PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Jawa Tengah pada abad ke-8 M telah berdiri sebuah kerajaan, yakni Mataram.
Mataram yang bercorak Hindu-Buddha ini diperintah oleh dua dinasti (wangsa) yang berbeda,
yaitu Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra. Ibukota Mataram adalah Medang atau Medang
Kamulan hingga tahun 925. Pada Prasasti Canggal terdapat kata-kata “Medang I Bhumi
Mataram”. Namun, hingga sekarang letak pasti ibukota ini belum diketahui. Berdasarkan Prasasti
Canggal diketahui, Mataram Kuno mula-mula diperintah oleh Raja Sanna. Sanna kemudian
digantikan oleh keponakannya, Sanjaya. Sanjaya adalah anak Sanaha, saudara perempuan Raja
Sanna (Sanna tidak memiliki keturunan). Sanjaya memerintah dengan bijaksana sehingga rakyat
hidup makmur, aman, dan tenteram.
Hal ini terlihat dari Prasasti Canggal yang menyebutkan bahwa tanah Jawa kaya akan
padi dan emas. Selain pada Prasasti Canggal, nama Sanjaya juga tercantum pada Prasasti
Balitung. Kerajaan Kediri merupakan salah satu kerajaan Hindu yang terletak di tepi Sungai
Brantas, Jawa Timur. Kerajaan yang berdiri pada abad ke-12 ini merupakan bagian dari Kerajaan
Mataram Kuno. Raja pertamanya bernama Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabu yang
menamakan dirinya sebagai titisan Wisnu. Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri diawali dengan
perintah Raja Airlangga yang membagi kerajaan menjadi dua bagian, yakni Jenggala
(Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang dibatasi dengan Gunung Kawi dan Sungai Brantas.
Tujuannya supaya tidak ada pertikaian. Kerajaan Janggala atau Kahuripan terdiri atas
Malang dan Delta Sungai Brantas dengan pelabuhan Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, Ibu
Kotanya Kahuripan. Sedangkan Kerajaan Panjalu (Kediri) meliputi, Kediri, Madiun, dan Ibu
Kotanya Daha. Kemudian pada November 1042, kedua putra Raja Airlangga memperebutkan
tahta kerajaan sehingga dengan terpaksa Airlangga membelah kerajaan menjadi dua. Hasil dari
perang saudara tersebut, Kerajaan Panjalu diberikan kepada Sri Samarawijaya yang pusatnya di
Kota Daha. Sedangkan Kerajaan Jenggala diberikan kepada Mapanji Garasakan yang berpusat di
Kahuripan. Dalam Prasasti Meaenga disebutkan bahwa Panjalu dapat dikuasai Jenggala dan
nama Raja Mapanji Garasakan(1042-1052 M) diabadikan. Namun, pada peperangan selanjutnya,
Kerajaan Panjalu (Kediri) berhasil menguasai seluruh takhta Airlangga.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya kerajaan Kediri?
2. Siapa saja nama-nama raja Kediri?
3. Bagaimana kehidupan politik, sosial, dan ekonomi kerajaan Kediri?
4. Bagaimana proses runtuhnya kerajaan Kediri?
1
BAB II
PEMBAHASAN
KERAJAAN KEDIRI
2
C. Kehidupan Politik, Sosial, dan Ekonomi Kerajaan Kediri
1. Kehidupan Politik Kerajaan Kediri
Mapanji Garasakan memerintah tidak lama. Ia digantikan Raja Mapanji Alanjung
(1052–1059 M). Mapanji Alanjung kemudian diganti lagi oleh Sri Maharaja Samarotsaha.
Pertempuran yang terus menerus antara Jenggala dan Panjalu menyebabkan selama 60 tahun
tidak ada berita yang jelas mengenai kedua kerajaan tersebut hingga munculnya nama Raja
Bameswara (1116–1135 M) dari Kediri. Pada masa itu ibu kota Panjalu telah dipindahkan dari
Daha ke Kediri sehingga kerajaan ini lebih dikenal dengan nama Kerajaan Kediri. Raja
Bameswara menggunakan lencana kerajaan berupa tengkorak bertaring di atas bulan sabit yang
biasa disebut Candrakapala. Setelah Bameswara turun takhta, ia digantikan Jayabaya yang dalam
masa pemerintahannya itu berhasil mengalahkan Jenggala.
Pada tahun 1019 M Airlangga dinobatkan menjadi raja Medang Kamulan. Airlangga
berusaha memulihkan kembali kewibawaan Medang Kamulan, setelah kewibawaan kerajaan
berahasil dipulihkan, Airlangga memindahkan pusat pemerintahan dari Medang Kamulan ke
Kahuripan. Berkat jerih payahnya, Medang Kamulan mencapai kejayaan dan kemakmuran.
Menjelang akhir hayatnya, Airlangga memutuskan untuk mundur dari pemerintahan dan menjadi
pertapa dengan sebutan Resi Gentayu. Airlangga meninggal pada tahun 1049 M. Pewaris tahta
kerajaan Medang Kamulan seharusnya seorang putri yaitu Sri Sanggramawijaya yang lahir dari
seorang permaisuri. Namun karena memilih menjadi pertapa, tahta beralih pada putra Airlangga
yang lahir dari selir.
Untuk menghindari perang saudara, Medang Kamulan dibagi menjadi dua yaitu kerajaan
Jenggala dengan ibu kota Kahuripan, dan kerajaan Kediri (Panjalu) dengan ibu kota Dhaha.
Tetapi upaya tersebut mengalami kegagalan. Hal ini dapat terlihat hingga abad ke 12, dimana
Kediri tetap menjadi kerajaan yang subur dan makmur namun tetap tidak damai sepenuhnya
dikarenakan dibayang- bayangi Jenggala yang berada dalam posisi yang lebih lemah. Hal itu
menjadikan suasana gelap, penuh kemunafikan dan pembunuhan berlangsung terhadap pangeran
dan raja-raja antar kedua negara. Namun perseteruan ini berakhir dengan kekalahan jenggala,
kerajaan kembali dipersatukan di bawah kekuasaan Kediri.
3
3. Kehidupan Sosial Kerajaan Kediri
Kondisi masyarakat Kediri sudah teratur. Penduduknya sudah memakai kain sampai di
bawah lutut, rambut diurai, serta rumahnya bersih dan rapi. Dalam perkawinan, keluarga
pengantin wanita menerima maskawin berupa emas. Orang-orang yang sakit memohon
kesembuhan kepada dewa dan Buddha. Perhatian raja terhadap rakyatnya sangat tinggi. Hal itu
dibuktikan pada kitab Lubdaka yang berisi tentang kehidupan sosial masyarakat pada saat itu.
Tinggi rendahnya martabat seseorang bukan berdasarkan pangkat dan harta bendanya, tetapi
berdasarkan moral dan tingkah lakunya. Raja juga sangat menghargai dan menghormati hak-hak
rakyatnya. Akibatnya, rakyat dapat leluasa menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Pada zaman Kediri karya sastra berkembang pesat. Banyak karya sastra yang dihasilkan.
Pada masa pemerintahan Jayabaya, raja pernah memerintahkan kepada Empu Sedah untuk
mengubah kitab Bharatayuda ke dalam bahasa Jawa Kuno. Karena tidak selesai, pekerjaan itu
dilanjutkan oleh Empu Panuluh. Dalam kitab itu, nama Jayabaya disebut beberapa kali sebagai
sanjungan kepada rajanya. Kitab itu berangka tahun dalam bentuk candrasangkala, sangakuda
suddha candrama (1079 Saka atau 1157 M). Selain itu, Empu Panuluh juga menulis kitab
Gatutkacasraya dan Hariwangsa.
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Singasari merupakan kerajaan yang memiliki usia paling singkat jika dibandingkan
dengan Kerajaan Hindu-Budha lainnya. Kerjaaan ini berdiri pada tahun 1222 sejak Ken Arok
menyerang Kediri, dan berakhir pada tahun 1292. Ia berhasil mengalahkan Raja Kertajaya
dengan bantuan para brahmana. Para brahmana memberontak terhadap karena Kertajaya tidak
menghormati mereka selaku pendeta yang memiliki kasta tertinggi dalam sistem masyarakat
Hindu kuno.
Kerajaan Singasari diperkirakan sekarang berada di daerah Malang, Jawa Timur
sekarang. Ken Arok pun sebelumnya membunuh majikannya sendiri, yaitu akuwu Tumapel yang
bernama Tunggul Ametung dan merebut istrinya. Pemerintahan Singasari tidak pernah stabil
karena sering terjadi pertumpahan darah antara keturunan Ken Arok dan Tunggul Ametung.
Sumber sejarah para raja Singasari selanjutnya tertulis dalam Kitab Pararaton.
Puncak kejayaan Singasari terjadi pada masa pemerintahan Raja Kertanegara. Kertanegara dalam
kehidupan politiknya berupaya melakukan ekspansi atau perluasan wilayah ke wilayah kekuasan
Sriwijaya mealui Ekspedisi Pamalayu pada tahun 1275. Dalam politik luar negeri didapati ia
tidak mau tunduk kepada pemerintahan Cina di bawah pemerintahan Kubilai Khan. Ia bahkan
pernah mempermalukan utusan Kaisar Cina bernama Mengki yang mendatangi istananya.
Kesenian khususnya seni patung berkembang maju pada masa Singasari. Banyak arca atau
patung berukuran raksasa. Selain patung drawapala yang berukuran 40 ton, ada juga patung
perwujudan Kertanegara yagn lebih dikenal dengan sebutan Joko Dolok. Singasari tidak banyak
meniggalkan candi. Namun, ada sejumlah candi sebagai pertanda peradaban Singasari, seperti
Candi Kidal, Candi Jago, Candi Jawi, Candi Singosari.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya kerajaan Singasari?
2. Bagaimana sistem pemerintahan kerajaan Singasari?
3. Bagaimanakah kehidupan ekonomi kerajaan Singasari?
4. Bagaimanakah kehidupan agama kerajaan Singasari?
5
BAB II
PEMBAHASAN
KERAJAAN SINGASARI
A. Sejarah Kerajaan Singasari
Menurut Pararaton, Tumapel semula hanya sebuah daerah bawahan Kerajaan Kadiri.
Yang menjabat sebagai akuwu (setara camat) Tumapel saat itu adalah Tunggul Ametung. Ia mati
dibunuh dengan cara tipu muslihat oleh pengawalnya sendiri yang bernama Ken Arok, yang
kemudian menjadi akuwu baru. Ken Arok juga yang mengawini istri Tunggul Ametung yang
bernama Ken Dedes. Ken Arok kemudian berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan Kerajaan
Kadiri.
Pada tahun 1254 terjadi perseteruan antara Kertajaya raja Kerajaan Kadiri melawan
kaum brahmana. Para brahmana lalu menggabungkan diri dengan Ken Arok yang mengangkat
dirinya menjadi raja pertama Tumapel bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi. Perang melawan
Kerajaan Kadiri meletus di desa Ganter yang dimenangkan oleh pihak Tumapel.
Nagarakretagama juga menyebut tahun yang sama untuk pendirian Kerajaan Tumapel, namun
tidak menyebutkan adanya nama Ken Arok. Dalam naskah itu, pendiri kerajaan Tumapel
bernama Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra yang berhasil mengalahkan Kertajaya raja
Kerajaan Kadiri.
Prasasti Mula Malurung atas nama Kertanagara tahun 1255, menyebutkan kalau pendiri Kerajaan
Tumapel adalah Bhatara Siwa. Mungkin nama ini adalah gelar anumerta dari Ranggah Rajasa,
karena dalam Nagarakretagama arwah pendiri kerajaan Tumapel tersebut dipuja sebagai Siwa.
Selain itu, Pararaton juga menyebutkan bahwa, sebelum maju perang melawan Kerajaan Kadiri,
Ken Arok lebih dulu menggunakan julukan Bhatara Siwa.
6
1. Melaksanakan Ekspedisi Pamalayu untuk menguasai Kerajaan melayu serta melemahkan
posisi Kerajaan Sriwijaya di Selat Malaka.
2. Menguasai Bali.
3. Menguasai Jawa Barat.
4. Menguasai Malaka dan Kalimantan.
Berdasarkan segi budaya, ditemukan candi-candi dan patung-patung diantaranya candi Kidal,
candi Jago, dan candi Singasari. Sedangkan patung-patung yang ditemukan adalah patung Ken
Dedes sebagai Dewa Prajnaparamita lambing kesempurnaan ilmu, patung Kertanegara dalam
wujud patung Joko Dolog, dan patung Amoghapasa juga merupakan perwujudan Kertanegara
(kedua patung kertanegara baik patung Joko Dolog maupun Amoghapasa menyatakan bahwa
Kertanegara menganut agama Buddha beraliran Tantrayana).
2. Hubungan dengan Majapahit
Pararaton, Nagarakretagama, dan prasasti Kudadu mengisahkan Raden Wijaya cucu
Narasingamurti yang menjadi menantu Kertanagara lolos dari maut. Berkat bantuan Aria
Wiraraja (penentang politik Kertanagara), ia kemudian diampuni oleh Jayakatwang dan diberi
hak mendirikan desa Majapahit. Pada tahun 1293 datang pasukan Mongol yang dipimpin Ike
Mese untuk menaklukkan Jawa. Mereka dimanfaatkan Raden Wijaya untuk mengalahkan
Jayakatwang di Kerajaan Kadiri. Setelah Kadiri runtuh, Raden Wijaya dengan siasat cerdik ganti
mengusir tentara Mongol keluar dari tanah Jawa. Raden Wijaya kemudian mendirikan Kerajaan
Majapahit sebagai kelanjutan Singasari, dan menyatakan dirinya sebagai anggota Wangsa
Rajasa, yaitu dinasti yang didirikan oleh Ken Arok.
7
belum sempurna. Daerah kekuasaannya, meliputi Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara, Melayu,
Semenanjung Malaka, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerajaan Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia,
yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak
kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada
masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389. Kerajaan
Majapahit adalah Kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap
sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Menurut Negarakertagama,
kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia
timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.
Hanya terdapat sedikit bukti fisik dari sisa-sisa Kerajaan Majapahit, dan sejarahnya tidak
jelas. Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan adalah Pararaton (‘Kitab Raja-raja’)
dalam bahasa Kawi dan Nagarakretagama dalam bahasa Jawa Kuno. Pararaton terutama
menceritakan Ken Arok (pendiri Kerajaan Singhasari) namun juga memuat beberapa bagian
pendek mengenai terbentuknya Majapahit. Sementara itu, Nagarakertagama merupakan puisi
Jawa Kuno yang ditulis pada masa keemasan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk.
Kakawin Nagarakretagama pada tahun 2008 diakui sebagai bagian dalam Daftar Ingatan Dunia
(Memory of the World Programme) oleh UNESCO. Setelah masa itu, hal yang terjadi tidaklah
jelas. Selain itu, terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Kuno maupun catatan sejarah dari
Tiongkok dan negara-negara lain.
Keakuratan semua naskah berbahasa Jawa tersebut dipertentangkan. Tidak dapat
disangkal bahwa sumber-sumber itu memuat unsur non-historis dan mitos. Beberapa sarjana
seperti C.C. Berg menganggap semua naskah tersebut bukan catatan masa lalu, tetapi memiliki
arti supernatural dalam hal dapat mengetahui masa depan. Namun, banyak pula sarjana yang
beranggapan bahwa garis besar sumber-sumber tersebut dapat diterima karena sejalan dengan
catatan sejarah dari Tiongkok, khususnya daftar penguasa dan keadaan kerajaan yang tampak
cukup pasti. Tahun 2010 sekelompok pengusaha Jepang dipimpin Takajo Yoshiaki membiayai
pembuatan kapal Majapahit atau Spirit Majapahit yang akan berlayar ke Asia.
Menurut Takajo, hal ini dilakukan untuk mengenang kerjasama Majapahit dan Kerajaan
Jepang melawan Kerajaan China (Mongol) dalam perang di Samudera Pasifik. Menurut Guru
Besar Arkeologi Asia Tenggara National University of Singapore John N. Miksic jangkauan
kekuasaan Majapahit meliputi Sumatera dan Singapura bahkan Thailand yang dibuktikan dengan
pengaruh kebudayaan, corak bangunan, candi, patung dan seni. Bahkan ada perguruan silat
bernama Kali Majapahit yang berasal dari Filipina dengan anggotanya dari Asia dan Amerika.
Silat Kali Majapahit ini mengklaim berakar dari Kerajaan Majapahit kuno yang disebut
menguasai Filipina, Singapura, Malaysia dan Selatan Thailand.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimanakah sejarah kerajaan Majapahit?
2. Bagaimanakah sistem pemerintahan kerajaan Majapahit?
3. Bagaimanakah kebudayaan kerajaan Majapahit?
4. Bagaimanakah kehidupan ekonomi kerajaan Majapahit?
5. Bagaimanakah kepercayaan keagamaan kerajaan Majapahit?
6. Kapan masa kejayaan kerajaan Majapahit?
8
7. Bagaimana proses surutnya kerajaan Majapahit?
BAB II
PEMBAHASAN
KERAJAAN MAJAPAHIT
9
Nusantara. Tribhuwana berkuasa di Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia
diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk.
10
atau raja pribumi, yang kemungkinan membentuk persekutuan atau menikah dengan keluarga
kerajaan Majapahit.
Kerajaan Majapahit menempatkan birokrat dan pegawainya di tempat-tempat ini dan
mengatur kegiatan perdagangan luar negeri mereka dan mengumpulkan pajak, namun mereka
menikmati otonomi internal yang cukup besar. Wilayah Mancanegara termasuk di dalamnya
seluruh daerah Pulau Jawa lainnya, Madura, Bali, dan juga Dharmasraya, Pagaruyung, Lampung
dan Palembang di Sumatra. Nusantara, adalah area yang tidak mencerminkan kebudayaan Jawa,
tetapi termasuk ke dalam koloni dan mereka harus membayar upeti tahunan. Mereka menikmati
otonomi yang cukup luas dan kebebasan internal, dan Majapahit tidak merasa penting untuk
menempatkan birokratnya atau tentara militernya di sini; akan tetapi, tantangan apa pun yang
terlihat mengancam ketuanan Majapahit atas wilayah itu akan menuai reaksi keras.
Termasuk dalam area ini adalah kerajaan kecil dan koloni di Maluku, Kepulauan Nusa
Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya. Ketiga kategori itu masuk ke dalam
lingkaran pengaruh Kerajaan Majapahit. Akan tetapi Majapahit juga mengenal lingkup keempat
yang didefinisikan sebagai hubungan diplomatik luar negeri. Mitreka Satata, yang secara
harafiah berarti “mitra dengan tatanan (aturan) yang sama”. Hal itu menunjukkan negara
independen luar negeri yang dianggap setara oleh Majapahit, bukan sebagai bawahan dalam
kekuatan Majapahit. Menurut Negarakertagama pupuh 15, bangsa asing adalah
Syangkayodhyapura (Ayutthaya di Thailand), Dharmmanagari (Kerajaan Nakhon Si
Thammarat), Marutma, Rajapura dan Sinhanagari (kerajaan di Myanmar), Kerajaan Champa,
Kamboja (Kamboja), dan Yawana (Annam). Mitreka Satata dapat dianggap sebagai aliansi
Majapahit, karena kerajaan asing di luar negeri seperti China dan India tidak termasuk dalam
kategori ini meskipun Majapahit telah melakukan hubungan luar negeri dengan kedua bangsa ini.
Pola kesatuan politik khas sejarah Asia Tenggara purba seperti ini kemudian
diidentifikasi oleh sejarahwan modern sebagai “mandala”, yaitu kesatuan yang politik ditentukan
oleh pusat atau inti kekuasaannya daripada perbatasannya, dan dapat tersusun atas beberapa unit
politik bawahan tanpa integrasi administratif lebih lanjut. Daerah-daerah bawahan yang termasuk
dalam lingkup mandala Majapahit, yaitu wilayah Mancanegara dan Nusantara, umumnya
memiliki pemimpin asli penguasa daerah tersebut yang menikmati kebebasan internal cukup
luas. Wilayah-wilayah bawahan ini meskipun sedikit-banyak dipengaruhi Majapahit, tetap
menjalankan sistem pemerintahannya sendiri tanpa terintegrasi lebih lanjut oleh kekuasaan pusat
di ibu kota Majapahit. Pola kekuasaan mandala ini juga ditemukan dalam kerajaan-kerajaan
sebelumnya, seperti Sriwijaya dan Angkor, serta mandala-mandala tetangga Majapahit yang
sezaman; Ayutthaya dan Champa.
11
Beberapa gambaran mengenai skala ekonomi dalam negeri Jawa saat itu dikumpulkan
dari berbagai data dan prasasti. Prasasti Canggu yang berangka tahun 1358 menyebutkan
sebanyak 78 titik perlintasan berupa tempat perahu penyeberangan di dalam negeri (mandala
Jawa). Prasasti dari masa Majapahit menyebutkan berbagai macam pekerjaan dan spesialisasi
karier, mulai dari pengrajin emas dan perak, hingga penjual minuman, dan jagal atau tukang
daging. Meskipun banyak di antara pekerjaan-pekerjaan ini sudah ada sejak zaman sebelumnya,
namun proporsi populasi yang mencari pendapatan dan bermata pencarian di luar pertanian
semakin meningkat pada era Majapahit.
Menurut catatan Wang Ta-Yuan, pedagang Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada saat
itu ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua, sedangkan komoditas impornya adalah
mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang dari besi. Mata uangnya dibuat dari
campuran perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga. Selain itu, catatan Odorico da
Pordenone, biarawan Katolik Roma dari Italia yang mengunjungi Jawa pada tahun 1321,
menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan permata.
Kemakmuran Majapahit diduga karena dua faktor. Faktor pertama; lembah sungai
Brantas dan Bengawan Solo di dataran rendah Jawa Timur utara sangat cocok untuk pertanian
padi. Pada masa jayanya Majapahit membangun berbagai infrastruktur irigasi, sebagian dengan
dukungan pemerintah. Faktor kedua; pelabuhan-pelabuhan Majapahit di pantai utara Jawa
mungkin sekali berperan penting sebagai pelabuhan pangkalan untuk mendapatkan komoditas
rempah-rempah Maluku. Pajak yang dikenakan pada komoditas rempah-rempah yang melewati
Jawa merupakan sumber pemasukan penting bagi Majapahit.
Nagarakretagama menyebutkan bahwa kemashuran penguasa Wilwatikta telah menarik
banyak pedagang asing, di antaranya pedagang dari India, Khmer, Siam, dan China. Pajak
khusus dikenakan pada orang asing terutama yang menetap semi-permanen di Jawa dan
melakukan pekerjaan selain perdagangan internasional. Majapahit memiliki pejabat sendiri untuk
mengurusi pedagang dari India dan Tiongkok yang menetap di ibu kota kerajaan maupun
berbagai tempat lain di wilayah Majapahit di Jawa.
12
13
BAB I
PENDAHULUAN
Keajaan Buleleng merupakan kerajaan tertua di Bali. Kerajaan ini berkembang pada abad IX-XI
A. Latar Belakang
Kerajaan Buleleng merupakan kerajaan tertua di Bali. Kerajaan ini berkembang pada
abad IX-XI Masehi. Kerajaan Buleleng diperintah oleh Dinasti Warmadewa. Keterangan
mengenai kehidupan masyarakat kerajaan Buleleng pada masa Dinasti Warmadewa dapat
dipelajari dari beberapa prasasti seperti prasasti Belanjong, Panempahan, dan Melatgede.
Kerajaan Buleleng adalah suatu kerajaan di Bali utara yang didirikan sekitar pertengahan abad
ke-17 dan jatuh ke tangan Belanda pada tahun 1849. Kerajaan ini dibangun oleh I Gusti
Anglurah Panji Sakti dari Wangsa Kepakisan dengan cara menyatukan seluruh wilayah wilayah
Bali Utara yang sebelumnya dikenal dengan nama Den Bukit.. dari beberapa prasasti seperti
prasasti Belanjong, Panempahan, dan Melatgede.
I Gusti Anglurah Panji Sakti, yang sewaktu kecil bernama I Gusti Gde Pasekan adalah
putra I Gusti Ngurah Jelantik dari seorang selir bernama Si Luh Pasek Gobleg berasal dari Desa
Panji wilayah Den Bukit. I Gusti Panji memiliki kekuatan supra natural dari lahir. I Gusti Ngurah
Jelantik merasa khawatir kalau I Gusti Ngurah Panji kelak akan menyisihkan putra mahkota.
Dengan cara halus I Gusti Ngurah Panji yang masih berusia 12 tahun disingkirkan ke Den Bukit,
ke desa asal ibunya, Desa Panji.
I Gusti Ngurah Panji menguasai wilayah Den Bukit dan menjadikannya Kerajaan
Buleleng, yang kekuasaannya pernah meluas sampai ke ujung timur pulau Jawa (Blambangan).
Setelah I Gusti Ngurah Panji Sakti wafat pada tahun 1704, Kerajaan Buleleng mulai goyah
karena putra-putranya punya pikiran yang saling berbeda.
Kerajaan Buleleng tahun 1732 dikuasai Kerajaan Mengwi namun kembali merdeka pada
tahun 1752. Selanjutnya jatuh ke dalam kekuasaan raja Karangasem 1780. Raja Karangasem, I
Gusti Gde Karang membangun istana dengan nama Puri Singaraja. Raja berikutnya adalah
putranya bernama I Gusti Pahang Canang yang berkuasa sampai 1821. Kekuasaan Karangasem
melemah, terjadi beberapa kali pergantian raja. Tahun 1825 I Gusti Made Karangsem
memerintah dengan Patihnya I Gusti Ketut Jelantik sampai ditaklukkan Belanda tahun 1849.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Buleleng?
2. Bagaimana kehidupan politik Kerajaan Buleleng masa Dinasti Warmadewa?
3. Bagaimana kehidupan sosial Kerajaan Buleleng masa Dinasti Warmadewa?
4. Bagaimana kehidupan ekonomi Kerajaan Buleleng masa Dinasti Warmadewa?
5. Bagaimana kehidupan agama Kerajaan Buleleng masa Dinasti Warmadewa?
14
BAB II
PEMBAHASAN
KERAJAAN BULELENG
15
Dharmapatni merupakan keturunan Mpu Sindok. Kedudukan Raja Udayana digantikan putranya,
yaitu Marakatapangkaja.
Rakyat Buleleng menganggap Marakatapangkaja sebagai sumber kebenaran hukum
karena ia selalu melindungi rakyatnya. Marakatapangkaja membangun beberapa tempat
peribadatan untuk rakyat. Salah satu peninggalan Marakatapangkaja adalah kompleks candi di
Gunung Kawi (Tampaksiring). Pemerintahan Marakatapangkaja digantikan oleh adiknya, Anak
Wungsu. Anak Wungsu merupakan raja terbesar dari Dinasti Warmadewa. Anak Wungsu
berhasil menjaga kestabilan kerajaan dengan menanggulangi berbagai gangguan, baik dari dalam
maupun luar kerajaan.
Dalam menjalankan pemerintahan, Raja Buleleng dibantu oleh badan penasihat pusat
yang disebut Pakirankiran I Jro Makabehan. Badan ini terdiri atas senapati dan pendeta Siwa
serta Buddha. Badan ini berkewajiban memberi tafsiran dan nasihat kepada raja atas berbagai
permasalahan yang muncul dalam masyarakat. Senapati bertugas di bidang kehakiman dan
pemerintahan, sedangkan pendeta mengurusi masalah sosial dan agama.
16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah kebudayaan dan perdagangan di Nusantara, Tulang Bawang digambarkan
merupakan salah satu kerajaan tertua di Indonesia, disamping kerajaan Melayu, Sriwijaya, Kutai,
dan Tarumanegara. Meskipun belum banyak catatan sejarah yang mengungkapkan keberadaan
kerajaan ini, namun catatan Cina kuno menyebutkan pada pertengahan abad ke-4 seorang
pejiarah Agama Budha yang bernama Fa-Hien, pernah singgah di sebuah kerajaan yang makmur
dan berjaya, To-Lang P’o-Hwang (Tulang Bawang) di pedalaman Chrqse (pulau emas
Sumatera). Sampai saat ini belum ada yang bisa memastikan pusat kerajaan Tulang Bawang,
namun ahli sejarah Dr. J. W. Naarding memperkirakan pusat kerajaan ini terletak di hulu Way
Tulang Bawang (antara Menggala dan Pagardewa) kurang lebih dalam radius 20 km dari pusat
kota Menggal.
Seiring dengan makin berkembangnya kerajaan Che-Li-P’o Chie (Sriwijaya), nama dan
kebesaran Tulang Bawang sedikit demi sedikit semakin pudar. Akhirnya sulit sekali
mendapatkan catatan sejarah mengenai perkembangan kerajaan ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah kerajaan Tulang Bawang?
2. Bagaimana kehidupan sosial budaya kerajaan Tulang Bawang?
3. Bagaimana kehidupan agama kerajaan Tulang Bawang?
4. Bagaimana kehidupan ekonomi kerajaan Tulang Bawang?
17
BAB II
PEMBAHASAN
KERAJAAN TULANG BAWANG
18
Sumber lain menyebutkan bahwa ada seorang pujangga Tiongkok bernama I-Tsing yang
pernah singgah di Swarna Dwipa (Sumatera). Tempat yang disinggahinya ternyata merupakan
bagian dari Kerajaan Sriwijaya. Ketika itu, ia sempat melihat daerah bernama Selapon. Ia
kemudian memberi nama daerah itu dengan istilah Tola P‘ohwang. Sebutan Tola P‘ohwang
diambil dari ejaan Sela-pun. Untuk mengejanya, kata ini di lidah sang pujangga menjadi
berbunyi so-la-po-un. Orang China umumnya berasal dari daerah Ke‘. I-Tsing, yang merupakan
pendatang dari China Tartar dan lidahnya tidak bisa menyebutkan So, maka ejaan yang familiar
baginya adalah To. Sehingga, kata solapun atau selapon disebutkan dengan sebutan Tola
P‘ohwang. Lama kelamaan, sebutan itu menjadi Tolang Powang atau kemudian menjadi Tulang
Bawang.
Kerajaan Sriwijaya merupakan federasi atau gabungan antara Kerajaan Melayu dan Kerajaan
Tulang Bawang (Lampung). Pada masa kekuasaan Sriwijaya, pengaruh ajaran agama Hindu
sangat kuat. Orang Melayu yang tidak dapat menerima ajaran tersebut, sehingga mereka
kemudian menyingkir ke Skala Brak. Namun, ada sebagian orang Melayu yang menetap di
Megalo dengan menjaga dan mempraktekkan budayanya sendiri yang masih eksis. Pada abad ke-
7, nama Tola P‘ohwang diberi nama lain, yaitu Selampung, yang kemudian dikenal dengan nama
Lampung.
Hingga kini, belum ada orang atau pihak yang dapat memastikan di mana pusat Kerajaan Tulang
Bawang berada. Seorang ahli sejarah, Dr. J. W. Naarding memperkirakan pusat kerajaan ini
terletak di Way Tulang Bawang, yaitu antara Menggala dan Pagar Dewa, yang jaraknya sekitar
radius 20 km dari pusat Kota Menggala. Jika ditilik secara geografis masa kini, kerajaan ini
terletak di Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung. Sekitar abad ke-15, Kota Manggala
dan alur Sungai Tulang Bawang dikenal sebagai pusat perdagangan yang berkembang pesat,
terutama dengan komoditi pertanian lada hitam. Konon, harga lada hitam yang ditawarkan
kepada serikat dagang kolonial Belanda atau VOC (Oost–indische Compagnie) lebih murah
dibandingkan dengan harga yang ditawarkan kepada pedagang-pedagang Banten.
Oleh karenanya, komoditi ini amat terkenal di Eropa. Seiring dengan perkembangan
zaman, Sungai Tulang Bawang menjadi dermaga “Boom” atau tempat bersandarnya kapal-kapal
dagang dari berbagai penjuru Nusantara. Namun, cerita tentang kemajuan komoditi yang satu ini
hanya tinggal rekaman sejarah saja. Kerajaan Tulang Bawang tidak terwariskan menjadi sistem
pemerintahan yang masih berkembang hingga kini. Nama kerajaan ini kemudian menjadi nama
Kabupaten Tulang Bawang, namun sistem dan struktur pemerintahannya disesuaikan dengan
perkembangan politik modern.
C. Kehidupan Agama
Sungguhpun kita telah dididik diajar digembleng dan diresapi oleh Agama Islam yang
sudah berabad-abad lamanya ini, namun pengaruh Animisme Hindu nampaknya sampai pada
dewasa ini masih belum juga dapat dikuras habis. Dimana-mana lebih-lebih di Kampung-
kampung dan di pedalaman hal ini masih dipraktikkan oleh Rakyat di sana. Mereka masih
meyakinkan bahwa Roh-roh itu masih aktif, masih bekerja masih tetap mengawasi anak-cucunya
19
di mana saja berada. Mereka masih meyakinkan bahwa kayu-kayu besar, gunung-gunung besar
mempunyai penunggu dan penjaganya, inilah yang dinamakan animisme.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerajaan kota kapur adalah kerajaan di mana sejarah terbentukya kerajaan sriwijaya atau
lebih tepatnnya bibit dari kerajaan sriwijaya yang sudah berada di pulau Bangka dengan bukti
bukti seperti arca durga mahisasramardhani
B. Rumusan Masalah
1. Dimana lokasi kerajaan kota kapur
2. Apa bukti dari kerajaan kota kapur memang ada ?
3. Siapa raja yang memmpin kota kapur
4. Mengapa kerajaan kota kapur bisa runtuh
5. Kapan kerajaan kota kapur berdiri ?
6. Bagaimana kehidupan asia tenggara di kota kapur ?
20
BAB II
PEMBAHASAN
KERAJAAN KOTA KAPUR
Seorang pembesar yang gagah berani, Kandra Kayet, di medan pertempuran. Ia bergumul
dengan Tandrun Luah dan berhasil membunuh Tandrun Luah. Tandrun Luah mati terbunuh di
medan pertempuran. Tetapi, bagaimana nasib Kayet yang membunuh itu? Juga Kayet berhasi
ditumpas. Ingatlah akan kemenangan itu!
Kamu sekalian dewata yang berkuasa dan sedang berkumpul menjaga Kerajaan Sriwijaya! Dan
kau, Tandrun Luah, dan para dewata yang disebut pada pembukaan seluruh persumpahan ini!
21
Jika pada saat manapun di seluruh wilayah kerajaan ini ada orang yang berkhianat, bersekutu
dengan pengkhianat, menegur pengkhianat atau ditegur oleh pengkhianat, sepaham dengan
pengkhianat, tidak mau tunduk dan tidak mau berbakti, tidak setia kepadaku dan kepada mereka
yang kuserahi kekuasaan datu, orang yang berbuat demikian itu akan termakan sumpah.
Kepada mereka, akan segera dikirim tentara atas perintah Sriwijaya. Mereka sesanak
keluarganya akan ditumpas! Dan semuanya yang berbuat jahat, menipu orang, membuat sakit,
membuat gila, mlakukan tenung, menggunakan bisa, racun, tuba, serambat, pekasih, pelet dan
yang serupa itu, mudah-mudahan tidak berhasil. Dosa perbuatan yang jahat untuk merusak batu
ini hendaklah segera terbunuh oleh sumpah, segera dipukul. Mereka yang membahayakan, yang
mendurhaka, yang tidak setia kepadaku dan kepada yang kuserahi kekuasan datu, mereka yang
berbuat demikian itu, mudah-mudahan dibunuh oleh sumpah ini.
Tetapi kebalikannya, mereka yang berbakti kepadaku dan kepada mereka yang kuserahi
kekuasaan datu, hendaknya diberkati segala perbuatannya dan sanak keluarganya, berbahagia,
sehat, sepi bencana dan berlimpah rezeki segenap penduduk dusunnya.
22