PEMBAHASAN
Kawidan sungai Brantas. Kerajaan barat yang bernama Panjalu diberikan pada
Samarawijaya (iparnya) yang berpusat di kota baru dengan ibukota Daha yang
lamayang meliputi daerah Malang dan delta sungai Bantas, dengan pelabuhan
danlebih memilih menjadi petapa yang bergelar Dewi Kilisuli. Sumber sejarah
yang menceritakan pembagian kerajaan ada dalam Prasasti Wurara ada juga yang
Kerajaan Kediri. Pada awalnya, nama Panjalu memang lebih sering dipakai
1
daripada nama Kediri. Hal ini dapat dijumpai dalam prasasti-prasasti yang
diterbitkan oleh Raja-raja Kediri. Bahkan nama Panjalu juga dikenal sebagai Pu-
Chia-Lung dalam kronik Cina yang berjudul Ling Wai Tai Ta (1178)
desa Gayam, Kediri itu tergolong langka karena untuk pertama kalinya ditemukan
kerajaan menjadi dua bagian. Pembagian kerajaan tersebut dilakukan oleh seorang
Brahmana yang terkenal akan kesaktiannya yaitu Mpu Bharada. Kedua kerajaan
(Kediri) yang dibatasi oleh gunung Kawi dan sungai Brantas dikisahkan dalam
prasasti Mahaksubya (1289 M), kitab Negarakertagama (1365 M), dan kitab
Calon Arang (1540 M). Tujuan pembagian kerajaan menjadi dua agar tidak terjadi
pertikaian.
Kerajaan Jenggala meliputi daerah Malang dan delta sungai Brantas dengan
2
B. Dinamika Kerajaan Kediri
Kerajaan Jenggala ditaklukkan oleh Kediri. Akan tetapi hilangnya jejak jenggala
mungkin juga disebabkan oleh tidak adanya prasasti yang ditinggalkan atau belum
Ametung. Namun kemudian kedudukannya direbut oleh Ken Arok. Diatas bekas
Kerajaan Kediri inilah Ken Arok kemudian mendirikan Kerajaan Singasari, dan
Jayakatwang, raja Kediri yang selama ini tunduk kepada Singasari bergabung
Kerajaan Kediri yang termasyhur pernah diperintah 8 raja dari awal berdirinya
sampai masa keruntuhan kerajaan ini. Dari kedelapan raja yang pernah
memerintah kerajaan ini yang sanggup membawa Kerajaan Kediri kepada masa
3
keemasan adalah Prabu Jayabaya, yang sangat terkenal hingga saat ini. Adapun 8
1. Sri Jayawarsa
Kisah Raja Jayawarsa tercatat dalam prasasti Sirah Keting tahun 1104 M.
Dalam prasasti ini dikisahkan jika Sri Jayawarsa sangat mencintai semua
seluruh rakyat. Prasasti Sirah Keting berisi tentang pengesahan desa Marjaya
sebagai tanah perdikan atau sima swatantra. Tidak diketahui secara pasti kapan
Raja Jayawarsa turun takhta. Dari prasasti Panumbangan (tahun 1120 M) hanya
2. Sri Bameswara
Kediri. Hal ini diketahui dari isi prasasti Pikatan tahun 1117 M. Masa pemerintahan
Dalam prasasti tersebut banyak memuat masalah keagamaan. Dari kondisi ini
bisa diketahui kondisi pemerintahan yang sangat baik. Tidak diketahui, kapan raja
3. Prabu Jayabaya
4
Dari catatan yang ada, Sri Jayabaya berkuasa sekitar tahun 1135 M hingga 1157
M. Raja ini bergelar Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara
bisa bersatu.
Banyak catatan prasasti yang ditinggalkan pada masa ini. Catatan prasasti
yang ditemukan yakni prasasti Hantang (tahun 1135 M), prasasti Talan (tahun
1136 M), dan prasasti Jepun (tahun 1144 M). Tidak hanya itu, terdapat juga karya
Dalam babad Tanah Jawi dan Serat Aji Pamasa disebut jika Raja Jayabaya
merupaka titisan Dewa Wisnu. Raja ini memimpin negara yang bernama Widarba
merupakan putra dari Yudayana, putra dari Parikesit, putra dari Abimanyu, putra
memiliki 4 anak yakni Jayaamijaya, Dewi Pramesti, Dewi Pramuni dan Dewi
5
Dalam pemerintahannya Jayabaya menerapkan strategi untuk mewujudkan
kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh rakyatnya. Kerajaan pada masa ini
sangat makmur, baik dari pertanian maupun perdagangan. Secara ekonomi rakyat
Jayabaya turun takhta dengan cara muksa atau hilang tanpa meninggalkan
4. Sri Sarwaswera
Raja Sri Sarweswara memerintah pada tahun 1159 – 1161. Raja ini bergelar Sri
adalah salah satu raja Kediri yang terkenal sebagai raja yang sangat religius dan
juga berbudaya. Hal ini dikisahkan dalan Prasasti Padelegan II tahun 1159 M dan
Sebagai raja yang taat agama dan budaya, prabu Sarwaswera memegang teguh
dengan prinsip tat wam asi yang artinya Dikaulah itu. Pemikiran ini berarti
dikaulah (semuanya) itu, semua makhluk ialah engkau. Tujuan hidup manusia
menurut dari prabu Sarwaswera yang terakhir ialah moksa, yaitu pemanunggalan
6
jiwatma dengan paramatma. Jalan menuju benar ialah sesuatu yang menuju kearah
kesatuan dan segala sesuatu yang menghalangi kesatuan ialah tidak benar.
Tidak diketahui secara pasti kapan Raja Sri Sarweswara turun takhta.
Berdasarkan isi prasasti Angin tahun 1171 M, raja selanjutnya yang memimpin
5. Sri Aryeswara
Sri Aryeswara adalah raja Kediri yang berkuasa pada tahun 1171 M. Raja ini
1171.
Prasasti tersebut menyebut bahwa raja yang kelima dari Kerajaan Kediri adalah
Sri Aryeswara yang bergelar Sri Maharaja Rake Hino Sri Aryeswara
Ganesha.
Hanya sedikit catatan yang bisa diketahui tentang raja ini. Dari prasasti Jaring
6. Sri Gandra
Raja Sri Gandra berkuasa pada 1811 M. Gelar yang dipangkunya adalah Sri
Masa kepemimpinan raja Sri Gandra terkutip dalam prasasti Jaring (1181 M).
Prasasti tersebut menceritakan sang raja yang mengabulkan keinginan rakyat Desa
7
Jaring tentang anugerah raja sebelumnya yang belum terwujud. Pengabulan
Di prasasti tersebut juga diceritakan adanya nama hewan yang digunakan untuk
misalnya Menjangan Puguh, Lembu Agra dan Macan Kuning. Tidak diketahui
kapan pastinya berakhirnya pemerintahan Raja Sri Gandra. Raja dari Kadiri ini
selanjutnya berdasarkan isi dari prasasti Semanding pada tahun 1182 adalah Raja
Sri Kameswara.
7. Sri Kameswara
Sri Kameswara adalah raja ketujuh dari Kerajaan Kediri, hal ini tercantum
dalam Prasasti Ceker tahun 1182 M serta Prasasti Kakawin Smaradhan. Masa
pemerintahan raja Sri Kameswara sekitar tahun 1180 M – 1190 M. Raja ini
Digjaya Uttunggadewa.
Salah satunya adanya Kitab Smaradhana karangan dari Mpu Dharmaja. Kitab ini
berkisah tentang cerita rakyat seperti cerita Panji Semirang. Mpu Dharmaja juga
menuliskan kisah tentang kelahiran dari Dewa Ganesha, yaitu dewa berkepala
gajah yang merupakan anak dari Dewa Siwa. Ganesha menjadi lambang dari
8
8. Sri Kertajaya
Sri Maharaja Kertajaya adalah raja terakhir dari Kerajaan Kediri. Raja ini
berkuasa pada tahun 1194 M – 1222 M. Di masa raja Kertajaya, Kediri jatuh
Nama Raja Kertajaya tercatat dalam teks Nagarakertagama (tahun 1365) yang
ditulis setelah zaman Kerajaan Kadiri. Sementara dalam teks Pararaton Raja
prasasti Galunggung (tahun 1194), prasasti Kamulan (tahun 1194), prasasti Palah
mulai menurun. Kondisi ini karena raja bermaksud mengurangi hak-hak kaum
Brahmana. Sang prabu ingin disembah sebagai dewa, kaum Brahmana menentang
keputusan tersebut. Mereka memilih lari dan meminta bantuan dari kerajaan
menyerang Tumapel. Sementara itu. Ken Arok dan dukungan kaum Brahmana
9
melakukan serangan balik ke Kerajaan Kediri. Kedua pasukan itu telah bertemu di
Kertajaya berhasil meloloskan diri, namun sayang nasibnya tidak diketahui. Sejak
saat itu kekuasaan Kerajaan Kediri berakhir dan menjadi kekuasaan Tumapel.
Itu tadi silsilah raja-raja yang memimpin Kerajaan Kediri. Hingga saat ini
luar Kediri. Hal ini membuktikan jika Kerajaan Kediri merupakan kerajaan besar
di Nusantara.
Adapun kehidupan politik, agama, ekonomi, sosial dan budaya pada masa
a. Kehidupan Politik
yang berkuasa di Jenggala. Keduanya merasa berhak atas seluruh takhta Raja
Jayabaya. Saat itu wilayah kekuasaan Kediri meliputi seluruh bekas wilayah
10
kembali menaklukan Jenggala yanga sempat memberontak ingin memisahkan diri
berangka tahun 1135. Prasasti ini memuat tulisan yang berbunyi Panjalu jayati
pengesahan anugerah dari Jayabaya untuk penduduk Desa Hantang yang setia
nama Jayabaya diabadikan dalam kitab Bharatayuda. Kitab ini merupakan kitab
yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Bharatayuda memuat kisah
Sejarah pertikaian anatar Panjalu dan Jenggala mirip dengan kisah tersebut
Kamulan. Selain itu, untuk menunjukkan kebesaran dan kewibawaan sebagai Raja
brahmana yang mengungsi ke wilayah Tumapel yang dikuasai oleh Ken Arok.
Kertajaya terbunuh. Sejak saat itu Kerajaan Kediri berakhir dan kedudukannya
11
b. Kehidupan Agama
Mereka menganut ajaran agama Hindu Syiwa. Hal ini terlihat dari berbagai
belakang agama Hindu Syiwa. Para penganut agama Hindu Syiwa menyembah
Dewa Syiwa, karena merekaa mempercayai bahwa Dewa Syiwa dapat menjelma
menjadi Syiwa Maha Dewa (Maheswara), Dewa Maha Guru, dan Makala. Salah
satu pemujaan yang dilakukan pendeta adalah dengan mengucapkan mantra yang
disebut Mantra Catur Dasa Syiwa atau empat belas wujud Syiwa.
c. Kehidupan Ekonomi
Sebagai kerajaan agraris, Kediri memiliki lahan pertanian yang baik di sekitar
jalur pelayaran Sungai Brantas. Selain beras, barang- barang yang diperdagangkan
di Kediri antara lian emas, perak, kayu cendana, rempah-rempah, dan pinang.
Luat Merah. Komoditas ini kemudian diangkut oleh kapal-kapal Venesia menuju
12
Eropa. Dengan demikian, melalui Kediri wilayah Maluku mulai dikenal dalam
pelayannya.
(daerah).
Sedah dan Mpu Panuluh. Selain itu Mpu Panuluh menulis kitab Hariwangsa dan
Smaradhahana yang ditulis oleh Mpu Dharmaja serta kitab Lubdaka dan
13
Kertajaya terdapat Pujangga bernama Mpu Monaguna yang menulis kitab
pertempuarn itu Ken Arok dapat mengalahkan Kertajaya, pada masa itu menandai
sebagai daerah tempat tinggalnya. Pada tahun 1293, datang tentara Mongol yang
dikirim oleh Kaisar Kubilai Khan untuk membalas dendam terhadap Kertanegara.
Jayakatwang mudah dikalahkan. Setelah itu tidak ada lagi berita tentang Kerajaan
Kediri.
14
Peninggalan kerajinan Kerajaan Kediri
Tondowongso pada awal tahun 2007. Sejumlah arca kuno peninggalan Kerajaan
Kediri yang ditemukan di Desa Gayam, Kediri tersebut tergolong langka karena
untuk pertama kalinya ditemukan patung Dewa Siwa Catur Muka atau bermuka
1. Prasasti Sirah Keting, berisi pemberian hadiah pada rakyat oleh Raja
Jayawarsa
4. Prasasti Jaring, memuat nama seperti Kebo Waruga dan Tikus Jinada
musuh-musuhnya di Katang.
15
BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN
16
Perekonomian Kediri bersumber atas usaha perdagangan, peternakan dan
terjadi pertentangan antara dirinya dan para Brahmana hal inilah akhirnya menjadi
B. SARAN
Saran untuk para siswa agar jangan melupakan sejarah bangsa kita, dan
Semoga dengan makalah Kerajaan Kediri ini dapat bermanfaat bagi para siswa.
17
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat Yoedoprawiro, 2000.
Relevansi Ramalan Jayabaya dan Indonesia Abad XXI
.Jakarta : Balai Pustaka.
Meinsma, 1903.
Serat Babad Tanah Jawi, Wiwit Saking Nabi Adam Dumugi ingTahun 1647
.
S’Gravenhage.
Moedjanto, 1994.
Konsep Kekuasaan Jawa, Penerapannya oleh Raja-raja Mataram
.Yogyakarta: Kanisius.
Pigeaud, 1924.
De Tantu Panggelaran Uitgegeven, Vertaald en Toegelicht
. DisertasiLeiden.
18
Poerbatjaraka, 1957.
Kapustakan Jawi
. Jakarta : Djambatan.
Rassers, 1959.
De Panji Roman,
Leiden : Dissertatie.
Stutterheim, 1930.
Rama Legenden und Rama Reliefs in Indonesia
, Munchen :Kulturkreis der Indische.
Teeuw, 1946.
Het Bhomakawya
, Leiden : Dissertatie.
Zoetmulder, 1985.
Kalangwan: Sastra Jawa Kuna Selayang Pandang
. Jakarta:Djambatan.
19