Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah adalah gambaran peristiwa-peristiwa yang terjadi masa


lampau. Sejarah ini menggambarkan kondisi gerak hidup manusia. Bila
kita berbicara tentang sejarah sosial masyarakat Minangkabau berarti kita
memaparkan kisah atau peristiwa-peristiwa gerak hidup suatu kumpulan
besar masyarakat yang mendiami Minangkabau.

Pada abad ka-1 M sampai abad ke-16 M di Minangkabau , banyak


berdiri kerajaan – kerajaan diantaranya kerajaan dharmasraya, kerajaan
inderapura dan kerajaan pagaruyung.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah kerajaan-kerajaan di Minangkabau ?
2. Bagaimana masuknya islam di Minangkabau ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah kerajaan-kerajaan di Minangkabau
2. Untuk mengetahui sejarah masuknya islam di Minangkabau
A. Kerajaan – Kerajaan di Minangkabau
1. Kerajaan Melayu

Kerajaan Melayu merupakan Kerajaanterbesar yang ada di


minangkabau. Kerajaan ini Terletak di Hulu Sungai batang pada abad
ke-7 M (645 M). Berdasarkan prasasti kedukan bukit, kerajaan ini di
taklukan oleh sriwijaya pada tahun 682 M. Dan kemudian pada tahun
1183 muncul lagi berdasarkan prasasti Grahi di Kamboja, dan
kemudian negara Kertagama dan Pararaton mencatat adanya Kerajaan
Melayu yang ber ibu kota di Damasraya. Sehingga munculnya
ekspedisi Pamalayu pada tahun 1275 – 1293 M di bawah pimpinan
Kebo Anabrang dari Kerajaan Singasari.

Pada kawasan Damasraya dahulunya pernah berdiri sebuah


kerajaan melayu dengan nama ibu kotanya Pulau Punjung. Kabupaten
ini dibentuk berdasarkan Undang – Undang No. 38 Tahun 2003 da
merupakan pemekaraan dari kabupaten sijunjung. Kabupaten
Dharmasraya dikenal juga dengan sebutan Ranah Cati nan Tigo.
Kabupaten ini diambil dari manuskrip yang terdapat pada Prasasti
Padang Roco, di mana pada Prasasti itu disebutkan Dharmasraya
sebagai ibukota dari Kerajaan Melayu Waktu itu.

a. Daerah Kekuasaan Dharmasraya

Adityawarman memproklamirkan dirinya sebagai


Maharajadiraja dengan gelar Srimat Sri Udayadityawarman
Pratapaparakrama Rajendra Mauli Warmadewa dan menamakan
kerajaannya dengan nama Malayapura. Setelah membantu
Majapahit dalam melakukan beberapa Penaklukan, pada tahun
1347 M (Kern, J.H.C:1907). Kerajaan ini merupakan kelanjutan
dari kerajaan melayu sebelumnya dan memindahkan ibukotanya
dari ke daerah pedalaman (Pagaruyuang atau Suruaso) (Casparis,
J.G. de.:1992). Walaupun ibu kotanya kerajaan melayu telah
pindah kedaerah pedalaman, dharmasraya telah dipimpin oleh
seorang maharaja Dharmasraya. Tetapi statusnya berubah menjadi
raja bawahan.

b. Daftar Raja Dharmasraya


Berikut ini Daftar nama Raja Dharmasraya
Tahun Nama Raja Ibu kota /Pusat Prasasti,Catatan
(Masehi) atau Gelar pemerintahaan pengiriman utusan
Tiongkok serta Peristiwa
1183 Srimat Dharmasraya Prasasti Grahi tahun 1183 di
Trailokyaraja selatan thailand, perintah
Maulibhusan kepada bupati grahi yang
a bernama Mahasenapati
Warmadewa Galanai supaya membuat
arca buddha seberat 1 bhara
2 tula dengan nilai emas 10
tamlin.
1286 Simat Dharmasraya Prasasti Padang Roco tahun
Tribhuwanar 1286 disiguntur (Kabupaten
aja Mauli dharmasraya sekarang
Warmadewa disumatera barat)
Pengiriman Arca
Amoghapasa sebagai hadiah
raja Singhasari kepada Raja
Dharmasraya.
1316 Akarendrawa Dharmasraya Prasasti Suruaso di
rman atau Pagaruyung Kabupaten Tanah Datar
atau suruaso sekarang dimana
Adityawarman
menyelesaikan
pembangunan selokan yang
dibuat oleh raja sebelumnya
Akendrawarman.

c. Rutuhnya Kerjaan Melayu

Melayu mencapai puncak Kejayaannya pada masa


Pemerintahan raja Adityawarman. Istri Adityawarman adalah Putri
Jamilan dalam seajrah nasional sering disebut permaisuri (Istri
yang sah menurut Hukum), dan dalam sejarah adat Minangkabau
Beliau disebut sebagai bundo kanduang. Adityawarman wafat pada
tahun 1376 M dengan meninggallkan kelanjutan kerajaan kepada
Putra Mahkota bernama Ananggarwarman. Adityawarman
meninggal dunia dengan meninggalkan pasukan kerajaan yang
sangat kuat sehingga beliau mampu membawa kerajaan
malayupura mencapai puncak kejayaannya. Pasukan inilah yang
perperamg bersama Ananggawarman menggempur tentara kerajaan
majapahit dan mengalahkannya.

Perperangan banyak memakan korban , akibatnya kerajaan


melayu tidak mampu mempertahankan daerah – daerah
kekuasaanya yang begitu luas.

2. Kerajaan Inderapura

Inderapura berasal dari bahasa Sansekerta, yang bermakna kota


raja. Inderapura pada awalnya adalah Kawasan rantau dari
minangkabau. Sebagai kawasan rantau, Inderapura dipimpin oleh
wakil yang ditunjuk dari pagaruyuang dan bergelar Raja (Richard
Farmer:1822), dan kemudian juga bergelar sultan. Raja indrapura
diidentifikasikan sebagai putra alam atau yang dipertuan pagaruyuan
(Netscher, E.,:1850)

Kerajaan inderapura merupakan sebuah kerajaan yang berada


di wilayah pesisir selatan, provinsi sumatera barat berbatasan dengan
provinsi bengkulu dan jambi. Kerajaan ini pada masa jayanya meliputi
wilayah pantai barat sumatera, mulai dari padang di utara sampai
sungai Hurai diselatan. Produc terpenting inderapura adalah lada dan
emas.

Namun perkembangan inderapura benar-benar dimulai saat


Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511 M. Arus
perdagangan yang tadinya melalui selat Malaka sebagian besar beraih
ke pantai barat sumatra dan selat sunda. Perkembangan dan ekspansi
inderapura terutama ditunjang oleh lada.

Saat sultan aceh meakukan ekspansi sampai ke wilayah


pariaman. Inderapura menghentikan ekspansi tersebut dengan menjalin
hubungan persahabatan dengan aceh mealui perkaeinan antara raja
dewiputrisuta munawar syah dariinderapura dengan sutan firmanyah,
saudara raja aceh saat itu, sultan ali Ri’ayat syah (1568 – 1575 M).

Berdasarkan laporan belanda, pada tahun 1616 M inderapura


digambarkan sebagai sebuah kerajaan yang makmur dibawah
pemerintahan kerajaan itam, serta sekitar 30.000 rakyatnya terlibat
dalam pertanian dan perkebunan

Pada akhir abad ke -17 M pusat wilayah inderapura yang


mencangkup lembah sungai airhaji, dan batang inderapura, terdiri
atas 20 koto. Masing – masing koto diperintah oleh seorang
menteri, yang berfungsi sebagai seperti penghulu diwilayah
minangkabau lainnya. Sementara pada daerah anak sungai yang
mencangkup lembah manjuto dan airdikit (disebut sebagai negeri
14 suku) dan muko – muko (5 koto), sisitem pemerintahannya
tidak jauh berbeda.

Untuk kawasan utara, disebut dengan banda sapuluah yang


dipimpin oleh rajo nan ampek (4 orang yang bergelar raja; raja
airhaji, raja bungo pasang, raja kambang, dan raja palangai).
Kawasan ini merupakan semacam konfederasi dari sepuluh daerah
atau nagari yang masing – masing dipimpin oleh sepuluh orang.
Pada kawasan selatan, dimana sisitim pemerintahan yang terdiri
dari desa- desa berada dibawah wewenang peroatin (kepala yang
bertanggung jawab menyelesaikan senketa di muara sungai).
Peroatin ini pada awalnya berjumlah 59 orang. Para menteri dan
peroatin ini tunduk pada raja dan sultan.

a. Daftar Raja Inderapura

Tahun Nama atau gelar Catatan dan peristiwa penting


1550 Sultan Munawar Syah
Raja Mamulia
1580 Raja Dewi Nama lainnya adalah Putri Rekna
Candra Dewi
1616 Raja Itam
1624 Raja Besar
1625 Raja Puti Nama lainnya Putri Rekna Alun
1633 Sultan Muzzaffar Syah
Raja Malfarsyah
1660 Sultan Muhammad Syah Raja Adil memumtut hah yang
sama
1691 Sultan Mansyur Syah Sultan Gulemat Putra Raja adil
berkedudukan di Manjuto
melepaskan diri dari inderapura
1696 Raja Pesisir
1760 Raja Pesisir ll
1790 Raja Pesisir lll

a. Runtuhnya Kerajaan Inderapura

Kerajaan Inderapura merupakan daerah yang kaya akan


lada, rempah – rempah dan emas. Tiga jenis produksi ini
merupakan terbesar dan sumber kekayaan Inderapura. Tetapi oleh
produksi lada dan emas itu pulalah Indrapura jatuh dan tajk snggup
berdiri lagi. Pasalnya, Inderapura diincar dengan mata gelap oleh
pemburu – pemburu emas nusantara yang datang dari berbagai
negeri. Bangsa portugis dan spanyol, misalnya menjelajahi dunia
untuk mencari emas sampai mereka menelusuri pantai Barat
sumatera mencari Pulau Emas itu di sekitar Pulau Nias.

Bangsa portugis mendengar cerita tentang Ilha De Ouro


(Pulau Emas)pada awal abad ke 16 M di india, lalu mereka
berangkat pula menuju sumetera. Tercatat Diogo Paceo sebagai
orang eropa pertama yang memasuki sumatera, dengan ekspedisi
yang telah diperlengkapi untuk pencarian ophir, negeri emas nabi
Sulaiman yang diperkirakan adalah salah satu dari gunung –
gunung emas di sumatera.

Raja terakhir kerajaan kesultanan Inderapura adalah sultan


Muhammad Baki gelar sultan Firmansyah, yang memerintah pada
tahun 1860 – 1891 M. Kerajaan Inderapura berdiri pada abad lX
sampai akhir abad XlX. Hal ini memperllihatkan keberhasilan
pemerintahannya yang mampu bertahan selama 10 abab, sebagai
sebuah pemerintahan kesultanan islam dinusantara ini.

3. Kerajaan Pagaruyung
a. Berdirinya Kerajaan Pagaruyung
Kapan munculnya kerajaan pagaruyung sebagai sebuah
kerajaan melayu di Minangkabau, tidak dapat diketahui dengan
pasti. Dari tambo yang diterima masyarakat minangkabau, tak ada
yang memberikan penanggalan pasti dari setiap peristiwa yang
diceritakan. Bahkan jika menganggap Adityawarman sebagai
pendiri dari kerajaan ini, tambo sendiri juga tidak jelas
menyebutkannya. Namun dari beberapa prasasti yang ditinggalkan
oleh Adityawarman, menunjukan bahwa Adityawarman memang
pernah menjadi raja di kerajaan tersebut. Begitu juga, dari
manuskrip yang dipahat kembali oleh Adityawarman pada bagian
belakang arca amoghapasa, desebutkan bahwa [pada tahun 1347 M
Adityawarman memproklamirkan diri menjadi raja di Malayapura.
Sebelum krajaan ini berdiri, sebenarnya masyarakat di
wilayah minangkabau sudah memiliki sistem politik semacam
konfederasi, yang merupakan lembaga musyawarah dari berbagai
nagari dan luhak. Dilihat dari kontinuitas sejarah, kerajaan
pagaruyuang merupakan semacam perubahan sistem administrasi
semata bagi masyarakat setempat.
b. Wilayah kekuasaan kerajaan pagaruyuang

Tanah minangkabau se;lain dataran tinggi pedalaman


sumatera tempat dimana rajanya tinggal, juga termasuk wilayah
pantai timur arcat (antara aru dan rokan) ke Jambi, dan kota-kota
pelabuhan pantai barat panchur (barus), tiku dan pariaman. Dari
catatan tersebut juga dinyatakan tanah inderagiri, siak dan arcat
merupakan bagian dari tanah minangkabau, dengan teluk kuantan
sebagai pelabuhan utama raja minangkabau tersebut. Namun
belakangan daerah-daerah rantau seperti siak, kampar dan indragiri
kemudian lepas dan ditaklukan oleh Kesultanan Malaka dan
Kesultanan Aceh. Wilayah ini dapat dilacak dari pernyataan tambo
berbahasa minang ini :
Dari sikilang aia bangih

Hingga taratak aia hitam

Dari durian ditakuak rajo

Hingga sialang balantak basi

Sikilang aia bangih ialah batas utara, di daerah pasaman


barat sekarang yang berbatasan dengan natal, sumatera utara.
taratak aia hitam ialah di daerah Bengkulu. durian ditakuak rajo
ialah wilayah dikabupaten Bungo, Jambi. Yang terakhir, sialang
balantak basi, ialah wilayah dirantau barangin kabupaten kampar
provinsi Riau sekarang.

c. Runtuhnya Kerajaan Pagaruyuang

Perang padri dilatarbelakangi oleh kepulangan tiga orang


haji dari Mekah sekitar tahun 1803 M, yaitu haji Miskin, haji
Sumanik, dan haji Piobang yang ingin memperbaiki syariat islam
yang belum sempurna dijalankan oleh masyarakat minangkabau.
Mengetahui hal tersebut, Tuanku Nan Renceh sangat tertarik lalu
ikut mendukung keinginan ketiga orang haji tersebut bersama
dengan ulama lain di minangkabau yang tergabung dalam harimau
nan salapan.

Harimau nan salapan kemudian meminta tuanku lintau


untuk mengajak yang dipertuan pagaruyung Sultan Arifin
Muningsyah beserta kaum adat untuk meninggalkan beberapa
kebiasaan yang bertentangan dengan ajaran agama islam. Dalam
beberapa kali perundingan tidak ada kata sepakat antara kaum
padri dengan kaum adat. Seiring itu beberapa nagari dalam
kerajaan pagaruyung bergejolak. Puncaknya pada tahun 1815 M,
kaum padri di bawah pimpinan Tuanku Pasaman menyerang
kerajaan pagaruyung dan pecahlah peperangan di koto tangah.
Serangan ini menyebabkan Sultan Arifin Muningsyah terpaksa
menyingkir dan melarikan diri dari ibu kota kerajaan.

Karena terdesak oleh kaum padri, keluarga kerajaan


pagaruyung meminta bantuan kepada Belanda, dan sebelumnya
mereka juga telah melakukan diplomasi dengan Inggris. Pada
tanggal 10 Februari 1821 M Sultan Tangka Alam Bagagar, yaitu
kemenakan dari Sultan Arifin Muningsyah yang berada di Padang,
beserta 19 orang pemiuka adat lainnya menandatangani perjanjian
dengan Belanda utuk bekerjasama melawan kaum padri.

Akibat dari perjanjian ini, Belanda menjadikannya sebagai


tanda penyerahan kerajaan pagaruyung kepada pemerintah Belanda.
Kemudian setelah Belanda berhasil merebut pagaruyung dari kaum
padri, pada tahun 1824 M atas permintaan Letnan Kolonel Raaff,
yang dipertuan pagaruyung Raja Alam Muningsyah kembali ke
pagaruyung, namun pada tahun 1825 M, Sultan Arifin Muningsyah
Raja terakhir Minangkabau ini wafat dan kemdian di makamkan di
pagaruyung.

B. Masuknya Islam di Minangkabau

Agama islam masuk ke Minangkabau cukup mendapat tempat bagi


masyarakat Minangkabau, karena adat Minangkabau tersebut tidak
bertentangan dengan agama islam, malahan amat kuat kedudukannya.

Masuknya islam di minangkabau menjadi tanda tanya besar bagi


masyarakat, karena sejarawan pun berbeda pendapat menentukan kapan
masuknya islam di minagkabau. Ada yang mengatakan islam masuk di
minangkabau pada abad ke 12 M, pada abad ke 14 M dan bahkan ada yang
menyimpulkan bahwa suatu almanak Tiongkok menyebutkan bahwa
sudah didapatinya suatu kelompok masyarakat Arab di sumatera bahagian
barat pada tahun 674 M. Dengan demikian islam , the history of sumatera,
mengakui betapa cepatnya proses pengislaman itu. Ia heran melihat
masyarakat minangakabau telah sepenuhnya memeluk agama islam, ketika
ia mengunjungi daerah tersebut pada tahun 1778 M. Padahal dalam sebuah
manuskrip tahun 1761 M digambarkan bahwa masyarakat di sana
kebanyakan masih menyembah berhala telah masuk ke daerah ini sejak
tahun 674 M atau abad pertama hijriah.

Berbagai versi sejarah tentang islam di minangkabau, namun yang


lebih bisa diterima oleh banyak pihak bahwa islam baru dikenl oleh
masyarakat minangkabau dalam arti sebagai sebuah agama diperkirakan
sekitar 1600 M. William Marseden, dalam bukunya

Khusus fase awal islam masuk ke minagkabau menurut suatu


pendapat mengungkapkan bahwa penduduk asli telah diislamkan oleh
pedagang-pedagang islam yang berlayar dari Malaka menyusuri Sungai
Kampar dan Inderagiri, pada abad 15 dan 16 M. pada sisi lain kerajaan
pasai di Aceh yang telah bercorak islam menanjak naik di bawah
kekuasaan Sultan Iskandar Muda pada tahun 1607-1638 M, membawa
akibat dikuasainya kerajaan kecil minangkabau oleh kekuasaan Aceh.
Dalam kondisi seperti ini, menurut pendapat lain, islam mulai masuk dari
kota-kota di pantai Barat Sumatera menuju ke pedalaman minangkabau

Pada saat kebesaran kerajaan pasai, saudagar-saudagar islam aceh


telah sampai ke pesisir barat pulau sumatera yang lebih dikenal dengan
minangkabau. Disamping berdagang mereka juga memperkenalkan agama
baru yang mereka anut, yaitu islam. Kejayaan kerajaan aceh selanjutnya
membawa pengaruh yang sangat berarti bagi perluasan islam di
minangkabau pada masa berikutnya.

Pengembangan islam lebih diterima masyarakat di minangakabau,


karena islam disebarkan melalui surau. Di suarau banyak aktivitas yang
dilakukan, sehingga melalui metode ini banyak masyarakat minangkabau
yang antusias dengan islam. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya
masyarakat minangkabau yang memeluk agama islam. Disamping itu,
islam juga menjadi panutan o;eh raja pagaruyung.

Pengembangan agama islam yang demikian pesat, masuk ajuh ke


pedalaman minangkabau melalui lembaga surau. Surau dapat memainkan
perannya sebagai unsur kebudayaan asli suku melayu, dan berkaitan
dengan keyakinan yang dianutnya. Setelah islam masuk ke nusantara,
surau menjadi bangunan islam. Surau menurut pola adat minangkabau
adalah kepunyaaan kaum atau indu, indu ialah bagian dari suku, dapat juga
disamakan denagn clan.

Surau adalah pelengkap rumah gadang. Namun tidak semua


memilikinya, karena surau tang telah ada masih dapat menampung para
pemuda untuk bermalam, para musafir dan pedagang bila melewati suatu
desa dan kemalaman dalam perjalanannya. Dengan demikian, [para
pemuda yang tinggal dan bermalam di surau dapat mengetahui informasi
yang terjadi di luar desa mereka, serta situasi kehidupan di rantau. Jadi,
surau mempunyai multifungsi karena ia juga pusat informasi da tempat
terjadinya sosialisasi pemuda.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Masyarakat Minangkabau adalah kelompok etnik Nusantara yang


berbahasa dan menjunjung tinggi adat minangkabau. Pada abad ke-1 M
sampai abad ke-16 M di Minangkabau , banyak berdiri kerajaan – kerajaan,
diantaranya kerajaan darmasraya, kerajaan inderapura dan kerajaan
pagaruyung.

Masuknya islam di minangkabau menjadi tanda tanya besar bagi


masyarakat, karena sejarawan pun berbeda pendapat menentukan kapan
masuknya islam di minagkabau. Ada yang mengatakan islam masuk di
minangkabau pada abad ke 12 M dan ada juga yang mengatakan islam
masuk ke minangkabau paa abad ke 14 M.

B. SARAN
Semoga dengan adanya makalah ini, pembaca dapat memahami isi
makalah ini yaitu tentang sejarah sosial masyarakat Minangkabau
mengenai kerajaan-kerajaan di Minangkabau dan tentang islam masuk di
Minangkabau.
DAFTAR PUSTAKA

Zulfahmi. 2018. Islam dan Budaya Minangkabau. Padang

Zulfahmi. 2003. Lintasan Budaya dan Adat Minangkabau. Jakarta : PT. Kartika
Insan Lestari

Anda mungkin juga menyukai