Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

SEJARAH INDONESIA
TENTANG KERAJAAN KEDIRI

Disusun Oleh :
Muhammad Iqbal
Umi Salamah
Audry Ramadhani
Syakila

SMA NEGERI 1 BRANDAN BARAT


TAHUN PELAJARAN 2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kerajaan Kediri merupakan salah satu Kerajaan Hindu yang terletak di tepi
Sungai Brantas, Jawa Timur. Kerajaan yang berdiri pada abad ke-12 ini merupakan
bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Raja pertamanya bernama Shri Jayawarsa Digjaya
Shastraprabu yang menamakan dirinya sebagai titisan Wisnu.
Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri diawali dengan perintah Raja Airlangga yang
membagi kerajaan menjadi dua bagian, yakni Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri)
yang dibatasi dengan Gunung Kawi dan Sungai Brantas. Tujuannya supaya tidak ada
pertikaian. Kerajaan Janggala atau Kahuripan terdiri atas Malang dan Delta Sungai
Brantas dengan pelabuhan Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, Ibu Kotanya Kahuripan.
Sedangkan Kerajaan Panjalu(Kediri) meliputi, Kediri, Madiun, dan Ibu Kotanya Daha

1.2 Rumusan Masalah

1) Dimana letak lokasi Kerajaan Kediri?


2) Bagaimana perkembangan Kerajaan Kediri?
3) Bagaimana aspek kehidupan Kerajaan Kediri?
4) Siapa saja Raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Kediri?
5) Apa saja sumber sejarah Kerajaan Kediri?
6) Apa penyebab runtuhnya Kerajaan Kediri?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah :
• Mengetahui tentang berdiri Kerajaan Kediri
• Mengetahui sumber sejarah Kerajaan Kediri
• Mengetahui aspek kehidupan Kerajaan Kediri
• Mengetahui Raja-raja yang memerintah Kerajaan Kediri
• Mengetahui perkembangan Kerajaan Kediri
• Mengetahui sumber sejarah Kerajaan Kediri
• Mengetahui penyebab runtuhnya Kerajaan Kediri
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah berdirinya Kerajaan Kediri


Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007, yang diyakini sebagai
peninggalan Kerajaan Kediri diharapkan dapat membantu memberikan lebih banyak
informasi tentang kerajaan tersebut. Beberapa arca kuno peninggalan Kerajaan Kediri. Arca
yang ditemukan didesa Gayam, Kediri itu tergolong langka karena untuk pertama kalinya
ditemukan patung Dewa Syiwa Catur Muka atau bermuka empat.
Pada tahun 1041 atau 963 M Raja Airlangga memerintahkan membagi kerajaan
menjadi dua bagian. Pembagian kerajaan tersebut dilakukan oleh seorang Brahmana yang
terkenal akan kesaktiannya yaitu Mpu Bharada. Kedua kerajaan tersebut dikenal dengan
Kahuripan menjadi Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang dibatasi oleh gunung
Kawi dan sungai Brantas dikisahkan dalam prasasti Mahaksubya (1289 M), kitab
Negarakertagama (1365 M), dan kitab Calon Arang (1540 M). Tujuan pembagian kerajaan
menjadi dua agar tidak terjadi pertikaian.
Kerajaan Jenggala meliputi daerah Malang dan delta sungai Brantas dengan
pelabuhannya Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, ibu kotanya Kahuripan, sedangkan
Panjalu kemudian dikenal dengan nama Kediri meliputi Kediri, Madiun, dan ibu kotanya
Daha.Berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan masing-masing kerajaan saling merasa
berhak atas seluruh tahta Airlangga sehingga terjadilah peperangan.
Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah kerajaannya
karena kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Putra yang bernama Sri
Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu
Daha. Sedangkan putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur
bernama Janggala yang berpusat dikota lama, yaitu Kahuripan. Panjalu dapat dikuasai
Jenggala dan diabadikanlah nama RajaMapanji Garasakan (1042-1052 M) dalam prasasti
Malenga. Ia tetap memakai lambang Kerajaan Airlangga, yaitu Garuda Mukha.
Pada awalnya perang saudara tersebut, dimenangkan oleh Jenggala tetapi pada
perkembangan selanjutnya Panjalu/Kediri yang memenangkan peperangan dan menguasai
seluruh tahta Airlangga. Dengan demikian di Jawa Timur berdirilah kerajaan Kediri dimana
bukti-bukti yang menjelaskan kerajaan tersebut, selain ditemukannya prasasti-prasasti juga
melalui kitab-kitab sastra. Dan yang banyak menjelaskan tentang kerajaan Kediri adalah hasil
karya berupa kitab sastra. Hasil karya sastra tersebut adalah kitab Kakawin Bharatayudha
yang ditulis Mpu Sedahdan Mpu Panuluh yang menceritakan tentang kemenangan
Kediri/Panjalu atas Jenggala.

2.2 Perkembangan Kerajaan Kediri


Dalam perkembangannya Kerajaan Kediri yang beribukota Daha tumbuh menjadi
besar, sedangkan Kerajaan Jenggala semakin tenggelam. Diduga Kerajaan Jenggala
ditaklukkan oleh Kediri. Akan tetapi hilangnya jejak Jenggala mungkin juga disebabkan oleh
tidak adanya prasasti yang ditinggalkan atau belum ditemukannya prasasti yang ditinggalkan
Kerajaan Jenggala. Kejayaan Kerajaan Kediri sempat jatuh ketika Raja Kertajaya (1185-
1222) berselisih dengan golongan pendeta. Keadaan ini dimanfaatkan oleh Akuwu Tumapel
Tunggul Ametung
Namun kemudian kedudukannya direbut oleh Ken Arok. Diatas bekas Kerajaan
Kediri inilah Ken Arok kemudian mendirikan Kerajaan Singasari, dan Kediri berada di
bawah kekuasaan Singasari. Ketika Singasari berada di bawah pemerintahan Kertanegara
(1268 1292), terjadilah pergolakan di dalam kerajaan. Jayakatwang, raja Kediri yang selama
ini tunduk kepada Singasari bergabung dengan Bupati Sumenep (Madura) untuk menjatuhkan
Kertanegara. Akhirnya pada tahun 1292 Jayakatwang berhasil mengalahkan Kertanegara dan
membangun kembali kejayaan Kerajaan Kediri.

2.3 Raja-Raja yang Pernah Memerintah


Kerajaan Kediri yang termasyhur pernah diperintah 8 raja dari awal berdirinya sampai
masa keruntuhan kerajaan ini. Dari kedelapan raja yang pernah memerintah kerajaan ini yang
sanggup membawa Kerajaan Kediri kepada masa keemasan adalah Prabu Jayabaya, yang
sangat terkenal hingga saat ini.
Adapun 8 raja Kediri tersebut urutannya sebagai berikut :
1.Sri Jayawarsa
Sejarah tentang raja Sri Jayawarsa ini hanya dapat diketahui dari prasasti Sirah Keting
(1104M). Pada masa pemerintahannya Jayawarsa memberikan hadiah kepada rakyat desa
sebagai tanda penghargaan, karena rakyat telah berjasa kepada raja. Dari prasasti itu
diketahui bahwa Raja Jayawarsa sangat besar perhatiannya terhadap masyarakat dan
berupaya meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.

2. Sri Bameswara
Raja Bameswara banyak meninggalkan prasasti seperti yang ditemukan di daerah
TulungAgung dan Kertosono. Prasasti seperti yang ditemukan itu lebih banyak memuat
masalah-masalah keagamaan, sehingga sangat baik diketahui keadaan pemerintahannya.

3. Prabu Jayabaya
Kerajaan Kediri mengalami masa keemasan ketika diperintah oleh Prabu Jayabaya.
Strategi kepemimpinan Prabu Jayabaya dalam memakmurkan rakyatnya memang sangat
mengagumkan. Kerajaan yang beribu kota di Dahono Puro, bawah kaki Gunung Kelud, ini
tanahnya amat subur, sehingga segala macam tanaman tumbuh menghijau. Hasil pertanian
dan perkebunan berlimpah ruah. Di tengah kota membelah aliran sungai Brantas. Airnya
bening dan banyak hidup aneka ragam ikan, sehingga makanan berprotein dan bergiziselalu
tercukupi. Hasil bumi itu kemudian diangkut ke kota Jenggala, dekat Surabaya, dengan naik
perahu menelusuri sungai. Roda perekonomian berjalan lancar, sehingga Kerajaan Kediri
benar-benar
Dapat disebut sebagai negara yang “Gemah Ripah Loh Jinawi Tata Tentrem Karta
Raharja”.
Prabu Jayabaya memerintah antara tahun 1130 sampai 1157 Masehi. Dukungan
spiritual dan material dari Prabu Jayabaya dalam hal hukum dan pemerintahan tidak
tanggung-tanggung. Sikap merakyat dan visinya yang jauh ke depan menjadikan Prabu
Jayabaya layak dikenang sepanjang masa. Jika rakyat kecil hingga saat ini ingat kepada
beliau, hal itu menunjukkan bahwa pada masanya berkuasa tindakan beliau yang selalu
bijaksana dan adil terhadap rakyat

4. Sri Sarwaswera
Sejarah tentang raja ini didasarkan pada prasasti Padelegan II (1159) dan prasasti
Kahyunan(1161). Sebagai raja yang taat beragama dan berbudaya, Sri Sarwaswera
memegang teguh
Prinsip “tat wam asi”, yang berarti “dikaulah itu, dikaulah (semua) itu, semua
makhluk adalah engkau”.
Menurut Prabu Sri Sarwaswera, tujuan hidup manusia yang terakhir adalah moksa,
yaitu pemanunggalan jiwatma dengan paramatma. Jalan yang benar adalah sesuatu yang
menuju arah kesatuan, sehingga segala sesuatu yang menghalangi kesatuan adalah tidak
benar.

5. Sri Aryeswara
Berdasarkan prasasti Angin (1171), Sri Aryeswara adalah raja Kediri yang
memerintah sekitar tahun 1171. Nama gelar abhisekanya ialah Sri Maharaja Rake Hino Sri
AryeswaraMadhusudanawatara Arijamuka.Tidak diketahui dengan pasti kapan Sri Aryeswara
naik tahta. Peninggalan sejarahnya berupa prasasti Angin, 23 Maret 1171. Lambang Kerajaan
Kediri pada saat itu Ganesha. Tidak diketahui pula kapan pemerintahannya berakhir. Raja
Kediri selanjutnya berdasarkan prasasti Jaring adalahSri Gandra.

6. Sri Gandra
Masa pemerintahan Raja Sri Gandra (1181 M) dapat diketahui dari prasasti Jaring,
yaitu tentang penggunaan nama hewan dalam kepangkatan seperti seperti nama gajah, kebo,
dan tikus. Nama-nama tersebut menunjukkan tinggi rendahnya pangkat seseorang dalam
istana.

7. Sri Kameswara
Masa pemerintahan Raja Sri Gandra dapat diketahui dari Prasasti Ceker (1182) dan
KakawinSmaradhana. Pada masa pemerintahannya dari tahun 1182 sampai 1185 Masehi, seni
sastra mengalami perkembangan sangat pesat, diantara-Nya Empu Dharmaja mengarang
kitabSmaradhana. Bahkan pada masa pemerintahannya juga dikeal cerita-cerita panji seperti
cerita Panji Semirang.

8. Sri Kertajaya
Berdasarkan prasasti Galunggung (1194), prasasti Kamulan (1194), prasasti Palah
(1197), prasasti Wates Kulon (1205), Nagarakretagama, dan Pararaton, pemerintahan Sri
Kertajaya berlangsung pada tahun 1190 hingga 1222 Masehi.
Raja Kertajaya juga dikenal dengan sebutan “Dandang Gendis”. Selama masa
pemerintahannya,
Kestabilan kerajaan menurun. Hal ini disebabkan Kertajaya ingin mengurangi hak-
hak kaumBrahmana.Keadaan ini ditentang oleh kaum Brahmana. Kedudukan kaum
Brahmana di Kerajaan Kediriwaktu itu semakin tidak aman. Kaum Brahmana banyak yang
lari dan minta bantuan ke Tumapelyang saat itu diperintah oleh Ken Arok.

Mengetahui hal ini Raja Kertajaya kemudian mempersiapkan pasukan untuk


menyerangTumapel. Sementara itu Ken Arok dengan dukungan kaum Brahmana melakukan
serangan keKerajaan Kediri. Kedua pasukan itu bertemu di dekat Ganter (1222 M).

2.5 Sumber Sejarah Kerajaan Kediri


Adapun sumber sejarah Kerajaan Kediri berasal dari beberapa prasasti dan berita
asing sebagai berikut :

1.Prasasti Sirah Keting (1104 M)

Prasasti ini memuat tentang pemberian hadiah tanah kepada rakyat desa oleh Raja
Jayawarsa.
2.. Prasasti Ngantang (1135 M)

Prasasti ini Menyebutkan tentang Raja Jayabaya yang memberikan hadiah kepada
rakyat Desa Ngantang sebidang tanah perdikan yang bebas dari pajak.

3. Prasasti Jaring (1181 M)

Prasasti ini dari Raja Gandra yang memuat tentang sejumlah nama hewan, seperti
kebo waruga dan tikus finada.

4. Prasasti Kamulan (1194 M)


Prasasti ini menyatakan bahwa pada masa pemerintahan RajaKertajaya, Kerajaan
Kediri telah berhasil mengalahkan musuh yang memusuhi istana di Katang-katang.

5. Prasasti Berita Asing

Berita asing tentang Kerajaan kediri sebagian besar diperoleh dari berita Cina. Berita
Cina ini merupakan kumpulan cerita dari para pedagang Cina yang melakukan kegiatan
perdagangan di Kerajaan Kediri, seperti Chu Fan Chi karangan Chu Ju Kua (1220 M).Buku
ini banyak mengambil cerita dari buku Ling Wai Tai Ta (1778 M) karangan Chu IkFei. Kedua
buku tersebut menerangkan keadaan Kerajaan Kediri pada abad ke-12 dan 13Masehi.

2.6 Keruntuhan Kerajaan Kediri


Kertajaya adalah raja terakhir kerajaan Kediri. Ia memakai lencana Garuda Mukha
seperti Ria Airlangga, sayangnya ia kurang bijaksana, sehingga tidak disukai oleh rakyat
terutama kaum Brahmana. Dalam masa pemerintahannya, terjadi pertentangan antara dirinya
dan para Brahmanalah inilah akhirnya menjadi penyebab berakhirnya Kerajaan Kediri.
Pertentangan itu disebabkan Kertajaya dianggap telah melanggar adat dan memaksa
kaum brahmana menyembahnya sebagai Dewa. Para Brahmana kemudian meminta
perlindungan padaKen Arok di Singosari. Kebetulan Ken Arok juga berkeinginan
memerdekakan Tumapel(Singosari) yang dulunya merupakan bawahan Kediri. Tahun 1222
pecahlah pertempuran antara prajurit Kertajaya dan pasukan Ken Arok di desa Ganter. Dalam
peperangan ini, pasukan KenArok berhasil menghancurkan prajurit Kertajaya. Dengan
demikian berakhirlah masa KerajaanKediri, yang sejak saat itu menjadi bawahan Kerajaan
Singosari. Runtuhnya kerajan Panjalu-Kediri pada masa pemerintahan Kertajaya dikisahkan
dalam Kitab Pararaton dan Kitab Negarakertagama.
Setelah Ken Arok mengangkat Kertajaya, Kediri menjadi suatu wilayah
dibawahkekuasaan Kerajaan Singosari. Ken Arok mengangkat Jayasabha, putra Kertajaya
sebagai BupatiKediri. Tahun 1258 Jayasabha digantikan putranya yang bernama Sastrajaya.
Pada tahun 1271Sastrajaya digantikan oleh putranya , yaitu Jayakatwang. Tahun 1292
Jayakatwang menjadi bupati geleng-geleng. Selama menjadi bupati, Jayakatwang
memberontak terhadap Singosariyang dipimpin oleh Kertanegara, karena dendam di masa
lalu dimana leluhurnya yaitu Kertajayadikalahkan oleh Ken Arok. Setelah berhasil
membunuh Kertanegara, Jayakatwang membangunkembali Kerajaan Kediri, namun hanya
bertahan satu tahun. Hal itu terjadi karena adanyaserangan gabungan yang dilancarkan oleh
pasukan Mongol dan pasukan menantu Kertanegara,Raden Wijaya.

BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Menurut sumber yang kami peroleh tentang Kerajaan Kediri maka dapat kami
ambilsimpulan bahwa Kerajaan Kediri merupakan salah satu kerajaan Hindu yang terletak di
tepiSungai Brantas, Jawa Timur. Kerajaan yang berdiri pada abad ke-12 ini merupakan
bagian dariKerajaan Mataram Kuno. Raja pertamanya bernama Shri Jayawarsa Digjaya
Shastraprabu yangmenamakan dirinya sebagai titisan Wisnu.
Kertajaya adalah raja terakhir kerajaan Kediri. Ia memakai lencana Garuda Mukha
sepertiRia Airlangga, sayangnya ia kurang bijaksana, sehingga tidak disukai oleh rakyat
terutama kaumBrahmana. Dalam masa pemerintahannya, terjadi pertentangan antara dirinya
dan para Brahmanahal inilah akhirnya menjadi penyebab berakhirnya Kerajaan Kediri.

3.2 Saran
Dengan adanya tugas Sejarah Indonesia membuat makalah mengenai Kerajaan
Hindu-Budha di Indonesia, maka kita diharapkan lebih mengetahui tentang sejarah kerajaan-
kerajaan diIndonesia salah satunya Kerajaan Kediri.
Menurut Ir. Soekarno beliau berkata “JASMERAH” Jangan Lupakan Sejarah, maka
kita Penerima warisan (sejarah) hendaknya lebih giat lagi mencari pengetahuan mengenai
sejarah-sejarah masa lampau. Contoh kecil adalah mencari peristiwa apa saja yang terjadi
sebelumProklamasi Kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian kita akan menambah rasa
patriotisme(cinta tanah air) yang sebagai pemuda-pemudi bangsa sangat penting memiliki
jiwa tanah air,guna membangun bangsa yang lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai