Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kerajaan Kediri merupakan salah satu Kerajaan Hindu yang terletak di
tepi Sungai Brantas, Jawa Timur. Kerajaan yang berdiri pada abad ke-12 ini
merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Raja pertamanya bernama
Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabu yang menamakan dirinya sebagai titisan
Wisnu.
Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri diawali dengan perintah Raja
Airlangga yang membagi kerajaan menjadi dua bagian, yakni Jenggala
(Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang dibatasi dengan Gunung Kawi dan
Sungai Brantas. Tujuannya supaya tidak ada pertikaian. Kerajaan Janggala
atau Kahuripan terdiri atas Malang dan Delta Sungai Brantas dengan
pelabuhan Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, Ibu Kotanya Kahuripan.
Sedangkan Kerajaan Panjalu (Kediri) meliputi, Kediri, Madiun, dan Ibu
Kotanya Daha
Kerajaan Singosari (1222-1293) adalah salah satu kerajaan besar di
Nusantara vang didirikan oleh Ken Arok pada 1222. Sejarah Kerajaan
Singasari berawal dari Kerajaan Tumapel, yang dikuasai oleh seorang akuwu
(bupati). Letaknya di daerah pegunungan yang subur di wilayah Malang
dengan pelabuhannya bernama Pasuruan. Dari daerah inilah Kerajaan
Singosari berkembang dan bahkan menjadi sebuah kerajaan besar di Jawa
Timur, terutama setelah berhasil mengalahkan Kerajaan Kediri dalam
pertempuran di dekat Ganter tahun 1222 M. Kerajaan Singosari mencapai
puncak kejayaan ketika dipimpin oleh Raja Kertanegara (1268-1292) yang
bergelar Maharajadhiraja Kertanegara Wikrama Dharmottunggadewa..
Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur,
Indonesia yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga1550 M.
Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang
menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada masa kekuasaan Hayam

1
Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga1389. Kerajaan Majapahit
adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan
dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Menurut
Negarakertagama, kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung,
Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur, meskipun wilayah
kekuasaannya masih diperdebatkan.
Hanya terdapat sedikit bukti fisik dari sisa-sisa Kerajaan Majapahit, dan
sejarahnya tidak jelas.Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan
adalah Pararaton ('Kitab Raja-raja') dalam bahasa Kawai dan
Nagarakretagama dalam bahasa Jawa Kuno. Pararaton terutama menceritakan
Ken Arok (pendiri Kerajaan Singhasari) namun juga memuat beberapa bagian
pendek mengenai terbentuknya Majapahit. Sementara itu, Nagarakertagama
merupakan puisi Jawa Kuno yang ditulis pada masa keemasan Majapahit di
bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Setelah masa iCtu, hal yang terjadi
tidaklah jelas. Selain itu, terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Kuno
maupun catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain.
Bali adalah tempat berkembangnya agama Hindu dan Hampir seluruh
Masyarakatnya menjadi penganutnya. Agama Hindu di Bali mulai tumbuh
dan berkembang sejak abad ke 8, bersamaan dengan pertumbuhan agama
Hindu di Jawa Tengah, Agama Hindu banyak pengaruhnya terhadap
kebudayaan setempat, juga terhadap sistem pemerintah.
Berita Cina menyebutkan pada abad ke 7 ada daerah Dwapatan (Bali)
yang mempunyai adat yang sama dengan Jawa (Holing). Prsasti Bali 804
Caka (882 M) menyebutkan pemberian izin pembuatan pertapaan di bukit
Kintamani. Prasasti berangka tahun 896 caka (991 M) isinya menyebutkan
tempat suci dan istana Raja terletak di Singhamandawa dekat Sanur berhuruf
Dewa Nagari dan Bali Kuno. Kitab Usana Bali abad ke 16 menyebutkan Raja
Jayapangus memerintah setelah Raja Jayakusuma. Ia Raja penyelamat Bali
yang terkena malapetakaa karena lupa menjalankan ibadah Raja ini juga
mendapat wahyu untuk melakukan upacara agama kembali yang
sekarangsebagai hari Galungan.

2
Kerajaan Bali terletak pada sebuah Pulau kecil yang tidak jauh dari daerah
Jawa Timur. Dalam perkembangan sejarahnya, Bali mempunyai hubungan
erat dengan Pulau Jawa. Karena letak pulau itu berdekatan, maka sejak zaman
dulu mempunyai hubungan yang erat. Bahkan ketika Kerajaan Majapahit
runtuh, banyak rakyat Majapahit yang melarikan diri dan menetap di sana.
Sampai sekarang ada kepercayaan bahwa sebagian dari masyarakat Bali
dianggap pewaris tradisi Majapahit.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah kerajaan Kediri
2. Untuk mengetahui sejarah kerajaan Singosari
3. Untuk mengetahui sejarah kerajaan Majapahit
4. Untuk mengetahui sejarah kerajaan Bali

C. Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini yaitu untuk menambah pengetahuan kita
tentang sejarah Kebudayaan Kediri, Singosari, Majapahit dan Bali

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kerajaan Kediri
1. Sejarah Kerajaan Kediri
Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007, yang diyakini
sebagai peninggalan Kerajaan Kadiri diharapkan dapat membantu
memberikan lebih banyak informasi tentang kerajaan tersebut. Beberapa
arca kuno peninggalan Kerajaan Kediri. Arca yang ditemukan di desa
Gayam, Kediri itu tergolong langka karena untuk pertama kalinya
ditemukan patung Dewa Syiwa Catur Muka atau bermuka empat.
Pada tahun 1041 atau 963 M Raja Airlangga memerintahkan membagi
kerajaan menjadi dua bagian. Pembagian kerajaan tersebut dilakukan oleh
seorang Brahmana yang terkenal akan kesaktiannya yaitu Mpu Bharada.
Kedua kerajaan tersebut dikenal dengan Kahuripan menjadi Jenggala
(Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang dibatasi oleh gunung Kawi dan
sungai Brantas dikisahkan dalam prasasti Mahaksubya (1289 M), kitab
Negarakertagama (1365 M), dan kitab Calon Arang (1540 M). Tujuan
pembagian kerajaan menjadi dua agar tidak terjadi pertikaian.
Kerajaan Jenggala meliputi daerah Malang dan delta sungai Brantas
dengan pelabuhannya Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, ibu kotanya
Kahuripan, sedangkan Panjalu kemudian dikenal dengan nama Kediri
meliputi Kediri, Madiun, dan ibu kotanya Daha. Berdasarkan prasasti-
prasasti yang ditemukan masing-masing kerajaan saling merasa berhak
atas seluruh tahta Airlangga sehingga terjadilah peperangan.
Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah
kerajaannya karena kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Putra
yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama
Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu Daha. Sedangkan putra yang
bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama
Janggala yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan. Panjalu dapat

4
dikuasai Jenggala dan diabadikanlah nama Raja Mapanji Garasakan (1042
1052 M) dalam prasasti Malenga. Ia tetap memakai lambang Kerajaan
Airlangga, yaitu Garuda Mukha.
Pada awalnya perang saudara tersebut, dimenangkan oleh Jenggala
tetapi pada perkembangan selanjutnya Panjalu/Kediri yang memenangkan
peperangan dan menguasai seluruh tahta Airlangga. Dengan demikian di
Jawa Timur berdirilah kerajaan Kediri dimana bukti-bukti yang
menjelaskan kerajaan tersebut, selain ditemukannya prasasti-prasasti juga
melalui kitab-kitab sastra. Dan yang banyak menjelaskan tentang kerajaan
Kediri adalah hasil karya berupa kitab sastra. Hasil karya sastra tersebut
adalah kitab Kakawin Bharatayudha yang ditulis Mpu Sedah dan Mpu
Panuluh yang menceritakan tentang kemenangan Kediri/Panjalu atas
Jenggala.
2. Perkembangan Kerajaan Kediri
Dalam perkembangannya Kerajaan Kediri yang beribukota Daha
tumbuh menjadi besar, sedangkan Kerajaan Jenggala semakin tenggelam.
Diduga Kerajaan Jenggala ditaklukkan oleh Kediri. Akan tetapi hilangnya
jejak Jenggala mungkin juga disebabkan oleh tidak adanya prasasti yang
ditinggalkan atau belum ditemukannya prasasti yang ditinggalkan
Kerajaan Jenggala. Kejayaan Kerajaan Kediri sempat jatuh ketika Raja
Kertajaya (1185-1222) berselisih dengan golongan pendeta. Keadaan ini
dimanfaatkan oleh Akuwu Tumapel Tunggul Ametung.
Namun kemudian kedudukannya direbut oleh Ken Arok. Diatas bekas
Kerajaan Kediri inilah Ken Arok kemudian mendirikan Kerajaan
Singasari, dan Kediri berada di bawah kekuasaan Singasari. Ketika
Singasari berada di bawah pemerintahan Kertanegara (1268 1292),
terjadilah pergolakan di dalam kerajaan. Jayakatwang, raja Kediri yang
selama ini tunduk kepada Singasari bergabung dengan Bupati Sumenep
(Madura) untuk menjatuhkan Kertanegara. Akhirnya pada tahun 1292
Jayakatwang berhasil mengalahkan Kertanegara dan membangun kembali
kejayaan Kerajaan Kediri.

5
3. Aspek Kehidupan Kerajaan Kediri
Adapun kehidupan politik, agama, ekonomi, sosial dan budaya pada
masa Kerajaan Kediri adalah sebagai berikut :
a) Kehidupan Politik
Raja pertama Kediri adalah Samarawijaya. Selama menjadi Raja
Kediri, Samarawijaya selalu berrselisih paham dengan saudaranya,
Mapanji Garasakan yag berkuasa di Jenggala. Keduanya merasa berhak
atas seluruh takhta Raja Airlangga (Kerajaan Medang Kamulan) yang
meliputi hampir seluruh wilayah Jawa Timur dan sebagian Jawa
Tengah. Akhirnya perselisihan tersebut menimbulkan perang saudara
yang berlangsung hingga tahun 1052. Peperangan tersebut
dimenangkan oleh Samarawijaya dan berhasil menaklukan Jenggala.
Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaannya pada masa
pemerintahan Jayabaya. Saat itu wilayah kekuasaan Kediri meliputi
seluruh bekas wilayah Kerajaan Medang Kamulan. Selama menjadi
Raja
Kediri, Jayabaya berhasil kembali menaklukan Jenggala yanga
sempat memberontak ingin memisahkan diri dari Kediri.
Keberhasilannya tersebut diberitakan dalam prasasti Hantang yang
beraangka tahun 1135.
Prasasti ini memuat tulisan yang berbunyi Panjalu jayati yang
artinya Panjalu menang. Prasasti tersebut dikeluarkan sebagai piagam
pengesahan anugerah dari Jayabaya untuk penduduk Desa Hantang
yang setia pada Kediri selam perang melawan Jenggala.
Sebagai kemenangan atas Jenggala, nama Jayabaya diabadikan
dalam kitab Bharatayuda. Kitab ini merupakn kitab yang digubah oleh
Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Bharatayuda memuat kisah perang
perbutan takhta Hastinapura antara keluarga Pandhawa daan Kurawa.
Sejarah pertikaian anatar Panjalu dan Jenggala mirip dengan kisah
tersebut sehingga kitab Bharatayuda dianggap sebagai legitimasi

6
(klaim) Jayabaya untuk memperkuat kekuasaannya atas seluruh wilayah
bekas Kerajaan Medang Kamulan.
Selain itu, untuk menunjukkan kebesaran dan kewibawaan sebagai
Raja Kediri, Jayabaya menyatakan dirinya sebagai keturunan Airlangga
dan titisan Dewa Wisnu. Selanjutnya ia mengenakan lencana narasinga
sebagai lambang Kerajaan Kediri.
Pada masa pemerintahan Ketajaya Kerajaan Kediri mulai
mengalami kemunduran. Raja Kertajaya membuat kebijakan yang tidak
populer dengan mengurangi hak-hak brahmana. Kondisi ini
menyebabkan banyak brahmana yang mengungsi ke wilayah Tumapel
yang dkuasai oleh Ken Arok. Melihat kejadian ini Kertajaya
memutuskan untuk menyerang Tumapel. Akan tetapi pertempuran di
Desa Ganter, pasukan Kediri mengalami kekalahan dan Kertajaya
terbunuh. Sejak saat itu Kerajaan Kediri berakhir dan kedudukannya
digantikan oleh Singasari.
b) Kehidupan Agama
Masyarakat Kediri memiliki kehidupan agama yang sangat religius.
Mereka menganut ajaran agama Hindu Syiwa. Hal ini terlihat dari
berbagai peninggalan arkeolog yang ditemukan di wilayah Kediri yakni
berupa arca-arca di candi Gurah dan Candi Tondowongso. Arca-arca
tersebut menunjukkan latar belakang agama Hindu Syiwa. Para
penganut agama Hindu Syiwa menyembah Dewa Syiwa, karena
merekaa mempercayai bahwa Dewa Syiwa dapat menjelma menjadi
Syiwa Maha Dewa (Maheswara), Dewa Maha Guru, dan Makala. Salah
satu pemujaan yang dilakukan pendeta adalah dengan mengucapkan
mantra yang disebut Mantra Catur Dasa Syiwa atau empat belas wujud
Syiwa.
c) Kehidupan Ekonomi
Perekonomian di Kediri bertumpu pada sektor pertanian dan
perdagangan. Sebagai kerajaan agraris, Kediri memiliki lahan pertanian
yang baik di sekitar Sungai Brantas. Pertanian menghasilkan banyak

7
beras dan menjadikannya komoditas utama perdagangan. Sektor
perdagangan Kediri dikembangkan melalui jalur pelayaran Sungai
Brantas. Selain beras, barang-barang yang diperdagangkan di Kediri
antara lian emas, perak, kayu cendana, rempah-rempah, dan pinang.
Pedagang Kediri memiliki peran penting dalam perdagangan di
wilyah Asia. Mereka memperkenalkan rempah-rempah diperdagangan
dunia. Mereka membawa rempah-rempah ke sejumlah Bandar di
Indonesia bagian barat, yaitu Sriwijay daan Ligor. Selanjutnya rempah-
rempah dibawa ke India, Teluk Persia, Luat Merah. Komoditas ini
kemudian diangkut oleh kapal-kapal Venesia menuju Eropa. Dengan
demikian, melalui Kediri wilayah Maluku mulai dikenal dalam lalu
lintas perdagangan dunia
d) Kehidupan Sosial Budaya
Pada masa pemerintahan Raja Jayabaya, struktur pemerintahan
Kerajaan Kediri sudah teratur. Berdasarkan kedudukannya dalam
pemerintahan, masyarakat Kedri dibedakan menjadi tiga golongan
sebagai berikut :
1) Golongan masyarakat pusat (kerajaan), yaitu masyarakat yang
terdapat dalam lingkungan raja dan beberapa kaum kerabatnya serta
kelompok pelayannya.
2) Golongan masyarakat thani (daerah), yaitu golongan masyarakat
yang terdiri atas para pejabat atau petugas pemerintahan di wilyah
thani (daerah).
3) Golongan masyarakat nonpemerintah, yaitu golongan masyarakat
yang tidak mempunyai kedudukan dan hubungan dengan pemerintah
secara resmi.

Kehidupan budaya Kerajaan Kediri terutama dalam bidang sastra


berkembang pesat. Pada masa pemerintahan Jayabaya kitab Bharatayuda
berhasil digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Selain itu Mpu
Panuluh menulis kitab Hariwangsa dan Gatotkacasrayaa. Selanjutnya

8
pada masa pemerintahan Kameswara muncul kitab Smaradhahana yang
ditulis oleh Mpu Dharmaja serta kirab Lubdaka dan Wertasancaya yang
ditulis oleh Mpu Tanakung. Pada masa pemerintahan Kertajaya terdapat
Pujangga bernama Mpu Monaguna yang menulis kitab Sumansantaka
dan Mpu Triguna yang menulis kitab Kresnayana.

4. Raja raja Yang Pernah Memerintah


Kerajaan Kediri yang termasyhur pernah diperintah 8 raja dari awal
berdirinya sampai masa keruntuhan kerajaan ini. Dari kedelapan raja yang
pernah memerintah kerajaan ini yang sanggup membawa Kerajaan Kediri
kepada masa keemasan adalah Prabu Jayabaya, yang sangat terkenal
hingga saat ini.
Adapun 8 raja Kediri tersebut urutannya sebagai berikut :
a) Sri Jayawarsa
Sejarah tentang raja Sri Jayawarsa ini hanya dapat diketahui dari
prasasti Sirah Keting (1104 M). Pada masa pemerintahannya Jayawarsa
memberikan hadiah kepada rakyat desa sebagai tanda penghargaan,
karena rakyat telah berjasa kepada raja. Dari prasasti itu diketahui
bahwa Raja Jayawarsa sangat besar perhatiannya terhadap masyarakat
dan berupaya meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
b) Sri Bameswara
Raja Bameswara banyak meninggalkan prasasti seperti yang
ditemukan di daerah Tulung Agung dan Kertosono. Prasasti seperti
yang ditemukan itu lebih banyak memuat masalah-masalah keagamaan,
sehingga sangat baik diketahui keadaan pemerintahannya.
c) Prabu Jayabaya
Kerajaan Kediri mengalami masa keemasan ketika diperintah oleh
Prabu Jayabaya. Strategi kepemimpinan Prabu Jayabaya dalam
memakmurkan rakyatnya memang sangat mengagumkan. Kerajaan
yang beribu kota di Dahono Puro, bawah kaki Gunung Kelud, ini

9
tanahnya amat subur, sehingga segala macam tanaman tumbuh
menghijau.
Hasil pertanian dan perkebunan berlimpah ruah. Di tengah kota
membelah aliran sungai Brantas. Airnya bening dan banyak hidup
aneka ragam ikan, sehingga makanan berprotein dan bergizi selalu
tercukupi.
Hasil bumi itu kemudian diangkut ke kota Jenggala, dekat
Surabaya, dengan naik perahu menelusuri sungai. Roda perekonomian
berjalan lancar, sehingga Kerajaan Kediri benar-benar dapat disebut
sebagai negara yang Gemah Ripah Loh Jinawi Tata Tentrem Karta
Raharja.
Prabu Jayabaya memerintah antara tahun 1130 sampai 1157
Masehi. Dukungan spiritual dan material dari Prabu Jayabaya dalam hal
hukum dan pemerintahan tidak tanggung-tanggung. Sikap merakyat dan
visinya yang jauh ke depan menjadikan Prabu Jayabaya layak dikenang
sepanjang masa.
Jika rakyat kecil hingga saat ini ingat kepada beliau, hal itu
menunjukkan bahwa pada masanya berkuasa tindakan beliau yang
selalu bijaksana dan adil terhadap rakyat.
d) Sri Sarwaswera
Sejarah tentang raja ini didasarkan pada prasasti Padelegan II
(1159) dan prasasti Kahyunan (1161). Sebagai raja yang taat beragama
dan berbudaya, Sri Sarwaswera memegang teguh prinsip tat wam asi,
yang berarti dikaulah itu, dikaulah (semua) itu, semua makhluk adalah
engkau.
Menurut Prabu Sri Sarwaswera, tujuan hidup manusia yang terakhir
adalah moksa, yaitu pemanunggalan jiwatma dengan paramatma. Jalan
yang benar adalah sesuatu yang menuju arah kesatuan, sehingga segala
sesuatu yang menghalangi kesatuan adalah tidak benar

10
e) Sri Aryeswara
Berdasarkan prasasti Angin (1171), Sri Aryeswara adalah raja
Kediri yang memerintah sekitar tahun 1171. Nama gelar abhisekanya
ialah Sri Maharaja Rake Hino Sri Aryeswara Madhusudanawatara
Arijamuka.
Tidak diketahui dengan pasti kapan Sri Aryeswara naik tahta.
peninggalan sejarahnya berupa prasasti Angin, 23 Maret 1171.
Lambang Kerajaan Kediri pada saat itu Ganesha. Tidak diketahui pula
kapan pemerintahannya berakhir. Raja Kediri selanjutnya berdasarkan
prasasti Jaring adalah Sri Gandra
f) Sri Gandra
Masa pemerintahan Raja Sri Gandra (1181 M) dapat diketahui dari
prasasti Jaring, yaitu tentang penggunaan nama hewan dalam
kepangkatan seperti seperti nama gajah, kebo, dan tikus. Nama-nama
tersebut menunjukkan tinggi rendahnya pangkat seseorang dalam
istana.
g) Sri Kameswara
Masa pemerintahan Raja Sri Gandra dapat diketahui dari Prasasti
Ceker (1182) dan Kakawin Smaradhana. Pada masa pemerintahannya
dari tahun 1182 sampai 1185 Masehi, seni sastra mengalami
perkembangan sangat pesat, diantaranya Empu Dharmaja mengarang
kitab Smaradhana. Bahkan pada masa pemerintahannya juga dikeal
cerita-cerita panji seperti cerita Panji Semirang..
h) Sri Kertajaya
Berdasarkan prasasti Galunggung (1194), prasasti Kamulan (1194),
prasasti Palah (1197), prasasti Wates Kulon (1205), Nagarakretagama,
dan Pararaton, pemerintahan Sri Kertajaya berlangsung pada tahun
1190 hingga 1222 Masehi.
Raja Kertajaya juga dikenal dengan sebutan Dandang Gendis.
Selama masa pemerintahannya, kestabilan kerajaan menurun. Hal ini
disebabkan Kertajaya ingin mengurangi hak-hak kaum Brahmana.

11
Keadaan ini ditentang oleh kaum Brahmana. Kedudukan kaum
Brahmana di Kerajaan Kediri waktu itu semakin tidak aman. Kaum
Brahmana banyak yang lari dan minta bantuan ke Tumapel yang saat
itu diperintah oleh Ken Arok.
Mengetahui hal ini Raja Kertajaya kemudian mempersiapkan
pasukan untuk menyerang Tumapel. Sementara itu Ken Arok dengan
dukungan kaum Brahmana melakukan serangan ke Kerajaan Kediri.
Kedua pasukan itu bertemu di dekat Ganter (1222 M)
5. Sumber Sejarah Kerajaan Kediri
Adapun sumber sejarah Kerajaan Kediri berasal dari beberapa prasasti dan
berita asing sebagai berikut :
a) Prasasti Sirah Keting (1104 M), yang memuat tentang pemberian
hadiah tanah kepada rakyat desa oleh Raja Jayawarsa.
b) Prasasti yang ditemukan di Tulungagung dan Kertosono, yang berisi
masalah keagamaan, diperkirakan berasal dari Raja Bameswara tahun
1117 1130 M.
c) Prasasti Ngantang (1135 M), yang menyebutkan tentang Raja Jayabaya
yang memberikan hadiah kepada rakyat Desa Ngantang sebidang tanah
perdikan yang bebas dari pajak. Baca selengkapnya di Siapa sosok
Prabu Jayabaya?
d) Prasasti Jaring (1181 M) dari Raja Gandra yang memuat tentang
sejumlah nama hewan, seperti kebo waruga dan tikus finada.
e) Prasasti Kamulan (1194 M), yang menyatakan bahwa pada masa
pemerintahan Raja Kertajaya, Kerajaan Kediri telah berhasil
mengalahkan musuh yang memusuhi istana di Katang-katang.
f) Berita Asing
Berita asing tentang Kerajaan kediri sebagian besar diperoleh dari
berita Cina. Berita Cina ini merupakan kumpulan cerita dari para
pedagang Cina yang melakukan kegiatan perdagangan di Kerajaan
Kediri, seperti Chu Fan Chi karangan Chu Ju Kua (1220 M).

12
Buku ini banyak mengambil cerita dari buku Ling Wai Tai Ta (1778
M) karangan Chu Ik Fei. Kedua buku tersebut menerangkan keadaan
Kerajaan Kediri pada abad ke-12 dan 13 Masehi.
6. Runtuhnya Kerajaan Kediri
Kertajaya adalah raja terakhir kerajaan Kediri. Ia memakai lencana
Garuda Mukha seperti Ria Airlangga, sayangnya ia kurang bijaksana,
sehingga tidak disukai oleh rakyat terutama kaum Brahmana. Dalam masa
pemerintahannya, terjadi pertentangan antara dirinya dan para Brahmana
hal inilah akhirnya menjadi penyebab berakhirnya Kerajaan Kediri.
Pertentangan itu disebabkan Kertajaya dianggap telah melanggar adat
dan memaksa kaum brahmana menyembahnya sebagai Dewa. Para
Brahmana kemudian meminta perlindungan pada Ken Arok di Singosari.
Kebetulan Ken Arok juga berkeinginan memerdekakan Tumapel
(Singosari) yang dulunya merupakan bawahan Kediri. Tahun 1222
pecahlah pertempuran antara prajurit Kertajaya dan pasukan Ken Arok di
desa Ganter. Dalam peperangan ini, pasukan Ken Arok berhasil
menghancurkan prajurit Kertajaya. Dengan demikian berakhirlah masa
Kerajaan Kediri, yang sejak saat itu menjadi bawahan Kerajaan Singosari.
Runtuhnya kerajan Panjalu-Kediri pada masa pemerintahan Kertajaya
dikisahkan dalam Kitab Pararaton dan Kitab Negarakertagama.
Setelah Ken Arok mengangkat Kertajaya, Kediri menjadi suatu
wilayah dibawah kekuasaan Kerajaan Singosari. Ken Arok mengangkat
Jayasabha, putra Kertajaya sebagai Bupati Kediri. Tahun 1258 Jayasabha
digantikan putranya yang bernama Sastrajaya. Pada tahun 1271 Sastrajaya
digantikan oleh putranya , yaitu Jayakatwang. Tahun 1292 Jayakatwang
menjadi bupati geleng-geleng. Selama menjadi bupati, Jayakatwang
memberontak terhadap Singosari yang dipimpin oleh Kertanegara, karena
dendam di masa lalu dimana leluhurnya yaitu Kertajaya dikalahkan oleh
Ken Arok. Setelah berhasil membunuh Kertanegara, Jayakatwang
membangun kembali Kerajaan Kediri, namun hanya bertahan satu tahun.

13
Hal itu terjadi karena adanya serangan gabungan yang dilancarkan oleh
pasukan Mongol dan pasukan menantu Kertanegara, Raden Wijaya.

B. Kerajaan Singosari
Kerajaan Singasari adalah sebuah kerajaan Hindu Buddha di Jawa Timur
yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222 M. Lokasi kerajaan ini
sekarang diperkirakan di daerah Singosari, Malang. Kerajaan Singasari hanya
sempat bertahan 70 tahun sebelum mengalami keruntuhan. Kerajaan ini
beribu kota di Tumapel yang terletak di kawasan bernama Kutaraja. Pada
awalnya, Tumapel hanyalah sebuah wilayah kabupaten yang berada dibawah
kekuasaan Kerajaan Kadiri dengan bupati bernama Tunggul Ametung.
Tunggul Ametung dibunuh oleh Ken Arok yang merupakan pengawalnya.
Keberadaan Kerajaan Singosari dibuktikan melalui candi-candi yang
banyak ditemukan di Jawa Timur yaitu daerah Singosari sampai Malang, juga
melalui kitab sastra peninggalan zaman Majapahit yang berjudul
Negarakertagama karangan Mpu Prapanca yang menjelaskan tentang raja-raja
yang memerintah di Singosari serta kitab Pararaton yang juga menceritakan
riwayat Ken Arok yang penuh keajaiban. Kitab Pararaton isinya sebagian
besar adalah mitos atau dongeng tetapi dari kitab Pararatonlah asal usul Ken
Arok menjadi raja dapat diketahui. Sebelum menjadi raja, Ken Arok
berkedudukan sebagai Akuwu (Bupati) di Tumapel menggantikan Tunggul
Ametung yang dibunuhnya, karena tertarik pada Ken Dedes istri Tunggul
Ametung. Selanjutnya ia berkeinginan melepaskan Tumapel dari kekuasaan
kerajaan Kadiri yang diperintah oleh Kertajaya. Keinginannya terpenuhi
setelah kaum Brahmana Kadiri meminta perlindungannya. Dengan alasan
tersebut, maka tahun 1222 M /1144 C Ken Arok menyerang Kediri, sehingga
Kertajaya mengalami kekalahan pada pertempuran di desa Ganter. Ken Arok
yang mengangkat dirinya sebagai raja Tumapel bergelar Sri Rajasa Sang
Amurwabhumi.

14
Sumber Sejarah
Sumber-sumber sejarah Kerajaan Singosari berasal dari:
Kitab Pararaton, menceritakan tentang raja-raja Singasari.
Kitab Negarakertagama, berisi silsilah raja-raja Majapahit yang
memiliki hubungan erat dengan raja-raja Singasari.
Prasasti-prasasti sesudah tahun 1248 M.
1. Sistem Pemerintahan Kerajaan Singasari
Ada dua versi yang menyebutkan silsilah kerajaan Singasari alias
Tumapel ini. Versi pertama adalah versi Pararaton yang informasinya
didapat dari Prasasti Kudadu. Pararaton menyebutkan Ken Arok adalah
pendiri Kerajaan Singasari yang digantikan oleh Anusapati (12471249
M). Anusapati diganti oleh Tohjaya (12491250 M), yang diteruskan oleh
Ranggawuni alias Wisnuwardhana (12501272 M). Terakhir adalah
Kertanegara yang memerintah sejak 1272 hingga 1292 M. Sementara pada
versi Negarakretagama, raja pertama Kerajaan Singasari adalah Rangga
Rajasa Sang Girinathapura (12221227 M). Selanjutnya adalah Anusapati,
yang dilanjutkan Wisnuwardhana (12481254 M). Terakhir adalah
Kertanagara (12541292 M). Data ini didapat dari prasasti Mula
Malurung.
a) Ken Arok (12221227 M)
Pendiri Kerajaan Singasari adalah Ken Arok yang sekaligus juga
menjadi Raja Singasari yang pertama dengan gelar Sri Ranggah
Rajasa Sang Amurwabumi. Munculnya Ken Arok sebagai raja
pertama Singasari menandai munculnya suatu dinasti baru, yakni
Dinasti Rajasa (Rajasawangsa) atau Girindra (Girindrawangsa). Ken
Arok hanya memerintah selama lima tahun (12221227 M). Pada
tahun 1227 M, Ken Arok dibunuh oleh seorang suruhan Anusapati
(anak tiri Ken Arok). Ken Arok dimakamkan di Kegenengan dalam
bangunan SiwaBuddha.

15
b) Anusapati (12271248 M)
Dengan meninggalnya Ken Arok maka takhta Kerajaan Singasari
jatuh ke tangan Anusapati. Dalam jangka waktu pemerintahaannya
yang lama, Anusapati tidak banyak melakukan pembaharuan-
pembaharuan karena larut dengan kesenangannya menyabung ayam.
Peristiwa kematian Ken Arok akhirnya terbongkar dan sampai juga ke
Tohjoyo (putra Ken Arok dengan Ken Umang). Tohjoyo mengetahui
bahwa Anusapati gemar menyabung ayam sehingga diundangnya
Anusapati ke Gedong Jiwa (tempat kediamanan Tohjoyo) untuk
mengadakan pesta sabung ayam. Pada saat Anusapati asyik
menyaksikan aduan ayamnya, secara tiba-tiba Tohjoyo menyabut
keris buatan Empu Gandring yang dibawanya dan langsung menusuk
Anusapati. Dengan demikian, meninggallah Anusapati yang
didharmakan di Candi Kidal.
c) Tohjoyo (1248 M)
Dengan meninggalnya Anusapati maka tahta Kerajaan Singasari
dipegang oleh Tohjoyo. Namun, Tohjoyo memerintah Kerajaan
Singasari tidak lama sebab anak Anusapati yang bernama Ranggawuni
berusaha membalas kematian ayahnya. Dengan bantuan Mahesa
Cempaka dan para pengikutnya, Ranggawuni berhasil menggulingkan
Tohjoyo dan kemudian menduduki singgasana.
d) Ranggawuni (12481268 M)
Ranggawuni naik takhta Kerajaan Singasari pada tahun 1248 M
dengan gelar Sri Jaya Wisnuwardana oleh Mahesa Cempaka (anak
dari Mahesa Wongateleng) yang diberi kedudukan sebagai ratu
angabhaya dengan gelar Narasinghamurti. Ppemerintahan
Ranggawuni membawa ketenteraman dan kesejahteran rakyat
Singasari. Pada tahun 1254 M Wisnuwardana mengangkat putranya
yang bernama Kertanegara sebagai yuwaraja (raja muda) dengan
maksud mempersiapkannya menjadi raja besar di Kerajaan Singasari.

16
Pada tahun 1268 Wisnuwardanameninggal dunia dan didharmakan di
Jajaghu atau Candi Jago sebagai Buddha Amogapasa dan di Candi
Waleri sebagai Siwa.
e) Kertanegara (1268-1292 M)
Kertanegara adalah Raja Singasari terakhir dan terbesar karena
mempunyai cita-cita untuk menyatukan seluruh Nusantara. Ia naik
takhta pada tahun 1268 dengan gelar Sri Maharajadiraja Sri
Kertanegara. Dalam pemerintahannya, ia dibantu oleh tiga orang
mahamentri, yaitu mahamentri i hino, mahamentri i halu, dan
mahamenteri i sirikan. Untuk dapat mewujudkan gagasan penyatuan
Nusantara, ia mengganti pejabat-pejabat yang kolot dengan yang baru,
seperti Patih Raganata digantikan oleh Patih Aragani. Banyak Wide
dijadikan Bupati di Sumenep (Madura) dengan gelar Aria Wiaraja.
Setelah Jawa dapat diselesaikan, kemudian perhatian ditujukan ke
daerah lain. Kertanegara mengirimkan utusan ke Melayu yang dikenal
dengan nama Ekspedisi Pamalayu 1275 yang berhasil menguasai
Kerajaan Melayu. Hal ini ditandai dengan pengirimkan Arca
Amoghapasa ke Dharmasraya atas perintah Raja Kertanegara.
Selain menguasai Melayu, Singasari juga menaklukan Pahang,
Sunda, Bali, Bakulapura (Kalimantan Barat), dan Gurun (Maluku).
Kertanegara juga menjalin hubungan persahabatan dengan raja
Champa,dengan tujuan untuk menahan perluasaan kekuasaan Kubilai
Khan dari Dinasti Mongol. Kubilai Khan menuntut raja-raja di daerah
selatan termasuk Indonesia mengakuinya sebagai yang dipertuan.
Kertanegara menolak dengan melukai muka utusannya yang bernama
Mengki. Tindakan Kertanegara ini membuat Kubilai Khan marah
besar dan bermaksud menghukumnya dengan mengirimkan
pasukannya ke Jawa. Mengetahui sebagian besar pasukan Singasari
dikirim untuk menghadapi serangan Mongol maka Jayakatwang
(Kediri) menggunakan kesempatan untuk menyerangnya. Serangan

17
dilancarakan dari dua arah, yakni dari arah utara merupakan pasukan
pancingan dan dari arah selatan merupakan pasukan inti.
Pasukan Kediri dari arah selatan dipimpin langsung oleh
Jayakatwang dan berhasil masuk istana dan menemukan Kertanagera
berpesta pora dengan para pembesar istana. Kertanaga beserta
pembesar-pembesar istana tewas dalam serangan tersebut. Ardharaja
berbalik memihak kepada ayahnya (Jayakatwang), sedangkan Raden
Wijaya berhasil menyelamatkan diri dan menuju Madura dengan
maksud minta perlindungan dan bantuan kepada Aria Wiraraja. Atas
bantuan Aria Wiraraja, Raden Wijaya mendapat pengampunan dan
mengabdi kepada Jayakatwang. Raden Wijaya diberi sebidang tanah
yang bernama Tanah Tarik oleh Jayakatwang untuk ditempati.
Dengan gugurnya Kertanegara maka Kerajaan Singasari dikuasai oleh
Jayakatwang. Ini berarti berakhirnya kekuasan Kerajaan Singasari.
Sesuai dengan agama yang dianutnya, Kertanegara kemudian
didharmakan sebagai SiwaBuddha (Bairawa) di Candi Singasari.
Arca perwujudannya dikenal dengan nama Joko Dolog yang sekarang
berada di Taman Simpang, Surabaya.

2. Kehidupan Di Kerajaan Singasari


Dari segi 18ocial, kehidupan masyarakat Singasari mengalami masa
naik turun. Ketika Ken Arok menjadi Akuwu di Tumapel, dia berusaha
meningkatkan kehidupan masyarakatnya. Banyak daerah-daerah yang
bergabung dengan Tumapel. Namun pada pemerintahan Anusapati,
kehidupan 18ocial masyarakat kurang mendapat perhatian karena ia larut
dalam kegemarannya menyabung ayam. Pada masa Wisnuwardhana
kehidupan 18 ocial masyarakatnya mulai diatur rapi. Dan pada masa
Kertanegara, ia meningkatkan taraf kehidupan masyarakatnya. Upaya yang
ditempuh Raja Kertanegara dapat dilihat dari pelaksanaan politik dalam
negeri dan luar negeri.

18
Politik Dalam Negeri:
- Mengadakan pergeseran pembantu-pembantunya seperti Mahapatih
Raganata digantikan oleh Aragani, dll.
- Berbuat baik terhadap lawan-lawan politiknya seperti mengangkat
putra Jayakatwang (Raja Kediri) yang bernama Ardharaja menjadi
menantunya.
- Memperkuat angkatan perang.
Politik Luar Negeri:
- Melaksanakan Ekspedisi Pamalayu untuk menguasai Kerajaan melayu
serta melemahkan posisi Kerajaan Sriwijaya di Selat Malaka.
- Menguasai Bali.
- Menguasai Jawa Barat.
- Menguasai Malaka dan Kalimantan.
Berdasarkan segi budaya, ditemukan candi-candi dan patung-patung
diantaranya candi Kidal, candi Jago, dan candi Singasari. Sedangkan
patung-patung yang ditemukan adalah patung Ken Dedes sebagai Dewa
Prajnaparamita lambing kesempurnaan ilmu, patung Kertanegara dalam
wujud patung Joko Dolog, dan patung Amoghapasa juga merupakan
perwujudan Kertanegara (kedua patung kertanegara baik patung Joko
Dolog maupun Amoghapasa menyatakan bahwa Kertanegara menganut
agama Buddha beraliran Tantrayana).
3. Kehidupan Ekonomi
Dalam kehidupan ekonomi, walaupun tidak ditemukan sumber secara
jelas. Ada kemungkinan perekonomian ditekankan pada pertanian dan
perdagangan karena Singosari merupakan daerah yang subur dan dapat
memanfaatkan sungai Brantas dan Bengawan Solo sebagai sarana lalu
lintas perdagangan dan pelayaran.
4. Hubungan Kerajaan Singasari Dengan Majapahit
Pararaton, Nagarakretagama dan prasasti Kudadu mengisahkan Raden
Wijaya, cucu Narasingamurti yang menjadi menantu Kertanegara lolos
dari maut. Berkat bantuan Aria Wiararaja (penentang politik Kertanagara),

19
ia kemudian diampuni oleh Jayakatwang dan diberi hak mendirikan desa
Majapahit. Pada tahun 1293 datang pasukan Mongol yang dipimpin Ike
Mese untuk menaklukkan Jawa. Mereka dimanfaatkan Raden Wijaya
untuk mengalahkan Jayakatwang di Kadiri. Setelah Kadiri runtuh, Raden
Wijaya dengan siasat cerdik ganti mengusir tentara Mongol keluar dari
tanah Jawa. Raden Wijaya kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit
sebagai kelanjutan Singasari, dan menyatakan dirinya sebagai anggota
Wangsa Rajasa, yaitu dinasti yang didirikan oleh Ken Arok.

C. Kerajan Majapahit
1. Sejarah Berdirinya Maapahit
Pada saat terjadi serangan Jayakatwang, Raden Wijaya bertugas
menghadang bagian utara, ternyata serangan yang lebih besar justru
dilancarkan dari selatan. Maka ketika Raden Wijaya kembali ke Istana, ia
melihat Istana Kerajaan Singasari hampir habis dilalap api dan mendengar
Kertanegara telah terbunuh bersama pembesar-pembesar lainnya.
Akhirnya ia melarikan diri bersama sisa-sisa tentaranya yang masih setia
dan dibantu penduduk desa Kugagu. Setelah merasa aman ia pergi ke
Madura meminta perlindungan dari Aryawiraraja. Berkat bantuannya ia
berhasil menduduki tahta, dengan menghadiahkan daerah tarik kepada
Raden Wijaya sebagai daerah kekuasaannya. Ketika tentara Mongol
datang ke Jawa dengan dipimpin Shih-Pi, Ike-Mise, dan Kau Hsing dengan
tujuan menghukum Kertanegara, maka Raden Wijaya memanfaatkan
situasi itu untuk bekerja sama menyerang Jayakatwang. Setelah
Jayakatwang terbunuh, tentara Mongol berpesta pora merayakan
kemenanganya. Kesempatan itu pula dimanfaatkan oleh Raden Wijaya
untuk berbalik melawan tentara Mongol, sehingga tentara Mongol terusir
dari Jawa dan pulang ke negrinya. Maka tahun 1293 Raden Wijaya naik
tahta dan bergelar Sri Kertajasa Jayawardhana.
Arca Harihara, dewa gabungan Siwa dan Wisnu sebagai
penggambaran Kertarajasa. Berlokasi semula di Candi Simping, Blitar,

20
kini menjadi koleksi Museum Nasional Republik Indonesia. Sebelum
berdirinya Majapahit, Singhasari telah menjadi kerajaan paling kuat di
Jawa. Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di
Tiongkok. Ia mengirim utusan yang bernama Meng Chi ke Singhasari
yang menuntut Uperi. Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang
terakhir menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan
tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya. Kubilai
Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun
1293. Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah menggulingkan dan
membunuh Kertanegara. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang
memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara,
yang datang menyerahkan diri. Kemudian, Wiraraja mengirim utusan ke
Daha, yang membawa surat berisi pernyataan, Raden Wijaya menyerah
dan ingin mengabdi kepada Jayakatwang. Jawaban dari surat diatas
disambut dengan senang hati. Raden Wijaya kemudian diberi hutan Tarik.
Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu dinamai
Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa "pahit" dari
buah tersebut. Ketika pasukan Mongol tiba, Wijaya bersekutu dengan
pasukan Mongol untuk bertempur melawan Jayakatwang. Setelah berhasil
menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu
Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali
pasukannya secara kalang-kabut karena mereka berada di negeri asing.
Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap
angin muson agar dapat pulang, atau mereka terpaksa harus menunggu
enam bulan lagi di pulau yang asing.
Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan
Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal
15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan dengan tanggal 10
November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa
Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang
terpercaya Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi

21
memberontak melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak
berhasil. Pemberontakan Ranggalawe ini didukung oleh Panji Mahajaya,
Ra Arya Sidi, Ra Jaran Waha, Ra Lintang, Ra Tosan, Ra Gelatik, dan Ra
Tati. Semua ini tersebut disebutkan dalam Pararaton. Slamet Muljana
menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang melakukan konspirasi
untuk menjatuhkan semua orang tepercaya raja, agar ia dapat mencapai
posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian
pemberontak terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu
dihukum mati. Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309.
Putra dan penerus Wijaya adalah Jayanegara. Pararaton menyebutnya
Kala Gemet, yang berarti "penjahat lemah". Kira-kira pada suatu waktu
dalam kurun pemerintahan Jayanegara, seorang pendeta Italia,Oodrico da
Pordenone mengunjungi keraton Majapahit di Jawa. Pada tahun 1328,
Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri
Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni memilih
mengundurkan diri dari istana dan menjadi Bhiksuni. Rajapatni menunjuk
anak perempuannya Tribhuwana untuk menjadi ratu Majapahit. Pada
tahun 1336, Tribhuwana menunjuk Gajah Mada sebagai Mahapatih, pada
saat pelantikannya Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang
menunjukkan rencananya untuk melebarkan kekuasaan Majapahit dan
membangun sebuah kemaharajaan. Selama kekuasaan Tribhuwana,
kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di
kepulauan Nusantara. Tribhuwana berkuasa di Majapahit sampai kematian
ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk.

2. Kejayaan Majapahit
Bidadari Majapahit yang anggun, arca cetakan emasapsara (bidadari
surgawi) gaya khas Majapahit menggambarkan dengan sempurna zaman
kerajaan Majapahit sebagai "zaman keemasan" nusantara. Hayam Wuruk,
juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga
1389. Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan

22
bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada
(1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah. Menurut
Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit
meliputi Sumatra, Semenajung Malaya, Kalimantan Sulawesi, kepulauan
Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura) sebagian kepulauan
Filipina. Sumber ini menunjukkan batas terluas sekaligus puncak kejayaan
Kemaharajaan Majapahit.
Namun demikian, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa
daerah-daerah kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah
kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh
perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja. Majapahit juga
memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan,
dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok. Selain
melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh
jalan diplomasi dan menjalin persekutuan. Kemungkinan karena didorong
alasan politik, Hayam Wuruk berhasrat mempersunting Citraresmi
(Pitaloka), putri Kerajaan Sunda sebagai Permaisurinya. Pihak Sunda
menganggap lamaran ini sebagai perjanjian persekutuan. Pada 1357
rombongan raja Sunda beserta keluarga dan pengawalnya bertolak ke
Majapahit mengantarkan sang putri untuk dinikahkan dengan Hayam
Wuruk. Akan tetapi Gajah Mada melihat hal ini sebagai peluang untuk
memaksa kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit. Pertarungan antara
keluarga kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat tidak
terelakkan. Meski dengan gagah berani memberikan perlawanan, keluarga
kerajaan Sunda kewalahan dan akhirnya dikalahkan. Hampir seluruh
rombongan keluarga kerajaan Sunda dapat dibinasakan secara kejam.
Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang kecewa, dengan hati remuk
redam melakukan "bela pati", bunuh diri untuk membela kehormatan
negaranya. Kisah Pasunda Bubat menjadi tema utama dalam naskah
Kidung Sunda yang disusun pada zaman kemudian di Bali dan juga naskah
Carita Parahiyangan. Kisah ini disinggung dalam Pararaton tetapi sama

23
sekali tidak disebutkan dalam Nagarakretagama. Kakawin
Nagarakretagama yang disusun pada tahun 1365 menyebutkan budaya
Keraton yang adiluhung, anggun, dan canggih, dengan cita rasa seni dan
sastra yang halus dan tinggi, serta sistem ritual keagamaan yang rumit.
Sang pujangga menggambarkan Majapahit sebagai pusat mandala raksasa
yang membentang dari Sumatra ke Papiua, mencakup Semenanjung
Malaya dan Maluku. Tradisi lokal di berbagai daerah di Nusantara masih
mencatat kisah legenda mengenai kekuasaan Majapahit. Administrasi
pemerintahan langsung oleh kerajaan Majapahit hanya mencakup wilayah
Jawa Timur dan Bali, di luar daerah itu hanya semacam pemerintahan
otonomi luas, pembayaran upeti berkala, dan pengakuan kedaulatan
Majapahit atas mereka. Akan tetapi segala pemberontakan atau tantangan
bagi ketuanan Majapahit atas daerah itu dapat mengundang reaksi
keras.Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada,
Majapahit melancarkan serangan laut untuk menumpas pemberontakan
di Palembang.
Meskipun penguasa Majapahit memperluas kekuasaannya pada
berbagai pulau dan kadang-kadang menyerang kerajaan tetangga,
perhatian utama Majapahit nampaknya adalah mendapatkan porsi terbesar
dan mengendalikan perdagangan di kepulauan Nusantara. Pada saat inilah
pedagang muslim dan penyebar agama Islam mulai memasuki kawasan
ini.
3. Jatuhnya Majapahit
Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit
berangsur-angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun
1389, Majapahit memasuki masa kemunduran akibat konflik perebutan
takhta. Pewaris Hayam Wuruk adalah putri mahkota Kusumawardhani,
yang menikahi sepupunya sendiri, pangeran Wikramawardhana. Hayam
Wuruk juga memiliki seorang putra dari selirnya Wirabhumi yang juga
menuntut haknya atas takhta. Perang saudara yang disebut Perang
Paregreg diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi

24
melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi
Wikramawardhana, semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian
dipancung. Tampaknya perang saudara ini melemahkan kendali Majapahit
atas daerah-daerah taklukannya di seberang. Pada kurun pemerintahan
Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut Dinasti Ming yang
dipimpin oleh laksamana Chaeng Ho, seorang jenderal muslim China, tiba
di Jawa beberapa kali antara kurun waktu 1405 sampai 1433. Sejak tahun
1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim China
dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di
Semarang, Demak, Tubah dan Ampel; maka Islam pun mulai memiliki
pijakan di pantai utara Jawa Wikramawardhana memerintah hingga tahun
1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu Suhita, yang memerintah pada
tahun 1426 sampai 1447. Ia adalah putri kedua Wikramawardhana dari
seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447, Suhita
mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh Kertawijaya, adik laki-
lakinya. Ia memerintah hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat,
Bhere Pamotan menjadi raja dengan gelar Rajasawardhana dan
memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD.
Terjadi jeda waktu tiga tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan takhta.
Girisawardhana, putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian
wafat pada 1466 dan digantikan oleh Singhawikramawardhana. Pada 1468
pangeran Kertabhumi memberontak terhadap Singhawikramawardhana
dan mengangkat dirinya sebagai raja Majapahit. Ketika Majapahit
didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai
memasuki Nusantara. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15,
pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada saat
bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Islam,
yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul di bagian barat Nusantara. Di
bagian barat kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi
membendung kebangkitan Kesultanan Malaka yang pada pertengahan
abad ke-15 mulai menguasai Selat Malaka dan melebarkan kekuasaannya

25
ke Sumatera. Sementara itu beberapa jajahan dan daerah taklukan
Majapahit di daerah lainnya di Nusantara, satu per satu mulai melepaskan
diri dari kekuasaan Majapahit. Sebuah tampilan model kapal Majapahit di
Museum Negara Malaysia, Kuala Lumpur Malaysia
Singhawikramawardhana memindahkan ibu kota kerajaan lebih jauh ke
pedalaman di Daha (bekas ibu kota Kerajaan Kediri) dan terus memerintah
di sana hingga digantikan oleh putranya Ranawijaya pada tahun 1474.
Pada 1478 Ranawijaya mengalahkan Kertabhumi dan mempersatukan
kembali Majapahit menjadi satu kerajaan. Ranawijaya memerintah pada
kurun waktu 1474 hingga 1519 dengan gelar Girindrawardhana. Meskipun
demikian kekuatan Majapahit telah melemah akibat konflik dinasti ini dan
mulai bangkitnya kekuatan kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa.
Waktu berakhirnya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun waktu
tahun 1478 (tahun 1400 saka, berakhirnya abad dianggap sebagai waktu
lazim pergantian dinasti dan berakhirnya suatu pemerintahan) hingga
tahun 1527. Dalam tradisi Jawa ada sebuah Kronogram atau
candasengkala yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini
konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai 0041,
yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah sirna
hilanglah kemakmuran bumi. Namun demikian yang sebenarnya
digambarkan oleh candrasengkala tersebut adalah gugurnya Bhre
Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh Girindrawardhana. prasasti Jiyu dan
Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah mengalahkan Kertabhumi dan
memindahkan ibu kota ke Daha (Kediri). Peristiwa ini memicu perang
antara Daha dengan Kesultanan Demak, karena penguasa Demak adalah
keturunan Kertabhumi.
Peperangan ini dimenangi Demak pada tahun 1527. Sejumlah besar
abdi istana, seniman, pendeta, dan anggota keluarga kerajaan mengungsi
ke pulau Bali. Pengungsian ini kemungkinan besar untuk menghindari
pembalasan dan hukuman dari Demak akibat selama ini mereka
mendukung Ranawijaya melawan Kertabhumi. Dengan jatuhnya Daha

26
yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1527, kekuatan kerajaan Islam
pada awal abad ke-16 akhirnya mengalahkan sisa kerajaan Majapahit.
Demak dibawah pemerintahan Raden (kemudian menjadi Sultan) Patah
(Fatah), diakui sebagai penerus kerajaan Majapahit. Menurut Babad Tanah
Jawi dan tradisi Demak, legitimasi Raden Patah karena ia adalah putra raja
Majapahit Brawijaya V dengan seorang putri China.
Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis (Tome Pires), dan Italia
(Pigafetta) mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan
Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus, penguasa
dari Kesultanan Demak, antara tahun 1518 dan 1521 M.
Demak memastikan posisinya sebagai kekuatan regional dan menjadi
kerajaan Islam pertama yang berdiri di tanah Jawa. Saat itu setelah
keruntuhan Majapahit, sisa kerajaan Hindu yang masih bertahan di Jawa
hanya tinggal kerajaan Blambangan di ujung timur, serta Kerajaan Sunda
yang beribukota di Pajajaran di bagian barat. Perlahan-lahan Islam mulai
menyebar seiring mundurnya masyarakat Hindu ke pegunungan dan ke
Bali. Beberapa kantung masyarakat Hindu Tengger hingga kini masih
bertahan di pegunungan Tengger, kawasan Bromo dan Semeru.
4. Kebudayaan Majapahit
Gapura Bajang Ratu, gerbang masuk salah satu kompleks bangunan
penting di ibu kota Majapahit. Bangunan ini masih tegak berdiri di
Trowulan. "Dari semua bangunan, tidak ada tiang yang luput dari ukiran
halus dan warna indah" [Dalam lingkungan dikelilingi tembok] "terdapat
pendopo anggun beratap ijuk, indah bagai pemandangan dalam lukisan...
Kelopak bunga katangga gugur tertiup angin dan bertaburan di atas atap.
Atap itu bagaikan rambut gadis yang berhiaskan bunga, menyenangkan
hati siapa saja yang memandangnya". Nagarakretagama menyebutkan
budaya keraton yang adiluhung dan anggun, dengan cita rasa seni dan
sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Peristiwa
utama dalam kalender tata negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra
(Maret-April) ketika semua utusan dari semua wilayah taklukan Majapahit

27
datang ke istana untuk membayar upeti atau pajak. Kawasan Majapahit
secara sederhana terbagi dalam tiga jenis: keraton termasuk kawasan ibu
kota dan sekitarnya; wilayah-wilayah di Jawa Timur dan Bali yang secara
langsung dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk langsung oleh raja; serta
wilayah-wilayah taklukan di kepulauan Nusantara yang menikmati
otonomi luas. Ibu kota Majapahit di Trowulan merupakan kota besar dan
terkenal dengan perayaan besar keagamaan yang diselenggarakan setiap
tahun. Agama Buddha, Siwa, dan Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk oleh
penduduk Majapahit, dan raja dianggap sekaligus titisan Buddha, Siwa,
maupun Wisnu. Nagarakertagama sama sekali tidak menyinggung tentang
Islam, akan tetapi sangat mungkin terdapat beberapa pegawai atau abdi
istana muslim saat itu. Walaupun batu bata telah digunakan dalam candi
pada masa sebelumnya, arsitek Majapahitlah yang paling ahli
menggunakannya.
Candi-candi Majapahit berkualitas baik secara geometris dengan
memanfaatkan getah tumbuhan merambat dan gula merah sebagai perekat
batu bata. Contoh candi Majapahit yang masih dapat ditemui sekarang
adalah Candi Tikus dan Gapura Bajang Ratu di Trowulan, Mojokerto.
Beberapa elemen arsitektur berasal dari masa Majapahit, antara lain
gerbang terbelah Candi Bentar, gapura paduraksa (kori agung) beratap
tinggi, dan pendopo berdasar struktur bata. Gaya bangunan seperti ini
masih dapat ditemukan dalam arsitektur Jawa dan Bali. Raja [Jawa]
memiliki bawahan tujuh raja bermahkota. [Dan] pulaunya berpenduduk
banyak, merupakan pulau terbaik kedua yang pernah ada. Raja pulau ini
memiliki istana yang luar biasa mengagumkan. Karena sangat besar,
tangga dan bagian dalam ruangannya berlapis emas dan perak, bahkan
atapnya pun bersepuh emas. Kini Khan Agung dari China beberapa kali
berperang melawan raja ini; akan tetapi selalu gagal dan raja ini selalu
berhasil mengalahkannya.
Catatan yang berasal dari sumber Italia mengenai Jawa pada era
Majapahit didapatkan dari catatan perjalanan Mattiussi, seorang pendeta

28
Ordo Fransiskan dalam bukunya: "Perjalanan Pendeta Odorico da
Poedenone". Ia mengunjungi beberapa tempat di Nusantara: Sumatera,
Jawa, dan Banjarmasin di Kalimantan. Ia dikirim Paus untuk menjalankan
misi Katolik di Asia Tengah. Pada 1318 ia berangkat dari Padua,
menyeberangi Laut Hitam dan menembus Persia, terus hingga mencapai
Kolkata, Madras, dan Srilanka. Lalu menuju kepulauan Nikobar hingga
mencapai Sumatera, lalu mengunjungi Jawa dan Banjarmasin. Ia kembali
ke Italia melalui jalan darat lewat Vietnam, China, terus mengikuti Jalur
Sultra menuju Eropa pada 1330. Di buku ini ia menyebut kunjungannya di
Jawa tanpa menjelaskan lebih rinci nama tempat yang ia kunjungi.
Disebutkan raja Jawa menguasai tujuh raja bawahan. Disebutkan juga di
pulau ini terdapat banyak cengkeh, kemukus, pala, dan berbagai rempah-
rempah lainnya. Ia menyebutkan istana raja Jawa sangat mewah dan
mengagumkan, penuh bersepuh emas dan perak. Ia juga menyebutkan raja
Mongol beberapa kali berusaha menyerang Jawa, tetapi selalu gagal dan
berhasil diusir kembali. Kerajaan Jawa yang disebutkan di sini tak lain
adalah Majapahit yang dikunjungi pada suatu waktu dalam kurun 1318-
1330 pada masa pemerintahan Jayanegara.
5. Kerajaaan Majapahit di Bidang Ekonomi
Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara
perdagangan. Pajak dan denda dibayarkan dalam uang tunai. Ekonomi
Jawa telah sebagian mengenal mata uang sejak abad ke-8 pada masa
kerajaan Medaang yang menggunakan butiran dan keping uang emas dan
perak. Sekitar tahun 1300, pada masa pemerintahan raja pertama
Majapahit, sebuah perubahan moneter penting terjadi: keping uang dalam
negeri diganti dengan uang "kepeng" yaitu keping uang tembaga impor
dari China. Pada November 2008 sekitar 10.388 keping koin China kuno
seberat sekitar 40 kilogram digali dari halaman belakang seorang
penduduk di Sidoarjo. Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3)
Jawa Timur memastikan bahwa koin tersebut berasal dari era Majapahit.
Alasan penggunaan uang logam atau koin asing ini tidak disebutkan dalam

29
catatan sejarah, akan tetapi kebanyakan ahli menduga bahwa dengan
semakin kompleksnya ekonomi Jawa, maka diperlukan uang pecahan kecil
atau uang receh dalam sistem mata uang Majapahit agar dapat digunakan
dalam aktivitas ekonomi sehari-hari di pasar Majapahit. Peran ini tidak
cocok dan tidak dapat dipenuhi oleh uang emas dan perak yang mahal.
Beberapa gambaran mengenai skala ekonomi dalam negeri Jawa saat itu
dikumpulkan dari berbagai data dan prasasti. Prasasti Canggu yang
berangka tahun 1358 menyebutkan sebanyak 78 titik perlintasan berupa
tempat perahu penyeberangan di dalam negeri (mandala Jawa) Prasasti
dari masa Majapahit menyebutkan berbagai macam pekerjaan dan
spesialisasi karier, mulai dari pengrajin emas dan perak, hingga penjual
minuman, dan jagal atau tukang daging. Meskipun banyak di antara
pekerjaan-pekerjaan ini sudah ada sejak zaman sebelumnya, namun
proporsi populasi yang mencari pendapatan dan bermata pencarian di luar
pertanian semakin meningkat pada era Majapahit. Menurut catatan Wang
Ta-Yuan, pedagan Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada saat itu ialah
lada, garam, kain dan burung kakak tua, sedangkan komoditas impornya
adalah mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik dan barang dari besi.
Mata Uangnya dibuat dari campuran perak, timah putih, timah hitam dan
tembaga. Selain itu, catatan Odorico da Pordenone, biarawan Katolik
Roma dari Italia yang mengunjungi Jawa pada tahun 1312, menyebutkan
bahwa istana raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan permata
Kemakmuran Majapahit diduga karena dua faktor. Faktor pertama;
lembah sungai Brantas dan Bengawan Solo di dataran rendah Jawa Timur
utara sangat cocok untuk pertanian padi. Pada masa jayanya Majapahit
membangun berbagai infrastruktur irigasi, sebagian dengan dukungan
pemerintah. Faktor kedua; pelabuhan-pelabuhan Majapahit di pantai utara
Jawa mungkin sekali berperan penting sebagai pelabuhan pangkalan untuk
mendapatkan komoditas rempah-rempah Maluku. Pajak yang dikenakan
pada komoditas rempah-rempah yang melewati Jawa merupakan sumber
pemasukan penting bagi Majapahit.

30
Nagarakretagama menyebutkan bahwa kemashuran penguasa
Wilwatikta telah menarik banyak pedagang asing, di antaranya pedagang
dari India, Khmer, Siam dan China. Pajak khusus dikenakan pada orang
asing terutama yang menetap semi-permanen di Jawa dan melakukan
pekerjaan selain perdagangan internasional. Majapahit memiliki pejabat
sendiri untuk mengurusi pedagang dari India dan Tiongkok yang menetap
di ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah Majapahit di
Jawa
6. Struktur Pemerintahan
Arca dewi Parwati sebagai perwujudan anumerta
Tribhuwanottunggadewi, ratu Majapahit ibunda Hayam Wuruk. Majapahit
memiliki struktur pemerintahan dan susunan birokrasi yang teratur pada
masa pemerintahan Hayam Wuruk, dan tampaknya struktur dan birokrasi
tersebut tidak banyak berubah selama perkembangan sejarahnya. Raja
dianggap sebagai penjelmaan dewa di dunia dan ia memegang otoritas
politik tertinggi..
a) Aparat Birokrasi
Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan
pemerintahan, dengan para putra dan kerabat dekat raja memiliki
kedudukan tinggi. Perintah raja biasanya diturunkan kepada pejabat-
pejabat di bawahnya, antara lain yaitu:
- Rakryan Mahamantri Katrini, biasanya dijabat putra-putra raja
- Rakryan Mantri ri Pakira-kiran, dewan menteri yang
melaksanakan pemerintahan
- Dharmmadhyaksa, para pejabat hukum keagamaan
- Dharmma-upapatti, para pejabat keagamaan
Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat
yang terpenting yaitu Rakryan Mapatih atau Patih Hamangkubhumi.
Pejabat ini dapat dikatakan sebagai perdana menteri yang bersama-
sama raja dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan.
Selain itu, terdapat pula semacam dewan pertimbangan kerajaan yang

31
anggotanya para sanak saudara raja, yang disebut Bhattara
Saptaprabhu.

b) Pembagian Wilayah
Dalam pembentukannya, kerajaan Majapahit merupakan
kelanjutan Singhasari, terdiri atas beberapa kawasan tertentu di bagian
timur dan bagian tengah Jawa. Daerah ini diperintah oleh uparaja yang
disebut Paduka Bhattara yang bergelar Bhre atau "Bhatara i". Gelar ini
adalah gelar tertinggi bangsawan kerajaan. Biasanya posisi ini
hanyalah untuk kerabat dekat raja. Tugas mereka adalah untuk
mengelola kerajaan mereka, memungut pajak, dan mengirimkan upeti
ke pusat, dan mengelola pertahanan di perbatasan daerah yang mereka
pimpin. Selama masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350 s.d. 1389)
ada 12 wilayah di Majapahit, yang dikelola oleh kerabat dekat raja.
Hierarki dalam pengklasifikasian wilayah di kerajaan Majapahit
dikenal sebagai berikut:
1) Bhumi: kerajaan, diperintah oleh Raja
2) Nagara: diperintah oleh rajya (gubernur), atau natha (tuan), atau
bhre (pangeran atau bangsawan)
3) Watek: dikelola oleh wiyasa,
4) Kuwu: dikelola oleh lurah,
5) Wanua: dikelola oleh thani,
6) Kabuyutan: dusun kecil atau tempat sakral.

32
Sedangkan dalam Prasasti Wingun Pitu (1447 M) disebutkan
bahwa pemerintahan Majapahit dibagi menjadi 14 daerah bawahan,
yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar Bhre. Daerah-daerah
bawahan tersebut yaitu:

Saat Majapahit memasuki era kemaharajaan Thalasokrasi saat


pemerintahan Gajah Mada, beberapa negara bagian di luar negeri
juga termasuk dalam lingkaran pengaruh Majapahit, sebagai
hasilnya, konsep teritorial yang lebih besar pun terbentuk:

1) Negara Agung, atau Negara Utama, inti kerajaan. Area awal


Majapahit atau Majapahit Lama selama masa pembentukannya
sebelum memasuki era kemaharajaan. Yang termasuk area ini
adalah ibukota kerajaan dan wilayah sekitarnya dimana raja
secara efektif menjalankan pemerintahannya. Area ini meliputi
setengah bagian timur Jawa, dengan semua provinsinya yang
dikelola oleh para Bhre (bangsawan), yang merupakan kerabat
dekat raja.

33
2) Mancanegara, area yang melingkupi Negara Agung. Area ini
secara langsung dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa, dan wajib
membayar upeti tahunan. Akan tetapi, area-area tersebut
biasanya memiliki penguasa atau raja pribumi, yang
kemungkinan membentuk persekutuan atau menikah dengan
keluarga kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit
menempatkan birokrat dan pegawainya di tempat-tempat ini
dan mengatur kegiatan perdagangan luar negeri mereka dan
mengumpulkan pajak, namun mereka menikmati otonomi
internal yang cukup besar. Wilayah Mancanegara termasuk di
dalamnya seluruh daerah Pulau Jawa lainnya, Madura Bali dan
juga Dharmasraya, Pagaruyung, Lampung dan Palembang di
Sumatra.
3) Nusantara, adalah area yang tidak mencerminkan kebudayaan
Jawa, tetapi termasuk ke dalam koloni dan mereka harus
membayar upeti tahunan. Mereka menikmati otonomi yang
cukup luas dan kebebasan internal, dan Majapahit tidak merasa
penting untuk menempatkan birokratnya atau tentara
militernya di sini; akan tetapi, tantangan apa pun yang terlihat
mengancam ketuanan Majapahit atas wilayah itu akan menuai
reaksi keras. Termasuk dalam area ini adalah kerajaan kecil
dan koloni di Maluku, Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi,
Kalimantan dan Semenanjung Malaya.

Ketiga kategori itu masuk ke dalam lingkaran pengaruh


Kerajaan Majapahit. Akan tetapi Majapahit juga mengenal lingkup
keempat yang didefinisikan sebagai hubungan diplomatik luar
negeri:

1) Mitreka Satata, yang secara harafiah berarti "mitra dengan


tatanan (aturan) yang sama". Hal itu menunjukkan negara
independen luar negeri yang dianggap setara oleh Majapahit,

34
bukan sebagai bawahan dalam kekuatan Majapahit. Menurut
Negarakertagama pupuh 15, bangsa asing adalah
Syangkayodhyapura (Ayutthaya di Thailand), Dharmmanagari
(Kerajaan Nakhon Si Thammarat), Marutma, Rajapura dan
Sinhanagari (kerajaan di Myanmar), Kerajaan Champa,
Kamboja (Kamboja), dan Yawana (Annam).
2) Mitreka Satata dapat dianggap sebagai aliansi Majapahit,
karena kerajaan asing di luar negeri seperti China dan India
tidak termasuk dalam kategori ini meskipun Majapahit telah
melakukan hubungan luar negeri dengan kedua bangsa ini.

D. Kerajaan Bali
1. Letak Kerajaan Bali
Kerajaan Bali merupakan sebuah kerajaan yang terletak di sebuah
pulau kecil yang tak jauh dari Jawa Timur dengan nama yang sama.
Kerajaan Bali umumnya bercorak agama Hindu. Dalam perkembangan
sejarahnya, Bali mempunyai hubungan erat dengan Pulau Jawa karena
letak kedua pulau ini berdekatan. Bahkan ketika Kerajaan Majapahit
runtuh, banyak rakyat Majapahit yang melarikan diri dan menetap disana.
Sampai sekarang ada kepercayaan bahwa sebagian dari masyarakat Bali
dianggap sebagai pewaris tradisi Majapahit. Bali yang dikenal sebagai
Pulau Dewata pada zaman duhulu kala, sebelum kedatangan majapahit
terdapat sebuah kerajaan yang muncul pertama kali di bali yaitu sekitar
914 M yang diketahui dari sebuah prasasti yang ditemukan di desa
blanjong dekat Sanur yang memiliki pantai matahari terbit.
Prasasti itu berangka tahun 836 saka yang menyebutkan nama rajanya
Khesari Warmadewa memiliki istana yang ada di Singhadwala.
Khesari Warmadewa adalah Ugrasena pada tahun 915 M - 942 M.
Setelah meninggal, Abu dari jenasah dari raja Ugrasena dicandikan di Air
Madatu, lalu beliau digantikan oleh mahkota Jayasingha Warmadewa

35
(960 M - 975 M). Dikatakan bahwa raja Jayasingha membangun dua
pemandian di desa Manukraya, yang letaknya sekarang.
Pusat Kerajaan Bali pertama di Singhamandawa. Raja pertama Sri
Ugranesa. Beberapa prasasti yang ditemukan tidak begitu jelas
menggambarkan bagaimana pergantian diantara 1 keluarga raja dengan
keluarga raja yang lain. Prasasti yang ditemukan di Jawa Timur hanya
menerangkan bahwa Bali pernah dikuasaiSingasari pada abad ke 10
dan Majapahit abad ke 14.
2. Bukti Sejarah
Berita tertua dari bangsa asing mungkin dari orang Cina. Di dalam
kitab sejarah dinasti Tang kuno, disebutkan antara lain bahwa Holing
terletak di kepulauan di lautan sebelah selatan.Di sebelah timur Holing
terletak Po-li, di sebelah barat To-po-teng, di sebelah utara Chen-
la(kamboja) dan disebelah selatan lautan.
Di dalam kitab sejarah dinasti Tang baru dikatakan bahwa Ho-ling
disebut juga She-po. Letaknya dilautan sebelah selatan.Disebelah
timurnya Po-li(Bali) dan disebelah baratnya terletak To-po-
teng(sumatra).Disebelah Utara terletak Chen-la(kamboja),yang jaraknya
kira-kira dua bulan berlayar. Selain itu, di dalam kitab Chu-fa-chin
bagian Suchi-tan,Bali disebut dengan nama Ma-li.Lebih lanjut kitab Yao-
i-chih-lue menyebut nama Peng-li yang mungkin sama dengan Pa-li atau
Ma-li.
Setelah itu, kita tidak memproleh keterangan apa pun mengenai Bali
didalam kitab-kitab sejarah dinasti cina maupun berita dari bangsa asing
lainnya.Mungkin hal ini disebabkan hubungan dengan Cina pada masa-
masa berikutnya kurang intensif,meskipun perdagangan Bali dengan
pulau-pulau laennya cukup ramai pada zaman raja Anak Wangsu.
Berita tertua tentang keadaan di Bali yang berasal dari pulau Bali
sendiri berupa bulatan kecil dari tanah liat(cap,tablet) berukuran diameter
sekitar 2,5 cm.Cap tanah liat tersebut disimpan didalam stupika (stupa
kecil) dari tanah liat. Cap-cap ini ditulisi mantra-mantra agama budha

36
dalam bahasa Sanskerta. (Poesponegoro,Marwat Djoned,Sejarah
Nasional Indonesia II, Cetakan ke-4, Jakarta Balai Pustaka,2010)
Dan dari sumber sejarah kerajaan bali diatas bisa dapat diurutkan
seperti yang dibawah ini:
Berasal dari kitab sejarah dinasti Tang.
Di sebelah timur Ho ling terletak Poli dan bahwa negeri Da pa
tau terletak disebelah selatan Kamboja.
Penduduknya menulis di atas daun Patra (rontal)
Di dalam berita Cina dikatakan bahwa mayat orang Dapatau diberi
bekal berupa perhiasan (emas) dan dibakar.
Prasasti Bali yang tertua berangka tahun 804 S (882 M) isinya :
pemberian izin kepada para biksu dan pendeta agama Buddha untuk
membuat pertapaan di bukit Cintamani.
Prasasti berangka tahun 818 S (896 M) dan 883 S (911 M) isinya :
mengenai tempat sucidan tidak menyebutkan nama Raja.
Prasasti yang ditemukan di desa Blanjong, dekat Sanur Permukaan
prasasti ditulis sebagian dengan huruf Nagari (huruf India) dan sebagian
dengan huruf Bali kuno, sedangkan bahasanya menggunakan bahasa
sansekerta. Angka berupa Candra Sangkala dan berbunyiKhecarawahni
Murti artinya tahun 836 S (914 M)

3. Raja Yang Memerintah Pada Kerajaan Bali


Informasi tentang raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Bali
diperoleh terutama dari prasasti Sanur yang berasal dari 835 Saka atau
913. Prasasti Sanur dibuat oleh Raja Sri Kesariwarmadewa. Sri
Kesariwarmadewa adalah raja pertama di Bali dari Dinasti Warmadewa.
Setelah berhasil mengalahkan suku-suku pedalaman Bali, ia memerintah
Kerajaan Bali yang berpusat di Singhamandawa. Pengganti Sri
Keariwarmadewa adalah Ugrasena. Selama masa pemerintahannya,
Ugrasena membuat beberapa kebijakan, yaitu pembebasan beberapa desa
dari pajak sekitar tahun 837 Saka atau 915. Desa-desa tersebut kemudian

37
dijadikan sumber penghasilan kayu kerajaan dibawah pengawasan hulu
kayu (kepala kehutanan). Pada sekitar tahun 855 Saka atau 933, dibangun
juga tempat-tempat suci dan pesanggrahan bagi peziarah dan perantau
yang kemalaman.
Pengganti Ugrasena adalah Tabanendra Warmadewa yang
memerintah bersama permaisurinya, ia berhasil membagun pemandian
suci Tirta Empul di Manukraya atau Manukaya, dekat Tampak Siring.
Pengganti Tabanendra Warmadewa adalah raja Jayasingha Warmadewa.
Kemudian Jayasadhu Earmadewa. Masa pemerintahan kedua raja ini
tidak diketahu secara pasti. Pemerintahan kerajaan Bali selanjutnya
dipimpin oleh seorang ratu. Ratu ini bergelar Sri Maharaja Sri Wijaya
Mahadewi. Ia memerintah pada tahun 905 Saka atau 938. Beberapa ahli
memperkirakan ratu ini adalah putri dari Mpu Sindok dari kerajaan
Mataram Kuno.
Pengganti ratu ini adalah Dharma Udayana Warmadewa. Pada masa
pemerintahan Udayana, hubungan Kerajaan Bali dan Mataram Kuno
berjalan sangat baik. Hal ini disebabkan oleh adanya pernikahan antara
Udayana dengan Gunapriya Dharmapatni, cicit Mpu Sendok yang
kemudian dikenal sebagai Mahendradata. Pada masa itu banyak
dihasilkan prasasti-prasasti yang menggunakan huruf Nagari dan Kawi
serta bahasa Bali Kuno dan Sangsekerta.
Setelah Udayana wafat, Marakatapangkaja naik tahta sebagai raja
Kerajaan Bali. Putra kedua Udayana ini menjadi raja Bali berikutnya
karena putra mahkota Airlangga menjadi raja Medang Kemulan.
Airlangga menikah dengan putri dari Darmawngasa dari kerajaan
Medang Kemulan. Dari prasasti-prasasti yang ditemukan terlihat bahwa
Marakatapangkaja sangat menaruh perhatian pada kesejahteraan
rakyatnya. Wilayah kekuasaannya meliputi daerah yang luas termasak
Gianjar, Buleleng. Tampaksiring dan Bwahan (Danau Batur). Ia juga
mengusahakan pembangunan candi di Gunung Kawi.

38
Pengganti raja Marakatapangkaja adalah adiknya sendiri yang
bernama Anak Wungsu. Ia mengeluarkan 28 buah prasasti yang
menunjukkan kegiatan pemerintahannya. Anak Wungsu adalah raja dari
Wangsa Warmadewa terakhir yang berkuasa di kerajaan Bali karena ia
tidak mempunyai keturunan. Ia meninggal pada tahun 1080 dan
dimakamkan di Gunung Kawi (Tampak Siring).
Setelah anak Wungsu, kerajaan Bali dipimpin oleh Sri
Sakalendukirana. Raja ini digantikan Sri Suradhipa yang memerintah dari
tahun1037 Saka hingga 1041 Saka. Raja Suradhipa kemudian digantikan
Jayasakti. Setelah Raja Jayasakti, yang memerintah adalah Ragajaya
selitar tahun 1155. Ia digantikan oleh Raja Jayapangus (1177-1181). Raja
terakhir Bali adalah Paduka Batara Sri Artasura yang bergelar Ratna
Bumi banten (Manikan Pulau Bali).
Raja ini berusaha mempertahahankan kemerdekaan Bali dari
seranggan Majapahit yang di pimpin oleh Gajah Mada. Sayangnya upaya
ini mengalami kegagalan. Pada tahun 1265 Saka tau 1343, Bali dikuasai
Majapahit. Pusat kekuasaan mula-mula di Samprang, kemudian dipindah
ke Gelgel dan Klungkung. (Poesponegoro,Marwat Djoned,Sejarah
Nasional Indonesia II, Cetakan ke-4, Jakarta Balai Pustaka,2010)
4. Kehidupan Kerajaan Bali
a) Kehidupan Politik
Nama Bali sudah lama dikenal dalam beberapa sumber kuno. Dalam
berita Cina abad ke-7 disebut adanya nama daerah yang bernama
Dwa-pa-tan, yang terletak disebelah timur Kerajaan Holing (Jawa).
Menurut para ahli nama Dwa-pa-tan ini sama dengan Bali. Adat
istiadat penduduk Dwa-pa-tan ini sama dengan di Holing, yaitu
setiap bulan padi sudah dipetik, penduduknya menulis dengan daun
lontar, orang yang meninggal dihiasi dengan emas, dan ke dalam
mulutnya dimasukkan sepotong emas sertadiberi harum-haruman,
kemudian mayat itu dibakar. Berdasarkan prasasti-prasasti yang
ditemukan, pengaruh Buddha datang terlebih dahulu dibandingkan

39
dengan pengaruh Hindu. Prasasti yang berangka tahun 882 M,
menggunakan bahasa Bali menerangkan tentang pemberian i in
kepada para biksu untuk mendirikan pertapaan di Bukit Cintamani.
Pengaruh Hindu di Bali berasal dari JawaTimur, ketika Bali berada di
bawah kekuasaan Majapahit. Ketika Majapahit runtuh, adasebagian
penduduk yang melarikan diri ke Bali, sehingga banyak penduduk
Bali sekarangyang menganggap dirinya keturunan dari
Majapahit.Prasasti yang menceritakan raja yang berkuasa di Bali
ditemukan di desa Blanjong, dekat Sanur. Dalam prasasti ini
disebutkan bahwa raja yang bernama KhesariWarmadewa, istananya
terletak di Sanghadwala. Prasasti ini ditulis dengan huruf
Nagari(India) dan sebagian lagi berhuruf Bali Kuno, tetapi berbahasa
Sanskerta. Prasasti ini berangka tahun 914 M (836 saka), dalam
Candrasengkala berbunyi Khecara-wahni-murti.Raja selanjutnya yang
berkuasa adalah adalah Ugrasena pada tahun 915 M.Ugrasena
digantikan oleh Tabanendra Warmadewa (955-967 M). Tabanendra
kemudian digantikan oleh Jayasingha Warmadewa, ia membangun
dua buah pemandian di desaManukraya. Pemandian ini merupakan
sumber air yang dianggap suci. Jayasinghakemudian digantikan oleh
Jayasadhu Warmadewa yang memerintah dari tahun 975-983M. Tidak
banyak berita yang menceritakan masa kekuasaannya.
b) Kehidupan Ekonomi
Kehidupan ekonomi yang berkembang di Bali adalah sektor
pertanian. Hal itudapat dibuktikan dengan kata-kata yang terdapat
dalam berbagai prasasti yangmenunjukkan usaha dalam sektor
pertanian, seperti suwah, parlak (sawah kering), gaga(ladang), kebwan
(kebun), dan kaswakas (pengairan sawah).
c) Kehidupan Sosial Budaya
Struktur masyarakat Bali dibagi ke dalam empat kasta, yaitu
Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Tetapi pembagian kasta ini
tidak seketat seperti di India. Begitu puladalam pemberian nama awal

40
pada anak-anak di lingkungan masyarakat Bali memilikicara yang
khas, yaitu:a. Wayan untuk anak pertama; b. Made untuk anak kedua;
c. Nyoman untuk anak ketiga;d. Ketut untuk anak keempat.Tetapi ada
juga nama Putu untuk panggilan anak pertama dari kasta
Brahmanadan Ksatria
d) Kepercayaan
Masyarakat Bali banyak mendapat pengaruh dari kebudayaan
India, terutamaHindu. Sampai sekarang, masyarakat Bali masih
banyak yang menganut agama Hindu. Namun demikian, agama Hindu
yang mereka anut telah bercampur dengan budayamasyarakat asli Bali
sebelum Hindu. Masyarakat Bali sebelum Hindu merupakankelompok
masyarakat yang terikat oleh hubungan keluarga dan memuja roh-roh
nenek moyang yang mereka anggap dapat menolong dan melindungi
kehidupan keluarga yang masih hidup. Melalui proses sinkretisme ini,
lahirlah agama Hindu Bali yang bernama Hindu Dharma
5. Penyebab Kejayaan
Naik tahtanya Dharma Udayana. Pada masa pemerintahnnya, system
pemerintahan Kerajaan Bali semakin jelas. Perkawinan antara Dharma
Udayana dengan Mahendradata yang merupakan putri dari raja
Makutawangsawardhana dari Jawa Timur, sehingga kedudukan Kerajaan
Bali semakin kuat.
6. Penyebab Keruntuhann
Dikisahkan seorang raja Bali yang saat itu bernama Raja Bedahulu
atau yang dikenal dengan nama Mayadenawa yang memiliki seorang
patih yang sangat sakti yang bernama Ki Kebo Iwa. Kedatangan Gadjah
Mada dari kerajaan majapahit ke Bali adalah ingin menaklukan Bali di
bawah pimpinan Kerajaan Majapahit, namun karena tidak mampu patih
Majapahit itu mengajak Ki Kebo Iwa ke jawa dan disana disuruh
membuat sumur dan setelah sumur itu selesai Ki Kebo Iwa di kubur
hidup-hidup dengan tanah dan batu namun dalam lontar Bali Ki Kebo
Iwa tidak dapat dibunuh dengan cara yang mudah seperti itu. Tanah dan

41
batu yang dilemparkan ke sumur balik dilemparkan ke atas. Pada
akhirnya dia menyerahkan diri sampai ia merelakan dirinya untuk
dibunuh baru dia dapat dibunuh. Setelah kematian Ki Kebo Iwa, Bali
dapat ditaklukan oleh Gadjah Mada pada tahun 1343. Patih Kebo Iwa
yang berhasil dibujuk untuk pergi ke Majapahit, sesampainya di
Majapahit Kebo Iwa dibunuh. Patih Gajah Mada yang berpura-pura
menyerah dan minta diadakan perundingan di Bali, lalu ia menangkap
raja Bali yaitu Gajah Waktra sehingga kerajaan Bali berada di bawah
kekuasaan Majapahit.

42
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut sumber yang kami peroleh tentang Kerajaan Kediri
maka dapat kami ambil simpulan bahwa Kerajaan Kediri merupakan
salah satu kerajaan Hindu yang terletak di tepi Sungai Brantas, Jawa
Timur. Kerajaan yang berdiri pada abad ke-12 ini merupakan bagian
dari Kerajaan Mataram Kuno. Raja pertamanya bernama Shri
Jayawarsa Digjaya Shastraprabu yang menamakan dirinya sebagai
titisan Wisnu.
Kertajaya adalah raja terakhir kerajaan Kediri. Ia memakai
lencana Garuda Mukha seperti Ria Airlangga, sayangnya ia kurang
bijaksana, sehingga tidak disukai oleh rakyat terutama kaum
Brahmana. Dalam masa pemerintahannya, terjadi pertentangan antara
dirinya dan para Brahmana hal inilah akhirnya menjadi penyebab
berakhirnya Kerajaan Kediri.
perjalanan kerajaan Singasari bisa dikatakan berlangsung singkat.
Hal ini terkait dengan adanya sengketa yang terjadi dilingkup istana
kerajaan yang kental dengan nuansa perebutan kekuasaan. Pada saat
itu Kerajaan Singasari sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke
luar Jawa. Akhirnya Kerajaan Singasari mengalami keropos di bagian
dalam. Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan Jayakatwang bupati
Gelang-Gelang, yang merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus
besan dari Kertanegara sendiri. Dalam serangan itu Kertanegara mati
terbunuh. Setelah runtuhnya Singasari, Jayakatwang menjadi raja dan
membangun ibu kota baru di Kediri. Riwayat Kerajaan Tumapel-
Singasari pun berakhir.
Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan
bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada
(1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah. Menurut
Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan

43
Majapahit meliputi Sumatra, Semenajung Malaya, Kalimantan
Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik
(Singapura) sebagian kepulauan Filipina. Sumber ini menunjukkan
batas terluas sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit.
Kerajaan Bali muncul pada abad ke 9 yang di perintah oleh Raja
Sri Kesariwarmadewa, Udayana dan anak Wungsu. Tahun 915 Raja
Bali Ugrasena berhasil membangun Kerajaan Bali dan berkembang
dan serta menjalin persahabatan Mataram, dan di tandai perkawinana
Udayana Wamadewa (956-1022) kawin dengan putri Makutawangsa
Whardana yang bernama Mahendratta, hubungan berlanjut setelah
putra Udayana yang bernama Airlangga menikah dengan putri
Darmawangsa Tguh sampaia khirnya terjadi perlaya 1016. Karena
diserang oleh Raja Wurawari dari Wengker yang merupakan sekutu
Sriwijaya. Pada masa pemerintahan anak Wungsu (1049-1077)
berhasil dibangun Candi Tampak Siring. Pengganti Anak Wungsu,
Jaya Sakti, Jayapangus dan Bedahulu adalah raja lemah dan akhirnya
ditaklukan oleh Gajah Mada dalam meluaskan KerajaanMajapahit
B. Saran
Dengan adanya tugas membuat makalah mengenai Kerajaan H di
Indonesia, maka kita diharapkan lebih mengetahui tentang sejarah
kerajaan-kerajaan di Indonesia terutama kerajaan Kediri, singosari,
majapahit dan bali..
Menurut Ir. Soekarno beliau berkata JASMERAH Jangan
Lupakan Sejarah, maka kita penerima warisan (sejarah) hendaknya
lebih giat lagi mencari pengetahuan mengenai sejarah-sejarah masa
lampau.
Tiada sesuatupun yang sempurna di dunia ini, begitu juga dengan
makalah yang kami susun ini juga masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran akan penulis terima dengan senang hati
demi melengkapi makalah ini agar menjadi makalah yang lebih
sempurna

44
Daftar Pustaka

http://jagosejarah.blogspot.co.id/2015/05/sejarah-kerajaan-kediri.html
http://sule-epol.blogspot.co.id/2015/05/makalah-kerajaan-kediri-dan-
singosari.html
http://juragansejarah.blogspot.co.id/2012/05/sejarah-kerajaan-kediri.html
http://www.sejarah-negara.com/2014/07/8-raja-yang-pernah-memerintah-
kerajaan-kediri.html
http://www.anneahira.com-singasari.htm
http://www.google.com/#q=pengertian+sejarah+singasari
http://docs.google.com/document/d/I-x-wQ0M-
dcKliCUw_VSe5oqLssUNwj5hWISQxeMr4/edit?pli+1
http://katapengantaryangbaik.blogspot.com/
http://nesaci.com/sejarah-lengkap-kerajaan-majapahit/
http://id.wikipedia.org/wiki/majapahitPoesponegoro,MarwatDjoned,Sejarah
Nasional Indonesia II, Cetakan ke-4, Jakarta Balai Pustaka,2010
http://www.fahmiblogs.com/2011/09/kerajaan-bali.html
http://www.scribd.com/doc/36399255/Kerajaan-Bali
http://tutorjunior.blogspot.com/2009/10/penyebab-kejayaan-dankemunduran.html

45

Anda mungkin juga menyukai