai
tampaknya ciri-ciri ketuaan.

Menurut Bernice Neugarten (1968) dan James C. Chalhoun (1995), masa tua adalah
suatu masa ketika orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.

Menurut Prayitno dalam Aryo (2002), setiap orang yang berhubungan dengan lanjut
usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan, dan tidak
berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari.

Saparinah (1983) berpendapat bahwa usia 55 sampai 65 tahun merupakan kelompok


umur yang mencapai tahap pensiun. Pada tahap ini seseorang akan mengalami berbagai
penurunan daya tahan tubuh atau kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan
demikian, timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya.

Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-
lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
terjadi (Constantinides, 1994). Oleh karena itu, dalam tubuh akan menumpuk semakin
banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan
lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal.

Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan
proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia.
Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan
terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi
empat, yaitu: (a) usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun; (b) lanjut usia (elderly); 60-
74 tahun; (c) lanjut usia tua (old) 75-90 tahun; (d) usia sangat tua (very old) d iatas 90
tahun.

Penggolongan lansia menurut Depkes (Azis, 1994), menjadi tiga kelompok, yakni:

a. kelompok lansia dini (55-64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia;
b. kelompok lansia (65 tahun ke atas);
c. kelompok lansia risiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
Dari berbagai penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa lanjut usia merupakan
periode ketika seorang individu telah mencapai kemasakan dalam proses kehidupan serta
telah menunjukkan kemunduran fungsi organ tubuh.

a. Batasan Usia Masa Lanjut Usia

Menurut Hurlock (2002:380), tahap terakhir dalam perkembangan ini dibagi menjadi
usia lanjut dini yang berkisar antara usia 60-70 tahun dan usia lanjut yang dimulai pada
usia 70 tahun hingga akhir kehidupan seseorang. Dengan kata lain, orang tua muda atau
usia tua (usia 65 hingga 74 tahun) dan orang tua yang tua atau usia tua akhir (75 tahun
atau lebih) (Baltes, Smith & Staudinger, Charness & Bosmann) atau orang tua lanjut (85
tahun atau lebih).

a. Ciri-ciri Masa Lanjut Usia

Menurut Hurlock (2007: 380-382) mengungkapkan bahwa terdapat sejumlah ciri orang
lanjut usia tersebut di antaranya sebagai berikut:

a. Periode Kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis.
Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang
penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat
apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat,
kemunduran akan lama terjadi.
b. Memiliki Status Kelompok Minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial
yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-
pendapat klise yang buruk terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise itu seperti: lansia
lebih senang mempertahankan pendapatnya daripada mendengarkan pendapat orang
lain.
c. Membutuhkan Perubahan Peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran
dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar
keinginan sendiri, bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk
perilaku yang buruk.

Menurut Butler dan Lewis (1983) serta Aiken (1989), berbagai karakteristik lansia
yang bersifat positif adalah sebagai berikut:

1) keinginan untuk meninggalkan warisan;


2) fungsi sebagai seseorang yang dituakan;
3) kelekatan dengan objek-objek yang dikenal;
4) perasaan tentang siklus kehidupan;
5) kreativitas;
6) rasa ingin tahu dan kejutan (surprise);
7) perasaan tentang penyempurnaan atau pemenuhan kehidupan;
8) konsep diri dan penerimaan diri;
9) kontrol terhadap takdir;
10) orientasi ke dalam diri;
11) kekakuan dan kelenturan.

Dapat disimpulkan bahwa pemekalah mendefinisikan Masa dewasa dini adalah Masa
dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan
harapan-harapan sosial baru. Secara usia, masa dewasa dini dimulai dari umur 18 tahun
sampai sekitar umur 40 tahun.

Masa dewasa madya adalah merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan
ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupannya
dengan ciri-ciri jasmani dan perilaku yang baru. Masa dewasa madya dimulai dari umur 40
tahun sampai sekitar umur 60 tahun, yaitu menurunnya kemampuan fisik dan psikologis
yang jelas tampak pada setiap orang.

Masa Lanjut Usia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai kemasakan
dalam ukuran dan fungsi. Selain itu lansia juga masa dimana seseorang akan mengalami
kemunduran dengan sejalannya waktu. Tahap terakhir dalam perkembangan ini dibagi
menjadi usia lanjut dini yang berkisar antara usia 60-70 tahun dan usia lanjut yang dimulai
pada usia 70 tahun hingga akhir kehidupan seseorang.
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
1. Makhluk hidup mempunyai fase dimana manusia yang paling besar adalah fase
manusia dewasa awal merupakan masa dewasa atau satu tahap yangdianggap kritikal
selepas alam remaja yang berumur dua puluhan (20-an)sampai tiga puluhan (30 an).
Ia dianggap kritikal karena disebabkan padamasa ini manusia berada pada tahap awal
pembentukan karir dan keluarga.Pada peringkat ini, seseorang perlu membuat pilihan
yang tepat demimenjamin masa depannya terhadap pekerjaan dan keluarga. Pada
masa ini juga seseorang akan menghadapi dilema antara pekerjaan dan
keluarga.Berbagai masalah mulai timbul terutama dalam perkembangan karir dan juga
hubungan dalam keluarga.
2. Masa usia tua/usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidupseseorang.
Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai meninggal,yang ditandai
dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologisyang semakin
menurun.Proses menua (lansia) adalah proses alami yangdisertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yangsaling berinteraksi satu sama lain.

B. Saran
Tentunya dalam penyusunan makalah ini terdapat kekurangan dankesalahan olehnya
itu :
1. Diharapkan kepada para pembaca agar memberikan perbaikan yangsemestinya
demi kesempuranaan makalah ini.
2.Diharapkan agar pembaca memberikan koreksi terhadap materi-materi
perkembangan dewasa dan tua yang sekiranya ada tidak sesuai dengan yang
sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes Soejanto.2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta.

Amin Budi dkk.2006. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: UPI Press.

Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Muhiyatul Huliyah.2021. Strategi Pengembangan Moral Dan Karakter Anak Usia Dini.
Yogyakarta: Jejak Pustaka

Anda mungkin juga menyukai