wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqw
ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwer
Kerajaan Kediri
Kelompok 1
tyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert
Diah Ayu Kusumaning G.
Fenika Annisa
Griselda Melania Yahya
Jabbar Akbar
yuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty
Jeremia Ferdinand Kamagie
Raghfi All Fauzi
Rasti Novitasari
uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui
opasdfghjklzxcvbnmqwertyuio
pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiop
asdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas
dfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf
ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg
Kerajaan Kediri
A. Peta dan Lokasi Wilayah
Kerajaan Kediri adalah sebuah kerajaan besar di Jawa Timur yang berdiri
pada abad ke-12. Kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno.
Pusat kerajaannya terletak di tepi S.Brantas yang pada masa itu telah menjadi
jalur pelayaran yang ramai.
B. Sumber sejarah
1. Prasasti Jaring yang bertanggal 19 November 1181. Isinya berupa
pengabulan permohonan penduduk desa Jaring melalui Senapati Sarwajala
tentang anugerah raja sebelumnya yang belum terwujud.vDalam prasasti
tersebut diketahui adanya nama-nama hewan untuk pertama kalinya
dipakai sebagai nama depan para pejabat Kadiri, misalnya Menjangan
Puguh, Lembu Agra, dan Macan Kuning.
2. Prasasti Kamulan (1194 M), yang menyatakan bahwa pada masa
pemerintahan Raja Kertajaya, Kerajaan Kediri telah berhasil mengalahkan
musuh yang memusuhi istana di Katang-katang. Prasasti Kamulan ini berada
di Desa Kamulan, Trenggalek, Jawa Timur. Prasasti ini dibuat dan
dikeluarkan pada masa pemerintahan Raja Kertajaya, pada tahun 1194
Masehi, atau 1116 Caka. Melalui prasasti ini disebutkan bahwa hari jadi dari
Kabupaten Trenggalek sendiri tepatnya pada hari Rabu Kliwon, tanggal 31
Agustus 1194.
3. Prasasti Panumbangan
Pada tanggal 2 Agustus 1120 Maharaja Bameswara mengeluarkan prasasti
Panumbangan tentang permohonan penduduk desa Panumbangan agar
piagam mereka yang tertulis di atas daun lontar ditulis ulang di atas batu.
Prasasti tersebut berisi penetapan desa Panumbangan sebagai sima
swatantra oleh raja sebelumnya yang dimakamkan di Gajapada. Raja
sebelumnya yang dimaksud dalam prasasti ini diperkirakan adalah Sri
Jayawarsa.
4. Prasasti Talan
Prasasti Talan/ Munggut terletak di Dusun Gurit, Kabupaten Blitar. Prasasti
ini berangka tahun 1058 Saka (1136 Masehi). Cap prasasti ini adalah
berbentuk Garudhamukalancana pada bagian atas prasasti dalam bentuk
badan manusia dengan kepala burung garuda serta bersayap. Isi prasasti ini
berkenaan dengan anugerah sima kepada Desa Talan yang masuk wilayah
Panumbangan memperlihatkan prasasti diatas daun lontar dengan cap
kerajaan Garudamukha yang telah mereka terima dari Bhatara Guru pada
tahun 961 Saka (27 Januari 1040 Masehi) dan menetapkan Desa Talan
sewilayahnya sebagai sima yang bebas dari kewajiban iuran pajak sehingga
mereka memohon agar prasasti tersebut dipindahkan diatas batu dengan
cap kerajaan Narasingha.
Raja Jayabhaya mengabulkan permintaan warga Talan karena kesetiaan
yang amat sangat terhadap raja dan menambah anugerah berupa berbagai
macam hak istimewa.
5. Prasasti Sirah Keting (1104 M), yang tentang pemberian hadiah tanah
kepada rakyat desa oleh Raja Jayawarsa.
6. Prasasti yang ditemukan di Tulung agung dan Kertosono, yang berisi
masalah keagamaan, diperkirakan berasal dari Raja Bameswaratahun 1117
– 1130 M.
7. Prasasti Ngantang (1135 M), yang menyebutkan tentang Raja Jayabaya
yang memberikan hadiah kepada rakyat Desa Ngantang sebidang tanah
perdikan yang bebas dari pajak.
8. Berita Asing
Berita asing tentang Kerajaan Kediri sebagian besar diperoleh dari berita
Cina. Berita Cina ini merupakan kumpulan cerita dari para pedagang Cina
yang melakukan kegiatan perdagangan di Kerajaan Kediri, seperti Chu Fan
Chi karangan Chu JuKua (1220 M).
Pada masa itu ibu kota Panjalu telah dipindahkan dari Daha ke Kediri
sehingga kerajaan ini lebih dikenal dengan nama Kerajaan Kediri. Raja
Bameswara menggunakan lencana kerajaan berupa tengkorak bertaring di
atas bulan sabit yang biasa disebut Candrakapala. Setelah Bameswara turun
tahta, ia digantikan Jayabaya yang dalam masa pemerintahannya itu berhasil
mengalahkan Jenggala. Berturut-turut raja-raja Kediri sejak Jayabaya sebagai
berikut.
a. Kameshwara
Raja ke dua kerajaan Kediri yang bergelar Sri Maharajarake Sirikan
Shri Kameshwara Sakalabhuwanatushtikarana
Sarwwaniwaryyawiryya Parakrama Digjayottunggadewa, yang lebih
dikenal sebagai kameshwara I (1115 – 1130 ). Lancana kerajaanya
adalah tengkorak yang bertaring disebut Candrakapala. Dalam masa
pemerintahannya Mpu Darmaja telah mengubah kitab samaradana.
Dalam kitab ini sang raja di puji–puji sebagai titisan dewa Kama, dan
ibukotanya yang keindahannya dikagumi seluruh dunia bernama
Dahana. Permaisurinya bernama Shri Kirana, yang berasal dari
Janggala.
b. Jayabaya
Raja kediri ketiga yang bergelar Shri Maharaja Shri Kroncarryadipa
Handabhuwanapalaka Parakramanindita Digjayotunggadewanama
Shri Gandra. Dengan prasatinya pada tahun 1181. Raja Kediri paling
terkenal adalah Prabu Jayabaya, di bawah pemerintahannya Kediri
mencapai kejayaan. Keahlian sebagai pemimpin politik yang ulung
Jayabaya termasyur dengan ramalannya. Ramalan–ramalan itu
dikumpulkan dalam satu kitab yang berjudul jongko Joyoboyo.
Dukungan spiritual dan material dari Prabu Jayabaya dan hal budaya
dan kesusastraan tidak tanggung–tanggung. Sikap merakyat dan
visinya yang jauh kedepan menjadikan prabu Jayabaya layak
dikenang.
c. Prabu Sarwaswera
Sebagai raja yang taat beragama dan budaya, prabu Sarwaswera
memegang teguh prinsip tat wam asi yang artinya Dikaulah itu, ,
dikaulah (semua) itu , semua makhluk adalah engkau . Tujuan hidup
manusia menurut prabu Sarwaswera yang terakhir adalah mooksa,
yaitu pemanunggalan jiwatma dengan paramatma. Jalan yang benar
adalah sesuatu yang menuju kearah kesatuan , segala sesuatu yang
menghalangi kesatuan adalah tidak benar.
d. Prabu Kroncharyadipa
Namanya yang berarti beteng kebenaran, sang prabu memang
senantiasa berbuat adil pada masyarakatnya. Sebagai plemeluk
agama yang taat mengendalikan diri dari pemerintahannya dengan
prinsip , sad kama murka, yakni enam macam musuh dalam diri
manusia. Keenam itu adalah kroda (marah), moha (kebingungan),
kama (hawa nafsu),loba (rakus),mada (mabuk), masarya (iri hati).
e. Srengga Kertajaya
Srengga Kertajaya tak henti–hentinya bekerja keras demi bangsa
negaranya. Masyarakat yang aman dan tentram sangat dia harapkan.
Prinsip kesucian prabu Srengga menurut para dalang wayang
dilukiskan oleh prapanca.
f. Pemerintahan Kertajaya
Raja terakhir pada masa Kediri. Kertajaya raja yang mulia serta sangat
peduli dengan rakyat. Kertajaya dikenal dengan catur marganya yang
berarti empat jalan yaitu darma, arta, kama, moksa.
Hasil sastra tersebut, selain seperti yang telah dijelaskan pada uraian
materi sebelumnya juga masih banyak kitab sastra yang lain yaitu seperti
kitab Hariwangsa dan Gatotkacasraya yang ditulis Mpu Panuluh pada
masa Jayabaya, kitab Simaradahana karya Mpu Darmaja, kitab Lubdaka
dan Wertasancaya karya Mpu Tan Akung, kitab Kresnayana karya Mpu
Triguna dan kitab Sumanasantaka karya Mpu Monaguna. Semuanya itu
dihasilkan pada masa pemerintahan Kameswara.
2. Peninggalan kerajaan
a. Candi Penataran
Candi termegah dan terluas di Jawa Timur ini terletak di lereng barat
daya Gunung Kelud, di sebelah utara Blitar, pada ketinggian 450 meter
dpl. Dari prasasti yang tersimpan di bagian candi diperkirakan candi ini
dibangun pada masa Raja Srengga dari Kerajaan Kediri sekitar tahun
1200 Masehi dan berlanjut digunakan sampai masa pemerintahan
Wikramawardhana, Raja Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1415.
b. Candi Gurah
Candi Gurah terletak di kecamatan di Kediri, Jawa Timur. Pada tahun
1957 pernah ditemukan sebuah candi yang jaraknya kurang lebih 2 km
dari Situs Tondowongso yang dinamakan Candi Gurah namun karena
kurangnya dana kemudian candi tersebut dikubur kembali.