Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KERAJAAN-KERAJAAN BERCORAK HINDU-BUDHA


“KERAJAAN KEDIRI”

Disusun oleh:
Kelompok 4
Ketua : Muhammad Rafli
Anggota : Devita Ardiyani
Kamila Salsabila
Muhammad Akbar Tri Putra
Muhammad Ghilman

KELAS X MIPA 2
SMA NEGERI 1 TASIKMALAYA 2021/2022
KERAJAAN KEDIRI
Sejarah Kerajaan Kediri dimulai pada abad ke-11 tepatnya 1045 Masehi. Kerajaan Kediri
ini memiliki beberapa nama lain seperti Kadiri, Daha dan Panjalu.
Kerajaan Kediri dipimpin oleh seorang raja yang bernama Sri Samariwajaya sebagai raja
pertama, sedangkan Kediri berhasil mencapai masa kejayaan pada masa kepemimpinan
Raja Jayabaya (1135-1159 M), yakni selama dua abad
A. Latar Belakang
Kerajaan Kediri pertama kali berdiri ketika Raja Airlangga dan Medang Kamulan
memutuskan untuk membagi kerajaanya menjadi dua, yakni Kerajaan Kediri untuk
Samarawijaya dan Kerajaan Jenggala untuk Mapanji Garasakan.
Karena merasa sama-sama berhak untuk meneruskan tahta kerajaan kedua putra dari Raja
Airlangga saling bersaing untuk dapat menjadi putera mahkota. Peperangan yang
dilakukan oleh dua orang raja yang sedarah itu terjadi selama 60 tahun lamanya.
Kerajaan Kediri berhasil menggungguli peperangan atas saudaranya yakni Kerajaan
Jenggala. Hasilnya adalah dipindahkannya pusat kerajaan dari Daha menuju Kediri.
a. Raja-Raja Kerajaan Kediri
Adapun 8 raja Kediri tersebut urutannya sebagai berikut :
1. Airlangga
Airlangga (Bali, 990 – Belahan, 1049) atau sering pula ditulis Erlangga,
adalah pendiri Kerajaan Kahuripan, yang memerintah 1009-1042 dengan
gelar abhiseka Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga
Anantawikramottunggadewa. Sebagai seorang raja, ia
memerintahkan Mpu Kanwa untuk mengubah Kakawin
Arjunawiwahayang menggambarkan keberhasilannya dalam peperangan.
Di akhir masa pemerintahannya, kerajaannya dibelah dua
menjadiKerajaan Kadiri dan Kerajaan Janggala bagi kedua putranya.
Nama Airlangga sampai saat ini masih terkenal dalam berbagai cerita
rakyat, dan sering diabadikan di berbagai tempat di Indonesia.
2. Samarawijaya (1042)
Samarawijaya adalah putra Airlangga.Ia merupakan Raja pertama
sekaligus pendiri Kerajaan Kediri, Samarawijaya tidak diketahui dengan
pasti berlangsung berapa lama masa pemerintahannya. Kemungkinan
Raja Samarawijaya memulai pemerintahannya pada saat pemisahan
Kerajaan oleh Airlangga, yaitu sekitar tahun 1042. Tahun itu merupakan
tahun yang sama dengan tahun yang tertulis di Prasasti Pamwatan.
3. Sri Jayawarsa
Sejarah tentang raja Sri Jayawarsa ini hanya dapat diketahui dari prasasti
Sirah Keting (1104 M). Pada masa pemerintahannya Jayawarsa
memberikan Hadiah kepada rakyat desa sebagai tanda penghargaan,
karena rakyat telah berjasa kepada raja. Dari prasasti itu diketahui bahwa
Raja Jayawarsa sangat besar perhatiannya terhadap masyarakat dan
berupaya meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
4. Sri Bameswara
Raja Bameswara banyak meninggalkan prasasti seperti yang ditemukan di
daerah Tulung Agung dan Kertosono. Prasasti seperti yang ditemukan itu
lebih banyak memuat masalah-masalah keagamaan, sehingga sangat baik
diketahui keadaan pemerintahannya.
5. Prabu Jayabaya
Kerajaan Kediri mengalami masa keemasan ketika diperintah oleh Prabu
Jayabaya. Strategi kepemimpinan Prabu Jayabaya dalam memakmurkan
rakyatnya memang sangat mengagumkan. Kerajaan yang beribu kota  di
Dahono Puro, bawah kaki Gunung Kelud, ini tanahnya amat subur,
sehingga segala macam tanaman tumbuh menghijau.
Hasil pertanian dan perkebunan berlimpah ruah. Di tengah kota
membelah aliran sungai Brantas. Airnya bening dan banyak hidup aneka
ragam ikan, sehingga makanan berprotein dan bergizi selalu tercukupi.
Hasil bumi itu kemudian diangkut ke kota Jenggala, dekat Surabaya,
dengan naik perahu menelusuri sungai. Roda perekonomian berjalan
lancar, sehingga Kerajaan Kediri benar-benar dapat disebut sebagai
negara yang “Gemah Ripah Loh Jinawi Tata Tentrem Karta Raharja”.
Prabu Jayabaya memerintah antara tahun 1130 sampai 1157 Masehi.
Dukungan spiritual dan material dari Prabu Jayabaya dalam hal hukum
dan pemerintahan tidak tanggung-tanggung. Sikap merakyat dan visinya
yang jauh ke depan menjadikan Prabu Jayabaya layak dikenang sepanjang
masa.
Jika rakyat kecil hingga saat ini ingat kepada beliau, hal itu menunjukkan
bahwa pada masanya berkuasa tindakan beliau yang selalu bijaksana dan
adil terhadap rakyat.
6. Sri Sarwaswera
Sejarah tentang raja ini didasarkan pada prasasti Padelegan II (1159) dan
prasasti Kahyunan (1161). Sebagai raja yang taat beragama dan
berbudaya, Sri Sarwaswera memegang teguh prinsip “tat wam asi”, yang
berarti “dikaulah itu, dikaulah (semua) itu, semua makhluk adalah
engkau”.
Menurut Prabu Sri Sarwaswera, tujuan hidup manusia yang terakhir
adalah moksa, yaitu pemanunggalan jiwatma dengan paramatma. Jalan
yang benar adalah sesuatu yang menuju arah kesatuan, sehingga segala
sesuatu yang menghalangi kesatuan adalah tidak benar.
7. Sri Aryeswara
Berdasarkan prasasti Angin (1171), Sri Aryeswara adalah raja Kediri
yang memerintah sekitar tahun 1171. Nama gelar abhisekanya ialah Sri
Maharaja Rake Hino Sri Aryeswara Madhusudanawatara Arijamuka.
Tidak diketahui dengan pasti kapan Sri Aryeswara naik tahta. peninggalan
sejarahnya berupa prasasti Angin, 23 Maret 1171. Lambang Kerajaan
Kediri pada saat itu Ganesha. Tidak diketahui pula kapan
pemerintahannya berakhir. Raja Kediri selanjutnya berdasarkan prasasti
Jaring adalah Sri Gandra.
8. Sri Gandra
Masa pemerintahan Raja Sri Gandra (1181 M) dapat diketahui dari
prasasti Jaring, yaitu tentang penggunaan nama hewan dalam kepangkatan
seperti seperti nama gajah, kebo, dan tikus. Nama-nama tersebut
menunjukkan tinggi rendahnya pangkat seseorang dalam istana.
9. Sri Kameswara
Raja kedelapan Kerajaan Kediri adalah Sri Kameswara yang disebutkan
dalam Prasasti Ceker (1182) dan dalam Kakawin Smaradhana.Dalam
Kakawin dikisahkan tentang perkawinan antara Kameswara dengan Putri
Jenggala.
10. Kertajaya (1194-1222)
Raja kesembilan sekaligus Raja terakhir Kerajaan Kediri adalah Kertajaya
yang disebut dalam Prasasti Galunggung (1194), Prasasti Kamulan
(1194), Prasasti Palah (1197), Prasasti Wates Kulon (1205), dan Kakawin
Negarakertagama serta Kakawin Pararaton.
Dalam Kakawin dikisahkan tentang perang Ganter saat masa akhir
pemerintahan Raja Kertajaya. Raja ini memiliki gelar “ Sri Maharaja Sri
Sarweswara TriwikramawatarananinditaSrengga
Digjayattunggadewanama”.
Masa ini Kediri runtuh karena ditaklukan oleh Ken  Arok, karena Kediri
tidak mau mengakui Ken Arok sebagai bupati di Tumapel.  Pertempuran
terjadi di Ganter / Malang 1222.
o Dalam pemerintahan, raja dibantu 4 orang menteri
o Rakryan kanuruhan,
o Rakryan mahamantri i halu,
o Rakryan mahamantri i rangga.
o Rakryan mapatih.
o Wilayah kekuasaan dibagi ke dalam unit pemerintahan
o Desa/ Wanua/ Thani, tingkat yang terkecil.
o Wisaya, gabungan beberapa desa.
o Bhumi, negara atau kerajaan.
11. .Jayakatwang(1292-1293)
Jayakatwang juga merupakan Raja yang berhasil membangun kembali
Kerajaan Kediri setelah berhasil memberontak terhadap Singosari
sekaligus membunuh Raja Kertanegara. Namun, keberhasilannya hanya
bertahan setahun akibat serangan menantu Kertanegara dan pasukan
Mongol, sehingga runtuhlah Kerajaan Kediri.
B. LOKASI & PRASASTI KERAJAAN KEDIRI
a. Lokasi Kerajaan Kediri
Letak kerajaan Kerajaan Kediri berada di daerah Jawa Timur. Kerajaan Kediri berpusat di
Daha, atau sekitar Kota Kediri sekarang. Pusat Kerajaan Kediri tersebut terletak di tepi
Sungai Brantas, yang masa itu sudah menjadi jalur pelayaran yang ramai.
b. Prasasti Kerajaan Kediri
1. Prasasti Kamulan
Prasasti Kamulan ditemukan di desa Kamulan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, yang
dibuat pada 1194 AD atau 1116 Saka pada masa pemerintahan Raja Kertajaya. Prasasti
Kamulan ini berisi penciptaan kabupaten Trenggalek di Kliwon pada hari Rabu 31
Agustus 1194.
Dalam prasasti tertulis ini nama Kediri yang diserang oleh raja Kerajaan Timur dan pada
tanggal yang tertulis pada prasasti adalah 31 Agustus 1191. Ukiran pada prasasti ini
masih dapat dilihat dengan jelas dan Anda dapat melihat dengan mengunjungi langsung
Situs prasasti Kamulan.
2. Prasasti Galunggung
Warisan berikutnya dari kerajaan Kediri adalah prasasti Galunggung. Prasasti
Galunggung ditemukan di Rejotangan, Tulungagung dengan ukuran 160 x 80 x 75 cm
menggunakan huruf Jawa kuno dengan 20 baris. Naskah yang terdapat dalam prasasti ini
tidak terlalu jelas dibaca karena sudah ada bagian yang rusak, tetapi hanya sebagian tahun
yang masih dapat dibaca dengan jelas, yaitu tahun 1123 Saka. Di bagian depan prasasti
ini ada simbol lingkaran dan di tengah lingkaran ada gambar persegi panjang dan juga
beberapa logo atau gambar.
3. Prasasti Jaring
Prasasti Jaring dibuat pada 19 November 1181 dengan konten yang menjelaskan
pemberian permintaan penduduk dukuh web melalui Sarapati dari Sarwajala, sebuah
harapan yang tidak dapat dipenuhi oleh raja sebelumnya. Prasasti ini di internet
menyebutkan bahwa para pejabat Kediri memiliki gelar atau nama yang menggunakan
nama-nama binatang seperti Menjangan Puguh, Agra Ox dan Yellow Tiger.
4. Prasasti Panumbangan
Prasasti Panumbangan dibuat pada 2 Agustus 1120 oleh Maharaja Bameswara dengan isi
penunjukan desa Panumbangan sebagai Sima Swatantra atau desa bebas pajak.
5. Prasasti Talan
Prasasti Talan ditemukan di desa Gurit, Blitar, Jawa Timur, yang dibuat tahun 1136 M
atau 1058 Saka. Isi entri ini menyangkut penentuan masuknya desa Talan ke wilayah
Panumbang, yang dibebaskan dari pajak. Prasasti ini dilengkapi dengan patung
Garudhamukalanca, patung berbentuk tubuh manusia dengan sayap dan kepala elang.
6. Prasasti Sirah Keting
Berisi pengiriman tanah Raja Jayawarsa kepada penduduk desa Sirah Keting berkat
jasanya kepada Kerajaan Kediri.
7. Prasasti Kertosono
Berisi masalah agama sejak masa pemerintahan Raja Kameshwara.
8. Prasasti Ngantang
Warisan Kerajaan Kediri Berisi alokasi tanah bebas pajak oleh Jayabaya untuk desa
Ngantang, berkat layanannya kepada kerajaan Kediri. Prasasti ini ditulis pada tahun 1057
Saka atau 1135 AD yang ditemukan di desa Ngantang, Malang dan sekarang menjadi
koleksi Museum Nasional. Ketika penduduk Hantang dan 12 desa memasuki wilayah
yang menghadap raja dengan perantara profesor raja, Mpungku Naiyayikarsana, yang
meminta agar prasasti tersebut dikirim ke Gajapada dan Nagapuspa yang ditulis pada
daun palem dan kemudian dipindahkan ke batu dan ditambahkan ke Hadiah dari Raja
Jayabhaya sendiri.
Permintaan itu kemudian dikabulkan oleh raja karena orang-orang Hantang telah
menunjukkan pengabdian mereka yang sebenarnya kepada raja dengan membagikan
cancu tan pamusuh dan cancu ragadaha dan juga ketika ada tindakan untuk berpisah,
mereka tetap setia dengan selalu berada di pihak Raja Jayabhaya.
9. Prasasti Padelegan
Berisi pengabdian yang dilakukan oleh penduduk desa Padegelan kepada Raja
Kameshwara. Prasasti Padelegan ini memiliki bentuk stella dengan puncak melengkung
145 cm, lebar atas 81 cm, lebar bawah 70 cm dan ketebalan 18 cm. Aksara Jawa kuno
yang terkandung dalam prasasti ini banyak dipakai, tetapi berhasil dibaca oleh Oud
Javansche Oorkonde dan dalam prasasti ini ada nomor tanggal 1038 Saka atau 11 Januari
1117 Masehi. Prasasti ini menjadi prasasti pertama yang dikeluarkan oleh raja
Bameswara untuk menjadi prasasti pertama kerajaan Kediri setelah mengalami masa
kelam raja Samarawijaya yang memerintah pada 1042 M hingga 1044 M dan memerintah
di Daha setelah pembagian kerajaan oleh Raja Airlangga.
Prasasti ini disimpan di Museum Panataran, Kabupaten Blitar di mana di bagian atas
prasasti terdapat ornamen lentera yang disebut Candrakapala. Candrakapala lancana
ditunjukkan dengan kepala tengkorak yang menyerupai tulang pipi dan dahi yang
menonjol, mata bundar besar seolah terbuka lebar dan senyum lebar dengan 2 gigi besar
di depan dan gigi taring di kanan dan kiri sehingga ‘itu terlihat sangat menakutkan. Di
dahi ada juga lingkaran sedikit melengkung yang mungkin merupakan bentuk bulan sabit
dengan kedua ujungnya menghadap ke bawah.
10. Prasasti Ceker
Prasasti berisi Hadiah yang ditawarkan oleh raja kepada penduduk desa Ceker yang
bertugas untuk kemajuan kerajaan Kediri.
c. Peninggalan Kerajaan Kediri
1. Candi Penataran
Candi Penataran Salah satu candi peninggalan sejarah kerajaan Kediri yang hingga saat
ini dapat kita temukan adalah Penataran. Candi ini letaknya berada di lereng Gunung
Kelud bagian Barat Daya, tepatnya di utara Kota Blitar. Candi penataran adalah candi
termegah di Jawa Timur. Dari prasasti yang ditemukan di lokasi penggalian candi,
diketahui bahwa candi ini dibangun saat masa kepemerintahan Raja Srengga hingga
kepemerintahan Raja Wikramawardhana atau sekitar abad ke 12 hingga 14 Masehi.
2. Candi Tondowongso
Candi peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah Candi Tondowongso. Candi
ditemukan di Desa Gayam, Kec. Gurah, Kediri-Jawa Timur pada tahun 2007.
Berdasarkan gaya dan bentuk arca yang ditemukan di sekitar candi, diketahui bahwa
candi ini dibangun pada abad ke 9, tepat pada masa awal perpindahan pusat politik dari
Jawa Tengah ke Jawa Timur. Kendati dianggap sebagai penemuan sejarah terbesar di
abad modern, kondisi candi Tondowongso dan kompleks di sekitarnya hingga kini masih
memprihatinkan dan belum mendapat perhatian dari pemerintah.
3. Candi Gurah
Selanjutnya adalah Candi Gurah. Candi ini ditemukan di Kec. Gurah, Kediri Jawa Timur.
Candi peninggalan Kediri selanjutnya ditemukan di Kecamatan Kediri, Jawa Timur pada
tahun 1957. Letak candi Gurah berada persis 2 km dari situs candi Tondowongso. Dari
pondasinya, diketahui bahwa candi ini berukuran 9 meter x 9 meter.
4. Candi Mirigambar
Candi Mirigambar adalah candi peninggalan Kerajaan Kediri yang ditemukan di lapangan
desa Mirigambar, Kec. Sumbergempol, Tulungagung, Jawa Timur. Candi ini
diperkirakan dibangun pada tahun 1214-1310 Saka. Strukturnya terbuat dari batu bata
merah, seperti halnya kebanyakan candi-candi yang ada di Jawa Timur. Seorang petinggi
desa Mirigambar pada 1965 melindungi candi ini dari aksi ikonoklastik sehingga hingga
kini candi ini masih dapat kita temukan.
5. Candi Tuban
Candi Tuban Berbeda dengan nasib Candi Mirigambar, candi Tuban kini telah luluh
lantah dan hanya tersisa pondasinya saja. Candi yang berjarak 500 meter dari letak Candi
Mirigambar ini saat ini telah ditimbun kembali oleh tanah karena sudah tidak
dimungkinkan lagi untuk dibangun.
d. Kitab Peninggalan Kerajaan Kediri
Dibawah ini ada 10 kitab peninggalan kerajaan kediri, yaitu sebagai berikut:
•Kitab Arjuna Wiwaha
Penulis : Mpu Kanwa (abad ke-10 M)
Judul : Arjuna Wiwaha
Isi : Kakimpoi ini menceritakan sang Arjuna ketika ia bertapa di gunung Mahameru. Lalu
ia diuji oleh para Dewa, dengan dikirim tujuh bidadari. Bidadari ini diperintahkan untuk
menggodanya. Nama bidadari yang terkenal adalah Dewi Supraba dan Tilottama. Para
bidadari tidak berhasil menggoda Arjuna, maka Batara Indra datang sendiri menyamar
menjadi seorang brahmana tua.
Mereka berdiskusi soal agama dan Indra menyatakan jati dirinya dan pergi. Lalu setelah
itu ada seekor babi yang datang mengamuk dan Arjuna memanahnya. Tetapi pada saat
yang bersamaan ada seorang pemburu tua yang datang dan juga memanahnya.
Ternyata pemburu ini adalah batara Siwa. Setelah itu Arjuna diberi tugas untuk
membunuh Niwatakawaca, seorang raksasa yang mengganggu kahyangan. Arjuna
berhasil dalam tugasnya dan diberi anugerah boleh mengawini tujuh bidadari ini.

•Kitab Bharatayudha
Penulis : Mpu Sedah dan Mpu Panuluh (abad ke-12 M)
Judul : Bharatayudha
Isi : Mencerutakan perang saudara 18 hari antara keluarga Pandhawa dan Kurawa. Kitab
ini menurut banyak ahli sejarah sebenarnya gambaran Kediri semasa perang saudara
Pangjalu dan Daha yang rebutan kekuasaan antara kakak-adik yang terdpat pada prasasti
Ngantang. Kisah Kakimpoi Bharatayuddha kemudian diadaptasi ke dalam bahasa Jawa
Baru dengan judul Serat Bratayuda oleh pujangga Yasadipura I pada zaman Kasunanan
Surakarta.

•Kitab Simaradahana
Penulis : Mpu Darmaja
Judul : Simaradahana
Isi : Mengisahkan hilangnya suami istri, Dewa Kama dan Dewi Ratih, karena api yang
keluar dari mata ketiga Dewa Syiwa. Kama dan Ratih menjelma menjadi manusia dan
mengembara di dunia untuk menggoda manusia. Kitab itu dikarang oleh Mpu Dharmaja
pada masa Sri Kameswara yang dalam Smaradahana dianggap sebagai titisan Dewa
Kama.
Istri Sri kameswara yang bernama Sri Kirana yang sangat cantik, dianggap sebagai titisan
Dewi Ratih. Sri Kirana adalah putri kerajaan Janggala. Sri Kameswara dalamkesusastraan
Jawa disebut panji Inu Kertapati atau Panji Kudawanengpati. Sri Kirana yang disebut
juga candrakirana merupakan dasar cerita Panji.

•Kitab Krisnaya
Penulis : MpuTriguna (abad ke-5 M)
Judul : Krisnaya
Isi : Dewi Rukmini, putri prabu Bismaka di negeri Kundina, sudah dijodohkan dengan
Suniti, raja negerei Cedi. Tetapi ibu Rukmini, Dewi Pretukirti lebih suka jika putrinya
menikah dengan Kresna. Maka karena hari besar sudah hampir tiba, lalu Suniti dan
Jarasanda, pamannya, sama-sama datang di Kundina. Pretukirti dan Rukmini diam-diam
memberi tahu Kresna supaya datang secepatnya.
Kemudian Rukmini dan Kresna diam-diam melarikan diri. Mereka dikejar oleh Suniti,
Jarasanda dan Rukma, adik Rukmini, beserta para bala tentara mereka. Kresna berhasil
membunuh semuanya dan hampir membunuh Rukma namun dicegah oleh Rukmini.
Kemudian mereka pergi ke Dwarawati dan melangsungkan pesta pernikahan.

•Kitab Hariwangsa
Penulis : Mpu Panuluh
Judul : Hariwangsa
Isi : Menceritakan asal-usul Kresna (Krishna), sepupu Pandawa yang menjadi penasehat
Pandawa dalam perang Bharatayudha. Kresna pula yang menyemangati Arjuna yang
patah semangat untuk berperang melawan Kurawa karena ia harus berhadapan dan
membunuh guru, leluhur, dan sanak-saudaranya sendiri.

•Kitab Gatutkacasraya
Penulis : Mpu Panuluh
Judul : Gatutkacasraya
Isi : Menceritakan perkawinan Abimayu, putra Arjuna dengan Siti Sundari atas bantuan
Gataotkaca, puta Bima.

•Kitab Mahabrata
Penulis : Resi Wiyasa
Judul : Mahabrata
Isi : Menceritakan pertikaian antara keturunan Raja Bharata dari Hastinapura, yakni
Pandawa sebagai pihak kebaikan melawan pihak Kurawa sebagai pihak kebatilan.
Pandawa (lima bersaudara) dan Kurawa (seratus bersaudara: 99 laki-laki, 1 wanita)
adalah saudara sepupu dari garis ayah.
Peperangan antara mereka dikenal dengan Bharatayudha (Peperangan antara keturunan
Bharata), yang berlangsung di lapang Kurusetra dan dimenangkan pihak Pandawa. Meski
menang, banyak saudara dan raja pembantu dari Pandawa yang gugur dalam perang.

•Kitab Lubdaka dan Kitab Warasancaya


Penulis : Mpu Tan Akung (abad ke-11 M)
Judul : Lubdaka dan Warasancaya
Isi : Menceritakan seseorang yang bernama Lubdaka yang dilukiskan sebagai pemburu
yang tentu saja gemar membunuh binatang-binatang buruan di hutan. Pada suatu hari, ia
tidak dapat binatang buruan, kemudian kemalaman dan dia naik pohon maja. Karena
takut terjatuh dan akan menjadi santapan binatang buas (padahal binatangnya tidak ada)
ia memetik daun maja dan dijatuhkannya ke tanah.Maksudnya supaya bisa ia bisa
menahan kantuk. Sebagai tanda terima kasih dewa Syiwa kemudian mengijinkan
Lubdaka masuk kedalam taman sorga dan dosa-dosanya di ampuni. Cerita ini merupakan
saduran dari mitologi India yang bertalian dengan upacara kegamaan Shiwaratri yang
pada jaman majapahit sudah

•Kitab Ling Way Taita


Penulis : Chou Ku Fei (1178 M)
Judul : Ling Way Taita
Isi : Berisi kehidupan tata pemerintahan dan keadaan di istanaatau benteng pada masa
kerajaan kediri.
•Kitab Chu Fang Chi
Penulis : Chau Ju Kua (1225 M)
Judul : Chu Fang Chi
Isi : Menceritakan bahwa Asia Tenggara tumbuh dua kerajaan besar dan kaya yaitu Jawa
dan Sriwijaya. Kitab ini juga menceritakan keadaan tanah jajahan dan sifat rakyat kedua
negara

C. Masa Perkembangan
- Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial kemasyarakatan pada zaman kerajaan Kediri dapat kita lihat
dalam kitab Ling-Wai-Tai-Ta yang disusun oleh Chou Ku-Fei pada tahun 1178
M. Kitab tersebut menyatakan bahwa masyarakat Kediri memakai kain sampai
bawah lutut dan rambutnya diurai. Rumah-rumahnya rata-rata sangat bersih dan
rapi. Lantainya dibuat dari ubin yang berwarna kuning dan hijau.
Pemerintahannya sangat memperhatikan keadaan rakyatnya sehingga pertanian,
peternakan dan perdagangan mengalami kemajuan yang cukup pesat.

Golongan-golongan dalam masyarakat Kediri dibedakan menjadi tiga


berdasarkan kedudukan dalam pemerintahan kerajaan.
1.Golongan masyarakat pusat (kerajaan), yaitu masyarakat yang terdapat dalam
lingkaran raja dan beberapa kaum kerabatnya serta kelompok pelayannya.
2.Golongan masyarakat thani (daerah), yaitu golongan masyarakat yang terdiri
atas para pejabat atau petugas pemerintahan di wilayah thani (daerah).
3.Golongan masyarakat nonpemerintah, yaitu golongan masyarakat yang tidak
mempunyai kedudukan dan hubungan dengan pemerintah secara resmi atau
masyarakat wiraswasta.

Kediri memiliki 300 lebih pejabat yang bertugas mengurus dan mencatat semua
penghasilan kerajaan. Disamping itu, ada 1.000 pegawai rendahan yang
bertugas mengurusi benteng dan parit kota, perbendaharaan kerajaan, dan
gedung persediaan makanan.

-Kehidupan Politik
Dalam persaingan antara Jenggala dan Panjalu, ternyata Panjalu (Kediri) yang
unggul dan menjadi kerajaan yang besar kekuasaannya. Raja terbesar dari
Kerajaan Kediri adalah Jayabaya (1135-1157). Jayabaya ingin mengembalikan
kejayaan seperti masa Airlangga dan berhasil. Panjalu dan jenggala dapat
bersatu kembali. Lencana Kerajaan memakai simbol Garuda Mukha simbol
Airlangga.
Pada masa pemerintahannya kasusastraan diperhatikan. Empu Sedah dan Empu
Panuluh mengubah karya sastra kitab Bharatayudha yang menggambarkan
peperangan antara Pendawa dan Kurawa yang untuk menggambarkan
peperangan antara jenggala dan kediri. Empu Panuluh juga menggubah kakawin
Hariwangsa dan Gatotkacasraya. Jayabaya juga terkenal sebagai pujangga yang
ahli meramal kejadian masa depan, terutama yang akan menimpa tanah Jawa.
Ramalannya terkenal dengan istilah “Jangka Jayabaya.”
Raja Kediri yang juga memperlihatkan kasusastraan ialah Kameswara. Empu
Tan Akung menulis kitab Wartasancaya dan Lubdaka, sedangkan Empu
Dharmaja menulis kitab Smaradahana. Didalam kitab Smaradahana ini
Kameswara dipuji-puji sebagai titisan Kamajaya, permaisurinya ialah Sri
Kirana atau putri Candra-kirana.
Raja Kediri yang terakhir ialah Kertajaya yang pada tahun 1222 kekuasaannya
dihancurkan oleh Ken Arok sehingga berakhirlah kerajaan Kediri dan muncul
kerajaan Singasari.
- Kehidupan ekonomi Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri menggantungkan kegiatan perekonomian pada sektor pertanian
dan perdagangan.
Sebagai kerajaan agraris, Kediri memiliki lahan pertanian di sekitar Sungai
Brantas yang subur dan menghasilkan banyak padi.
Sektor perdagangannya dikembangkan melalui jalur pelayaran Sungai Brantas.
Selain beras, barang-barang yang diperdagangkan terdiri dari emas, perak, kayu
cendana, rempah-rempah, dan pinang.
Pada masanya, pedagang Kediri memiliki peran penting dalam kegiatan
perdagangan di Asia.
Dan Berdasarkan kronik-kronik Cina maka kehidupan perekonomian rakyat
Kediri dapatdikemukakan sebagai berikut.
1. Rakyat hidup dari pertanian, peternakan dan perdagangan
2. Kediri banyak menghasilkan beras.
3. Barang-barang dagangan yang laku di pasaran saat itu antara lain emas,perak,
gading dan kayu cendana.
4. Pajak rakyat berupa hasil bumi, seperti besar dan palawija.
D. Masa Keruntuhan
Kerajaan kediri runtuh pada masa pemerintahan Kertajaya, dan dikisahkan
dalam Pararaton dan Nagarakretagama.
Pada tahun 1222 Kertajaya sedang berselisih melawan kaum Brahmana yang
kemudian mencari perlindungan ke Ken Arok akuwu Tumapel. Kebetulan Ken
Arok juga bercita-cita melepaskan Tumapel yang adalah kawasan bawahan
Kadiri.
Pasukan Ken Arok sukses menghancurkan pasukan Kertajaya. Dengan
demikian, berakhirlah masa Kerajaan Kadiri, yang sejak waktu itu kemudian
menjadi bawahan Tumapel atau Singhasari.
Setelah Ken Arok mengalahkan Kertajaya, Kadiri menjadi suatu wilayah di
bawah kekuasaan Singhasari. Ken Arok mengangkat Jayasabha, putra Kertajaya
sebagai Bupati Kadiri. Tahun 1258 Jayasabha digantikan putranya yang
bernama Sastrajaya.
Pada tahun 1271 Sastrajaya digantikan putranya, yakni Jayakatwang.
Jayakatwang memberontak terhadap Singhasari yang dipimpin oleh
Kertanegara karena dendam masa lalu leluhurnya dikalahkan oleh Ken Arok.
Setelah sukses membunuh Kertanegara, Jayakatwang mendirikan kembali
Kerajaan Kadiri, namun hanya bertahan satu tahun dikarenakan agresi gabungan
yang dilancarkan oleh pasukan Mongol dan pasukan menantu Kertanegara,
Raden Wijaya.

Anda mungkin juga menyukai