Anda di halaman 1dari 15

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq

wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqw

ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwer
Kerajaan Kediri
Kelompok 1

tyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert
Diah Ayu Kusumaning G.
 Fenika Annisa
 Griselda Melania Yahya
 Jabbar Akbar

yuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty
Jeremia Ferdinand Kamagie
 Raghfi All Fauzi
 Rasti Novitasari

uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui

opasdfghjklzxcvbnmqwertyuio

pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiop

asdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas

dfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf

ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg
Kerajaan Kediri
A. Peta dan Lokasi Wilayah
Kerajaan Kediri adalah sebuah kerajaan besar di Jawa Timur yang berdiri
pada abad ke-12. Kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno.
Pusat kerajaannya terletak di tepi S.Brantas yang pada masa itu telah menjadi
jalur pelayaran yang ramai.

B. Sumber sejarah
1. Prasasti Jaring yang bertanggal 19 November 1181. Isinya berupa
pengabulan permohonan penduduk desa Jaring melalui Senapati Sarwajala
tentang anugerah raja sebelumnya yang belum terwujud.vDalam prasasti
tersebut diketahui adanya nama-nama hewan untuk pertama kalinya
dipakai sebagai nama depan para pejabat Kadiri, misalnya Menjangan
Puguh, Lembu Agra, dan Macan Kuning.
2. Prasasti Kamulan (1194 M), yang menyatakan bahwa pada masa
pemerintahan Raja Kertajaya, Kerajaan Kediri telah berhasil mengalahkan
musuh yang memusuhi istana di Katang-katang. Prasasti Kamulan ini berada
di Desa Kamulan, Trenggalek, Jawa Timur. Prasasti ini dibuat dan
dikeluarkan pada masa pemerintahan Raja Kertajaya, pada tahun 1194
Masehi, atau 1116 Caka. Melalui prasasti ini disebutkan bahwa hari jadi dari
Kabupaten Trenggalek sendiri tepatnya pada hari Rabu Kliwon, tanggal 31
Agustus 1194.
3. Prasasti Panumbangan
Pada tanggal 2 Agustus 1120 Maharaja Bameswara mengeluarkan prasasti
Panumbangan tentang permohonan penduduk desa Panumbangan agar
piagam mereka yang tertulis di atas daun lontar ditulis ulang di atas batu.
Prasasti tersebut berisi penetapan desa Panumbangan sebagai sima
swatantra oleh raja sebelumnya yang dimakamkan di Gajapada. Raja
sebelumnya yang dimaksud dalam prasasti ini diperkirakan adalah Sri
Jayawarsa.

4. Prasasti Talan
Prasasti Talan/ Munggut terletak di Dusun Gurit, Kabupaten Blitar. Prasasti
ini berangka tahun 1058 Saka (1136 Masehi). Cap prasasti ini adalah
berbentuk Garudhamukalancana pada bagian atas prasasti dalam bentuk
badan manusia dengan kepala burung garuda serta bersayap. Isi prasasti ini
berkenaan dengan anugerah sima kepada Desa Talan yang masuk wilayah
Panumbangan memperlihatkan prasasti diatas daun lontar dengan cap
kerajaan Garudamukha yang telah mereka terima dari Bhatara Guru pada
tahun 961 Saka (27 Januari 1040 Masehi) dan menetapkan Desa Talan
sewilayahnya sebagai sima yang bebas dari kewajiban iuran pajak sehingga
mereka memohon agar prasasti tersebut dipindahkan diatas batu dengan
cap kerajaan Narasingha.
Raja Jayabhaya mengabulkan permintaan warga Talan karena kesetiaan
yang amat sangat terhadap raja dan menambah anugerah berupa berbagai
macam hak istimewa.
5. Prasasti Sirah Keting (1104 M), yang tentang pemberian hadiah tanah
kepada rakyat desa oleh Raja Jayawarsa.
6. Prasasti yang ditemukan di Tulung agung dan Kertosono, yang berisi
masalah keagamaan, diperkirakan berasal dari Raja Bameswaratahun 1117
– 1130 M.
7. Prasasti Ngantang (1135 M), yang menyebutkan tentang Raja Jayabaya
yang memberikan hadiah kepada rakyat Desa Ngantang sebidang tanah
perdikan yang bebas dari pajak.
8. Berita Asing
Berita asing tentang Kerajaan Kediri sebagian besar diperoleh dari berita
Cina. Berita Cina ini merupakan kumpulan cerita dari para pedagang Cina
yang melakukan kegiatan perdagangan di Kerajaan Kediri, seperti Chu Fan
Chi karangan Chu JuKua (1220 M).

C. Perkembangan Kerajaan Kediri


Dalam perkembangannya Kerajaan Kediri yang beribukota di Daha tumbuh
menjadi besar, sedangkan Kerajaan Jenggala semakin tenggelam. Diduga
Kerajaan Jenggala ditaklukkan oleh Kediri. Akan tetapi hilangnya jejak Jenggala
mungkin juga disebabkan oleh tidak adanya prasasti yang ditinggalkan atau
belum ditemukannya prasasti yang ditinggalkan Kerajaan Jenggala. Kejayaan
Kerajaan Kediri sempat jatuh ketika Raja Kertajaya (1185-1222) berselisih
dengan golongan pendeta. Keadaan ini dimanfaatkan oleh Akuwu Tumapel
Tunggul Ametung.
Namun kemudian kedudukannya direbut oleh Ken Arok. Diatas bekas
Kerajaan Kediri inilah Ken Arok kemudian mendirikan Kerajaan Singasari, dan
Kediri berada di bawah kekuasaan Singasari. Ketika Singasari berada di bawah
pemerintahan Kertanegara (1268 1292), terjadilah pergolakan di dalam
kerajaan. Jayakatwang, raja Kediri yang selama ini tunduk kepada Singasari
bergabung dengan Bupati Sumenep (Madura) untuk menjatuhkan
Kertanegara. Akhirnya pada tahun 1292 Jayakatwang berhasil mengalahkan
Kertanegara dan membangun kembali kejayaan Kerajaan Kediri
D. Perkembangan politik, social masyarakat, ekonomi, dan agama kerajaan
kediri
Mapanji Garasakan memerintah tidak lama. Ia digantikan Raja Mapanji
Alanjung(1052 – 1059 M). Mapanji Alanjung kemudian diganti lagi oleh Sri
MaharajaSamarotsaha. Pertempuran yang terus menerus antara Jenggala dan
Panjalu menyebabkan selama 60 tahun tidak ada berita yang jelas mengenai
kedua kerajaan tersebut hingga munculnya nama Raja Bameswara (1116 –
1135 M) dari Kediri.

Pada masa itu ibu kota Panjalu telah dipindahkan dari Daha ke Kediri
sehingga kerajaan ini lebih dikenal dengan nama Kerajaan Kediri. Raja
Bameswara menggunakan lencana kerajaan berupa tengkorak bertaring di
atas bulan sabit yang biasa disebut Candrakapala. Setelah Bameswara turun
tahta, ia digantikan Jayabaya yang dalam masa pemerintahannya itu berhasil
mengalahkan Jenggala. Berturut-turut raja-raja Kediri sejak Jayabaya sebagai
berikut.

Pada tahun 1019 M Airlangga dinobatkan menjadi raja Medang Kamulan.


Airlangga berusaha memulihkan kembali kewibawaan Medang Kamulan,
setelah kewibawaan kerajaan berahasil dipulihkan, Airlangga memindahkan
pusat pemerintahan dari Medang Kamulan ke Kahuripan. Berkat jerih
payahnya , Medang Kamulan mencapai kejayaan dan kemakmuran. Menjelang
akhir hayatnya , Airlangga memutuskan untuk mundur dari pemerintahan dan
menjadi pertapa dengan sebutan Resi Gentayu. Airlangga meninggal pada
tahun 1049 M.
Pewaris tahta kerajaan Medang Kamulan seharusnya seorang putri yaitu Sri
Sanggramawijaya yang lahir dari seorang permaisuri. Namun karena memilih
menjadi pertapa, tahta beralih pada putra Airlangga yang lahir dari selir. Untuk
menghindari perang saudara, Medang Kamulan dibagi menjadi dua yaitu
kerajaan Jenggala dengan ibu kota Kahuripan, dan kerajaan Kediri (Panjalu)
dengan ibu kota Dhaha. Tetapi upaya tersebut mengalami kegagalan. Hal ini
dapat terlihat hingga abad ke 12 , dimana Kediri tetap menjadi kerajaan yang
subur dan makmur namun tetap tidak damai sepenuhnya dikarenakan
dibayang- bayangi Jenggala yang berada dalam posisi yang lebih lemah. Hal itu
menjadikan suasana gelap, penuh kemunafikan dan pembunuhan berlangsung
terhadap pangeran dan raja – raja antar kedua negara. Namun perseteruan ini
berakhir dengan kekalahan jenggala, kerajaan kembali dipersatukandi bawah
kekuasaan Kediri.

1. Sistem pemerintahan kerajaan Kediri

Sistem pemerintahan kerajaan Kediri terjadi beberapa kali pergantian


kekuasaan , adapun raja – raja yang pernah berkuasa pada masa kerajaan
Kediri adalah:
Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabhu
Jayawarsa adalah raja pertama kerajaan Kediri dengan prasastinya yang
berangka tahun 1104. Ia menamakan dirinya sebagai titisan Wisnu.

a. Kameshwara
Raja ke dua kerajaan Kediri yang bergelar Sri Maharajarake Sirikan
Shri Kameshwara Sakalabhuwanatushtikarana
Sarwwaniwaryyawiryya Parakrama Digjayottunggadewa, yang lebih
dikenal sebagai kameshwara I (1115 – 1130 ). Lancana kerajaanya
adalah tengkorak yang bertaring disebut Candrakapala. Dalam masa
pemerintahannya Mpu Darmaja telah mengubah kitab samaradana.
Dalam kitab ini sang raja di puji–puji sebagai titisan dewa Kama, dan
ibukotanya yang keindahannya dikagumi seluruh dunia bernama
Dahana. Permaisurinya bernama Shri Kirana, yang berasal dari
Janggala.

b. Jayabaya
Raja kediri ketiga yang bergelar Shri Maharaja Shri Kroncarryadipa
Handabhuwanapalaka Parakramanindita Digjayotunggadewanama
Shri Gandra. Dengan prasatinya pada tahun 1181. Raja Kediri paling
terkenal adalah Prabu Jayabaya, di bawah pemerintahannya Kediri
mencapai kejayaan. Keahlian sebagai pemimpin politik yang ulung
Jayabaya termasyur dengan ramalannya. Ramalan–ramalan itu
dikumpulkan dalam satu kitab yang berjudul jongko Joyoboyo.
Dukungan spiritual dan material dari Prabu Jayabaya dan hal budaya
dan kesusastraan tidak tanggung–tanggung. Sikap merakyat dan
visinya yang jauh kedepan menjadikan prabu Jayabaya layak
dikenang.

c. Prabu Sarwaswera
Sebagai raja yang taat beragama dan budaya, prabu Sarwaswera
memegang teguh prinsip tat wam asi yang artinya Dikaulah itu, ,
dikaulah (semua) itu , semua makhluk adalah engkau . Tujuan hidup
manusia menurut prabu Sarwaswera yang terakhir adalah mooksa,
yaitu pemanunggalan jiwatma dengan paramatma. Jalan yang benar
adalah sesuatu yang menuju kearah kesatuan , segala sesuatu yang
menghalangi kesatuan adalah tidak benar.

d. Prabu Kroncharyadipa
Namanya yang berarti beteng kebenaran, sang prabu memang
senantiasa berbuat adil pada masyarakatnya. Sebagai plemeluk
agama yang taat mengendalikan diri dari pemerintahannya dengan
prinsip , sad kama murka, yakni enam macam musuh dalam diri
manusia. Keenam itu adalah kroda (marah), moha (kebingungan),
kama (hawa nafsu),loba (rakus),mada (mabuk), masarya (iri hati).

e. Srengga Kertajaya
Srengga Kertajaya tak henti–hentinya bekerja keras demi bangsa
negaranya. Masyarakat yang aman dan tentram sangat dia harapkan.
Prinsip kesucian prabu Srengga menurut para dalang wayang
dilukiskan oleh prapanca.

f. Pemerintahan Kertajaya
Raja terakhir pada masa Kediri. Kertajaya raja yang mulia serta sangat
peduli dengan rakyat. Kertajaya dikenal dengan catur marganya yang
berarti empat jalan yaitu darma, arta, kama, moksa.

2. Kehidupan sosial masyarakat kerajaan kediri

Kehidupan sosial masyarakat Kediri cukup baik karena kesejahteraan


rakyat meningkat masyarakat hidup tenang, hal ini terlihat dari rumah-
rumah rakyatnya yang baik, bersih, dan rapi, dan berlantai ubin yang
berwarna kuning, dan hijau serta orang-orang Kediri telah memakai kain
sampai di bawah lutut. Dengan kehidupan masyarakatnya yang aman dan
damai maka seni dapat berkembang antara lain kesusastraan yang paling
maju adalah seni sastra. Hal ini terlihat dari banyaknya hasil sastra yang
dapat Anda ketahui sampai sekarang.

Hasil sastra tersebut, selain seperti yang telah dijelaskan pada uraian
materi sebelumnya juga masih banyak kitab sastra yang lain yaitu seperti
kitab Hariwangsa dan Gatotkacasraya yang ditulis Mpu Panuluh pada
masa Jayabaya, kitab Simaradahana karya Mpu Darmaja, kitab Lubdaka
dan Wertasancaya karya Mpu Tan Akung, kitab Kresnayana karya Mpu
Triguna dan kitab Sumanasantaka karya Mpu Monaguna. Semuanya itu
dihasilkan pada masa pemerintahan Kameswara.

Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007, yang diyakini


sebagai peninggalan Kerajaan Kadiri diharapkan dapat membantu
memberikan lebih banyak informasi tentang kerajaan tersebut. Beberapa
arca kuno peninggalan Kerajaan Kediri. Arca yang ditemukan di desa
Gayam, Kediri itu tergolong langka karena untuk pertama kalinya
ditemukan patung Dewa Syiwa Catur Muka atau bermuka empat.

Kehidupan sosial kemasyarakatan pada zaman Kerajaan Kediri dapat kita


lihat dalam kitab Ling-Wai-Tai-Ta yang disusun oleh Chou Ku-Fei pada
tahun 1178 M. Kitab tersebut menyatakan bahwa masyarakat Kediri
memakai kain sampai bawah lutut dan rambutnya diurai. Rumah-
rumahnya rata-rata sangat bersih dan rapi. Lantainya dibuat dari ubin
yang berwarna kuning dan hijau. Pemerintahannya sangat memerhatikan
keadaan rakyatnya sehingga pertanian, peternakan, dan perdagangan
mengalami kemajuan yang cukup pesat.

Golongan-golongan dalam masyarakat Kediri dibedakan menjadi tiga


berdasarkan kedudukan dalam pemerintahan kerajaan :
a. Golongan masyarakat pusat (kerajaan), yaitu masyarakat yang terdapat
dalam lingkungan raja dan beberapa kaum kerabatnya serta kelompok
pelayannya
.
b. Golongan masyarakat thani (daerah), yaitu golongan masyarakat yang
terdiri atas para pejabat atau petugas pemerintahan di wilayah
thani (daerah).

c. Golongan masyarakat nonpemerintah, yaitu golongan masyarakat yang


tidak mempunyai kedudukan dan hubungan dengan pemerintah secara
resmi atau masyarakat wiraswasta. Kediri memiliki 300 lebih
pejabat yang bertugas mengurus dan mencatat semua
penghasilan kerajaan. Di samping itu, ada 1.000 pegawai rendahan yang
bertugas mengurusi benteng dan parit kota, perbendaharaan
kerajaan, dan gedung persediaan makanan.

Kerajaan Kediri lahir dari pembagian Kerajaan Mataram oleh Raja


Airlangga (1000-1049). Pemecahan ini dilakukan agar tidak terjadi
perselisihan di antara anak-anak selirnya. Tidak ada bukti yang jelas
bagaimana kerajaan tersebut dipecah dan menjadi beberapa bagian.
Dalam babad disebutkan bahwa kerajaan dibagi empat atau lima bagian.
Tetapi dalam perkembangannya hanya dua kerajaan yang sering disebut,
yaitu Kediri (Pangjalu) dan Jenggala. Samarawijaya sebagai pewaris sah
kerajaan mendapat ibukota lama, yaitu Dahanaputra, dan nama
kerajaannya diubah menjadi Pangjalu atau dikenal juga sebagai Kerajaan
Kediri.

3. Kondisi Ekonomi pada Jaman Kerajaan Kadiri

Perekonomian Kediri bersumber atas usaha perdagangan,


peternakan, dan pertanian. Kediri terkenal sebagai penghasil beras, kapas
dan ulat sutra. Dengan demikian dipandang dari aspek ekonomi, kerajaan
Kediri cukup makmur. Hal ini terlihat dari kemampuan kerajaan
memberikan penghasilan tetap kepada para pegawainya dibayar dengan
hasil bumi. Keterangan ini diperoleh berdasarkan kitab Chi-Fan-Chi dan
kitab Ling-wai-tai-ta.

4. Kehidupan agama kerajaan Kediri

Masyarakat Kediri memiliki kehidupan agama yang sangat religius. Mereka


menganut ajaran agama Hindu Syiwa. Hal ini terlihat dari berbagai
peninggalan arkeolog yang ditemukan di wilayah Kediri yakni berupa arca-
arca di candi Gurah dan Candi Tondowongso. Arca-arca tersebut
menunjukkan latar belakang agama Hindu Syiwa. Para penganut agama
Hindu Syiwa menyembah Dewa Syiwa, karena merekaa mempercayai
bahwa Dewa Syiwa dapat menjelma menjadi Syiwa Maha Dewa
(Maheswara), Dewa Maha Guru, dan Makala. Salah satu pemujaan yang
dilakukan pendeta adalah dengan mengucapkan mantra yang disebut
Mantra Catur Dasa Syiwa atau empat belas wujud Syiwa
E. Peristiwa peting kerajaan Kediri
Pada tahun 1041 atau 963 M Raja Airlangga memerintahkan membagi
kerajaan menjadi dua bagian. Pembagian kerajaan tersebut dilakukan oleh
seorang Brahmana yang terkenal akan kesaktiannya yaitu Mpu Bharada. Kedua
kerajaan tersebut dikenal dengan Kahuripan menjadi Jenggala (Kahuripan) dan
Panjalu (Kediri) yang dibatasi oleh Gunung Kawi dan Sungai Brantas dikisahkan
dalam prasasti Mahaksubya (1289 M), kitab Negarakertagama (1365 M),
dan kitab Calon Arang (1540 M). Tujuan pembagian kerajaan menjadi dua
agar tidak terjadi pertikaian.
Kerajaan Jenggala meliputi daerah Malang dan delta sungai Brantas dengan
pelabuhannya Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, ibu kotanya Kahuripan,
sedangkan Panjalu kemudian dikenal dengan nama Kediri meliputi Kediri,
Madiun, dan ibu kotanya Daha. Berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan
masing-masing kerajaan saling merasa berhak atas seluruh tahta Airlangga
sehingga terjadilah peperangan.
Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah
kerajaannya karena kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Putra
yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu
yang berpusat di kota baru, yaitu Daha. Sedangkan putra yang
bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur
bernama Janggala yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan. Panjalu dapat
dikuasai Jenggala dan diabadikanlah nama Raja Mapanji Garasakan (1042 –
1052 M) dalam prasasti Malenga. Ia tetap memakai lambang Kerajaan
Airlangga, yaitu Garuda Mukha.
Pada awalnya perang saudara tersebut, dimenangkan oleh Jenggala tetapi
pada perkembangan selanjutnya Panjalu/Kediri yang memenangkan
peperangan dan menguasai seluruh tahta Airlangga. Dengan demikian di Jawa
Timur berdirilah kerajaan Kediri dimana bukti-bukti yang menjelaskan kerajaan
tersebut, selain ditemukannya prasasti-prasasti juga melalui kitab-kitab sastra.
Dan yang banyak menjelaskan tentang kerajaan Kediri adalah hasil karya
berupa kitab sastra. Hasil karya sastra tersebut adalah kitab Kakawin
Bharatayudha yang ditulis Mpu Sedah dan Mpu Panuluh yang menceritakan
tentang kemenangan Kediri/Panjalu atas Jenggala.
Pada masa ini, muncul nama-nama hewan seperti :Menjangan puguh,
lembu agra, dan macan kuning. Nama tersebut dipakai sebagai nama depan
para pejabat Kediri. Dijelaskan melalui prasasti jarring.

F. Masa Kejayaan krajaan Kediri


Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaan ketika masa pemerintahan Raja
Jayabaya. Daerah kekuasaannya semakin meluas yang berawal dari Jawa
Tengah meluas hingga hampir ke seluruh daerah Pulau Jawa. Selain itu,
pengaruh Kerajaan Kediri juga sampai masuk ke Pulau Sumatera yang dikuasai
Kerajaan Sriwijaya. Kejayaan pada saat itu semakin kuat ketika terdapat
catatan dari kronik Cina yang bernama Chou Ku-fei pada tahun 1178 M berisi
tentang Negeri paling kaya di masa kerajaan Kediri pimpinan Raja Sri Jayabaya.
Bukan hanya daerah kekuasaannya saja yang besar, melainkan seni sastra yang
ada di Kediri cukup mendapat perhatian. Dengan demikian, Kerajaan Kediri
semakin disegani pada masa itu.

G. Masa Keruntuhan Kerajaan Kediri


Runtuhnya kerajaan Kediri dikarenakan pada masa pemerintahan Kertajaya
, terjadi pertentangan dengan kaum Brahmana. Mereka menggangap
Kertajaya telah melanggar agama dan memaksa meyembahnya sebagai dewa.
Kemudian kaum Brahmana meminta perlindungan Ken Arok , akuwu Tumapel.
Perseteruan memuncak menjadi pertempuran di desa Ganter, pada tahun
1222 M. Dalam pertempuarn itu Ken Arok dapat mengalahkan Kertajaya, pada
masa itu menandai berakhirnya kerajaan Kediri.
Setelah berhasil mengalah kan Kertanegara, Kerajaan Kediri bangkit
kembali di bawah pemerintahan Jayakatwang. Salah seorang pemimpin
pasukan Singasari, Raden Wijaya, berhasil meloloskan diri ke Madura. Karena
perilakunya yang baik, Jayakatwang memperbolehkan Raden Wijaya untuk
membuka Hutan Tarik sebagai daerah tempat tinggalnya. Pada tahun 1293,
datang tentara Mongol yang dikirim oleh Kaisar Kubilai Khan untuk membalas
dendam terhadap Kertanegara. Keadaan ini dimanfaatkan Raden Wijaya untuk
menyerang Jayakatwang. Ia bekerjasama dengan tentara Mongol dan pasukan
Madura di bawah pimpinan Arya Wiraraja untuk menggempur Kediri. Dalam
perang tersebut pasukan Jayakatwang mudah dikalahkan. Setelah itu tidak ada
lagi berita tentang Kerajaan Kediri.

H. Karya sastra dan Peninggala kerajaan Kediri


1. Karya Sastra
Seni sastra mendapat banyak perhatian pada zaman Kerajaan Panjalu-
Kadiri. Pada tahun 1157 Kakawin Bharatayuddha ditulis oleh Mpu
Sedah dan diselesaikan Mpu Panuluh. Kitab ini bersumber
dari Mahabharata yang berisi kemenangan Pandawa atas Korawa, sebagai
kiasan kemenangan Sri Jayabhaya atas Janggala.
Selain itu, Mpu Panuluh juga menulis Kakawin
Hariwangsa dan Ghatotkachasraya. Terdapat pula pujangga zaman
pemerintahan Sri Kameswara bernama Mpu Dharmaja yang
menulis Kakawin Smaradahana. Kemudian pada zaman
pemerintahan Kertajaya terdapat pujangga bernama Mpu Monaguna yang
menulis Sumanasantaka dan Mpu Triguna yang menulis Kresnayana.

2. Peninggalan kerajaan

a. Candi Penataran
Candi termegah dan terluas di Jawa Timur ini terletak di lereng barat
daya Gunung Kelud, di sebelah utara Blitar, pada ketinggian 450 meter
dpl. Dari prasasti yang tersimpan di bagian candi diperkirakan candi ini
dibangun pada masa Raja Srengga dari Kerajaan Kediri sekitar tahun
1200 Masehi dan berlanjut digunakan sampai masa pemerintahan
Wikramawardhana, Raja Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1415.
b. Candi Gurah
Candi Gurah terletak di kecamatan di Kediri, Jawa Timur. Pada tahun
1957 pernah ditemukan sebuah candi yang jaraknya kurang lebih 2 km
dari Situs Tondowongso yang dinamakan Candi Gurah namun karena
kurangnya dana kemudian candi tersebut dikubur kembali.

c. Arca Buddha Vajrasattva


Arca Buddha Vajrasattva ini berasal dari zaman Kerajaan Kediri (abad
X/XI). Dan sekarang merupakan Koleksi Museum für Indische Kunst,
Berlin-Dahlem, Jerman.

Anda mungkin juga menyukai