Anda di halaman 1dari 9

KERAJAAN SINGASARI

Kerajaan Singasari (Jawa: ꦱꦶꦁ ꦲꦱꦫꦶ , translit. Siŋhasāri) atau Kerajaan Tumapel, adalah
sebuah kerajaan Hindu-Buddha yang terdapat di Jawa Timur, antara tahun 1222–1292 yang
didirikan oleh Sri Ranggah Rajasa atau biasa disebut Ken Arok. Sejarah kerajaan ini terkait erat
dengan sosok Ken Angrok (1222–1227) yang merupakan pendiri Wangsa Rajasa sekaligus
kerajaan Tumapel. Lokasi pusat kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di daerah Kecamatan
Singasari, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.

Nama Kerajaan[sunting | sunting sumber]


Berdasarkan pada keterangan dalam prasasti Kudadu (1294 M), nama resmi dari kerajaan
Singhasari adalah kerajaan Tumapel. Nama Tumapel juga muncul di dalam berita
Tiongkok dari Dinasti Yuan yang menyebut Tumapel dengan ejaan Tu-ma-
pan. Kakawin Nagarakretagama (1365 M) memperjelas jika sesungguhnya ibu kota Tumapel
bernama Kutaraja ketika pertama kali didirikan tahun 1222.[1]

Pada tahun 1253, raja Wisnuwardhana kemudian mengganti nama ibu kota kerajaan menjadi
Singhasari. Nama Singhasari yang merupakan nama ibu kota dikemudian justru lebih terkenal
daripada nama Tumapel. Inilah yang membuat kerajaan Tumapel juga lebih dikenal dengan
nama Singasari.[2]

Pendirian Kerajaan[sunting | sunting sumber]


Kitab Pararaton menyebut Tumapel awalnya adalah sebuah daerah bawahan kerajaan Kadiri.
Adapun yang menjabat sebagai "akuwu" (setara camat) Tumapel saat itu adalah Tunggul
Ametung. Dia mati dibunuh dengan cara tipu muslihat oleh pengawalnya sendiri, yaitu Ken
Angrok, Ken Arok kemudian mengangkat dirinya menjadi akuwu Tumapel dan selanjutnya setelah
beberapa peristiwa ia juga akan menjadi seorang raja pertama Tumapel dengan bergelar Sri
Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi.

Ken Angrok sesudah membunuh Tunggul Ametung lantas menikahi janda dari Tunggul Ametung
yang saat itu sedang mengandung, yaitu Ken Dedes. Anak Ken Dedes dari Tunggul Ametung ini
dikemudian diberi nama Anusapati. Selain beristrikan Ken Dedes, Ken Angrok mempunyai satu
istri lagi bernama Ken Umang yang kelak melahirkan anak laki-laki bernama Tohjaya.

Ketika berkuasa, Ken Angrok berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan Kadiri. Pada 1221,
terjadi perseteruan antara Kertajaya, raja Kerajaan Panjalu, dengan kaum brahmana.
Para brahmana lantas menggabungkan diri dengan Ken Angrok. Puncak peperangan melawan
Kadiri lantas pecah di Desa Ganter pada 1222 yang dimenangkan oleh pihak Tumapel.

Kakawin Nagarakretagama juga turut menyebut tahun yang sama untuk pendirian kerajaan
Tumapel, tetapi tidak menyebutkan adanya nama Ken Angrok. Dalam naskah itu, pendiri Tumapel
bernama Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra, sosok yang berhasil mengalahkan Kertajaya, raja
Kadiri.

Pada 1253, Wisnuwardhana kemudian mengangkat putranya yang bernama Kertanagara


sebagai yuwaraja (putra mahkota) dan mengganti nama ibu kota kerajaan menjadi Singhasari.
Nama Singhasari yang merupakan nama ibu kota kemudian justru lebih terkenal daripada nama
Tumapel. Inilah yang membuat kerajaan Tumapel lebih dikenal dengan nama Kerajaan
Singhasari.
Penemuan prasasti Mula Malurung di sisi lain memberikan pandangan yang berbeda dengan versi
Pararaton, yang selama ini dikenal mengenai sejarah Tumapel. Prasasti yang
dikeluarkan Kertanagara tahun 1255 atas perintah Wisnuwardhana itu menyebutkan jika Tumapel
didirikan oleh "Rajasa" yang dijuluki "Batara Siwa", setelah menaklukkan Kerajaan Kadiri. Nama
ini kemungkinan adalah gelar anumerta dari Ranggah Rajasa, karena dalam Nagarakretagama
arwah pendiri Tumapel itu dipuja sebagai Siwa. Selain itu, Pararaton juga menyebutkan bahwa
Ken Angrok lebih dulu menggunakan julukan Batara Siwa sebelum maju dalam perang melawan
Kadiri.

Prasasti itu juga menyatakan jika kerajaan kemudian terpecah menjadi dua sepeninggal Ken
Angrok, yaitu Tumapel yang dipimpin oleh Anusapati dan Kadiri yang dipimpin oleh Mahesa Wong
Ateleng alias Batara Parameswara. Parameswara digantikan oleh Guningbhaya, kemudian
Tohjaya. Sementara itu, Anusapati digantikan oleh Seminingrat yang bergelar Wisnuwardhana.
Prasasti itu juga menyebutkan bahwa Tumapel dan Kadiri dipersatukan kembali oleh Seminingrat.
Kadiri kemudian menjadi kerajaan bawahan yang dipimpin oleh putranya, yaitu Kertanagara.

Lebih lanjut, prasasti ini menyatakan Tohjaya sebagai raja Kadiri, bukan raja Tumapel. Hal ini
memperkuat kebenaran berita dalam Nagarakretagama yang tidak menyebut Tohjaya sebagai
raja di Tumapel. Selain itu, pemberitaan dalam Nagarakretagama yang menyebut Kertanagara
naik takhta tahun 1254 juga dapat diperdebatkan. Kemungkinannya adalah Kertanagara menjadi
raja muda di Kadiri terlebih dahulu, kemudian barulah pada 1268 dia bertakhta di Singasari.

Silsilah Wangsa Rajasa[sunting | sunting sumber]

Silsilah Wangsa Rajasa dari sumber prasasti dan naskah kepujanggaan

Silsilah Wangsa Rajasa, keluarga penguasa Singhasari dan Majapahit. Penguasa ditandai dengan blok warna
dalam gambar ini.[3]
Ada dua versi dalam mengidentifikasi sejarah Tumapel atau Singhasari, yaitu Pararaton dan
Kakawin Nagarakretagama. Perbedaan ini meliputi daftar Wangsa Rajasa yang berkuasa dan
angka tahunnya. Wangsa Rajasa sendiri adalah keluarga yang berkuasa di Kerajaan Singhasari
dan Majapahit pada kurun abad ke-13 sampai ke-15. Wangsa ini didirikan oleh Ken Angrok pada
awal abad ke-13 berdasarkan gelar yang didapatkannya, yaitu "Rajasa". Keluarga kerajaan ini
menjadi penguasa Singhasari dan berlanjut hingga Kerajaan Majapahit.

Versi Pararaton[sunting | sunting sumber]


Dikisahkan dalam Pararaton, Anusapati yang merupakan putra Tunggul Ametung dan Ken Dedes
ingin membalas dendam terhadap Ken Arok yang telah membunuh ayahnya. Pada 1247, Ken
Arok mati di tangan Anusapati yang kemudian berkuasa di Tumapel. Namun, pada 1249
Anusapati tewas dihabisi oleh Tohjaya yang tidak lain adalah anak Ken Arok dari Ken Umang.

Tohjaya naik singgasana sebagai raja Tumapel setelah Anusapati tiada, tetapi takhtanya hanya
berlangsung singkat. Pada 1250, pemerintahannya digulingkan oleh pasukan khusus yang
dihimpun oleh Ranggawuni atau yang nantinya dikenal sebagai Wisnuwardhana. Wisnuwardhana
adalah anak dari Anusapati yang melanjutkan lingkaran dendam dalam takhta Kerajaan Singasari.
Wisnuwardhana lantas dinobatkan sebagai raja selanjutnya hingga mewariskan kekuasaan
kepada putranya yang bernama Kertanagara.

Berikut daftar raja Tumapel menurut versi Pararaton.

1. Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi (1222–1247);


2. Anusapati (1247–1249);
3. Tohjaya (1249–1250);
4. Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250–1272);
5. Kertanagara (1272–1292).
Versi Kakawin Nagarakretagama[sunting | sunting sumber]
Sementara itu, Nagarakretagama tidak menyebut sosok Tunggul Ametung, Ken Angrok, Ken
Dedes, Ken Umang, dan Tohjaya maupun pembunuhan di antara penguasa Tumapel. Hal ini
dapat dimaklumi karena kitab tersebut berisi pujian untuk Hayam Wuruk, raja Majapahit. Peristiwa
berdarah yang menimpa leluhurnya itu dianggap sebagai aib. Namun demikian, dapat diketahui
hanya Wisnuwardhana dan Kertanagara saja yang didapati menerbitkan prasasti sebagai bukti
kesejarahan mereka.

Menurut Nagarakretagama, penguasa Tumapel yang mengalahkan Kadiri adalah Sri Ranggah
Rajasa Sang Girinathaputra. Rangga Rajasa memiliki putra bernama Anusapati, yang kemudian
bertakhta di Tumapel dengan gelar Batara Anusapati. Anusapati digantikan oleh putranya yang
bernama Wisnuwardhana pada 1248 dan memerintah hingga 1254. Selanjutnya, raja terakhir
Tumapel adalah Kertanagara, putra Wisnuwardhana, yang memimpin hingga meninggal pada
1292. Kematian Kertanegara oleh Jayakatwang bupati Gelanggelang sekaligus mengakhiri
riwayat kerajaan ini.

Berikut daftar raja Tumapel menurut versi Nagarakretagama.

1. Sri Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra (1222–1227);


2. Anusapati (1227–1248);
3. Wisnuwardhana (1248–1254);
4. Kertanagara (1254–1292).
Diagram silsilah di samping ini adalah urutan penguasa dari Wangsa Rajasa yang bersumber dari
Pararaton maupun prasasti dan naskah kepujanggaan.

Pemerintahan bersama[sunting | sunting sumber]


Pararaton dan Nagarakretagama menyebutkan adanya pemerintahan bersama
antara Wisnuwardhana dan Narasingamurti. Dalam Pararaton disebutkan nama
asli Narasingamurti adalah Mahisa Campaka.

Apabila kisah kudeta berdarah dalam Pararaton benar-benar terjadi, maka dapat dipahami
maksud dari pemerintahan bersama ini adalah suatu upaya penggabungan atau rekonsiliasi
antara Tumapel dan Kadiri yang awalnya terpecah. Wisnuwardhana penguasa Tumapel yang
merupakan cucu Tunggul Ametung - Ken Dedes, sedangkan Narasingamurti penguasa Kadiri
adalah cucu Ken Arok - Ken Dedes.

Masa Kejayaan[sunting | sunting sumber]


Kertanagara adalah raja terakhir dan raja terbesar dalam sejarah Kerajaan Tumapel
(1272 - 1292). Ia adalah raja pertama yang mengalihkan wawasannya ke luar Jawa.

Pada tahun 1275 ia mengirim pasukan Ekspedisi Pamalayu untuk menjadikan Sumatra sebagai
benteng pertahanan dalam menghadapi ekspansi bangsa Mongol. Saat itu penguasa Sumatra
adalah Kerajaan Melayu. Kerajaan ini akhirnya dianggap telah ditundukkan, dengan dikirimkannya
bukti Arca Amoghapasa dari Kertanagara, sebagai tanda persahabatan kedua negara.[4]

Pada tahun 1284, Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali.

Pada tahun 1289 Kaisar Kubilai Khan mengirim utusan ke Tumapel meminta agar Jawa mengakui
kedaulatan Mongol. Namun permintaan itu ditolak tegas
oleh Kertanagara. Nagarakretagama menyebutkan daerah-daerah bawahan Tumapel di
luar Jawa pada masa Kertanagara antara lain, Kerajaan Melayu, Bali, Pahang, Gurun,
[5]
dan Bakulapura.

... 2. Samankana nikaɳ digantara padanabhaya mark i jöɳ nareçwara, ikaɳ sa- (110b)
kahawat/ pahaɳ sakahawat malayu pada manunkul adara, muwah sakahawat gurun
sakahawat/ bakulapura manaçrayomark, ndatan linen i sunda len/ madura pan satanah i
yawa bhakti tan salah. ...

... 2. Begitulah dari empat penjuru orang lari berlindung dibawah Baginda. Seluruh Pahang,
segenap Melayu tunduk menekur dihadapan beliau. Seluruh Gurun, segenap Bakulapura
lari mencari perlindungan. Sunda Madura tak perlu dikatakan, sebab sudah terang setanah
Jawa. ...
— (Kakawin Nagarakretagama, Pupuh 42).

Wilayah kerajaan Tumapel juga meliputi Mojokerto jauh sebelum Majapahit berdiri.
Kekuasaan Tumapel di Mojokerto salah satunya dibuktikan dengan Prasasti Gondang.
Prasasti Gondang adalah sebuah prasasti in-situ (masih ditempat asli) peninggalan
Kerajaan Tumapel yang baru ditemukan pada tahun 2017 silam di tengah persawahan di
Dusun Rejoso, Desa Gondang, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Prasasti tersebut ditemui oleh warga setempat dan terdapat bacaan dalam bahasa Jawa
Kuno yang bertuliskan tahun 1197 saka atau 1275 masehi.[6] Berdasarkan angka tahunnya,
prasasti ini dibuat pada masa kekuasaan Raja Kertanegara. Prasasti ini menandakan
wilayah yang masuk dalam kekuasaan Singasari yaitu Gresik, Surabaya, Sidoarjo, sampai
Mojokerto sebelum berdirinya Kerajaan Majapahit.

Keruntuhan[sunting | sunting sumber]

Candi Singhasari dibangun sebagai tempat pemuliaan Kertanegara, raja terakhir Singhasari.
Kerajaan Singhasari yang sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa, akhirnya
membuat pertahanan di dalam kerajaan menjadi lemah.

Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan Jayakatwang bupati Gelanggelang, yang


merupakan ipar dan sekaligus besan dari Kertanagara sendiri, karena ingin membalas
dendam terhadap Wangsa Rajasa yang telah merebut kekuasaan dari kerajaan Kediri,
serta membunuh keluarga dan leluhurnya. Pemberontakan ini menyebabkan
kematian Kertanegara dan runtuhnya kerajaan Tumapel.

Setelah runtuhnya Tumapel, Jayakatwang mengangkat dirinya menjadi raja dan


membangun kembali Kerajaan Kediri dengan ibukota di Daha. Riwayat Kerajaan Tumapel
pun berakhir.

Hubungan dengan Majapahit[sunting | sunting sumber]


Pararaton, Nagarakretagama, dan prasasti Kudadu mengisahkan Raden
Wijaya cucu Narasingamurti yang menjadi menantu Kertanagara lolos dari maut. Berkat
bantuan Aria Wiraraja (penentang politik Kertanagara), ia kemudian diampuni
oleh Jayakatwang dan diberi hak mendirikan desa Majapahit.

Pada tahun 1293 datang pasukan Mongol yang dipimpin Ike Mese untuk
menaklukkan Jawa. Mereka dimanfaatkan Raden Wijaya untuk
mengalahkan Jayakatwang di Kerajaan Kadiri. Setelah Kadiri runtuh, Raden Wijaya
dengan siasat cerdik ganti mengusir tentara Mongol keluar dari tanah Jawa.

Raden Wijaya kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit sebagai kelanjutan Tumapel, dan
menyatakan dirinya sebagai anggota Wangsa Rajasa, yaitu dinasti yang didirikan oleh Ken
Arok.
Daftar Pejabat[sunting | sunting sumber]
Daftar Raja-raja[sunting | sunting sumber]

Mulai Akhir
No Jabatan
Maharaja Jabata Jabata Termuat Dalam
. Sebelumnya
n n

Adipati Tuma
1. Ranggah Rajasa 1222 1227 Negarakertagama
pel

Prasasti Mula
2. Anusapati 1227 1248 Malurung, Negarakertag
ama

*Pararaton,
Wisnuwardhana dan Ma
3. 1248 1268 *Negarakertagama,
hisa Campaka
*Prasasti Mula Malurung

*Prasasti Mula
Malurung, *Prasasti
4. Kertanegara 1268 1292 Adipati Daha
Padang Roco, *Prasasti
Wurare

Sumber[7][8]

Daftar Pembantu Pemerintah Pusat[sunting | sunting sumber]

Jabatan
No
Nama Jabatan Sebelumn Termuat Dalam
.
ya

Adipati Songennep
Arya
1. Demung Kidung Harsawijaya
Wiraraja (Sekarang Sumenep, Ma
dura)

Mpu Perdana
2. Adhyaksa Tumapel Kidung Harsawijaya
Raganata Menteri
Mahisa Pararaton, Negarakertagama, Ki
3. Laksamana
Anabrang dung Harsawijaya
Mpu Tumenggu
4. Mantri Angabhaya Kidung Harsawijaya
Wirakreti ng
Mpu
5. Sentasmr Pujangga Istana Kidung Harsawijaya
eti
Kebo
Anengah Perdana Menteri & Pararaton, Negarakertagama, Ki
6.
& Panji Wakilnya dung Harsawijaya
Angragani
Mapanji Dharmmadyaksa
7. Prasasti Mula Malurung
Pati-Pati Kasaiwan
Mapanji Sang Ramapati (Juru
8. Prasasti Mula Malurung
Singharsa Bicara)

Sumber[9]

Daftar Adipati[sunting | sunting sumber]

No Jabatan
Nama Jabatan Termuat Dalam
. Sebelumnya

Adipati Songennep
Arya
1. (Sekarang Sumenep, Madura Demung Kidung Harsawijaya
Wiraraja
)

Adipati Gelang-gelang Pararaton, Prasasti


2. Jayakatwang
(Sekarang Madiun) Mula Malurung

Adipati Janggala Prasasti Mula


3. Dyah Wijaya
(Sekarang Sidoarjo) Malurung

Sumber[10]

Saat Menjadi bawahan Majapahit[sunting | sunting sumber]


Setelah kerajaan Tumapel runtuh, status Tumapel berubah menjadi negeri bawahan
dari kerajaan Majapahit yang paling utama. Penguasa Tumapel atau raja bawahan yang
memimpin wilayah ini bergelar sebagai Bhre Tumapel[11][12][13]

Bhre Tumapel yang pernah menjabat ialah :

1. Kertawardhana Dyah Cakradara (1328-1386)


2. Manggalawardhana (1389-1427)
3. Kertawijaya (1429-1447)
4. Suraprabhawa (1447-1466)[14]

Warisan Budaya[sunting | sunting sumber]


Arca[sunting | sunting sumber]
 Arca Amoghapasa
 Arca Dwarapala Singosari
 Arca Ganesha Boro
 Arca Anusapati
 Arca Wisnuwardhana
 Arca Joko Dolog
 Arca Ken Dedes
Candi[sunting | sunting sumber]

 Candi Kagenengan
 Candi Kidal
 Candi Sumberawan
 Candi Katang Lumbang
 Candi Jago
 Candi Jawi
 Candi Singasari
Prasasti[sunting | sunting sumber]

 Prasasti Mula Malurung, (1255 M)


 Prasasti Maribong, (1264 M)
 Prasasti Sarwadharma, (1269 M)
 Prasasti Sapi Kerep, (1275 M)
 Prasasti Gondang, (1275 M)
 Prasasti Padang Roco, (1286 M)
 Prasasti Wurare, (1289 M)
 Prasasti Camundi, (1292 M)

KERAJAAN
SINGASARI

DI SUSUN OLEH :

1. M. BANA ANANTA
2. NUR SYA’BAN DIYAH
3. WILDA GASANY

SMP NEGERI 14
LANGSA

Anda mungkin juga menyukai