Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PSIKOLOGI AGAMA
tentang
PERKEMBANGAN KEBERAGAMAAN INDIVIDU USIA REMAJA

Disusun oleh :
SYAHLUL ERBI SYAPUTRA
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " Perkembangan
Keberagamaan Individu Usia Remaja" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Agama.


Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga
bagi penulis. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 20 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................

A...Latar Belakang....................................................................................1
B...Rumusan Masalan...............................................................................2
C...Tujuan................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................

A...Pengertian Perkembangan Keberagamaan Individu Usia Remaja..... 3


B...Ciri-Ciri...............................................................................................7
C...Tugas Perkembangan........................................................................10
D...Perilaku Keberagamaan serta Implikasinya dalam Pembelajaran.... 14

BAB III PENUTUP.........................................................................................

A...Kesimpulan....................................................................................... 19
B...Saran................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan jiwa agama pada masa remaja bersifat berurutan
mengikuti sikap keberagamaan orang-orang yang ada disekitarnya. Secara
singkat, perkembangan jiwa agama anak-anak remaja di usia ini, yaitu: (1)
ibadah mereka karena dipengaruhi oleh keluarga, teman, lingkungan, dan
peraturan sekolah. Belum muncul dari kesadaran mereka secara mandiri.
(2) kegiatan keagamaan lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi emosional
dan pengaruh luar diri. Perkembangan jiwa agama pada usia ini adalah
menerima ajaran dan perilaku agama dengan dilandasi kepercayaan yang
semakin mantap.
Kemantapan jiwa agama pada diri mereka disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu: (1) Timbulnya kesadaran untuk melihat pada dirinya
sendiri. Dengan semakin matangnya organ fisik, psikis, dan pikiran maka
remaja semakin banyak merenungkan dirinya sendiri, baik kekurangan
maupun kelebihannya, serta persiapan-persiapan masa depannya.
Kesadaran ini akan mengarahkan mereka untuk berpikir secara mendalam
tentang ajaran dan perilaku agamanya. (2) Timbulnya keinginan untuk
tampil di depan umum (sosial) guna menunjukkan eksistensi diri dan
belajar mengambil peran-peran sosial. Termasuk dalam bidang keagamaan,
remaja di usia ini termotivasi untuk terlibat secara aktif, misalnya terlibat
dalam kegiatan remaja Masjid, mengajar di Taman Pendidikan Al-qur’an
(TPA) dan sebagainya. Keterlibatan mereka dalam kegiatan keagamaan
bukan sekedar mencari pahala atau menebus dosa, namun lebih
disebabkan karena keinginan yang kuat untuk mendapatkan pengakuan
dari lingkungan sekitarnya, dimana pengakuan tersebut penting untuk
membangun kepercayaan diri dan kepuasan batin mereka. (3) Dengan
semakin mantapnya jiwa keagamaan di usia ini dan dibarengi dengan
kedalaman ilmu agama, maka remaja akan semakin berusaha
meninggalkan segala bentuk bid’ah dan khurofat dalam beragama, seperti
datang ke dukun, belajar ilmu kebal, atau memakai jimat. Mereka akan
cenderung pada kegiatan keberagamaan yang bersifat formal. Namun
sebaliknya pada remaja yang kurang mendalam ilmu agamanya dan
kurang matang jiwa keagamaannya, mereka akan cenderung memilih hal-
hal negative yang bertentangan dengan syari’at agama, misalnya dengan
mendatangi dukun, atau memakai jimat untuk kekebalan tubuh. Perilaku
yang tidak rasional ini mereka pilih sebagai salah satu upaya untuk

1
mendapat pengakuan dari orangorang disekitarnya agar mereka dianggap
hebat dan memiliki kelebihan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian perkembangan keberagamaan individu usia remaja?
2. Apakah ciri-ciri perkembangan keberagamaan individu usia remaja?
3. Apakah tugas perkembangan keberagamaan individu usia remaja?
4. Bagaimana perilaku keberagamaan serta implikasinya dalam
pembelajaran?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian perkembangan keberagamaan individu
usia remaja
2. Untuk mengetahui ciri-ciri perkembangan keberagamaan individu usia
remaja
3. Untuk mengetahui tugas perkembangan keberagamaan individu usia
remaja
4. Untuk mengetahui perilaku keberagamaan serta implikasinya dalam
pembelajaran.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan Keberagamaan Individu UsiaRremaja

Istilah remaja adalah istilah asing yang sering digunakan untuk


menunjukkan masa remaja, yaitu puberties (bahasa Belannda) atau
puberty(bahasa Inggris). youth dan adolescent (bahasa inggris). Istilah
puberty (bahasa inggris) berasal dari istilah latin, pubescere yang berarti masa
pertumbuhan rambut didaerah tulang “pusic” (di wilayah kemaluan).1 Dalam
kamus ilmiah, masa remaja ditulis dengan istilah pubertas, yang berarti
jenjang kematangan usia.2

Sedangkan istilah Adolescentia berasal dari istilah latin adulescentis


yang berarti masa muda yang terjadi antara 12-22 tahun dan mencakup
seluruh perkembangan psikis yang terjadi pada masa tersebut. Pemakaian
istilah-istilah tersebut, sebenarnya adalah sama, yaitu mengacu pada istilah
remaja. Dan untuk memastikan umur dari remaja ini berbeda-beda.

a) Menurut Thornburg yang dikutip olah Agus Dariyo, menyatakan bahwa


masa remaja ini terbagi menjadi 3 tahap, yaitu masa remaja awal( usia 13-
14 tahun), remaja tengah (15-17tahun) remaja akhir (18-21 tahun). Masa
remaja awal, umumnya individu telah memasuki pendidikan dibangku
sekolah menengah tingkat pertama(SLTP), sedangkan masa remaja tengah,
individu telah duduk dibangku sekolah menengah atas(SMU), Kemudian
yang tergolong dalam usia remaja akhir yaitu mereka yang umumnya
sudah memasuki dunia perguruan tinggi atau lulus SMU ataupun yang
sudah bekerja.3
b) Menurut Montessori, pendapatnya yang dikutip oleh Sumadi Suryabrata,
tentang perkembangan dan pertumbuhan manusia terbagi menjadi
beberapa fase, yaitu

1
Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik), Bandung Pustaka Setia,
2006, hlm166
2
M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 2001, hlm 638
3
1 Agoes Dariyo, Psikologi Remaja, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004, hlm 14

3
a. Fase I (0-7 tahun), adalah fase penangkapan(penerimaan) dan
pengaturan dunia luar dengan perantaraan alat indera.
b. Fase II (7-12 tahun) pada fase ini individu mulai memperhatikan hal-
hal kesusilaan, menilai perbuatan manusia atas dasar baik-buruk. dan
pada masa ini individu membutuhkan pendidikan kesusilaan.
c. Fase III (12-18 tahun) adalah fase penemuan diri dan kepekaan rasa
social. Dalam masa ii kepribadian harus dikembangkan sepenuhnya
dan harus sadar akan keharusan-keharusan.
d. Fase IV (18--) adalah fase pendidikan tinggi.4 Dan bisa disimpulkan
bahwa masa remaja pada fase ini terjadi pada usia sekitar 12-18 tahun.
c) Menurut pelopor psikologi perkembangan Stanley Hall dia mengatakan
bahwa “adolescence is a time of storm and stress”.5 Masa remaja dianggap
sebagai masa topan badai dan stress. Yaitu mereka telah memiliki
keinginan bebas untuk menentukan nasib dirinya sendiri. Jika hal itu dapat
diarahkan dengan baik, maka ia akan menjadi seorang individu yang sadar
akan tanggung jawabnya sebagai kholifah di bumi, akan tetapi jika tidak
bisa dibimbing, maka bisa menjadi seorang yang tidak memiliki masa
depan dengan baik.

Dalam masa remaja ini terjadi proses pematangan fungsional psikis dan
pisik, yang berlangsung secara berangsur-angsur dan teratur. Masa ini
merupakan penutup dari perkembangan anak.6 Terjadi peristiwa
bergejolaknya bermacam-macam perasaan yang kadang bertentangan satu
sama lainnya. Misalnya: rasa ketergantungan kepada orang tua yang belum
dapat dihindari. Mereka tidak ingin orang tuanya terlalu banyak campur
tangan dalam urusan pribadinya. Sebab-sebab atau sumber kegoncangan
emosi pada remaja adalah konflik atau pertentangan-pertentangan yang

4
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2004, hlm 188-189
5
Alan Slater and Gavin Bremner, developmental Psycology, Australia: Blackwell Publishing,
2004, hlm 391
6
Abu Ahmadi, dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Rineka Cipta, 2005, hlm
127

4
terjadi pada remaja dalam kehidupan, baik pada dirinya maupun masyarakat
umum.

Diantara konflik yang membingungkan dan menggelisahkan remaja


ialah, jika mereka merasa atau mengetahui adanya pertentangan antara ajaran
agama dengan pengetahuan yang dia dapat. Mungkin bisa tidak bertentangan,
akan tetapi karena agama itu disampaikan atau diterangkan kepada remaja
sejak kecilnya, dengan cara yang menyebabkan adanya pertentangan, maka
hal itu akan menyebabkan kegoncangan keyakinan yang telah tertanam dalam
dirinya, dan memungkinkan adanya usaha untuk mencari keyakinan lain yang
dapat memberi kepuasan pada dirinya.7 Selaras dengan jiwa remaja yang
berada dalam masa transisi, dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan,
maka keberagamaan anak pada masa remaja berada dalam keadaan peralihan
dari kehidupan beragama anak-anak menuju kematangan beragama.8 Di
samping keadaan jiwanya yang labil juga mengalami kegoncangan daya
pikiran yang abstrak, logik, dan kritis mulai berkembang. Emosinya semakin
berkembang, motivasinya semakin otonom, dan tidak dikendalikan oleh
dorongan biologis semata.

Sejalan dengan perkembangan jasmani dan rohaninya maka agama pada


remaja turut dipengaruhi oleh perkembangan itu. Maksudnya penghayatan
para remaja terhadap ajaran agama dan tindak keagamaan yang tampak pada
para remaja banyak berkaitan dengan faktor perkembangan tersebut.
Perkembangan agama pada para remaja ditandai oleh beberapa faktor
perkembangan jasmani dan rohaninya. Menurut W.Starbuck perkembangan
itu antara lain:

1. Pertumbuhan pikiran dan mental.


Ide dan dasar kenyakinan beragama yang diterima remaja dari masa
kanak-kanak nya sudah tidak begitu menarik bagi mereka. Sifat kritis
terhadap ajaran agama mulai timbul, Selain masalah agama mereka pun

7
Zakiah Daradjad, Ilmu jiwa Agama, Jakarta :Bulan Bintang, , 2005, cet-1, hlm 91-93
8
Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama, (kepribadian muslim pancasila), Bandung: Toha putra,
2001, cet-3, hlm. 43.

5
sudah tertarik pada masalah kebudayaan, sosial, ekonomi dan norma
kehidupan lainnya.
2. Perkembangan Perasaan
Berbagai perasaan telah berkembang pada masa remaja, perasaan sosial,
etis dan estesis mendorong remaja untuk menghayati perikehidupan
yang terbiasa dalam lingkungannya. Kehidupan relegius akan
mendorong dirinya lebih dekat kearah hidup yang religius pula begitu
pula sebaliknya.
3. Pertimbangan Sosial
Corak keagamaanpara remaja yang ditandai oleh adanya pertimbanagn
sosial. Kehidupan keagamaan mereka timbul kompleks antara
pertimbangan moral dan material. Remaja sangat bingung menentukan
pilihan itu. Karena kehidupan duniawi lebih dipengaruhi kepentingan
akan materi.
4. Perkembangan moral
Perkembangan moral para remaja bertitik tolak dari rasa berdosa dan
usaha untuk mencari proteksi.
5. Sikap dan Minat
Sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan boleh dikatakan
sangat kecil dan hal ini tergantung dari kebiasaan masa kanak-kanaknya
dan lingkungan agama yang mempengaruhinya.
6. Ibadah
Pandangan para remaja terhadap ajaran agama ibadah dan masalah doa
dan sebagainya yang mereka terima mengalami konflik dan keraguan,
sehingga mereka selalu merasa dihadapkan kepada pemilihan antara
mana yang baik dan buruk, serta antara yang benar dan salah. Konflik
ini ada beberapa macam diantaranya:
a. Konflik yang terjadi antara percaya dan ragu
b. Konflik yang terjadi antara memiliki satu diantara dua agama atau
ide keagamaan serta lembaga keagamaan.
c. Konflik yang terjadi antara ketaatan beragama atau sekularis.

6
d. Konflik yang terjadi antara melepaskan kebiasaan masa lalu
dengan kehidupan keagamaan yang didasarkan atas petunjuk Ilahi.9

B. Ciri-Ciri
Masa pra pubertas adalah waktu terjadinya kematangan seksual yang
sesungguhnya, bersamaan dengan terjadinya fisiologik yang berhubungan
dengan kematangan kelenjar endokerin. Menurut Abu Ahmad dkk bahwa
kelenjer endoktrin adalah kelenjar yang bermuara langsung didalam saluran
darah. Dengan melalui pertukaran zat yang ada di antara jaringan kelenjar
dengan pembuluh rambut di dalam kelenjear tadi. Zat-zat yang dikeluarkan
itu disebut hormon. Selanjutnya, hormonhormon tadi diberikan stmulasi pada
tubuh anak, sehingga merasakan adanya rangsangan hormon ini,
menyebabkan rasa tidak tenang pada diri anak yang belum pernah dialami
sebelumnya.
Peristiwa kematangan remaja tidak sama antara pria dan wanita, pada
wanita terjadi kira-kira 1,5 sampai 3 tahun lebih awal dari pada pria.
Terjadinya kemasakan jasmani pada wanita biasa ditandai dengan adanya
mentrubasi pertama (datang bulan). Bagi pria terjadinya mimpi basah dalam
tidurnya. Secara umum masa remaja awal ditandai dengamn kematangan
jasmani (seksual) atau mimpi basah yang dialami remaja, datangnya masa
remaja dan tanda-tanda lain disebut sebagai tanda sekender, sedangkan tanda-
tanda lain disebut disebut dengan tanda tertier. Pada bagian lain Abu Ahmadi
dkk menjelaskan bahwa ciri-ciri tertier antara lain; biasanya diujudkan dalam
perubahan sikap dan perilaku, contoh ; bagi pria terjadinya perubahan mimik
jika berbicara, cara berpakaian, cara mengatur rambut, bahasa yang
diucapkan, aktingnya dan lain-lain. Pada wanita: adanya perubahan cara
berbicara, cara tertawa, cara berpakaian, cara berjalan dan sebagainya.10
Selanjutnya, Jahja mengemukakan bahwa masa remaja adalah suatu
masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secra

9
Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan Volume 12 No. 22 Oktober 2014
10
Abu Ahamadi dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Eineka Cipta, Cet.I,
1991), h. 87.

7
fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa
remaja yang sekaligus sebagai ciri-ciri masa remaja yaitu :
a. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal
yang dikenal sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini
merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada
masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan
tanda bahwa remaja berada dalam kondisi bari yang berbeda dari masa-
masa yang sebelumnya. Pada fase ini banyak tuntutan dan tekanan yang
ditujukan kepada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi
bertingkah laku seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri, dan
bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk
seiring berjalannya waktu, dan akan tampak jelas pada remaja akhir
yang duduk di awal-awal masa kuliah di Perguruan Tinggi.
b. Perubahan yang cepat secara fisik juga disertai dengan kematangan
seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin
akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi
secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi,
pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti
tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh
terhadap konsep diri remaja.
c. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungannya
dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik
bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal
menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya
tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja
diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal
yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungannya dengan
orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari
jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan
orang dewasa.

8
d. Perubahan nilai, di mana apa yang mereka anggap penting pada masa
kanak-kanak menjadi kurang penting, karena telah mendekati dewasa.
e. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan
yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi
lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan itu,
serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung
jawab itu.
Selanjutnya dilengkapi pula oleh Gunarsa & Gunarsa, dan Mappiare, dalam
menjelaskan ciri-ciri remaja sebagai berikut :
a. Masa remaja awal. Biasanya duduk di bangku Sekolah Menengah
Pertama, dengan ciri-ciri: (1) tidak stabil keadaannya, lebih emosional,
(2) mempunyai banyak masalah, (3) masa yang kritis, (4) mulai tertarik
pada lawan jenis, (5) munculnya rasa kurang percaya diri, dan (6) suka
mengembangkan pikiran baru, gelisah, suka berkhayal dan suka
menyendiri.
b. Masa remaja madya (pertengahan). Biasanya duduk di bangku Sekolah
Menengah Atas dengan ciri-ciri: (1) sangat membutuhkan teman, (2)
cenderung bersifat narsistik/kecintaan pada diri sendiri, (3) berada dalam
kondisi keresahan dan kebingungan, karena pertentangan yang terjadi
dalam diri, (4) berkenginan besar mencoba segala hal yang belum
diketahuinya, dan (5) keinginan menjelajah ke alam sekitar yang lebih
luas.
c. Masa remaja akhir. Ditandai dengan ciri-ciri: (1) aspek-aspek psikis dan
fisiknya mulai stabil, (2) meningkatnya berfikir realistis, memiliki sikap
pandang yang sudah baik, (3) lebih matang dalam cara menghadapi
masalah, (4) ketenangan emosional bertambah, lebih mampu menguasai
perasaan, (5) sudah terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah
lagi, dan (6) lebih banyak perhatian terhadap lamabang-lambang
kematangan.

Jadi, dapatlah disimpulkan bahwa masa remaja berada pada batas


peralihan kehidupan anak dan dewasa. Tubuhnya tampak sudah “dewasa”,

9
akan tetapi bila diperlakukan seperti orang dewasa remaja gagal menunjukan
kedewasaannya. Pengalamannya mengenai alam dewasa masih belum banyak
karena ia sering terlihat pada remaja adanya kegelisahan, pertentangan,
kebingungan, dan konflik pada diri sendiri. Bagaimana remaja memandang
peristiwa yang dialami akan menentukan perilakunya dalam menghadapi
peristiwa-peristiwa tersebut.

C. Tugas Perkembangan
1. Masa Pra-Remaja (usia 13-16 tahun)
Perkembangan jiwa agama pada masa ini bersifat berurutan mengikuti
sikap keberagamaan orang-orang yang ada disekitarnya. Secara singkat,
perkembangan jiwa agama anak-anak remaja di usia ini, yaitu: (1) ibadah
mereka karena dipengaruhi oleh keluarga, teman, lingkungan, dan
peraturan sekolah. Belum muncul dari kesadaran mereka secara mandiri.
(2) kegiatan keagamaan lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi emosional
dan pengaruh luar diri.
2. Masa Remaja Awal (usia 16-18 tahun)
Perkembangan jiwa agama pada usia ini adalah menerima ajaran dan
perilaku agama dengan dilandasi kepercayaan yang semakin mantap.
Kemantapan jiwa agama pada diri mereka disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu: (1) Timbulnya kesadaran untuk melihat pada dirinya sendiri.
Dengan semakin matangnya organ fisik, psikis, dan pikiran maka remaja
semakin banyak merenungkan dirinya sendiri, baik kekurangan maupun
kelebihannya, serta persiapan-persiapan masa depannya. Kesadaran ini
akan mengarahkan mereka untuk berpikir secara mendalam tentang
ajaran dan perilaku agamanya. (2) Timbulnya keinginan untuk tampil di
depan umum (sosial) guna menunjukkan eksistensi diri dan belajar
mengambil peran-peran sosial. Termasuk dalam bidang keagamaan,
remaja di usia ini termotivasi untuk terlibat secara aktif, misalnya terlibat
dalam kegiatan remaja Masjid, mengajar di Taman Pendidikan Al-qur’an

10
(TPA) dan sebagainya. Keterlibatan mereka dalam kegiatan keagamaan
bukan sekedar mencari pahala atau menebus dosa, namun lebih
disebabkan karena keinginan yang kuat untuk mendapatkan pengakuan
dari lingkungan sekitarnya, dimana pengakuan tersebut penting untuk
membangun kepercayaan diri dan kepuasan batin mereka. (3) Dengan
semakin mantapnya jiwa keagamaan di usia ini dan dibarengi dengan
kedalaman ilmu agama, maka remaja akan semakin berusaha
meninggalkan segala bentuk bid’ah dan khurofat dalam beragama, seperti
datang ke dukun, belajar ilmu kebal, atau memakai jimat. Mereka akan
cenderung pada kegiatan keberagamaan yang bersifat formal. Namun
sebaliknya pada remaja yang kurang mendalam ilmu agamanya dan
kurang matang jiwa keagamaannya, mereka akan cenderung memilih hal-
hal negative yang bertentangan dengan syari’at agama, misalnya dengan
mendatangi dukun, atau memakai jimat untuk kekebalan tubuh. Perilaku
yang tidak rasional ini mereka pilih sebagai salah satu upaya untuk
mendapat pengakuan dari orangorang disekitarnya agar mereka dianggap
hebat dan memiliki kelebihan.
3. Masa Remaja Akhir (usia 18-21 tahun)
Perkembangan jiwa agama pada usia ini ibarat grafik yang bukan
semakin naik justru semakin menurun apabila dibandingkan dengan masa
sebelumnya. Jiwa agama remaja akhir semakin menurun dipengaruhi
oleh dorongan seksual yang kuat dari dalam diri mereka dan belum ada
kesempatan untuk menyalurkannya ditambah dengan rasionalisasi ajaran
agama yang semakin kuat serta realitas kehidupan masyarakat sekitarnya
yang sering bertentangan dengan norma-norma agama. Kondisi tersebut
menyebabkan jiwa agama yang sudah dipupuk sejak kecil akan
mengalami penurunan. Terkait dengan masalah ini, Dr. Al-Malighy
dalam salah satu laporan hasil penelitianya menemukan keraguan remaja
dalam beragama cenderung terjadi pada usia 17- 20 tahun. Beberapa
karakteristik perkembangan jiwa keagamaan remaja akhir; 1) Percaya
terhadap kebenaran agama tetapi penuh keraguan dan kebimbangan 2)

11
Keyakinan dalam beragama lebih dipengaruhi oleh faktor rasioanl
daripada emosional 3) Pada masa ini mereka merasa mendapatkan
kesempatan untuk mengkritik, menerima, atau menolak ajaran agama
yang sudah diterima sejak kecil. Keraguan jiwa agama remaja semakin
memuncak ketika memasuki usia 21 tahun. Pada usia akhir remaja,
seseorang cenderung semakin tidak percaya sama sekali (mengalami
peralihan) terhadap Tuhan maupun ajaran agama yang diyakini
sebelumnya. Hal itu ditandai dengan: 1) Mengingkari terhadap Tuhan
dan ingin mencoba mencari kepercayaan lain, tetapi hati kecilnya
menolak dan masih percaya pada Tuhan yang sudah diyakini sebelumnya.
2) Jika pada usia sebelumnya, remaja tidak mendapatkan pondasi agama
yang kuat maka bisa mengarah pada perilaku atheis (menafikan Tuhan).11
Tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Havighurst
sebagaimana dikutip Gunarsa , sebagai berikut:
1) Menerima kenyataan terjadinya perubahan fisik yang dialaminya dan
dapat melakukan peran sesuai dengan jenisnya secara efektif dan merasa
puas terhadap keadaan tersebut.
2) Belajar memiliki peranan sosial dengan teman sebaya, baik teman sejenis
maupun lawan jenis sesuai dengan jenis kelamin masing-masing.
3) Mencapai kebebasan dari ketergantungan terhadap orangtua dan orang
dewasa lainnya.
4) Mengembangkan kecakapan intelektual dan konsep-konsep tentang
kehidupan bermasyarakat.
5) Mencari jaminan bahwa suatu saat harus mampu berdiri sendiri dalam
bidang ekonomi guna mencapai kebebasan ekonomi.
6) Mempersiapkan diri untuk menentukan suatu pekerjaan yang sesuai
dengan bakat dan kesanggupannya.

11
http://repository.uinbanten.ac.id/581/14/Modul%206.pdf diaakses pada 21 September 2021,
pukul 12.00

12
7) Memahami dan mampu bertingkah laku yang dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan normanorma dan nilai-nilai yang
berlaku.
8) Memperoleh informasi tentang pernikahan dan mempersiapkan diri untuk
berkeluarga.
9) Mendapatkan penilaian bahwa dirinya mampu bersikap tepat sesuai
dengan pandangan ilmiah.

Mengingat tugas-tugas perkembangan tersebut sangat kompleks dan


relatif berat bagi remaja, maka untuk dapat melaksanakan tugas-tugas
tersebut dengan baik, remaja masih sangat membutuhkan bimbingan dan
pengarahan supaya dapat mengambil langkah yang tepat sesuai dengan
kondisinya. Di samping tugas-tugas perkembangan, remaja masih
mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang tentu saja menuntut pemenuhan
secepatnya sesuai darah mudanya yang bergejolak. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut, menurut Edward, sebagaimana dikutip Hafsah, adalah meliputi:

a) kebutuhan untuk mencapai sesuatu,


b) kebutuhan akan rasa superior, ingin menonjol, ingin terkenal,
c) kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan,
d) kebutuhan akan keteraturan,
e) kebutuhan akan adanya kebebasan untuk menentukan sikap sesuai
dengan kehendaknya,
f) kebutuhan untuk menciptakan hubungan persahabatan,
g) adanya keinginan ikut berempati,
h) kebutuhan mencari bantuan dan simpati,
i) keinginan menguasai tetapi tidak ingin dikuasai,
j) menganggap diri sendiri rendah,
k) adanya kesediaan untuk membantu orang lain,
l) kebutuhan adanya variasi dalam kehidupan,
m) adanya keuletan dalam melaksanakan tugas,
n) kebutuhan untuk betgaul dengan lawan jenis, dan

13
o) adanya sikap suka mengkritik orang lain.

Dari uraian ini nampak bahwa tugas perkembangan dan kebutuhan


merupakan sesuatu yang muncul pada periode tertentu dalam rentang
kehidupan remaja. Apabila tugas dan kebutuhan dapat terpenuhi, maka
membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas-tugas
perkembangan berikutnya. Sebaliknya apabila gagal, maka akan
menyebabkan ketidakbahagiaan pada remaja yang bersangkutan,
menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam
menuntaskan tugas-tugas perkembangan peridodeperiode berikutnya.12

D. Perilaku Keberagamaan serta Implikasinya dalam Pembelajaran


Perilaku keberagamaan merupakan gabungan dua kata yang secara
harfiah atau bahasa sama-sama memiliki makna yang berbeda dan mampu
berdiri sendiri. Dalam kamus besar bahasa Indonesia perilaku memiliki
makna tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.13
Sedangkan menurut Thaha, perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh manusia,
baik itu yang dapat diamati ataupun yang tidak dapat diamati secara langsung
sebagai hasil dari interaksi antara seseorang atau individu dengan
lingkungannya.14
Agama dipeluk dan dihayati oleh manusia, praktek dan penghayatan
agama tersebut di istilahkan sebagai keberagaman (religiusitas).
Keberagamaannya, manusia menemukan dimensi terdalam dirinya yang
menyentuh emosi dan jiwa. Oleh karena itu, keberagamaan yang baik akan
membawa tiap individu memiliki jiwa yang sehat dan membentuk
kepribadian yang kokoh dan seimbang. Agama bersumber pada wahyu

12
Khamim Zarkasih Putro, Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja,
APLIKASIA: Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, Volume 17, Nomor 1, 2017 hlm 28-31.
13
https://kbbi.kemdikbud.go.id/
14
M. Thaha. 1998 Perilaku Organisasi; Konsep Dasar Dan Aplikasinya. Jakarta: CV. Rajawali,
30.

14
Tuhan. Oleh karena itu, keberagamaan pun merupakan perilaku yang
bersumber langsung atau tidak langsung kepada wahyu Tuhan juga.
Pendapat yang sama pun disampaikan oleh Taufik Abdullah dan M.
Rusli Karim, menurutnya keberagamaan adalah perilaku yang bersumber
langsung atau tidak langsung kepada nash. Di pihak lain, keberagamaan
menunjuk pada rangkaian perbuatan, perilaku dan kegiatan orang beriman
yang telah melaksanakan ajaran tersebut, di dalam kehidupan konkret
mereka.15
Keberagamaan dapat dikategorikan kedalam bentuk dimensi
keyakinan/iman, praktik agama (ritual), pengalaman rohaniah, pengetahuan
agama dan tingkah laku (akhlak). Muhaimain menjelaskan tentang hal
tersebut dengan lebih detail, dimensi keyakinan berisi pengharapan-
pengharapan seseorang, berpegang teguh pada pandangan teologis/ketuhanan
tertentu dan mengakui kebenaran doktrin tersebut, yang dalam Islam disebut
aqidah, seperti yakin adanya Allah Yang Maha Esa. Dimensi praktik (ritual)
mencakup perilaku pemujaan/penyembahan, ketaatan atau kepatuhan dan hal-
hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap doktrin
agama (teologi) yang dianutnya, dalam Islam disebut ibadah, seperti
mendirikan shalat lima waktu.
Dimensi pengalaman rohaniah, berisikan perasaan-perasaan, persepsi-
persepsi dan sensasi-sensasi yang dialami seseorang dalam hubungan dengan
kekuatan Tuhan/supranatural (pengalaman batin), seperti merasa tenang dan
sejuk hatinya setelah shalat atau membaca al-Qur’an. Dimensi pengetahuan
agama meliputi sejumlah pengetahuan minimal dan dasar yang harus dimiliki
seseorang tentang agamanya, seperti pengetahuan tentang rukun Iman dan
Islam. Dimensi pengalaman atau konsekuensi merupakan akibat dari dimensi-
dimensi sebelumnya yang tampak dalam perilaku seseorang dalam kehidupan
sehari-hari atau aktualisasi nilai-nilai agama yang sudah terintegralisasi pada

15
Kadir, Muslim A. 2011. Dasar-dasar Praktikum Keberagamaan dalam Islam.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

15
berbagai aspek kehidupan, dalam Islam disebut dengan akhlak, seperti:
perilaku tawadu’, jujur, tasamuh, ta’awun.16
Perilaku keberagamaan adalah bentuk atau ekspresi jiwa dalam
berbuat, berbicara sesuai dengan ajaran agama. Perilaku agama
merupakan segala bentuk perilaku yang bersifat dapat diamati yang
didasarkan atas kesadaran adanya Tuhan Yang Mahakuasa, dimana
dengan kesadaran tersebut maka perilaku-perilaku yang ditunjukkan
sesuai dengan tuntutan Tuhan (agamanya).
Perilaku keberagamaan yang berarti kemampuan bertindak sebagai
kombinasi dari aspek pengetahuan, sikap dan pengamalan seseorang
beragama sebagai hasil interaksi dirinya dengan ajaran agama yang dianut
melalui proses belajar dalam keluarga, kampus, komunitas, dan masyarakat
luas. Perilaku ini mencakup lima dimensi agama keyakinan/iman, ibadah
ritual, pengalaman batin, pengetahuan agama dan pengamalan/ aktualisasi
agama dalam kehidupan sehari-hari.
Perubahan perilaku siswa (anak) terjadi seiring dengan bertambahnya
usia, latihan, pembiasaan, pengalaman yang diperolehnya baik dari diri
anak maupun lingkungan, sehingga akan terbentuk satu sikap kuat untuk
mendalami ajaran agama dalam dirinya. Bentuk perilaku keberagamaan yang
sering dilakukan anak ini difokuskan pada pelaksanaan shalat, puasa, infak,
membaca al-Qur’an, dan berdoa.17
Dalam Islam, masa remaja disebut baligh yang merupakan fase keenam
dari perkembangan hidup manusia. Fase baligh adalah fase dimana usia anak
telah sampai dewasa. Pada usia ini, remaja telah memiliki kesadaran penuh
akan dirinya sehingga ia diberi beban tanggung jawab (taklif), terutama
tanggung jawab agama dan sosial. Menurut al-Taftazani, fase ini dianggap
sebagai fase dimana individu mampu bertindak menjalankan hukum, baik

16
Muhaimin,2002. Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam
Di Sekolah).Bandung: Remaja Rosdakarya, 293–94.
17
Atthulab, Volume : IV, Nomor 1, 2019/1440

16
yang terkait dengan perintah maupun larangan. Seluruh perilaku mukalaf
harus dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu, segala bentuk perilaku
memiliki konsekuensi pahala atau dosa.18 Sejalan dengan perkembangan
jasmani dan rohaninya, agama turut mempengaruhi remaja. Maksudnya,
penghayatan para remaja terhadap ajaran agama dan tindak keagamaan yang
tampak pada para remaja banyak berkaitan dengan faktor perkembangan
tersebut.
Secara psikologis, fase ini ditandai dengan kemampuan seseorang
dalam memahami suatu beban taklif, baik menyangkut dasar-dasar kewajiban,
jenis-jenis kewajiban dan prosedur atau cara pelaksanaannya. Kemampuan
memahami menunjukkan adanya kematangan akal fikiran yang mana hal itu
menandakan kesadaran seseorang dalam berperilaku, sehingga ia pantas
diberi taklif. Pada fase ini ditandai dengan adanya dua hal, yaitu:
1. Pemahaman yang dicapai dengan adanya pendayagunaan akal karena
dengan akal seseorang memiliki kesadaran penuh dalam bertindak.
Individu yang tidak memiliki pemahaman yang cukup maka ia tidak
terkena beban taklif, seperti anak kecil, orang gila, orang terpaksa, orang
tidur dan pingsan.
2. Kecakapan (al-ahliyyah). Kecakapan yang dimaksud adalah cakap
melaksanakan hukum sehingga perbuatan apa saja yang dilakukan dapat
dipertanggung jawabkan dan memiliki implikasi hukum.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Allport, agama yang
ajarannya bersifat lebih konservatif lebih banyak berpengaruh bagi para
remaja untuk tetap taat pada ajaran agamanya. Sebaliknya agama yang
ajarannya kurang konservatif-dogmatis dan agak liberal akan mudah
merangsang pengembangan pikiran dan mental para remaja sehingga mereka
banyak meninggalkan ajaran agamamya. Hal ini menunjukkan bahwa
perkembangan pikiran dan mental remaja mempengaruhi perilaku keagamaan
mereka.

18
Abdul Mujib, Pengembangan Kepribadian dalam Psikologi Islam, (Koordinat: Jurnal
Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta vol, no 2 Oktober 2005), h. 4-11

17
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Masa remaja adalah suatu periode peralihan diri dari masa kanak-
kanak kepada masa dewasa. Masa remaja merupakan masa dimana
seorang anak masih terpengaruholeh lingkungannya untuk beribadah, ia
belum memiliki kesadaran yangberibadah kepada allah. Ide-ide agama,
dasar-dasarkeyakinan dan pokok-pokok ajaran agama pada dasarnya telah
diterima olehseorang anak pada masa anak-anak. Apa yang telah diterima
dan tumbuh darikecil yang menjadi keyakinan individu pada masa remaja
melalui pengalaman-pengalaman yang dirasakannya
B. SARAN
Demikianlah makalah yang dapat kami susun, semoga bermanfaat
untuk kita semua dan pastinya makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka
dari itu kami mohon partisipasinya untuk memberi saran dalam menelaah
makalah ini lebih jauh.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mujib, Pengembangan Kepribadian dalam Psikologi Islam, (Koordinat:


Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta vol, no 2
Oktober 2005).

Ahmadi, Abu dan Munawar Sholeh. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta:


Rineka Cipta

Ahamadi, Abu dan Munawar Sholeh. 1991. Psikologi Perkembangan, (Jakarta:


Eineka Cipta, Cet.I

Ahyadi, Abdul Aziz. 2001. Psikologi Agama(kepribadian muslim pancasila),


Bandung: Toha putra

Al Barry , Dahlan. 2001. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola.


Atthulab, Volume : IV, Nomor 1, 2019/1440

Daradjad, Zakiah. 2005. Ilmu jiwa Agama. Jakarta :Bulan Bintang

Dariyo, Agoes. 2004. Psikologi Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia

Fatimah, Enung. 2006. Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik).


Bandung Pustaka:Setia
http://repository.uinbanten.ac.id/581/14/Modul%206.pdf diaakses pada 21
September 2021, pukul 12.00

https://kbbi.kemdikbud.go.id/

Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan Volume 12 No. 22 Oktober 2014

Kadir, Muslim A. 2011. Dasar-dasar Praktikum Keberagamaan dalam


Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Khamim Zarkasih Putro, Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja,
APLIKASIA: Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, Volume 17, Nomor 1,
2017.

19
Muhaimin,2002. Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam Di Sekolah).Bandung: Remaja Rosdakarya, 293–
94.

Slater, Alan and Gavin Bremner. 2004. developmental Psycology. Australia:


Blackwell Publishing.

Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

Thaha, M. 1998. Perilaku Organisasi; Konsep Dasar Dan Aplikasinya. Jakarta:


CV. Rajawali.

20

Anda mungkin juga menyukai