Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia mulai berkembang pada zaman kerajaan Hindu-Buddha berkat


hubungan dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti
India, Tiongkok, dan wilayah Timur Tengah. Agama Hindu masuk ke Indonesia
diperkirakan pada awal tarikh Masehi, dibawa oleh para musafir dari India antara lain:
Maha Resi Agastya, yang di Jawa terkenal dengan sebutan Batara Guru atau
Dwipayana dan juga para musafir dari Tiongkok yakni musafir Budha Pahyien.

Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha,
yaitu kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad
ke-16. Pada masa ini pula muncul dua kerajaan besar, yakni Sriwijaya dan Majapahit.
Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang
pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I-Tsing mengunjungi ibukotanya Palembang
sekitar tahun 670. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa
Tengah dan Kamboja. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan
Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah
Mada, berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya
adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa
Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan pembentukan kebudayaan Jawa, seperti
yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.

Masuknya ajaran Islam pada sekitar abad ke-12, melahirkan kerajaan-kerajaan


bercorak Islam yang ekspansionis, seperti Samudera Pasai di Sumatera dan Demak di
Jawa. Munculnya kerajaan-kerajaan tersebut, secara perlahan-lahan mengakhiri
kejayaan Sriwijaya dan Majapahit, sekaligus menandai akhir dari era ini.

Rumusan Masalah

Bagaimana Sejarah dari Kerajaan Singasari?

Bagaimana Sejarah dari Kerajaan Majapahit?


BAB II PEMBAHASAN

Kerajaan Singasari (1222 M – 1293 M)

Kerajaan Singhasari atau sering pula ditulis Singasari atau Singosari, adalah
sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi
kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di daerah Singosari, Malang. Berdasarkan
prasasti Kudadu, nama resmi Kerajaan Singhasari yang sesungguhnya ialah Kerajaan
Tumapel. Menurut Nagarakretagama, ketika pertama kali didirikan tahun 1222, ibu kota
Kerajaan Tumapel bernama Kutaraja.

Pada tahun 1253, Raja Wisnuwardhana mengangkat putranya yang bernama


Kertanagara sebagai yuwaraja dan mengganti nama ibu kota menjadi Singhasari.
Nama Singhasari yang merupakan nama ibu kota kemudian justru lebih terkenal
daripada nama Tumapel. Maka, Kerajaan Tumapel pun terkenal pula dengan nama
Kerajaan Singhasari. Nama Tumapel juga muncul dalam kronik Cina dari Dinasti Yuan
dengan ejaan Tu-ma-pan.

Awal Berdiri

Menurut Pararaton, Tumapel semula hanya sebuah daerah bawahan Kerajaan


Kadiri. Yang menjabat sebagai akuwu (setara camat) Tumapel saat itu adalah Tunggul
Ametung. Ia mati dibunuh dengan cara tipu muslihat oleh pengawalnya sendiri yang
bernama Ken Arok, yang kemudian menjadi akuwu baru. Ken Arok juga yang
mengawini istri Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes. Ken Arok kemudian
berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan Kerajaan Kadiri.

Pada tahun 1254 terjadi perseteruan antara Kertajaya raja Kerajaan Kadiri
melawan kaum brahmana. Para brahmana lalu menggabungkan diri dengan Ken Arok
yang mengangkat dirinya menjadi raja pertama Tumapel bergelar Sri Rajasa Sang
Amurwabhumi. Perang melawan Kerajaan Kadiri meletus di desa Ganter yang
dimenangkan oleh pihak Tumapel.

Nagarakretagama juga menyebut tahun yang sama untuk pendirian Kerajaan


Tumapel, namun tidak menyebutkan adanya nama Ken Arok. Dalam naskah itu, pendiri
kerajaan Tumapel bernama Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra yang berhasil
mengalahkan Kertajaya raja Kerajaan Kadiri. Prasasti Mula Malurung atas nama
Kertanagara tahun 1255, menyebutkan kalau pendiri Kerajaan Tumapel adalah Bhatara
Siwa. Mungkin nama ini adalah gelar anumerta dari Ranggah Rajasa, karena dalam
Nagarakretagama arwah pendiri kerajaan Tumapel tersebut dipuja sebagai Siwa. Selain
itu, Pararaton juga menyebutkan bahwa, sebelum maju perang melawan Kerajaan
Kadiri, Ken Arok lebih dulu menggunakan julukan Bhatara Siwa.

Kerajaan Singasari memiliki keterkaitan dengan kerajaan Majapahit yang


didirikan oleh Nararya Sanggramawijaya pada tahun 1293 Masehi. Sanggramawijaya
atau yang lebih dikenal oleh masyarakat sebagai Raden Wijaya adalah cucu dari
Narasingamurti dan menantu dari Raja Kertanegara. Kertanegara adalah raja Singasari
terakhir yang meninggal terbunuh dalam peperangan melawan tentara pemberontak
yang mengatas namakan Kerajaan Kediri di bawah pimpinan Jayakatwang. Raden
Wijaya secara resmi menjadi raja Majapahit setelah berhasil mengalahkan tentara
Jayakatwang yang telah merebut Singasari. Raden Wijaya melakukannya dengan
bantuan tentara Tartar dari China yang awalnya datang ke Jawa untuk tujuan
menaklukkan Singasari yang ternyata sudah terlebih dahulu diruntuhkan oleh
Jayakatwang.

Urutan raja-raja Singosari dalam Kitab Pararaton adalah:

- Ken Arok alias Rajasa Sang Amurwabhumi (1222 – 1247)


- Anusapati (1247 – 1249)
- Tohjaya (1249 – 1250)
- Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250 – 1272)
- Kertanagara (1272 – 1292)

Kisah Suksesi Atau Peralihan Kekuasaan Raja-Raja

Kerajaan Singosari dijelaskan dalam Kitab Pararaton, selalu diwarnai


pertumpahan darah yang dilatari balas dendam.  Ken Arok  mati dibunuh  Anusapati 
(anak tirinya).  Anusapati mati dibunuh Tohjaya (anakKen Arok dari selir). Tohjaya mati
akibat pemberontakan  Ranggawuni  (anakAnusapati). Hanya  Ranggawuni  yang
digantikan Kertanagara (putranya) secara damai.

Kertanagara  adalah raja terakhir dan Raja terbesar dalam sejarah  Kerajaan
Singosari (1268 – 1292). Ia adalah raja pertama yang mengalihkan wawasannya ke luar
Jawa. Pada tahun  1275  ia mengirim pasukan Ekspedisi Pamalayu untuk menjadikan 
Sumatrasebagai benteng pertahanan dalam menghadapi ekspansi  bangsa Mongol.
Saat itu penguasa  Sumatra  adalah Kerajaan  Dharmasraya  (kelanjutan dari Kerajaan
Malayu). Kerajaan ini akhirnya dianggap telah ditundukkan, dengan dikirimkannya bukti
arca Amoghapasa  yang dari  Kerajaan Singosari, sebagai tanda persahabatan kedua
negara.

Pada tahun 1284, Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali.


Pada tahun  1289  Kaisar Kubilai Khan  mengirim utusan ke  Kerajaan Singosari 
meminta agar  Jawa  mengakui kedaulatan  Mongol. Namun permintaan itu ditolak
tegas olehKertanagara. Kitab Nagarakretagama menyebutkan daerah-daerah
bawahan Kerajaan Singosari  di luar  Jawa  pada masa  Raja Kertanagara  antara lain, 
Melayu, Bali, Pahang, Gurun, dan Bakulapura.

Kerajaan Singosari  yang sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luar  Jawa


akhirnya mengalami keropos di bagian dalam. Pada tahun  1292  terjadi
pemberontakanJayakatwang  (Bupati Gelang-Gelang), yang merupakan sepupu,
sekaligus ipar, sekaligus besan dari  Raja Kertanagara  sendiri. Dalam serangan itu 
Raja Kertanagaramati terbunuh Sedangkan Raden Wijaya  cucu  Narasingamurti  yang
menjadi menantu Raja Kertanagara, lolos dari maut. Berkat bantuan  Aria Wiraraja 
(penentang politik Kertanagara), ia kemudian diampuni oleh  Jayakatwang  dan diberi
hak mendirikan desa Majapahit..Setelah runtuhnya Kerajaan Singosari,
Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di Kediri. Riwayat Kerajaan
Tumapel-Singosari pun berakhir.

Pada tahun  1293  datang pasukan  Mongol  yang dipimpin  Ike Mese  untuk
menaklukkan Jawa. Mereka dimanfaatkan  Raden Wijaya  untuk mengalahkan  Raja
Jayakatwang  diKediri.  Setelah  Raja Jayakatwang  terbunuh,  Raden Wijaya  dengan
siasat cerdik ganti mengusir tentara  Mongol  keluar dari tanah  Jawa. Raden Wijaya 
kemudian mendirikan  Kerajaan Majapahit  sebagai kelanjutan  Kerajaan Singosari, dan
menyatakan dirinya sebagai anggota Wangsa Rajasa, yaitu dinasti yang didirikan
oleh Ken Arok. .

Kehidupan politik Kerajaan Singosari

Silsilah Kerajaan Singosari

Dalam kitab Pararaton disebutkan bahwa Ken Arok (Angrok) atas perintah


Berihiang menyerang Kediri pada tahun 1222, dan berhasil mengalahkan Kertajaya.
Ken Arok  selanjutnya mendirikan kerajaan  Singosari pada tahun 1222 M (abad ke-13
M) dengan pusat pemerintahannya di sekitar Kota Malang (Jawa Timur).

Sesuai dengan kepercayaan masyarakat pada aman itu, dalam kitab Pararaton
dikisahkan bahwa Ken  Arok  adalah anak Dewa Brahma. Atas bantuan pendeta
Lohgawe,  Ken  Arok  bekerja  pada akuwu (bupati) Tumapel (Malang) yang bernama
Tunggul Ametung. Tidak menutup kemungkinan, Ken Arok itu ada hubungannya
dengan Tunggul Ametung, Sebagaimana diketahui, ayah dari Ken Arok masih
dipertanyakan, yang ada hanya  legenda tentang siapa ayah Ken  Arok. Ketika bekerja
di sana, Ken Arok menjalin hubungan asmara dengan istri muda Tunggul Ametung
yang bernama Ken Dedes. Kemudian Ken Arok membunuh Tunggul Ametung, lalu
menikahi Ken Dedes yang sedang hamil, dan sekaligus menjadi Akuwu Tumapel yang
baru. Silsilah Ken Arok dan keluarganya dapat digambarkan sebagai berikut.

Pada masa itu Tumapel merupakan daerah kekuasaan Kediri (Daha). Raja
Kertajaya berselisih dengan para pendeta (Brahmana), kemudian para Brahmana ini
meminta perlindungan kepada Ken  Arok  yang menjabat sebagai Akuwu di Tumapel.
Kesempatan ini  digunakan Ken  Arok  untuk menggulingkan kekuasaan Kediri. Pada
pertempuran di Ganter  (1222), Kertajaya dapat dikalahkan. Seluruh wilayah bekas
Kerajaan Kediri dikuasai. Di atas kekuasaannya ini, Ken Arok menyatakan diri sebagai
raja baru dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi. Nama
Tumapel diganti menjadi  Singosari. Ken  Arok  hanya memerintah lima tahun (1222-
1227). Dari perkawinannya dengan Ken Dedes, Ken Arok mempunyai empat orang
anak yaitu: Mahisa Wongateleng, Panji Saprang, Agni Bhaya, dan Dewi Rimba.
Kemudian dari perkawinannya dengan istri yang lain, yaitu Ken Umang, Ken  Arok 
mempunyai anak bernama Panji Tohjaya.

Pada tahun 1227 M, Ken  Arok  dibunuh oleh seseorang atas perintah Anusapati.
Anusapati  ternyata anak Ken Dedes dari Tunggul Ametung atau anak tiri Ken  Arok.
Setelah  membunuh Ken  Arok, Anusapati menjadi raja  Singosari  (1227-1248). Sepak
terjang Anusapati ini didukung oleh Mahisa Wongateleng, anak Ken Dedes dari
Ken Arok. Dengan  meninggalnya Ken  Arok, Tohjaya sebagai anak Ken  Arok  dari Ken
Umang ingin membalas kematian ayahnya. Untuk itu, pada tahun 1248, Anusapati
dibunuh oleh Tohjaya.

Dengan terbunuhnya Anusapati, Panji Tohjaya naik takhta menjadi Raja


Singosari. Pada masa pemerintahannya terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh
Ranggawuni serta Mahisa Campaka (anak Mahisa Wongateleng). Panji Tohjaya
berhasil melarikan diri, tetapi ia meninggal di Katang Lumbang. Ranggawuni
memberontak karena yang berhak atas kerajaan sepeninggal Anusapati adalah
Waninghyun, yaitu istrinya. Dengan jatuhnya Tohjaya, maka Kerajaan Kediri yang
dulunya merupakan bawahan  Singosari  berhasil disatukan oleh Ranggawuni.

Ranggawuni memerintah  Singosari  dari tahun1248-1268. Ia bergelar Sri Jaya


Wisnuwardhana. Dalam menjalankan pemerintahannya, ia didampingi oleh Mahisa
Campaka (yang membantu Ranggawuni memberontak pada Panji Tohjaya) yang
berkedudukan sebagai perdana menteri dengan gelar Narasingamurti. Pada tahun
1268 M, Raja Wisnuwardhana meninggal.

Sepeninggal Wisnuwardhana, tampuk pemerintahan kerajaan dipegang oleh


putranya yang bernama Kertanegara. Selanjutnya Kertanegara menjadi raja Singosari
(1268-1292). Dalam bidang politik, Kertanegara terkenal sebagai seorang raja yang
mempunyai gagasan untuk meluaskan kekuasaannya meliputi seluruh wilayah
Nusantara. Hal itu tampak, ketika pada tahun 1275 M mengirimkan tentaranya ke
Melayu. Ekspedisi itu dikenal dengan nama Ekspedisi Pamalayu.  Adapun tujuan
ekspedisi ini adalah untuk memperluas kekuasaannya di luar Jawa yaitu termasuk
Melayu dan Sriwijaya. Ekspedisi ini merupakan penjabaran dari pelaksanaan politik luar
negeri Kerajaan  Singosari  dalam rangka menahan serbuan tentara Mongol dibawah
pimpinan Kaisar Kubhilai Khan yang sedang melakukan perluasan wilayah di Asia
Tenggara.

Pada tahun 1280 dan 1281, datang utusan Kubhilai Khan ke  Singosari  untuk
meminta Singosari tunduk dan takluk pada Kubhilai Khan. Akan tetapi perintah Kaisar
Kubhilai Khan itu ditolak oleh Kertanegara dengan melakukan penghinaan diplomatik
(merusak muka Meng Chi, utusan dari Kubhilai Khan). Kubhilai Khan sangat marah
melihat tindakan Kertanegara kepada utusannya. Ia lalu mengirimkan pasukannya ke
Jawa untuk menyerang Singosari, sekaligus menghukum Kertanegara. Keinginan
Kubhilai Khan untuk menyerang Kerajaan  Singosari  tidak terlaksana, karena pasukan
Kubhilai Khan baru tiba di Singosari pada tahun 1293 M, sementara Raja Kertanegara
yang dicari-cari telah meninggal pada tahun 1292 M akibat serangan dari Jayakatwang
(keturunan raja Kediri). 

Menurut kitab Pararaton, serangan Jayakatwang dilakukan pada bulan Mei dan
Juni tahun 1292. Pasukan Singosari yang pada saat itu dipimpin oleh menantu
Kertanegara dan cucu Mahisa Cempaka, Raden Wijaya, berhasil dipancing pasukan
Jayakatwang keluar dari keraton. Pasukan Jayakatwang berhasil masuk ke keraton dan
membunuh Raja Kertanegara serta para pembesar keraton. Dengan meninggalnya
Raja Kertanegara, berakhirlah Kerajaan Singosari.

Prasasti Kudadu, setelah terbunuhnya Kertanegara, Raden Wijaya dan keempat


istrinya serta beberapa pengikutnya menyelamatkan diri dengan menyeberang ke
Madura. Di Madura, mereka diterima oleh Bupati Sumenep, Arya Wiraraja. Raden
Wijaya menyerang balik Jayakatwang, dengan memanfaatkan pasukan Kubhilai Khan
yang mendarat di Tuban yang bertujuan membalas penghinaan Kertanegara terhadap
utusan Kubhilai Khan. Ia berhasil meyakinkan pasukan Cina bahwa Raden Wijaya mau
mengakui kedaulatan Kubhilai Khan, pasukan Cina bersedia bergabung dengan
pasukan Raden Wijaya untuk menghancurkan pasukan Jayakatwang. Bersama-sama
dengan pasukan Kubhilai Khan, Raden Wijaya berhasil mengalahkan Jayakatwang.
Jayakatwang sendiri ditawan oleh pasukan Mongol dan dibawa ke markas mereka di
Ujung Galuh. Di tempat itu, Jayakatwang akhirnya dibunuh.
Setelah sukses menghancurkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik
menyerang dan memukul mundur tentara Mongol di Daha dan Canggu. Akibat
serangan ini, lebih dari 3000 tentara Mongol tewas dan sisanya melarikan diri dari Jawa
untuk kembali ke negerinya. .

Kehidupan ekonomi Kerajaan Singosari

Letak kerajaan  Singosari  di tepi sungai Bengawan Solo. Hal ini memberikan
kesimpulan bahwa masyarakatnya aktif dalam kegiatan perekonomian pelayaran.
Selain itu, dengan suburnya bumi Jawa, maka sektor pertanian pun menjadi bagian dari
aspek perekonomian yang maju di  Singosari  beserta hasil buminya. Ekspedisi
Pamalayu yang dilakukan oleh Kertanegara merupakan salah satu bukti bahwa negara
berusaha meningkatkan kehidupan ekonominya dengan menguasai jalur perdagangan
yang strategis.

Kehidupan sosial-budaya Kerajaan Singosari

Beberapa Raja  Singosari  sangat memperhatikan kehidupan sosial rakyatnya,


termasuk Ken Arok. Jadi, wajar jika para Brahamana banyak meminta perlindungan
ketika bersengketa dengan Raja Kediri. Namun, pada masa Anusapati, raja itu sibuk
dengan kehidupan pribadinya, sehingga kehidupan sosial masyarakatnya banyak yang
terabaikan. Pada masa pemerintahan Wishnuwardana, kehidupan sosial masyarakat
kembali diperhatikan.

Kerajaan Majapahit

Secara geografis letak kerajaan Majapahit sangat strategis karena adanya di


daerah lembah sungai yang luas, yaitu Sungai Brantas dan Bengawan Solo, serta anak
sungainya yang dapat dilayari sampai ke hulu.

Sejarah Terbentuknya Kerajaan Majapahit

Pada saat terjadi serangan Jayakatwang, Raden Wijaya bertugas menghadang


bagian utara, ternyata serangan yang lebih besar justru dilancarkan dari selatan. Maka
ketika Raden Wijaya kembali ke Istana, ia melihat Istana Kerajaan Singasari hampir
habis dilalap api dan mendengar Kertanegara telah terbunuh bersama pembesar-
pembesar lainnya. Akhirnya ia melarikan diri bersama sisa-sisa tentaranya yang masih
setia dan dibantu penduduk desa Kugagu. Setelah merasa aman ia pergi ke Madura
meminta perlindungan dari Aryawiraraja. Berkat bantuannya ia berhasil menduduki
tahta, dengan menghadiahkan daerah tarik kepada Raden Wijaya sebagai daerah
kekuasaannya. Ketika tentara Mongol datang ke Jawa dengan dipimpin Shih-Pi, Ike-
Mise, dan Kau Hsing dengan tujuan menghukum Kertanegara, maka Raden Wijaya
memanfaatkan situasi itu untuk bekerja sama menyerang Jayakatwang. Setelah
Jayakatwang terbunuh, tentara Mongol berpesta pora merayakan kemenanganya.
Kesempatan itu pula dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk berbalik melawan tentara
Mongol, sehingga tentara Mongol terusir dari Jawa dan pulang ke negrinya. Maka tahun
1293 Raden Wijaya naik tahta dan bergelar Sri Kertajasa Jayawardhana. .

Raja-raja Majapahit

Kertajasa Jawardhana (1293 – 1309)

Merupakan pendiri kerajaan Majapahit, pada masa pemerintahannya, Raden


Wijaya dibantu oleh mereka yang turut berjasa dalam merintis berdirinya Kerajaan
Majapahit, Aryawiraraja yang sangat besar jasanya diberi kekuasaan atas sebelah
Timur meliputi daerah Lumajang, Blambangan. Raden Wijaya memerintah dengan
sangat baik dan bijaksana. Susunan pemerintahannya tidak berbeda dengan susunan
pemerintahan Kerajaan Singasari.

Raja Jayanegara (1309-1328)

Kala Gemet naik tahta menggantikan ayahnya dengan gelar Sri Jayanegara.
Pada Masa pemerintahannnya ditandai dengan pemberontakan-pemberontakan.
Misalnya pemberontakan Ranggalawe 1231 saka, pemberontakan Lembu Sora 1233
saka, pemberontakan Juru Demung 1235 saka, pemberontakan Gajah Biru 1236 saka,
Pemberontakan Nambi, Lasem, Semi, Kuti dengan peristiwa Bandaderga.
Pemberontakan Kuti adalah pemberontakan yang berbahaya, hampir meruntuhkan
Kerajaan Majapahit. Namun semua itu dapat diatasi. Raja Jayanegara dibunuh oleh
tabibnya sendiri yang bernama Tanca. Tanca akhirnya dibunuh pula oleh Gajah Mada.
Tribuwana Tunggadewi (1328 – 1350)

Raja Jayanegara meninggal tanpa meninggalkan seorang putrapun, oleh karena


itu yang seharusnya menjadi raja adalah Gayatri, tetapi karena ia telah menjadi seorang
Bhiksu maka digantikan oleh putrinya Bhre Kahuripan dengan gelar Tribuwana
Tunggadewi, yang dibantu oleh suaminya yang bernama Kartawardhana. Pada tahun
1331 timbul pemberontakan yang dilakukan oleh daerah Sadeng dan Keta (Besuki).
Pemberontakan ini berhasil ditumpas oleh Gajah Mada yang pada saat itu menjabat
Patih Daha. Atas jasanya ini Gajah Mada diangkat sebagai Mahapatih Kerajaan
Majapahit menggantikan Pu Naga. Gajah Mada kemudian berusaha menunjukkan
kesetiaannya, ia bercita-cita menyatukan wilayah Nusantara yang dibantu oleh Mpu
Nala dan Adityawarman. Pada tahun 1339, Gajah Mada bersumpah tidak makan
Palapa sebelum wilayah Nusantara bersatu. Sumpahnya itu dikenal dengan Sumpah
Palapa, adapun isi dari amukti palapa adalah sebagai berikut :”Lamun luwas kalah
nusantara isum amakti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, ring Sunda, ring
Palembang, ring Tumasik, samana sun amukti palapa”. Kemudian Gajah Mada
melakukan penaklukan-penaklukan.

Hayam Wuruk

Hayam Wuruk naik tahta pada usia yang sangat muda yaitu 16 tahun dan
bergelar Rajasanegara. Di masa pemerintahan Hayam Wuruk yang didampingi oleh
Mahapatih Gajah Mada, Majapahit mencapai keemasannya. Dari Kitab
Negerakertagama dapat diketahui bahwa daerah kekuasaan pada masa pemerintahan
Hayam Wuruk, hampir sama luasnya dengan wilayah Indonesia yang sekarang, bahkan
pengaruh kerajaan Majapahit sampai ke negara-negara tettangga. Satu-satunya daerah
yang tidak tunduk kepada kekuasaaan Majapahit adalah kerajaan Sunda yang saat itu
dibawah kekuasaan Sri baduga Maharaja. Hayam Wuruk bermaksud mengambil putri
Sunda untuk dijadikan permaisurinya. Setelah putri Sunda (Diah Pitaloka) serta
ayahnya Sri Baduga Maharaja bersama para pembesar Sunda berada di Bubat, Gajah
Mada melakukan tipu muslihat, Gajah Mada tidak mau perkawinan Hayam Wuruk
dengan putri Sunda dilangsungkan begitu saja. Ia menghendaki agar putri Sunda
dipersembahkan kepada Majapahit (sebagai upeti). Maka terjadilah perselisihan paham
dan akhirnya terjadinya perang Bubat. Banyak korban dikedua belah pihak, Sri Baduga
gugur, putri Sunda bunuh diri. Tahun 1364 Gajah Mada meninggal, Kerajaan Majapahit
kehilangan seorang mahapatih yang tak ada duanya. Untuk memilih penggantinya
bukan suatu pekerjaan yang mudah. Dewan Saptaprabu yang sudah beberapa kali
mengadakan sidang untuk memilih pengganti Gajah Mada akhirnya memutuskan
bahwa Patih Hamungkubhumi Gajah Mada tidak akan diganti “untuk mengisi
kekosongan dalam pelaksanaan pemerintahan diangkat Mpu Tandi sebagais
Wridhamantri, Mpu Nala sebagai menteri Amancanegara dan patih dami sebagai
Yuamentri. Raja Hayam Wuruk meninggal pada tahun 1389.

Wikramawardhana

Putri mahkota Kusumawardhani yang naik tahta menggantikan ayahnya


bersuamikan Wikramawardhana. Dalam prakteknya Wikramawardhanalah yang
menjalankan roda pemerintahan. Sedangkan Bhre Wirabhumi anak Hayam Wuruk dari
selir, karena Bhre Wirabhumi (Putri Hayam Wuruk) dari selir maka ia tidak berhak
menduduki tahta kerajaan walaupun demikian ia masih diberi kekuasaan untuk
memerintah di Bagian Timur Majapahit , yaitu daerah Blambangan. Perebutan
kekuasaan antara Wikramawardhana dengan Bhre Wirabhumi disebut perang
Paregreg. Wikramawardhana meninggal tahun 1429, pemerintahan raja-raja berikutnya
berturut-turut adalah Suhita, Kertawijaya, Rajasa Wardhana, Purwawisesa dan
Brawijaya V, yang tidak luput ditandai perebutan kekuasaan.

Kehidupan Politk

Majapahit selalu menjalankan politik bertetangga yang baik dengan kerajaan


asing, seperti Kerajaan Cina, Ayodya (Siam), Champa dan Kamboja. Hal itu terbukti
sekitar tahun 1370 – 1381, Majapahit telah beberapa kali mengirim utusan
persahabatan ke Cina. Hal itu diketahui dari berita kronik Cina dari Dinasti Ming.

Raja kerajaan Majapahit sebagai negarawan ulung juga sebagai politikus-


politikus yang handal. Hal ini dibuktikan oleh Raden Wiajaya, Hayam Wuruk, dan Maha
Patih Gajahmada dalam usahanya mewujudkan kerajaan besar, tangguh dan
berwibawa. Struktur pemerintahan di pusat pemerintahan Majapahit :
Raja

Yuaraja atau Kumaraja (Raja Muda)

Rakryan Mahamantri Katrini

a. Mahamantri i-hino

b. Mahamantri i –hulu

c. Mahamantri i-sirikan

Rakryan Mahamantri ri Pakirakiran


a. Rakryan Mahapatih (Panglima/Hamangkubhumi)
b. Rakryan Tumenggung (panglima Kerajaan)
c. Rakryan Demung (Pengatur Rumah Tangga Kerajaan)
d. Rakryan Kemuruhan (Penghubung dan tugas-tugas protokoler) dan
e. Rakryan Rangga (Pembantu Panglima)
Dharmadyaka yang diduduki oleh 2 orang, masing-masing dharmadyaka dibantu
oleh sejumlah pejabat keagamaan yang disebut Upapati. Pada masa hayam Wuruk ada
7 Upapati.
Selain pejabat-pejabat yang telah disebutkan dibawah raja ada sejumlah raja
daerah (paduka bharata) yang masing-masing memerintah suatu daerah. Disamping
raja-raja daerah adapula pejabat-pejabat sipil maupun militer. Dari susunan
pemerintahannya kita dapat melihat bahwa sistem pemerintahan dan kehidupan politik
kerjaan Majapahit sudah sangat teratur.
Kehidupan Sosial Ekonomi dan Kebudayaan
Hubungan persahabatan yang dijalin dengan negara tentangga itu sangat
mendukung dalam bidang perekonomian (pelayaran dan perdagangan). Wilayah
kerajaan Majapahit terdiri atas pulau dan daerah kepulauan yang menghasilkan
berbagai sumber barang dagangan. Barang dagangan yang dipasarkan antara lain
beras, lada, gading, timah, besi, intan, ikan, cengkeh, pala, kapas dan kayu cendana.
Dalam dunia perdagangan, kerajaan Majapahit memegang dua peranan yang sangat
penting.
Sebagai kerajaan Produsen – Majapahit mempunyai wilayah yang sangat luas
dengan kondisi tanah yang sangat subur. Dengan daerah subur itu maka kerajaan
Majapahit merupakan produsen barang dagangan. Sebagai Kerajaan Perantara –
Kerajaan Majapahit membawa hasil bumi dari daerah yang satu ke daerah yang
lainnya. Keadaan masyarakat yang teratur mendukung terciptanya karya-karya budaya
yang bermutu. bukti-bukti perkembangan kebudayaan di kerajaan Majapahit dapat
diketahui melalui peninggalan-peninggalan berikut ini :
Candi : Antara lain candi Penataran (Blitar), Candi Tegalwangi dan candi Tikus
(Trowulan).
Sastra : Hasil sastra zaman Majapahit dapat kita bedakan menjadi Sastra Zaman
Majapahit Awal
- Kitab Negarakertagama, karangan Mpu Prapanca
- Kitab Sutasoma, karangan Mpu Tantular Kitab Arjunawiwaha, karangan Mpu
Tantular
- Kitab Kunjarakarna
- Kitab Parhayajna
Sastra Zaman Majapahit Akhir
- Hasil sastra zaman Majapahit akhir ditulis dalam bahasa Jawa Tengah,
diantaranya ada yang ditulis dalam bentuk tembang (kidung) dan yang ditulis
dalam bentuk gancaran (prosa). Hasil sastra terpenting antara lain :
- Kitab Prapanca, isinya menceritakan raja-raja Singasari dan Majapahit
- Kitab Sundayana, isinya tentang peristiwa Bubat Kitab Sarandaka, isinya
tentang pemberontakan sora
- Kitab Ranggalawe, isinya tentang pemberontakan Ranggalawe
- Panjiwijayakrama, isinya menguraikan riwayat Raden Wijaya sampai menjadi
raja Kitab Usana Jawa, isinya tentang penaklukan Pulau Bali oleh Gajah
Mada dan Aryadamar, pemindahan Keraton Majapahit ke Gelgel dan
penumpasan raja raksasa bernama Maya Denawa.
- Kitab Usana Bali, isinya tentanng kekacauan di Pulau Bali.
Selain kitab-kitab tersebut masih ada lagi kitab sastra yang penting pada
zaman Majapahit akhir seperti Kitab Paman Cangah, Tantu Pagelaran, Calon Arang,
Korawasrama, Babhulisah, Tantri Kamandaka dan Pancatantra.
Hubungan Kerajaan Singasari Dengan Majapahit
Pararaton, Nagarakretagama dan prasasti Kudadu mengisahkan Raden
Wijaya, cucu Narasingamurti yang menjadi menantu Kertanegara lolos dari maut.
Berkat bantuan Aria Wiararaja (penentang politik Kertanagara), ia kemudian diampuni
oleh Jayakatwang dan diberi hak mendirikan desa Majapahit. Pada tahun 1293 datang
pasukan Mongol yang dipimpin Ike Mese untuk menaklukkan Jawa. Mereka
dimanfaatkan Raden Wijaya untuk mengalahkan Jayakatwang di Kadiri. Setelah Kadiri
runtuh, Raden Wijaya dengan siasat cerdik ganti mengusir tentara Mongol keluar dari
tanah Jawa. Raden Wijaya kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit sebagai
kelanjutan Singasari, dan menyatakan dirinya sebagai anggota Wangsa Rajasa, yaitu
dinasti yang didirikan oleh Ken Arok.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan Kerajaan Singasari, adalah kerajaan yang awalnya adalah
daerah Tumapel yang kemudian berhasil membuat Kerajaan Kediri tunduk, dan
dikuasai. Kerajaan ini terkenal dengan kasus bunuh membunuh antarkeluarga, yang
dipicu oleh keinginan Ken Arok untuk memperistri Ken Dedes. Kerajaan ini akhirnya
dapat direbut kembali oleh Kerajaan Kediri yang memanfaatkan kasus penyerangan
pasukan Kubilaikhan ke Kerajaan ini. Kerajaan Majapahit, adalah Kerajaan Hindu
terbesar dan terakhir di Indonesia. Dengan Raden Wijaya sebagai pendirinya. Awalnya
kerajaan ini hanya sebuah desa kecil pemberian Jayakatwang, dari Kerajaan Kediri
yang telah berhasil merebut kekuasaan Kerajaan Singasari. Namun, berkat kecerdikan
Raden Wijaya, akhirnya Kerajaan Kediri dapat dikalahkan Majapahit dengan siasat
bekerjasama dengan pasukan Kubilaikhan dari Cina. Raja Majapahit yang paling
terkenal adalah Raja Hayam Wuruk bersama patihnya, Gajah Mada. Dengan sumpah
palapa, Gajah Mada beserta rajanya, Hayam Wuruk berhasil menyatukan nusantara,
kecuali untuk sebuah kerajaan kecil, yaitu kerajaan Sunda. Berakhirnya Kerajaan
Majapahit, adalah dengan meninggalnya Raja Hayam Wuruk karena patah hati tidak
bisa menikahi putri cantik dari kerajaan Sunda, Dyah Pitaloka. Dyah Pitaloka bunuh diri
karena keluarganya matidibunuh pasukan Majapahit yang diperintahkan Gajah mada
atas sebuah kesalahpahaman.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Singhasari
http://raulmuslimin.wordpress.com/about/sejarah-kerajaan-singosari/
http://www.materisma.com/2014/04/sejarah-kerajaan-singosari-
kehidupan.html
http://diyasrahadian.wordpress.com/2014/11/01/makalah-sejarah-kerajaan-
majapahit- ________singasari/

Anda mungkin juga menyukai